dirman
fonologi
Pengertian Fonologi
Dari beberapa sumber, pengertian
fonologi dapat dikemukakan sebagai berikut 1) Fonologi ialah bagian dari tata bahasa yang memperlajari bunyi-bunyi bahasa (Keraf, 1984: 30).
dirman
fonologi
pengertian
2) Fonologi ialah bidang dalam linguistik yang
menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya (Kridalaksana, 1995: 57).
mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan logi yaitu ilmu (Chaer, 1994: 102).
fonologi 3
dirman
simpulan
Berdasarkan beberapa sumber tersebut
dapatlah disimpulkan bahwa fonologi ialah bidang linguisik atau lmu bahasa yang menyelidiki, mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia berserta fungsinya.
dirman
fonologi
Cabang Fonologi
Cabang Fonologi
Fonologi
Fonetik
Fonemik
dirman
fonologi
Pengertian
1) Fonetik adalah cabang studi fonologi
yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak (Chaer, 1994: 102).
dirman
fonologi
Pengertian
2) Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki
dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia (Keraf, 1984: 30).
dirman
fonologi
Pengertian
Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki
penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa; ilmu interdisipliner linguistik dengan fisika, anatomi, dan psikologi (Kridalaksana, 1995: 56).
dirman
fonologi
simpulan
Dengan demikian, jelaslah bahwa fonetik
itu ialah cabang studi fonologi yang menyelidiki, mempelajari, dan menganalisis penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi-bunyi ujaran/bahasa yang dipakai dalam tutur tanpa memperhatikan fungsinya sebagai pembeda makna/arti, yang melibatkan analisis ilmu fisika, anatomi, dan psikologi.
fonologi 9
dirman
Fonemik
1) Fonemik adalah cabang studi fonologi
yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna. Untuk jelasnya kalau kita perhatikan baik-baik ternyata bunyi [i] yang terdapat pada kata-kata [intan], [angin], dan [batik] adalah tidak sama.
fonologi 10
dirman
[pace], [space], dan [map], juga tidak sama. Ketidaksamaan bunyi [i] dan bunyi [p] pada deretan kata-kata di atas itulah salah satu contoh obyek atau sasaran studi fonetik.
dirman
fonologi
11
mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu serta menjelaskan sebab-sebabnya. Sebaliknya, perbedaan bunyi [p] dan [b] yang terdapat, misalnya, pada kata [paru] dan [baru] adalah menjadi contoh sasaran studi fonemik, sebab perbedaan bunyi [p] dan [b] itu menyebabkan berbedanya makna kata [paru] dan [baru] itu (Chaer, 1994: 102).
fonologi 12
dirman
Pengertian
2) fonemik adalah ilmu yang mempelajari
bunyi ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda arti (Keraf, 1984: 30). 3) Fonemik adalah penyelidikan mengenai sistem fonem suatu bahasa (Kridalaksana, 1995: 56).
dirman
fonologi
13
simpulan
Jadi, jelaslah bahwa fonemik itu adalah cabang studi
fonologi yang menyelidiki dan mempelajari bunyi ujaran/bahasa atau sistem fonem suatu bahasa dalam fungsinya sebagai pemdeda arti.
bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam
fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinankemungkinan, bunyi ujaran/bahasa yang manakah dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti.
dirman
fonologi
14
Jenis-jenis Fonetik
Menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa, Chaer (1994: 103)
membedakan adanya tiga jenis fonetik, yaitu
Fonetik
Fonetik Artikulatoris
Fonetik Auditoris
Fonetik Akustik
dirman
fonologi
15
penjelasan
fonetik artikulatoris, disebut juga fonetik
organis atau fonetik fisiologis, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyibunyi itu diklasifikasikan.
dirman
fonologi
16
penjelasan
Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa
sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam. Bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getarannya, amplitudonya, intensitasnya, dan timbrennya Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita.
dirman fonologi
17
Fonetik
Fonetik instrumental
Fonetik terapan
Fonetik parametris
dirman
fonologi
18
penjelasan
Fonetik instrumental adalah bagian dari
fonetik yang merekam, menganalisis, dan mengukuur unsur-unsur bunyi dengan mesin atau alat-alat elektronis seperti spektograf, osiloskop, dan lai-lain.
dirman
fonologi
19
yang memandang wicara sebagai sistem fisiologis tunggal dengan variabel-variabel artikulasi dalam saluran suara yang terus-menerus bergerak dan saling bekerja sama dalam dimensi waktu untuk menghasilkan kontinuum bunyi yang disegmentasikan oleh pendengar menurut kaidah bahasa yang berlaku. Pandangan dinamsis ini berbeda dari pandangan statsis yang menganggap wicara sebagai urutan segmen-segmen yang terurai sebagai kumpulan ciri-ciri yang dapat dipisah-pisahkan (tempat artikulasi, artikulator, dan sebagainya).
fonologi 20
dirman
terapan yang mencakup metode dan teknik pengucapan bunyi dengan tepat; misalnya, untuk melatih orang yang gagap, untuk melatih pemain drama, dan sebagainya.
dirman
fonologi
21
fonetik umum
fonetik khusus
dirman
fonologi
22
Penjelasan
fonetik umum, yaitu fonetik yang membahas
bunyi bahasa yang dapat dihasilkan manusia secara umum. Fonetik khusus, yaitu fonetik yang memfokuskan perhatiannya pada bunyi bahasa tertentu, misalnya fonetik yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa Indonesia disebut fonetik bahasa Indonesia.
dirman
fonologi
23
Alat Ucap
Alat Ucap
Artikulator, bagian dari alat ucap yang dapat digerakkan atau atau digeserkan untuk menimbulkan suatu bunyi.
dirman
fonologi
24
Pita Suara
Di ujung atas dari larynx terdapatlah dua
buah pita yang elastis yang disebut pita suara. Letak pita suara itu horizontal. Antara kedua pita suara itu terdapat suatu celah yang disebut glottis.
dirman
fonologi
25
Vokal
Vokal adalah bunyi ujaran yang terjadi karena udara yang keluar
dari paru-paru tidak mendapat halangan (Keraf, 1984: 34).
Vokal
Posisi Bibir
dirman
fonologi
26
Diftong
Diftong
Diftong lebar
Diftong turun
Diftong naik
Diftong sempit
dirman
fonologi
27
Konsonan
Konsonan adalah bunyi ujaran yang terjadi
karena udara yang keluar dari paru-paru mendapat halangan. (Keraf, 1984: 35). Konsonan adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan menghambat aliran udara pada satu tempat di saluran suara di atas glottis; bunyi bahasa yang dapat berada pada tepi suku kata dan tidak sebagai inti suku kata; fonem yang mewakili bunyi tersebut (Kridalaksana, 1993: 118).
fonologi 28
dirman
dirman
fonologi
29
dengan ujung lidah (apex) yang bertindak sebagai artikulator dan daerah antargigi (dens) sebagai titik artikulasinya. Dalam bahasa Indonesia hanya terdapat konsonan t dan n. Dalam bahasa Jawa terdapat konsonan t, d, dan n. 4) Konsonan apikoalveolar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator dan lengkung kaki gigi (alveolum) sebagai titik artikulasinya. Dalam bahasa Indonesia hanya terdapat d dan n, sedangkan dalam bahasa Jawa terdapat t, d, dan n.
dirman
fonologi
30
oleh bagian tengah lidah sebagai artikulatror dan langit-langit keras (palatum) sebagai titik artikulasinya: c, j, ny. 6) Konsonan velar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh belakang lidah sebagai artikulator dan langit-langit lembut (velum) sebagai titik artikulasinya, misalnya: k, g, ng, kh.
dirman
fonologi
31
dihasilkan dengan posisi pita suara tertutup sama sekali, sehinga sama sekali menghalangi udara yang keluar dari paru-paru. Celah antara kedua pita suara (sama dengan glottis) tertutup rapat. 8) Laringal, yaitu bunyi yang terjadi karena pita suara terbuka lebar. Bunyi ini dimasukkan dalam konsonan karena udara yang keluar mengalami gesekan
fonologi 32
dirman
konsonan
Frikatif
Spiran
fonologi
dirman
Penjelasan
1) Konsonan hambat (stop), yaitu konsonan yang terjadi karena
udara yang keluar dari paru-paru sama sekali dihalangi, misalnya: p, b, k, t, d, dan lai-lain. Dalam pelaksanaannya, konsonan hambat dapat disudahi dengan suatu letusan; dalam hal ini konsonan hambat itu tersebut: konsonan peletus atau konsonan eksplosif, misalnya konsonan p dalam kata pukul, lapar. Atau konsonan hambat itu dapat dilaksanakan dengan tidak ada letusan; maka hambat itu bersifat implosif, misalnya t dalam kata berat, parit, dan lai-lain. Dengan cara sederhana dapat dikatakan bahwa hambat eksplosif terdapat bila suatu konsonan hambat diikuti vokal, sedangkan konsonan hambat implosif terjadi bila konsonan hambat itu tidak diikuti vokal.
dirman
fonologi
34
paru-paru digesekkan, terjadilah bunyi yang disebut bunyi geser atau frikatif, misalnya f, v, kh. 3) Spiran, yaitu bila udara yang keluar dari paru-paru mendapat halangan berupa pengadukan, sedangkan sementara itu terdengar bunyi desis, maka konsonan itu disebut spiran; s, z, sy.
fonologi 35
dirman
bunyi yang dihasilkan dengan mengangkat lidah ke langit-langit sehingga udara terpaksa diaduk dan keluar melalui kedua sisi (sisi = latin: latus) lidah: l.
dirman
fonologi
36
dengan mendekatkan lidah ke alveolum atau pangkal gigi, kemudian lidah itu menjauhi lagi alveolum, dan seterusnya terjadi lagi seperti tadi berulang-ulang dengan cepat, sehingga udara yang keluar digetarkan. Bunyi ini, yang dihasilkan dengan ujung lidah sebagai artikulator disebut getar apical (apical tril).
dirman
fonologi
37
semacam bunyi getar lain yang mempergunakan anak tekak sebagai artikulatornya, dan yang bertindak sebagai titik artikulasinya adalah belakang lidah. Konsonan getar macam ini disebut: getar uvular (uvular tril). Getar apical dilambangkan dengan /r/, sedangkan getar uvular secara fonetis dilambangkan dengan /R/.
dirman
fonologi
38
Berdasarkan turut tidaknya pita suara bergetar, konsonan dapat dibagi atas:
suara turut bergetar: b, d n. g, w, dan sebagainya. 2) konsonan tak bersuara, yaitu bila pita suara tidak bergetar: p, t, c, k, dan sebagainya
dirman
fonologi
39
Berdasarkan jalan yang diikuti arus udara ketika keluar dari rongga ujaran, konsonan dapat dibedabedakan atas:
keluar melalui rongga mulut (mulut = Latin: os, -oris), misalnya p, b, k, d, w, dan sebagainya. 2) konsonan nasal, yaitu bila udaranya keluar melalui rongga hidung (hidung = Latin: nasus), misalnya: m. n, ny, ng.
dirman
fonologi
40
Intonasi
Intonas i
Tekanan (Stress) Durasi
Nada
Perhentian
dirman
fonologi
41
tekanan
tekanan
Tekanan Kalimat
dirman
fonologi
42
Penjelasan
Intonasi adalah kerja sama antara nada,
tekanan, durasi, dan perhentianperhentian yang menyertai suatu tutur, dari awal hingga ke perhentian terakhir (Keraf,1984: 38). Intonasi adalah pola perubahan nada yang dihasilkan pembicara pada waktu mengucapkan ujaran atau bagian-bagiannya (Kridalaksana, 1993: 85).
fonologi
dirman
43
tekanan
1) Pengertian Tekanan
Yang dimaksud dengan tekanan (stress) adalah suatu jenis unsur supra segmental yang ditandai oleh keras lembutnya arus ujaran. Arus ujaran yang lebih keras atau lebih lembut ditentukan oleh amlpitudo getaran, yang dihasilkan oleh tenaga yang lebih kuat atau lebih lemah. Bila kita mengucapkan sepatah kata secara nyaring, misalnya kata /perumahan/, maka akan terdengar bahwa dalam arus ujaran itu ada bagian yang lebih keras diucapkan dari bagian yang lain
dirman
fonologi
44
beberapa macam tekanan yang bertalian dengan tingkatan keras-lembutnya, yaitu: Tekanan paling keras Tekanan keras Tekanan lembut Tekanan paling lembut
dirman fonologi 45
Penjelasan
1) Pengertian Tekanan Yang dimaksud dengan tekanan (stress)
adalah suatu jenis unsur supra segmental yang ditandai oleh keras lembutnya arus ujaran. Arus ujaran yang lebih keras atau lebih lembut ditentukan oleh amlpitudo getaran, yang dihasilkan oleh tenaga yang lebih kuat atau lebih lemah.
fonologi 46
dirman
secara nyaring, misalnya kata /perumahan/, maka akan terdengar bahwa dalam arus ujaran itu ada bagian yang lebih keras diucapkan dari bagian yang lain. Jadi, dalam hal ini dapat dibeda-bedakan beberapa macam tekanan yang bertalian dengan tingkatan keraslembutnya, yaitu:
fonologi 47
dirman
Tekanan paling keras Tekanan keras Tekanan lembut Tekanan paling lembut
dirman
fonologi
48
2) Tekanan Distingtif dan Nondistingtif Dalam beberapa bahasa Barat, misalnya Inggris
dan Belanda, tekanan dapat berfungsi untuk membedakan arti (distingtif). Berarti bila tekanan keras pada suatu bagian (segmen) dari kata dipindahkan ke bagian yang lain maka makna kata berubah, misalnya: Inggris : refuse = sampah refuse = menolak
fonologi
dirman
49
tidak bersifat distingtif, itu tidak berarti bahwa kata-kata dalam bahasa Indonesia tidak mengandung tekanan. Seperti dalam ilustrasi dengan kata /prumahan/, jelas ada tekanan dalam bahasa Indonesia.
dirman
fonologi
50
letak tekanan keras pada kata-kata bahasa Indonesia? Bangsa Indonesia yang memiliki bermacam-macam bahasa daerah dan dialek, memiliki pola intonasi yang berbeda ragamnya. Keanekaan intonasi itu dibawa serta ke dalam bahasa Indonesia, hingga mempengaruhi pula intonasi bahasa Indonesia. Dalam pergaulan kita seharihari, kita menjumpai bermacam-macam orang yang mempergunakan bahasa Indonesia, tetapi betapa beda intonasi yang digunakan oleh seorang Jawa dari seorang Batak, seorang Minang dari seorang Sunda, Ambon atau Flores
fonologi 51
dirman
intonasi itu yang benar? Ukuran-ukuran manakah yang dipakai untuk menetapkan intonasi yang benar? Hingga kini belum ada ketentuan resmi mengenai hal itu.
dirman
fonologi
52
bidang kata tidak ada dalam bahasa Indonesia dalam bidang kalimat tekanan yang distingtif itu ada. Tekanan semacam itu biasanya disebut empasis.
dirman
fonologi
53
atau bagian tertentu dari kalimat dipentingkan atau dipertentangkan dengan bagian lain. Misalnya: Anak itu memukul adikku. Anak itu memukul adikku. Anak itu memukul adikku. Anak itu memukul adikku Anak itu memukul adikku.
fonologi 54
dirman
Nada
Nada
dirman
fonologi
55
Penjelasan
1) Pengertian Nada Yang dimaksud dengan nada (pitch)
adalah suatu jenis unsur suprasegmental yang ditandai oleh tinggi rendahnya arus ujaran (Keraf, 1984: 42).
dirman
fonologi
56
karena frekuensi getaran yang berbeda antara segmen. Bila seorang berada dalam kesedihan ia akan berbicara dengan nada yang rendah.
dirman
fonologi
57
marah, nada tinggilah yang dipergunakan orang. Suatu perintah atau pertanyaan selalu disertai nada yang khas. Nada dalam ilmu bahasa biasanya dilambangkan dengan angka misalnya /232/ yang berarti segmen pertama lebih rendah bila dibandingkan dengan segmen kedua, sedangkan segmen ketiga lebih rendah dari segmen kedua.
fonologi 58
dirman
yang berbeda kalau situasi yang dimasuki itu berbeda: 4 3 3. . 2 /bang sat/ dan /bang sat/ Nada dalam tutur yang pertama melukiskan kemarahan atau kekecewaan. Tutur yang kedua terjadi waktu seorang berkelakar dengan kawannya.
fonologi 59
dirman
Nada yang Distingtif dan Nondistingtif Dalam bahasa German, demikian juga dalam
bahasa nusantara, nada dalam bidang kata tidak diakui sebagai fonem, yaitu bahwa tidak ada nada yang bersifat distingtif. Sebaliknya, ahliahli bahasa mengakui bahwa nada (pitch) dalam bahasa Yunani dan Cina mempunyai fungsi distingtif, yaitu peranan untuk membedalkan arti.
fonologi 60
dirman
kesatuan nada yang dilambangkan dengan tanda-tanda tertentu, yaitu: Nada menurun = Nada rata = Nada menurun lalu naik = Nada mendaki =
dirman fonologi 61
dirman
dirman
fonologi
63
berbicra akan mengucapkan bagian tertentu dari pidatonya, entah berwujud klausa, kalimat, atau rangkaian kalimat-kalimat dalam waktu yang lebih lambat dari bagian-bagian lainnya. Dan dalam banyak hal cara ini sering digunakan bagian yang tidak penting diucapkan cepetcepet. Sementara bagian yang penting diucapkan lambat-lambat
fonologi 64
dirman
Perhentian
Perhentian macam yang pertama disebut
perhentian antara koma atau perhentian nonfinal atau jeda. Perhentian ini biasanya dilambangkan dengan tanda koma (,). Sedangkan perhentian macam yang kedua disebut perhentian akhir/pinal. Perhentian ini biasanya dilambangkan dengan titik (.) atau titik koma (;)
fonologi 65
dirman
dilambangkan dengan tanda tanya (?). Kalau suaranya menaik, dan akan dilambangkan dengan tanda seru (!).Kalau suaranya lebih keras kedengaran dengan suara yang menurun.
dirman
fonologi
66
macam-macam perhentian di bawah ini: /Saya pergi ke Bogor/ hanya ada perhentian akhir. /7menurut laporan FBI tahun 1981, sepertiga
dirman
fonologi
67
manusia, baik pisik maupun mental, sudah sering dikemukakan, dan bukti-buktinya pun banyak /ada lebih dari satu
perhentian antara dan satu perhentian akhir.
dirman
fonologi
68
Pengertian Fonem
Objek penelitian fonetik adalah fon, yaitu
bunyi bahasa pada umumnya tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna kata atau tidak. Sebaliknya, objek penelitian fonemik adalah fonem, yakni bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.
fonologi 69
dirman
dirman
70
dirman
fonologi
71
membedakan arti, sedangkan huruf adalah lambang bunyi atau lambang fonem (Finoza, 2005: 61). Fonem tidak sama dengan huruf. Fonem adalah bunyi dari huruf, dan huruf adalah lambang dari bunyi. Jumlah huruf ada 26, jumlah fonem lebih dari 26.
fonologi 72
dirman
huruf seperti /kh/, /ng/, dan /sy/. Ada beberapa huruf yang dilambangkan oleh satu fonem seperti /e/ pada kata /sate/, /pedas/, dan /enak/.
dirman
fonologi
73
Klasifikasi Fonem Fonem dapat diklasifikasi atau digolongkan atas: Fonem Segmental
Fonem segmental ialah fonem yang dapat dianalisis, karena merupakan bagian dari unsur segmental bahasa. Jenis fonem ini disebut juga fonem primer, misalnya /a/, /b/, /c/, /d/, dan sebagainya. Fonem segmental ini dibagi atas vokal, diftong, dan konsonan.
dirman fonologi 74
yang kehadirannya menyertai fonem segmental. Jenis fonem ini disebut juga fonem sekunder, misalnya tekanan, nada, intonasi, dan sebagainya.
dirman
fonologi
75
ketika suatu bunyi bahasa diucapkan (difonasikan). 2) Nada adalah tinggi rendahnya atau naik turunnya suatu arus ujaran atau bunyi bahasa. Dalam bahasa Cina dan Muangthai nada ini sangat menentukan makna leksis.
dirman fonologi 76
waktu yang diperlukan untuk mengucapkan sebuah bunyi, misalnya /lembab/ diucapkan dengan /lem/ lebih panjang daripada /bab/. 4) Jeda adalah perhentian di antara arus ujaran, baik di antara fonem dan fonem maupun di antara kata dan kata.
dirman fonologi 77
Alofon
Alofon adalah varian fonem berdasarkan
posisi. Misalnya, fonem /i/ pada kata ingkar, cita, dan tari, masing-masing /i/ tersebut merpakan alofon dari /i/; fonem /o/ mempunyai alofon seperti pada kata tokoh dan toko, dan sebagainya.
dirman
fonologi
78
Perubahan Fonem
Dalam pelaksanaan bunyi-bunyi ujaran,
terjadlah pengaruh timbal balik antara bunyi-bunyi ujaran yang berdekatan. Karena adanya pengaruih timbal balik itu terjadilah perubahan-perubahan bunyi ujaran; ada perubahan yang jelas kedengaran, ada yang kurang jelas kedengaran.
fonologi 79
dirman
fonem /a/ yang berada dalam suku kata terbuka kedengarannya lebih nyaring, bila dibandingkan dengan fonem /a/ yang terdapat dalam suku kata tertutup; bandingkan antara: pada, kata, rata, dengan bedak, tidak, sempat, dan lainlain.
fonologi 80
dirman
terpenting, yang biasa terdapat dalam bahasa adalah: Asimilasi Asimilasi dalam pengertian biasa berarti penyamaan. Dalam ilmu bahasa asimilasi berarti proses dua bunyi yang tidak sama disamakan atau dijadikan hampir bersamaan. Asimilasi dapat dibagi berdasarkan beberapa segi, yaitu berdasarkan tempat dari fonem yang diasimilasikan, dan berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri.
dirman
fonologi
81
Berdasarkan tempat dari fonem yang diasimilasikan, asimilasi dapat dibadi atas:
dirman
diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang mengasimilasikan. Contoh dalam bahasa Indonesia sejauh ini belum dapat ditemukan. Tetapi untuk memperjelas proses ini dapat diambil suatu contoh asing: Latin Kuno: colnis > Latin: collies. Dalam contoh di atas fonem /n/ diasimilasikan dengan fonem /i/ yang mendahuluinya.
fonologi 82
dirman
fonologi
83
disamakan itu dijadikan serupa betul: ad + similatio - assimilasi> asimilasi in + moral - immoral > imoral al + salam - assalam > asalam
dirman
fonologi
84
dirman
fonologi
85
proses dimana dua bunyi yang sama dijadikan tidak sama. Contoh: saj- jana Skt - sarjana kolonel - kornel prakrti Skt. - pekerti lauk-lauk - lauk-pauk sayur-sayur - sayur-mayur citta Skt. - cipta
fonologi 86
dirman
Suara Bakti
Dalam mengucapkan kata-kata seperti: gurauan,
kepulauan, pakaian, putra, putri, bahtra, dan
lain-lain, kedengaran bahwa dalam hubungan fonem-fonem itu timbul lagi bunyi w atau y, an/tara u-a, dan antara i-a. sedangkan pada kata-kata putra, putri, dan bahtra diselipkan bunyi e (pepet) antara t-r bunyi ini sama sekali tidak mempunyai fungsi untuk membedakan arti; gunanya hanya sebagai pelancar ucapan saja.
dirman fonologi 87
dirman
fonologi
88
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa.
Surabaya: Airlangga University Press. Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta. Depdikbud. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Finoza, Lamuddin. 2005. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia. Keraf, Gorys. 1994. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Ramelan. 1985. English Phonetics. Semarang: IKIP Semarang press.
dirman
fonologi
89
TERIMA KASIH
dirman
fonologi
90