1.1
Apa yang dimaksud dengan bank? Bank adalah sebuah lembaga yang diberikan izin oleh otoritas perbankan untuk menerima simpanan, memberikan kredit, dan menerima serta menerbitkan cek. Apa yang dimaksud dengan risiko? Menurut Kamus: Risiko adalah peluang terjadinya bencana atau kerugian. Untuk keperluan Sertifikasi, risiko didefinisikan sebagai: Peluang terjadinya hasil (outcome) yang buruk. Definisi tersebut menyatakan bahwa risiko terkait dengan situasi dimana hasil negatif dapat terjadi dan besar kecilnya kemungkinan terjadinya outcome tersebut dapat diperkirakan.
3
1.1
Dua istilah penting lain yang terkait dengan risiko dalam konteks Sertifikasi ini adalah:
Kejadian risiko (risk event) didefinisikan: Terjadinya sebuah peristiwa yang menyebabkan potensi kerugian (yaitu terjadinya sebuah outcome yang buruk) Risiko kerugian adalah kerugian yang terjadi sebagai konsekuensi langsung ataupun tidak langsung dari kejadian risiko. Kerugian tersebut dapat bersifat finansial atau non-finansial.
ATMR = Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (Basel I) Modal yang dipersyaratkan adalah 8% dari ATMR x 8% = USD 50.4m Bank memiliki USD 80 juta, jauh di atas ketentuan yang disyaratkan
7
630
Walaupun tidak setiap orang mengenal istilah risiko sistemik, banyak orang mengetahui apa yang dimaksud dengan bank rush (penarikan dana besar-besaran dari bank). Hal ini dapat terjadi saat ketika sebuah bank tidak mampu memenuhi kewajibannya, atau dengan kata lain bank tidak memiliki dana yang cukup untuk membayar para deposan yang ingin menarik dana mereka. Ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban dan membayar kembali para deposan belum tentu menunjukkan kondisi yang sebenarnya; bisa jadi ketidakmampuan ini hanya sebatas persepsi nasabah.
10
STABILITAS TERGANGGU
MENJADI RUGI
PENARIKAN BESAR-BESARAN
1.1.2
Solvabilitas dari sebuah bank bukan saja merupakan perhatian : Para pemegang saham (shareholders) Para nasabah (customers) Para karyawan (employees) Tetapi juga: pengelola perekonomian secara keseluruhan.
13
Bandingkan cash yang dimiliki dengan deposito nasabah Menjual Government Bonds untuk meningkatkan cash Jika masih membutuhkan dana maka bank akhirnya terpaksa menjual atau menghentikan kredit.
630
14
1.1.2
1.1.2
Sebelum tahun 1930an, permasalahan pada solvabilitas bank, bahkan bank rush, cukup sering terjadi. Keadaan ini mendorong pemerintah berbagai negara untuk mengendalikan bank melalui regulasi, dengan memastikan bahwa bank memiliki modal dan likuiditas yang memadai. Otoritas pengawas (biasanya bank-bank sentral) berupaya memastikan agar bank-bank dapat: memenuhi permintaan deposan (pada tingkat yang wajar) untuk mendapatkan uangnya kembali tanpa menarik kembali kredit yang telah diberikan bank, mempertahankan tingkat kerugian yang wajar akibat kredit macet atau siklus penurunan kegiatan ekonomi (bertahan pada saat terjadi resesi).
16
1.1.2
Untuk menjaga agar bank dapat bertahan dari bad debt, bank harus mempunyai modal pada tingkat tertentu untuk menutup kerugian yang ada. Dalam contoh di atas Bank B membutuhkan modal yang lebih besar dibandingkan Bank A. Hal ini karena Bank A memiliki sebuah kebijakan kredit yang lebih konservatif dengan risiko yang lebih rendah, walaupun dengan imbalan (margin) yang lebih rendah pula. Dari contoh diatas tampak bahwa missing link dalam perhitungan tingkat modal yang tepat bagi sebuah bank adalah besarnya risiko yang ditanggungnya.
19
1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi? gejolak ekonomi dan risiko sistematik
Meskipun bank berupaya keras untuk mendiversifikasi portofolio pinjamannya, namun kebanyakan bank masih mempunyai risikorisiko ekonomi yang besar pada pasar domestik mereka. Perekonomian sebuah negara dapat dipengaruhi oleh: Gejolak eksternal, dapat berupa bencana alam atau peristiwa yang diakibatkan oleh manusia dan atau kesalahan manajemen perekonomian
20
1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi? gejolak ekonomi dan risiko sistematik
Jumlah debitur macet pada Bank yang berada pada sebuah perekonomian sebagaimana digambarkan dapat meningkat secara signifikan. Kenaikan tingkat kegagalan dapat ditandai atas hal-hal sebagai berikut: Penurunan kualitas kredit dari perusahaan-perusahaan yang dipengaruhi oleh perekonomian yang buruk Tingkat pengangguran yang meningkat pesat Peningkatan suku bunga
21
1.1.2 Mengapa bank perlu diregulasi? gejolak ekonomi dan risiko sistematik
Banyak bank memiliki kesulitan dalam menghindari dampak dari gejolak ekonomi yang terjadi. Ada beberapa tindakan yang dapat diambil untuk memitigasi berbagai dampak negatif gejolak ekonomi tersebut, yaitu: Mematuhi regulasi (termasuk Basel II) yang semakin menuntut bank untuk menyusun berbagai skenario dalam menghadapi gejolak ekonomi dan memastikan bank memiliki modal yang cukup untuk melindungi stakeholder dari dampak gejolak ekonomi tersebut. Melakukan estimasi tingkat kredit macet yang akan terjadi dan memastikan bank memiliki tingkat modal yang cukup.
22
Dengan contoh-contoh di atas, semakin jelas bagi para otoritas pengawas bank (supervisors) bahwa tingkat modal sebuah bank dan kemampuannya untuk menyerap kerugian akibat pinjaman dan aktivitas lainnya harus dikaitkan dengan risiko kegiatan usaha yang dihadapi. Dalam hal ini tingkat modal harus didasarkan pada tingkat risiko (modal berbasis risiko/ risk-based capital).
23
Basel Accord I tersebut hanya mencakup risiko kredit dan berdasarkan standar-standar yang ada sekarang, dapat dikatakan bahwa hubungan antara risiko dengan modal belum cukup memadai. Basel I mengenal berbagai multiplier (dikenal dengan bobot risiko/ risk weight) yang sederhana, masing-masing untuk utang pemerintah, utang bank dan utang perusahaan dan pribadi, dikalikan dengan 8% target rasio modal (target capital ratio).
25
1.1.3
Otoritas pengawas perbankan di beberapa negara berupaya menyempurnakan Accord 1988 agar menjadi lebih peka terhadap risiko. Otoritas pengawas perbankan bergerak cepat untuk memanfaatkan praktek dan pengalaman yang telah ada dan dimiliki oleh berbagai bank dalam mengelola risiko terkait kegiatan trading-nya. Untuk memastikan bahwa risiko telah terkendali dan dihitung secara tepat, bank mulai menetapkan persyaratan internal mengenai modal yang terkait langsung dengan risiko yang dihadapi oleh bagian trading sebuah bank. Untuk dapat melakukan hal tersebut, bank harus memiliki pandangan (view) tertentu mengenai hubungan antara risiko dan modal. Pandangan ini didasarkan pada sebuah teori keuangan yang dewasa ini semakin sering digunakan, yaitu variabilitas historis pengembalian (return) dari berbagai jenis kegiatan usaha.
26
1.1.3
Praktek bank untuk mengelola risiko banyak mendapatkan dorongan dan dukungan karena adanya: pertumbuhan pasar derivatif model penentuan harga opsi (option pricing model) yang terkait langsung dengan volatilitas pengembalian (return) dari instrumen pasar yang menjadi underlying dengan nilai instrumen tersebut, antara lain penetuan harga berbasis risiko (risk-based pricing) The Basel Committee mempublikasikan the Market Risk Amendment terhadap Basel Accord I pada tahun 1996. Selain menyusun serangkaian aturan sederhana untuk memperhitungkan risiko pasar, Basel Committee mendorong otoritas pengawas perbankan untuk memberikan perhatian pada upaya penilaian model-model yang digunakan bank dalam menentukan harga berbasis risiko (risk-based pricing). Model ini disebut dengan model Value at Risk (VaR) dan akan dijelaskan secara lebih rinci pada Bab 2 dan 4.
27
1.1.3
Melanjutkan publikasi dari Market Risk Amendment, Basel Committee mulai mengembangkan sebuah Capital Accord baru (new Capital Accord) yang selanjutnya disebut Basel II. Setelah melalui banyak konsultasi dan pembahasan, Basel II tersebut akhirnya diadopsi di tahun 2004 dan disepakati diimplementasikan pada tahun 2006-2007. Basel II menghubungkan secara langsung antara modal bank dengan risiko yang dimiliki. Untuk melindungi dampak dari gejolak ekonomi bankbank diminta oleh Basel II agar memperkirakan pengaruh gejolak ekonomi tersebut dan memastikan bahwa bank memiliki modal yang cukup untuk menghadapinya. Cakupan risiko pasar dalam Basel II secara subtansi tidak berubah dari perubahan tahun 1996 (Amendment) dan penyempurnaannya.
28
Basel I Accord
Fokus pada satu cara pengukuran risiko Memiliki pendekatan sederhana terhadap sensitivitas risiko
Basel II Accord
Fokus pada metodologi internal Memiliki tingkat sensitivitas risiko yang lebih tinggi
Memakai pendekatan one-size- Dapat dengan mudah fits-all untuk penghitungan risiko disesuaikan dengan kebutuhan dan modal masing-masing bank
30
Penting untuk diketahui bahwa risiko-risiko utama tercakup dalam Basel Accord II serta konsekuensinya bagi stakeholder perbankan dan perekonomian. Jenis risiko utama tersebut adalah: risiko pasar (market risk) risiko kredit (credit risk) risiko operasional (operational risk) risiko-risiko lainnya (other risk)
31
32
Market risk didefinisikan sebagai risiko kerugian baik pada posisi on- maupun off-balance sheet yang timbul dari pergerakan harga pasar. Istilah risiko pasar digunakan untuk menyebut kelompok risiko yang timbul dari perubahan tingkat suku bunga, kurs valuta asing dan hal-hal lain yang nilainya ditentukan pasar, misal ekuitas dan komoditi.
33
Eksposur bank atas suatu rate yang ditetapkan pasar, seperti tingkat suku bunga, timbul sebagai akibat dari salah satu hal berikut: traded market risk dimana bank secara aktif berpartisipasi dalam perdagangan instrumen pasar, seperti obligasi (bond) yang nilainya dipengaruhi oleh perubahan dari harga pasar. interest rate risk in the banking book dimana bank menghadapi risiko perubahan harga pasar yang disebabkan oleh struktur underlying kegiatan usahanya, seperti aktivitas pemberian kredit dan penghimpunan dana masyarakat.
34
1.2.2
Interest rate
35
Traded market risk adalah risiko kerugian nilai investasi yang terkait dengan kegiatan pembelian dan penjualan (trading) instrumen keuangan di pasar secara berkesinambungan untuk mendapatkan keuntungan. Bank bersedia menanggung traded market risk dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari risiko yang diambil.
36
Nilai obligasi
100
5%
95
4%
37
38
Pihak III
Bank
Obligasi
4% 5 tahun
5% 5 tahun
39
6% 10 tahun
Bank
5% 5 tahun
Obligasi
40
3%
Bank
Obligasi
42
1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada banking book
Contoh didepan menggambarkan risiko pasar dalam konteks trading untuk mendapatkan keuntungan. Akan tetapi banyak bank menghadapi persoalan serupa dalam pengelolaan risiko sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan kegiatan usaha sehari-hari. Hal ini disebut sebagai risiko suku bunga pada banking book (interest rate risk in the banking book), yang merupakan hasil dari bisnis bank berhubungan dengan nasabahnya.
43
1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada banking book - contoh
Terima 5 tahun suku bunga tetap Bayar tingkat suku bunga diskonto BI
Nasabah KPR
Bank A
Deposan
Umumnya bank memiliki short funding exposure sama dengan kondisi yang dialami trader pada contoh sebelumnya dalam memutuskan kebutuhan pendanaan. Bank dalah hal ini terpaksa memiliki posisi trading tanpa mempertimbangkan suku bunga akan naik atau turun walaupun bank sebenarnya tidak berkeinginan untuk melakukan trading tersebut.
44
1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada banking book - contoh
Untuk menghindari posisi trading yang bersifat terpaksa tersebut, Bank A perlu menyamakan (match) suku bunga pendanaan dan kreditnya (proses yang dikenal dengan lindung nilai atau hedging), yang melindungi baik nilai simpanan nasabah maupun nilai kredit. Ada beberapa cara bank dapat lakukan dalam hedging, antara lain: 1. mengubah model kegiatan usaha sehari-hari dengan menawarkan suku bunga yang sama untuk dana yang dihimpun dan kredit yang diberikan. Dalam kasus Bank A, bank dapat mengubah baik suku bunga kreditnya sesuai dengan tingkat diskonto bank sentral, atau mengubah suku bunga dana yang dihimpun menjadi suku bunga tetap lima tahun.
45
1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada banking book - contoh
2. Interest rate swap dengan 2 bank Terima 5 tahun suku bunga tetap
Nasabah KPR
Bayar 5 tahun suku bunga tetap
Bank A
Deposan
terima tingkat suku bunga diskonto BI
Bank B
Bank C
46
1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada banking book - contoh
3. Interest rate swap dengan counterparty Terima 5 tahun suku bunga tetap Bayar tingkat suku bunga diskonto BI
Nasabah KPR
Bank A
Deposan
Swap counterparty
47
1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada banking book contoh 2
American savings and loan associations, US The American savings and loan associations (S&Ls) adalah para pemberi kredit perumahan (mortgage), yang pada beberapa negara bagian memiliki kewenangan untuk melakukan investasi langsung dengan memiilki kegiatan usaha lain dan melakukan pengembangan properti. Hingga tahun 1980an, S&Ls adalah asosiasi yang sebagian besar dimiliki oleh anggotanya, namun akibat dari bencana risiko tingkat suku bunga dalam banking book yang menimpa industri ini, kini asosiasi ini sebagian besar dimiliki oleh pemerintah federal atau oleh pemegang saham. Perkiraan awal biaya penyelamatan (bail out) mencapai USD 500 milyar atau sekitar USD 2000 untuk setiap penduduk Amerika. Walaupun cukup banyak fraud yang terjadi, penyebab utama dari bencana tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian.
48
1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada banking book contoh 2
American savings and loan associations, US Pertama, dana yang ada dialokasikan pada properti yang harganya sudah sangat tinggi. Pada saat harga properti jatuh, jaminan yang ada menjadi sangat tidak memadai. Kedua, walaupun tingkat suku bunga mortgage adalah suku bunga tetap, kurangnya klausul penalti pada pelunasan lebih awal telah memungkinkan debitur melakukan pengalihan mortgage-nya untuk mendapatkan suku bunga yang lebih rendah pada saat suku bunga pasar menurun. Dalam keadaan ini, para pemberi kredit masih terikat pada sumber-sumber dana yang suku bunganya lebih tinggi. Posisi mismatch atas pemberian kredit dengan suku bunga yang lebih rendah daripada suku bunga yang dibayarkan kepada para penyimpan dana menyebabkan banyak S&L jatuh dengan kerugian mencapai milyaran dolar.
49
1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada banking book contoh 2
American savings and loan associations, US Bayar 5 tahun Fixed pada 4 % Terima rate KPR pada 5 %
Market
Arus Dana
S&L
Arus Dana
KPR
Match atau tidakkah posisi tersebut? Manakala tingkat suku bunga turun, banyak nasabah yang melakukan pelunasan dipercepat mortgage-nya tanpa dikenakan penalti.
50
1.2.4 Risiko suku bunga (Interest rate risk) pada banking book contoh 2
American savings and loan associations, US Bayar 5 tahun Fixed pada 4 % Terima rate KPR pada 3 %
Market
Arus Dana
S&L
Arus Dana
KPR Baru
Pada saat mortgage dilunasi, maka terjadi akan terjadi ketidaksesuaian posisi (unmatched position) . S&L tetap membayar suku bunga yang lebih tinggi dengan memperoleh pendapatan atas mortgage baru pada suku bunga yang lebih rendah.
51
52
Credit risk adalah risiko kerugian yang terkait dengan kemungkinan kegagalan counterparty memenuhi kewajibannya; atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali utangnya.
Credit Risk contoh: Bank A memberikan KPR kepada para debiturnya. Saat memberikan kredit tersebut, bank memiliki risiko bahwa sebagian - atau seluruh debitur perorangan tersebut akan gagal membayar bunga ataupun pokok yang diterimanya.
53
Bank menggunakan sejumlah teknik dan kebijakan dalam mengelola risiko kreditnya untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya atau dampak dari kerugian kredit (dikenal dengan credit risk mitigation).
Kebijakan tersebut adalah: model pemeringkatan (grading model) untuk kredit perorangan manajemen portofolio kredit sekuritisasi agunan (collateral) pemantauan/pengawasan arus kas manajemen pemulihan kredit (recovery management)
56
57
Bank dengan cara yang sama mengukur portofolio kreditnya untuk memberikan keyakinan bahwa kredit yang diberikan tidak terlalu terkonsentrasi pada satu industri atau wilayah geografis tertentu. Hal ini memungkinkan bank untuk melakukan diversifikasi pada portofolio kreditnya sehingga risiko terjadinya default yang bersifat sistemik (systematic default) dapat ditekan. Analisis ini disebut dengan cohort analysis dan dapat digunakan baik pada kredit korporasi maupun perorangan.
58
Sekuritisasi memungkinkan bank untuk mengurangi potensi eksposur yang tinggi pada suatu jenis kredit tertentu yang menurut Dengan cara itu bank dapat mengurangi eksposur pinjamannya yang dinilai tinggi atau mengurangi bentuk pinjaman yang menunjukkan konsentrasi risiko yang tinggi. Sekuritisasi memungkinkan bank menggunakan dana yang dihasilkan dari penjualan aktiva dan menginvestasikannya pada aktiva lain yang dianggap memiliki risiko lebih rendah.
59
Suatu hal yang penting bagi bank adalah untuk memastikan bahwa agunan tersebut benar-benar dapat digunakan untuk memitigasi risiko kredit apabila terjadi gagal bayar (default).
60
61
63
Definisi tersebut tercantum dalam kerangka kerja Basel II Operational risk lebih jauh dapat dibagi ke dalam beberapa sub kategori, yaitu risiko yang berhubungan dengan : proses internal (internal processes) manusia (people) sistem (systems) kejadian eksternal (external events) kewajiban hukum dan perundangan (legal risk).
64
67
68
71
1.5
Risiko-risiko lainnya
Walaupun dalam Basel II risiko Operasional tidak mencakup risiko Bisnis, Strategik dan Reputasi,namun pembebanan modal untuk other risks" tetap perlu diperhatikan di dalam perhitungan modal yang berbasis risiko (risk-based capital).
Lingkup kerja Basel II sangat spesifik untuk risiko-risiko yang dikategorikan sebagai other risks". Walaupun secara tidak langsung tercakup dalam peraturan, other risks ini penting untuk diperhatikan karena bank perlu mengetahuinya dalam upaya menghitung modal bank yang berbasis risiko. Ada tiga jenis yang masuk kategori other risks, yaitu: risiko bisnis (business risk) risiko strategik (strategic risk) risiko reputasi (reputational risk)
72
73
75
Pada bulan Juli 1998 BestBank di Boulder Colorado ditutup oleh Federal Deposit Insurance Corporation sebagai akibat rugi sebesar USD 200 juta. Kerugian ini disebabkan kebijakan BestBank yang berani menyetujui proposal kartu kredit bagi nasabah yang memiliki kualitas kredit rendah. Kebijakan kartu kredit BestBank's adalah contoh klasik bank yang memberikan pinjaman kepada nasabah yang berisiko tinggi dengan suku bunga yang tinggi untuk ekspansi bisnisnya. Sebagai hasil dari kebijakan kartu kredit yang ekspansif ini neraca BestBank tumbuh dari USD 10juta di tahun 1994 menjadi USD 348 juta di tahun 1998. Meskipun pendapatan BestBank meningkat. namun mereka gagal untuk mencadangkan dana yang memadai bagi pinjaman bermasalahnya.
76
Risiko Strategik dan risiko Bisnis pada dasarnya hampir serupa, namun keduanya berbeda dalam durasi dan pentingnya keputusan yang diambil. Risiko Strategik berhubungan dengan keputusan seperti : akan melakukan investasi dalam bisnis apa. bisnis apa yang akan diakuisisi. dimana dan bagaimana bisnis akan dijalankan atau dijual.
77
80
82
83
84
86
Adalah penting bagi para peserta training untuk mengerti konsekuensi risiko bagi nasabah bank karena hal ini memberikan penekanan perlunya mengatur bank secara khusus dibandingkan dengan industri jasa keuangan secara keseluruhan.
89
90
1.6.6 Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko 'Procyclicality' merupakan salah satu area yang menjadi konsentrasi bagi penelitian dimasa datang untuk model risiko kredit dan pengelolaanya. Basel II telah dikritik untuk kemungkinan penyebab adanya peningkatan 'procyclicality bagi bank yang melakukan pinjaman karena terkait dengan penggunaan credit grading model terhadap pemenuhan kecukupan modal bank yang diatur. Sehingga adanya gangguan dalam sistim credit grading model akan mengarah kepada kenaikan bagi pemenuhan kecukupan modal terlepas pinjaman tersebut default atau tidak.
95
1.6.6 Dampak ekonomi dari suatu kejadian risiko Likuiditas dan risiko pasar Konsekuensi dari peristiwa risiko pasar meningkat karena pasar terus melakukan trading dengan volume yang lebih banyak. Pertumbuhan volume ini di pasar perdagangan bukannya bebas dari masalah. Pengujian Matematis yang telah digunakan untuk membantu pengidentifikasian risiko dan harga telah ada sejak lama. Namun masih tetap ada gap yang harus ditangani sebelum hal ini dapat diakui sebagai indikator yang dapat diandalkan dafam menentukan tren risiko pasar.
96
Tidak seperti invstment trusts yang dibatasi kemampuan meminjamnya, LTCM dapat melakukan pinjaman berulang kali diatas nilai modalnya sendiri. Ini merupakan hal utama yang berperan atas kemungkinan bangkrutnya LTCM. Salah satu problem LTCM's adalah karena 2 dari para partner yang ada menerapkan pendekatan akademis dalam menjalankan usahanya. Kelemahan dari pendekatan ini adalah karana jarang digunakan dan bagus hanya sebagai model. Sayangnya hal ini tidak tepat dilakukan. Masalah LTCM's dimulai ketika pemerintah Rusia tidak mampu bayar pinjamannya. Likuiditas, yang jadi andalan LTCM. mulai mengering diseluruh pasar finasial dunia dan LTCM mendapati dirinya harus membayar tunai untuk memenuhi komitrnennya.
98
99
100
103
Selain bank diatas ada beberapa lembaga non Bank skala kecil seperti Badan Kredit Desa (BKD) dan Lembaga Desa Kerja Pembangunan (LDKP).
104
Audit & Compliance Menentukan kebutuhan akan fungsi audit 1999 dan kepatuhan dalam bank.
Commercial Banks 2000 Mengatur perizinan dan persyaratan yang diperlukan bagi beroperasi bank komersial. Menentukan prosedur dan praktek yang digunakan bank dalam mengidentifikasi nasabah serta memantau aktivitas rekeningnya.
Know Your Customer Principles 2001 Fit and Proper Test 2003
Fit and Proper Test dilaksanakan oleh Bank Indonesia untuk melihat kelayakan dari pemilik dan pengurus bank.
106
Risk Management 2003 Commercial Bank Business Plan 2004 Legal Lending Limit 2005 Debtor Information System 2005
Tujuan Menjelaskan prinsip yang akan dipakai bank dalam pemakaian dan pelaksanaan sekuritisasi asset.
Sebagai tambahan. Bank Indonesia telah mempublikasikan apa yang disebut sebagai Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang ditujukan untuk memberi arahan, panduan dan struktur kerja bagi industri perbankan di masa 5 sampai 10 tahun kedepan.
108
109
2.1.1
Telah lama diakui bahwa bank bersifat 'khusus' karena permasalahan dalam sektor perbankan dapat menimbulkan dampak serius pada perekonomian secara keseluruhan. Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan memiliki kemampuan untuk memberikan modal pinjaman kepada perusahaan dongan cara mendayagunakan dana tabungan deposan yang ada. Namun jika bank memberikan pinjaman yang lidak dapat dibayarkan kembali oleh peminjamnya, insolvabilitas bank tarsebut bukan saja dapat berakibat pada kehancuran ekuitas para pemegang saham tetapi juga kehancuran dana para deposan Hal Ini terjadi karena berdasarkan karakteristiknya, bank adalah lembaga yang 'highly geared.
2.1.1 Gearing
Gearing didefinisikan sebagai rasio hutang perusahaan (berapa banyak yang dipinjam) terhadap jumlah modal yang dimilikinya. Jadi sebuah bank yang mempunyai jumlah hutang lebih besar jika dibandingkan dengan modalnya disebut sebagai highly geared. Di USA, bank tersebut dikatakan sebagai highly leveraged.
Bank highly geared karena hanya mempunyai USD 80 jt atas hutang USD 820 jt
2.1.1 Modal Sumber daya terpenting sebuah bank dalam menjamin terjaganya solvabilitas adalah modal yang cukup. Modal bank merupakan sumber keuangan yang dapat digunakan bank guna menanggung kerugian sebab modal tidak membutuhkan pembayaran kembali. Modal adalah jumlah investasi para pemegang saham pada bank sebagaimana terukur pada nilai di neracanya.
2.1.1 Insolvabilitas
Insolvabilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan perusahaan membayar kembali klaim jenis apapun pada saat jatuh tempo. Bank yang berada dalam posisi seperti ini dikatakan mengalami krisis solvabilitas (solvency crisis).
2.1.1 Insolvency
Krisis solvabilitas (solvency crisis) pada sebuah bank dapat menyebabkan gangguan kecil pada aktivitas ekonomi. Namun, jika krisis tersebut menimpa seluruh sektor perbankan, maka seluruh sendi-sendi perekonomian dapat terkena dampaknya. Dengan tidak adanya mekanisme manajemen likuiditas pada bank, jika terjadi kondisi tidak likuid dapat mengakibatkan bank menuju kepada kondisi tidak solvabel (insolvency), hal ini dapat terjadi karena saat krisis likuditas, bank berusaha melikuidasi asetnya secara cepat dengan harga yang rendah, akibatnya menimbulkan kerugian. Jika krisis likuiditas menjadi meluas, pengaruhnya bagi ekonomi dapat sama seperti krisis solvabilitas yang mempengaruhi industri bank secara keseluruhan. Sejarah menunjukkan bahwa kegagalan dalam membangun kepercayaan dari sebuah bank dapat mengakibatkan kehilangan kepercayaan pada seluruh bank.
Monetary stability didefinisikan sebagai stabilitas dalam nilai uang, (yaitu inflasi yang rendah dan stabil)
Stabilitas moneter tidak sama dengan stabilitas keuangan. Meskipun keberadaan keduanya sering bersamaan, tetapi mereka tidak harus selalu berdampingan sebagaimana terlihat pada 3 periode sejarah yang berbeda dibawah ini :
16
2.1.1 Inovasi produk keuanqan Liberalisasi sektor keuangan juga mengakibatkan inovasi-inovasi baru secara cepat, kebanyakan yang menonjol pada produk-produk seperti futures, swaps and options (pasar derivative) dan sekuritisasi aset. Produk-produk seperti itu rnemiliki kemampuan yang tinggi dalam meningkatkan kemampuan bank untuk memindahkan risiko diantara mereka sendiri dan investor pada pasar yang lain.
18
19
2.2 Kesepakatan Basel Awal dan Kecukupan Modal untuk Risiko Kredit
22
Germany Sweden
24
2.2.2 Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dan bobot risiko (risk-weighted assets and risk weights)
Untuk memahami bagaimana Basel I mencapai sasaran utamanya, hal yang penting untuk diketahui adalah memahami konsep Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Risk-Weighted Assets (RWA). ATMR adalah aktiva neraca dikalikan oleh bobot risikonya. ATMR diperlukan untuk penyusunan neraca berisiko, yang akhirnya digunakan untuk mendapatkan persyaratan modal. Basel Committee menemukan sistem untuk membantu bank menentukan tingkat ATMR-nya. Sistem tersebut berdasarkan pada konsep bobot risiko atas berbagai faktor. Bobot risiko ini ditentukan berdasarkan risiko kredit secara relatif atas masing-masing kelas aktiva.
25
2.2.2 ATMR dan bobot risiko Untuk mendapatkan neraca yang diberi bobot berdasarkan faktor-faktor risiko, setiap kontrak instrumen (seperti pinjaman) dikelompokan ke dalam 5 kategori sesuai dengan kualitas kredit yang diterima dari pihak lawan dalam jangka waktu kontrak. Bobot yang dipergunakan adalah : 0%,10%, 20%, 50%, dan 100%.
26
Asset Class
Kas Pemerintah pusat OECD* dan domestik Pemerintah OECD
0 to 50 20 50 100
Pemerintah daerah dan sektor publik OECD dan domestik. Antarbank (OECD) & bank perkembangan internasional Bank Non-OECD <1year Pemberian kredit perumahanan (charge pertama atas properti hunian Kredit perorangan tanpa agunan dan kredit korporasi Bank Non-OECD > 1year Pemerintah Non-OECD
* The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)adalah sebuah kelompok 30 negara yang secara bersama-sama memiliki komitmen thd pemetintahan yang demokratis dan ekonomi pasar
27
Bank B meminjamkan USD 100 juta kepada sebuah perusahaan besar. ATMR untuk kredit ini adalah : Kredit Bobot risiko ATMR USD 100 juta 100% USD 100 juta (100 juta * 100%)
28
29
Tidak ada maksud bahwa target 8 % tersebut harus diterapkan secara universal kepada semua bank dalam suatu wilayah hukum otoritas pengawas suatu negara. Komite secara khusus memperbolehkan penerapan target 8% ini sebagai landasan bahwa rasio ketetapan modal minimum bagi bank harus merefleksikan risikorisiko lain selain risiko kredit.
30
2.2.3 Target rasio permodalan Rumus perhitungan target rasio modal adalah :
Modal yang dapat diperhitungkan --------------------------------------------- X 100 = Rasio (min 8%) Risk-weighted assets (ATMR) Dengan begitu, kita dapat menghitung modal yang dibutuhkan dengan mengetahui ATMR nya, atau mengetahui ATMR yang diijinkan untuk sejumlah modal dengan membalik persamaan di atas.
31
32
33
Konsep yang melatarbelakangi penyetaraan risiko kredit adalah bahwa setiap transaksi off-balance sheet dapat dikonversikan menjadi transaksi setara kredit sehingga dapat dianggap sebagai transaksi on-balance sheet untuk keperluan perhitungan ATMR. Hal ini memberikan penegasan bahwa definisi ATMR mencakup berbagai kewajiban bank dalam arti luas, sehingga tidak hanya mencakup pemberian kredit dan transaksi pada kelompok aktiva lainnya yang sejenis.
36
CF %
100 50 20 100
100
50 50 0 37
38
Bank V
Menerima 2%agreed rate for 1v3 month FRA menerima 3 bln LIBID (1.5%)
Bank X
Bank V membuat kontrak FRA dg Bank X Utk mendapatkan hak mendepositokan10 juta USD selama 3 bln dimulai 1 bln didepan. Dalam 1 bln didepan. V menempatkan secara Fisik deposit dengan Bank Y dan menerima 3 Bln LIBID.
40
Bank Y
45
Bank A
6 month LIBOR
OECD Bank
Suku bunga telah naik dan nilai pasar dari Swap menjadi USD 1 juta Credit Exposure (CE) = Mark-to-market + (notional amount x add-on) CE = USD 1jt + (USD 10 jt x 0.5%) = USD 1,050,000 CE untuk OECD bank, bobot risikonya 20%, karena eksposurnya tergantung harga pasar maka didiscount 50 % menjadi 10 % Capital consumption = USD 1,050,000 x 10% (risk weight) x 8% (target capital ratio) = USD 8,400
46
47
48
2.2.9
1
Transaksi ini adalah transaksi on balance sheet dengan suatu bank di negara OECD dengan jatuh tempo kurang dari 1 tahun ATMR (RWA) = USD 100m x 20% = USD 20 juta
Transaksi ini merupakan transaksi off balance sheet dengan sektor swasta dengan jatuh tempo kurang dari lima tahun dan menggunakan Model Currenct Exposure
Setara Kedit (CE) = (USD 10m x 0.5%) + USD 500,000 = USD 550,000
50
2.2.9
3. Transaksi ini merupakan transaksi on balance sheet berupa kredit yang dijamin dengan residential property. ATMR (RWA) = USD 500m x 50% = USD 250 juta Total ATMR (RWA) = USD 20,000,000 + USD 275,000 + USD 250,000,000 = USD 270,275,000 Persyaratan modal = USD 270,275,000 x 8% = USD 21,622,00 sesuai ketentuan
51
52
2.3 Penggunaan 'grid' dan 'look up table' untuk kecukupan modal dan risiko kredit pada Basel I
2.3 Penggunaan pendekatan grid dan tabel look up untuk menghitunq kecukupan modal dan risiko kredit pada Basel I
Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Basel I, pada umumnya menggunakan grid sebagaimana ditujukan pada Table 2.3 and 2.4 untuk menghitung tingkat kesetaraan risiko kredit suatu transaksi. Bank juga memiliki tabel look up sebagaimana ditunjukkan tabel 2.1 and 2.2 di depan untuk menghitung ATMR dalam rangka menentukan persyaratan modalnya.
53
2.3 Penggunaan 'grid' dan 'look up table' untuk kecukupan modal dan risiko kredit pada Basel I
54
2.3 Penggunaan 'grid' dan 'look up table' untuk kecukupan modal dan risiko kredit pada Basel I
Perlu diperhatikan bahwa unsur biaya yang terkait dengan risiko tidak secara khusus diperhitungkanmarjin return yang tercakup dalam pendapatan bersih. Penilaian kecukupan return memerlukan alat ukur yang terpisah.
55
2.3 Penggunaan 'grid' dan 'look up table' untuk kecukupan modal dan risiko kredit pada Basel I
2.3 Penggunaan 'grid' dan 'look up table' untuk kecukupan modal dan risiko kredit pada Basel I
2.3 Penggunaan 'grid' dan 'look up table' untuk kecukupan modal dan risiko kredit pada Basel I
58
60
62
64
Periode waktu suatu transaksi dikenal sebagai "VaR Horizon". Kebanyakan transaksi yang diperdagangkan, Var Horison yang sesuai adalah satu hari perdagangan. Oleh karena itu yang biasa digunakan adalah ukuran Daily VaR (Daily Value at Risk - DVar)
67
68
69
71
72
2.7
Pada 1999, Basel Committee mulai menjalin kerjasama erat dengan bank-bank utama dari negara-negara anggota untuk menyusun Capital Accord yang baru. Tujuan umumnya adalah untuk mengarahkan semua risiko perbankan ke dalam suatu kerangka kebutuhan modal vang baru dan komprehensif. Accord yang baru selanjutnya dikenal dengan Basel Accord II. Penyusunan Basel II bersamaan dengan gerakan negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa untuk menyelaraskan pasar keuangan yang dikenal dengan Financial Market Program. Kebutuhan untuk menyelaraskan peraturan-peraturan perbankan dan jasa keuangan di antara negara-negara Uni Eropa merupakan bagian tak terpisahkan dengan "Financial Market Program tersebut.
76
2.7
Sangat dimungkinkan bagi Uni Eropa untuk mengadopsi Basel II Accord sebagai dasar peraturan permodalan yang berlaku domestik bagi perbankan dan perusahaan jasa keuangan. Penerapan Basel II yang meluas di Uni Eropa sangat diperlukan antara lain karena kurang jelasnya definisi bank yang berlaku umum di antara negara-negara anggota Uni Eropa. Basel II Accord, dengan beberapa perubahan kecil, selanjutnya akan menjadi dasar peraturan yang baru negara Uni Eropa dalam mengarahkan kebutuhan modal - disebut The Capital Requirements Directive (CRD).
77
3.1. Tiga pilar regulasi Basel II jauh lebih kompleks daripada Basel I. Hal ini terjadi karena adanya risiko yang ditambahkan dalam Basel II, disamping pendekatan 3 pilar dan penggunaan metodologi yang lebih canggih untuk menghitung risiko.
Basel I Accord
Fokus pada satu cara pengukuran risiko Memiliki pendekatan yang sederhana terhadap sensitivitas risiko
Basel II Accord
Fokus pada medologi internal Memiliki tingkatan sensitivitas risiko yang lebih tinggi
Menggunakan pendekatan one-size-fits- Dapat dengan mudah disesuaikan all pada risiko dan modal. dengan kebutuhan masing-masing bank. Hanya mencakup risiko kredit dan risiko pasar Mencakup risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional dan risiko lainnya
3.1
Kerangka kerja Basel II terdiri dari tiga konsep. Ketiga konsep ini dikenal dengan sebutan tiga pilar, diantaranya yaitu: Pilar 1 Kebutuhan modal minimum (minimum capital requirement), yang dikembangkan dari aturan standar yang digunakan dalam Basel I Accord 1988 Pilar 2 Supervisory review atas kecukupan modal dan proses penilaian bank. Pilar 3 Penggunaan disiplin pasar (market discipline) untuk mendorong transparansi (disclosure) dan mendorong praktek perbankan yang aman dan sehat.
3.1.1 Pilar 1 Persyaratan modal minimum (Minimum capital requirements) Dalam Pilar 1, bank diminta untuk menghitung modal minimum untuk risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional. Untuk traded market risk, tidak ada perubahan dari apa yang telah diterapkan saat ini dimana sesuai dengan yang telah ditetapkan Basel Committee pada tahun 1996 dalam Market Risk Amandment untuk the Basel I Capital Accord. Risiko tingkat suku bunga pada banking book tidak dicakup di dalam Pilar 1.
5
3.1.2
Supervisory review pada Pilar 2 dimaksudkan untuk menformalkan praktek yang telah dijalankan berbagai pihak regulator dari masingmasing negara. Konsep supervisory review secara implisit telah ada dalam Basel I dan ditujukan untuk menentukan standar minimum yang dapat diterima oleh pihak regulator guna diterapkan pada lingkungan perbankan masing-masing negara. Pilar 2 merupakan supervisory review yang sangat mirip dengan apa yang saat ini diterapkan pada The Federal Reserve Board di Amerika, dan The Financial Services Authority di Inggris. Supervisory review dirancang untuk memberikan fokus perhatian pada : Persyaratan modal di atas tingkat minimum yang dihitung berdasarkan Pilar 1, dan Tindakan awal yang dibutuhkan untuk memberikan respon terhadap risiko yang timbul. Pilar 2 juga meliputi evaluasi risiko suku bunga jenis tertentu dalam banking book.
6
3.1.3
Pilar 3 adalah market discipline. Bank for International Settlements (BIS) mendefinisikan market discipline sebagai mekanisme tata kelola internal dan eksternal dalam perekonomian pasar bebas (free-market economy) tanpa campur tangan langsung pemerintah. Pilar 3 dirancang untuk mencakup hal-hal yang akan dibutuhkan dalam hal pengungkapan publik oleh bank. Pilar 3 dirancang untuk membantu para pemegang saham dan analis pasar, dan berupaya untuk meningkatkan transaparansi atas permasalahan seperti: Portofolio aktiva bank, dan Profil risiko bank. Perlu diperhatikan bahwa Basel I hanya berisi pendekatan Pilar 1. Pada prakteknya, unsur pilar 2 dan pilar 3 akan tetap ada, walaupun pendekatan yang digunakan untuk pilar-pilar ini dan aplikasinya dapat sangat berbeda.
7
3.1.4 Cakupan risiko kredit, pasar, operasional dan risiko lainnya Dalam pendekatan 3 pilar The Basel Committee mengusulkan untuk memperluas cakupan risiko di luar credit risk dan traded market risk ke dalam lingkup jenis risiko yang lebih luas yang dihadapi bank. The Basel Committee memfokuskan Pilar 1 pada credit risk, operational risk dan sekaligus memasukkan market risk amendment 1996 secara utuh. Pendekatan pilar 1 menandai pertama kalinya pendekatan kuantitatif akan digunakan untuk risiko operasional. Selain itu, beberapa risiko lain yang ingin dicakup oelh Basel Committee dalam pilar 2 dan 3. Risiko-risiko ini disebut dengan risiko-risiko ini dikenal sebagai risiko-risiko lainnya (other risk).
IRB approaches
Standardised Approach
Foundation
Advanced
Pillar 3
Market Discipline
Disclosure
10
3.2
Meningkatnya penggunaan metode kuantitatif oleh bank untuk mengukur dan melaporkan risiko kredit dalam portofolio bank adalah salah satu pengembangan (Basel II) yang mencapai puncaknya pada saat publikasi market risk amendment pada tahun 1996. Pada amandemen ini, bank diperbolehkan untuk menggunakan internal model dalam mengukur credit risk mereka. Pengembangan metode kuantitatif ini merupakan pondasi yang kokoh bagi The Basel II Accord. Namun demikian ada dua persoalan yang perlu diselesaikan sebelum Basel Committee mulai menerapkan Basel II, yaitu : credit model dan operational & other risk.
11
3.2.1
Untuk menentukan jenis kredit model yang diperbolehkan penggunaannya berdasar aturan Pilar 1, Basel Committee mempertimbangkan penggunaan dari: full portfolio models yang dicirikan oleh aplikasi teknik option pricing grading models dimana perhitungan risiko dibuat berdasarkan obligor individual dimana secara sederhana risiko portofolio diperoleh dari penjumlahan atas keseluruhan risiko individual tersebut. Full portolio models adalah model yang dikembangkan oleh Robert Merton untuk menentukan harga dan mengukur risiko dalam portofolio suatu option.
12
14
15
3.3
Basel Committee menggunakan pendekatan konsultatif untuk memastikan bahwa peraturan baru mempunyai dampak yang positif. Pertama kali Basel Committee menerbitkan consultative paper yang kemudian diikuti dengan konsultasi dan revisi yang secara periodik.
Dalam periode konsultasi tersebut didalamnya termasuk serial QIS (Quantitative Impact Studies), dimana sejumlah bank mengkaji dampak implementasi atas consultative paper terakhir dari Basel II Accord.
16
3.3
Pendekatan konsultasi yang dilakukan oleh Basel Committee secara garis besar didasari oleh pernyataan tertulis Committee untuk tidak mengubah keseluruhan total modal yang ada pada industri perbankan. Yang selanjutnya akan menggunakan informasi tersebut untuk menyempurnakan usulan. Pendekatan konsultatif telah memberikan dampak yang sangat positif pada perkembangan kesepakatan (Accord). Hal tersebut juga merupakan bukti yang sangat membantu bank dan komite untuk menemukan permasalahan signifikan yang terkait engan implementasi yang dilakukan.
17
18
20
21
22
A Baa
A BBB
S&P
BB BB CCC CC C D
Description
Obligasi dianggap sangat spekulatif dalam kemampuan untuk membayar bunga dan pokoknya pinjaman sesuai dengan persyaratan. Ba / BB menunjukkan tingkat spekulasi terendah Ca / CC menunjukkan tingkat spekulasi tertinggi. Peringkat ini dicadangkan untuk income bonds dimaan tidak ada suku bunga yang dibayarkan. Obligasi berperingkat D menunjukkan bahwa obligasi dalam keadaan default/macet, dan/atau terdapat tunggakan pembayaran kembali pokokobligasi.
Baik Moodys dan Standard & Poors membuat penyesuaian lebih jauh pada penilaian mereka, hal ini ditunjukkan dengan naiknya jumlah grade yang tersedia. Moodys menggunakan a1, 2, atau 3 dengan 1 menyatakan yang paling kuat. Contoh A1 adalah penilaian yang paling kuat dan A3 adalah yang paling lemah. S&P menggunakan tanda plus dan minus : A+ adalah penilaian A yang paling kuat dan A- adalah penilaian A yang paling lemah.
24
3.4.2
Kedalaman cakupan
Jika bank memilih untuk menggunakan Internal Ratings-Based Approach, jumlah grade yang dapat digunakan ditentukan oleh bank sendiri, meski pengawas mengharapkan paling tidak ada 8 (delapan) grade yang dipakai. Jika Standardised Approach dipergunakan, Basel II grid bobot risiko (risk weights) didasarkan pada pengukuran Basel I dengan memasukkan rating kredit yang sudah tersedia.Standardised approach memperbolehkan adanya pengelompokkan bobot risiko antar model yang ada, namun dengan pembedaan yang jelas untuk kelompok aktiva berbeda.
25
26
3.5
Karena bank-bank menghitung sendiri jumlah modal minimum sesuai ketentuan, kemungkinan besar jumlah modal masing-masing bank akan berbeda dengan jumlah modal sesuai ketentuan Basel I.
27
3.5
Bank U memiliki risiko operasional yang cukup besar. Menurut Basel II, modal minimum sesuai ketentuan (regulatory capital) akan meningkat jika terdapat off-setting terhadap modal yang diperlukan untuk mendukung perkreditan bank. Bank X memiliki risiko operasional yang rendah dan portofolio pemberian kredit yang terdiri dari kredit korporasi yang sangat tinggi kualitasnya (AA). Menurut Basel II, modal minimum sesuai ketentuan Bank X akan menurun cukup besar.
28
3.5
Tujuan Basel II adalah menyusun modal minimum sesuai ketentuan (regulatory capital) yang lebih sesuai dengan profil risiko setiap bank. Basel Committee telah menerapkan dua aturan dalam masa transisi untuk memastikan Accord yang baru tidak terlalu cepat mengurangi persyaratan modal minimum, baik bagi sistem perbankan secara keseluruhan maupun bagi masing-masing bank.
29
3.5
Pada rencana transisi pertama, pengawas akan mengaplikasikan sebuat pengali (multiplier) untuk memastikan bahwa target rasio modal minimum 8% tetap dijaga. Faktor skala (scaling factor) ini akan diterapkan secara serentak kepada semua bank dengan menggunakan pendekatan Internal Ratings-Based Approach untuk risiko kredit atau Advanced Measurement Approach untuk risiko operasional. Mengikuti QIS 3 faktor pengali ini akan ditetapkan sebesar 106%. Basel Committee yakin bahwa hal ini cukup untuk memastikan bahwa pada tahap awal implementasi Basel II, target rasio 8% dapat dipertahankan.
30
3.5
Pada rencana transisi, setiap bank tidak akan diijinkan untuk merealisasikan manfaat dari berkurangnya persyaratan modal minimum sesuai ketentuan (regulatory capital). Pengurangan modal harus dilakukan secara bertahap dari akhir tahun 2005 hingga akhir tahun 2008 sesuai dengan kesepakatan bank dengan otoritas pengawas perbankan masing-masing sesuai dengan tabel di bawah. Rencana tersebut akan tergantung dari modal dasar yang akan dikurangi sepanjang periode.
Dari akhir tahun 2005 IRB Foundation approach Advanced approaches Perhitungan pararel Perhitungan pararel atau studi dampak Dari akhir tahun 2006 95% Dari akhir tahun 2007 90% Dari akhir tahun 2008 80%
Perhitungan pararel
90%
80%
31
32
3.6
Keterkaitan antara jumlah modal yang dimiliki sebuah bank dengan modal sesuai ketentuan (regulatory capital) bank tsb seringkali cukup rumit. Pada prakteknya, banyak bank besar saat ini memiliki rasio modal terhadap ATMR, sebagaimana dilaporkan dalam laporan keuangan sebesar 10% hingga 12%, jauh di atas rasio aturan yang disyaratkan.
33
34
35
36
3.6.1
Basel II dan model economic capital mengkaitkan bank dengan tingkat dan struktur kegiatan usahanya. Bank adalah institusi komersial dan rencana manajemen ke depan untuk mencapai tingkat kegiatan usaha tertentu, baik secara organik maupun dengan akuisisi akan membutuhkan jumlah modal yang lebih tinggi. Akses ke pasar modal tidak dapat selalu dapat dijamin serta besarnya biaya yang dibutuhkan juga tidak dapat dipastikan. Dalam kondisi ketidakpastian ini, bank yang mempunyai rencana untuk tumbuh pada umumnya ingin memastikan bahwa tidak terbatasi oleh kekurangan modal. Bank juga harus memastikan bahwa besrnya keuntungan yang mereka rencanakan tidak akan mengakibatkan tingginya biaya modal sebagai akibat dari faktor pasar jangka pendek, misalnya jika bank harus bersaing dengan penerbitan obligasi pemerintah.
37
4.1
Risiko pasar
Market risk adalah risiko kerugian yang timbul akibat pergerakan harga pasar atas posisi yang diambil oleh bank baik pada sisi on maupun off balance sheet. Bank yang memiliki posisi dalam instrumen keuangan pada neracanya memiliki eksposur risiko pasar yang bersanya ditentukan oleh posisi tersebut. Namun demikian, bank yang berperan sebagai intermediary dalam sebuah transaksi yang tidak tercatat dalam neracanya tidak akan terekspos pada risiko pasar atas transaksi tersebut.
4.1 Karakteristik Risiko Pasar Risiko Pasar terdiri dari : Risiko spesifik (specific risk) yaitu risiko yang timbul akibat pergerakan harga atas surat berharga individual yang disebabkan oleh faktor-faktor yang terkait dnegan surat berharga atau penerbitnya. Sebagai contoh adalah turunnya harga sebuah obligasi yang disebabkan oleh memburuknya penilaian (credit rating) yang dialami oleh penerbitnya. Informasi ini hanya secara khusus akan berakibat pada obligasi tersebut dan tidak akan berakibat pada harga obligasi secara umum. Risiko pasar umum (general market risk) yaitu risiko yang timbul akibat pergerakan harga pasar yang berpengaruh terhadap beberapa instrumen keuangan. Sebagai contoh, penurunan suku bunga yang diberlakukan oleh pemerintah pada umumnya menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku di pasar, yang juga akan berakibat pada harga semua surat berharga yang terkait dengan kenaikan suku bunga tersebut.
4
4.1 Karakteristik Risiko Pasar Untuk tujuan analisis, Risiko pasar umum (general market risk) dibagi ke dalam empat kategori sebagai berikut: risiko suku bunga (interest rate risk) risiko posisi ekuitas (equity position risk) risiko nilai tukar (foreign exchange risk) risiko posisi komoditi (commodity position risk). Setiap risiko di atas tidak berdiri sendiri sendiri, sebab perubahan dari satu risiko akan berpengaruh pada risiko yang lain.
5
4.1
Risiko suku bunga adalah potensi kerugian yang timbul akibat perubahan suku bunga. Risiko ini berlaku bagi semua surat berharga (instrument) yang menggunakan satu atau lebih yield curves untuk menghitung nilai pasar instrumen tersebut
4.1
4.1
Contoh - Morgan Grenfell Private Equity Pada bulan Februari 2001 dilaporkan dalam Financial Times bahwa Morgan Grenfell Private Equity (MGPE) mengalami kerugian sebesar GBP 150 juta karena memegang saham EM.TV, sebuah media group asal German, MGPE telah mengakuisisi saham yang merupakan bagian dari transaksi dengan cara menjual kepemilikan saham MGPE pada Formula Satu, Pada saat yang sama saham EM. TV jatuh 90%.
8
4.1
Contoh - Telekomunikasi Indonesia Pada bulan Agustus 1998, PT Telkom menderita kerugian bersih sebesar USD 101juta pada laporan keuangan mereka sebagai akibat kerugian nilai tukar setara dengan USD 150 juta. Kerugian berasal dari pinjaman USD 306 juta, JPY 11 milyar dan FRF 130 juta, yang dikonversi ke dalam rupiah. Devaluasi rupiah terhadap USD, JPY dan FRF mengakibatkan pembayaran kembali hutang tersebut menelan biaya bersih mendekati USD 150 juta, lebih dari jumlah pinjaman yang mereka terima. . 9
4.1
Risiko posisi komoditi (commodity position risk) adalah potensi kerugian yang timbuk akibat perubahan harga komoditas. Risiko ini dapat terjadi pada semua posisi komoditas dan semua posisi derivatif komoditas. Contoh - Sumitomo Corporation Pada bulan Juni 1996 Sumitomo Corporation melaporkan dalam periode 10 tahun telah mengalami kerugian sebesar USD 1.8 milyar sebagai akibat trading komoditas tembaga diluar otorisasi yang dilakukan oleh trader seniornya. Diperkirakan pada saat itu seluruh investment bank yang melakukan transaksi derivatif secara kolektif mengalami kerugian sebesar USD 100 juta akibat pergerakan harga tembaga.
10
4.1
Intervensi oleh otoritas keuangan (official intervention) memberikan efek jangka pendek terhadap tingkat harga di pasar, seperti penurunan suku bunga atau devaluasi mata uang. Jangka waktu dapat berubah menjadi panjang jika misalnya intervensi memberikan sinyal perubahan kebijakan ekonomi. Arbitrase (arbitrage), dimana tingkat harga pasar tertentu dibatasi oleh tingkat harga di pasar lainnya, akan mempengaruhi pergerakan harga harian. Sebagai contoh, jika sebuah saham diperdagangkan di pasar modal London dan New York dan harga di London lebih tinggi dari harga di New York, trader akan melakukan jual saham di London dan akan membelinya di New York untuk memperoleh keuntungan. Karena sifat pasar internasional dan arus informasi adalah seketika (real time), harga pasar umumnya konsisten antara pasar yang satu dengan pasar yang lain, yang tidak memungkinkan untuk mengambil keuntungan dari satu pasar ke pasar lainnya. Dengan demikian kemungkinan arbitrase hanya akan muncul dalam satu periode yang sangat singkat.
12
4.1
Kondisi ekonomi dan politik (economic and political events) dan bencana alam dapat mengakibatkan perubahan harga jangka pendek. Hal ini dapat terjadi dalam skala pasar lokal namun jika kejadian cukup besar dapat berpengaruh terhadap pasar global. Faktor-faktor ekonomi yang mendasari (underlying economic factors) merupakan pembentuk utama tingkat harga jangka panjang. Sebagai contoh, dalam jangka panjang, nilai tukar antara dua negara akan mencerminkan tingkat inflasi relatif dan kinerja ekonomi relatif masingmasing negara tersebut.
13
14
Strategi kedua adalah menjaga posisi trading melalui transaksi hedging dengan diskresi (discretion) tertentu yang diberikan kepada trading desk. Dalam strategi ini trading desk mempunyai limit risiko pasar yang digunakan untuk mengelola risiko bannk secara keseluruhan pada suatu waktu tertentu. Strategi ini memungkinkan trading desk untuk menunggu pergerakan harga pasar yang menguntungkan dalam pengambilan posisi trading.
16
18
4.2.1
Bank-bank yang memiliki nasabah besar dan mempunyai volume transaksi valas (foreign exchange) yang besar dapat menggunakan posisi ritel"nya untuk mempengaruhi pergerakan nilai tukar pasar valas wholesale. Hal ini memberikan potensi keuntungan yang lebih tinggi dibanding marjin customer business. Bank mulai mengambil potensi tsb dengan mengambil posisi berjumlah besar dalam traading book-nya. Proses ini berlanjut dan ketika kompetisi semakin meningkat, marjin customer bussiness semakin berkurang. Akibatnya volume perdagangan pada valuta utama dunia seperti USD/EUR, USD/JPY dan USD/GBP, pada saat ini didominasi perdagangan valas antar bank, dengan jumlah customer bussiness yang relatif kecil.
20
4.2.1
Perkembangan pasar valas merupakan contoh yang baik untuk menggambarkan kecenderungan perkembangan trading instrumen keuangan di bank. Pada tahap awal bank melakukan matched position atas transaksi instrumen keuangan. Hal ini berarti bank seketika melakukan hedging risiko atas transaksi dengan bank lain dengan nilai yang sama dengan transaksi nasabahnya. Keuntungan yang diperoleh bank adalah perbedaan harga antara harga yang diberikan kepada nasabah dengan harga yang diperoleh dari pasar antarbank.
21
23
Customer
Arus dana
Bank A
Arus dana
Market
membayar 5% Fixed
Bank B
26
4.2.2 Manajemen posisi dan hedging Trader akan secara teratur melakukan hedging dengan instrumen yang lebih likuid dibandingkan dengan transaksi underlying-nya sehingga mereka dapat melakukan strategi hedging mereka dengan cepat. Sebagai tambahan, dalam pasar yang likuid biaya transaksi umumnya lebih rendah. Trader dapat melakukan hedging atas seluruh atau sebagian risiko yang memungkinkan mereka melakukan dan menciptakan posisi risiko posisi yang mereka anggap akan mendatangkan keuntungan tanpa melakukan transaksi dalam instrumen yang melindunginya.
27
28
Hedging mempunyai beberapa keunggulan tetapi benarbenar membutuhkan pengelolaan yang cermat, karena instrumen yang digunakan tidak identik dengan transaksi aslinya. Umumnya ada beberapa risiko tersisa (residual risk) yang tidak tercakup dan hal ini harus dapat diukur dan dikontrol. Dalam beberapa kasus, interaksi hedging dan posisi risiko dari underlying instrument dapat menyebabkan timbulnya risiko baru pada posisi perdagangan yang besar.
29
Customer
Arus Kas
Bank A
Arus Kas
Market
31
32
33
Elemen penting dalam pengawasan kegiatan trading bank adalah prosedur persetujuan untuk produk trading baru yang independen. Hal ini penting mengingat prosedur tersebut melibatkan beberapa departemen yang terkait dalam bank. Prosedur persetujuan beberapa hal seperti: sekurang-kurangnya mencakup
34
Bagaimana pengaruh produk tersebut pada regulatory capital requirement? Apakah produk tersebut memiliki permasalahan terkait dengan perpajakan? Apakah transaksi produk tersebut dapat dicatat dalam prosedur akuntansi yang ada? Apakah seluruh persyaratan legal prosedur dokumentasi telah terpenuhi ? dan
35
Apakah bank memiliki credit line yang cukup untuk mendukung produk tersebut? Apakah produk tersebut memerlukan pengembangan prosedur kepatuhan yang baru?
36
37
38
4.3.1
Pendahuluan
Terdapat berbagai jenis instrumen trading. Produk-produk yang lazim dijumpai merupakan instrumen utama yang diperdagangkan secara global berdasarkan volumenya. Instrumen tersebut sering disebut dengan istilah produk vanilla' karena merupakan instrumen yang sederhana. Namun demikian, untuk setiap produk yang standar pun memiliki versi yang lebih kompleks sejalan dengan perkembangan produkproduk baru untuk memenuhi permintaan nasabah. Untuk seluruh jenis instrumen yang akan dibahas berikut diperdagangkan dalam valas adalah US dollar, Euro, Yen dan Poundsterling.
39
41
42
46
Obligasi diterbitkan oleh berbagai organisasi dan setiap obligasi mewakili klaim keuangan terhadap penerbitnya. Sebuah obligasi vanilla umumnya akan memberikan bunga tetap selama jangka waktu obligasi tersebut. Istilah vanilla digunakan untuk memberi indikasi obligasi bahwa obligasi tersebut memiliki fitur standar yang terdapat di pasar.
47
Harga obligasi akan dipengaruhi oleh tingkat suku bunga dan kondisi keuangan penerbit. Perusahaan pemeringkat, seperti Moody's Investors Service dan Standard & Poor's mengeluarkan penilaian terhadap sensitivitas risiko obligasi yang mencakup risiko kredit dari obligasi.
48
Obligasi berperingkat D menunjukkan bahwa obligasi dalam keadaan default/macet, dan/atau terdapat tunggakan pembayaran kembali pokokobligasi.
Peringkat di atas didasarkan pada peringkat obligasi. Obligasi menimbulkan risiko suku bunga umum (general interest rate risk) dan risiko spesifik (specific risk).
49
4.3.2
Trading komoditas (commodity trading) adalah pembelian dan penjualan produk komoditas secara fisik yang diperdagangkan dalam pasar sekunder. Transaksi ini meliputi produk-produk pertanian (agricultural products), minyak, dan logam mulia. Produk dibeli dan dijual pada tempat tertentu dan tanggal yang disepakati. Terdapat pasar spot dan forward untuk beberapa produk ini dan masing-masing produk memiliki fitur tambahan yang terkait secara langsung dengan karakteristik fisik produk tersebut.
51
52
4.3.3
Instrumen derivatif
Dalam 20 tahun terakhir, derivatif telah berkembang menjadi pelaku utama risiko pasar dengan inovasi produk yang dikembangkan oleh bank bagi nasabahnya. Produk-produk tersebut, selama ini dikategorikan sebagai instrumen cash dan produk tersebut merupakan underlying dari transaksi produk-produk derivatif.
53
4.3.3
Instrumen derivatif
Ciri utama hampir semua derivatif adalah dalam transaksi jumlah pokok tidak turut dipertukarkan sehingga secara substansial mengurangi risiko kredit dan risiko settlement. Transaksi ini sering disebut sebagai contracts for difference mengingat perubahan harga relatif dari underlying instrumen kas yang dipertukarkan. Dengan mengurangi risiko kredit, bank dapat melakukan perdagangan dengan banyak pihak (counterparties) dibanding dengan yang bisa dilakukan melalui instrumen kas (cash instruments). Hal ini mengakibatkan pasar derivatif menjadi lebih likuid sehingga volume perdagangan tumbuh pesat sejalan pula dengan jumlah risiko yang diambil.
54
57
4.3.3
Sebuah obligasi future yang diperdagangkan untuk delivery pada Desember 2005 akan menggunakan dasar harga forward dari obligasi yang mendasarinya (underlying bond). Jika pembeli memegang posisi sampai tanggal delivery, penjual akan mempunyai kewajiban untuk memberikan obligasi sesuai dengan kontrak kepada pembeli. Pada prakteknya delivery secara fisik jarang terjadi karena penyelesaian kas dilakukan atas perbedaan harga antara transaksi aslinya dan harga pada saat tanggal penyerahan
58
4.3.3
Swap bunga diperdagangkan dengan waktu jatuh tempo mencapai 30 tahun meski hanya sedikit volume transaksi yang jatuh temponya berada di atas 10 tahun. Jatuh tempo maksimum bervariasi antar valuta dan tergantung pada underlying pasar obligasi yang terkait dengan valuta tersebut. Hal ini dikarenakan obligasi digunakan sebagai hedging untuk swap. Swap vanilla memiliki suku bunga tetap yang diswap dengan indeks suku bunga mengambang seperti satu bulan, tiga bulan atau enam bulan LIBOR. Hal ini berarti semua pihak sepakat untuk memperdagangkan perbedaan antara dua suku bunga tersebut. Mengingat bahwa rate LIBOR akan berubah setiap saat, maka pertukaran bersih (net exchange) juga akan selalu berbeda sepanjang masa swap.
60
4.3.3
Swap vanilla sebgaina besar diperdagangkan di pasar antar bank. Namun demikian, pasar ini juga memperdagangkan beberapa variasi dari swap vanilla swap untuk memenuhi kebutuhan end-user. Bank memakai gabungan dari instrumen hedging untuk mengelola risiko suku bunga yang ditimbulkan dari oleh transaksi swap. Swap bunga menimbulkan risiko suku bunga
61
4.3.3
Bank A
XYZ Company
Bank B
4.3.3
63
Customer
Bank
Customer
Floating GBP LIBOR EURO
Bank
Stage 3 Maturity
Customer
Bank
64
65
Bank V
Receiving notional agreed fixed rate for 1v3 month FRA Receiving 3 month deposit rate
Bank X
Bank V enters into a FRA with Bank X for the right to deposit USD for 3 months beginning in 1 months time. In 1 months time Bank V places physical deposit with Bank Y and receives 3 month deposit rate.
66
Bank Y
67
4.3.3
Penentuan harga option didasarkan pada probabilitas bahwa option tersebut akan di-exercise. Pengukuran volatilitas digunakan untuk menghitung harga option. Volatilitas harga option adalah harga pasar yang merefleksikan ekspektasi pasar terhadap pergerakan harga pada masa berlakunya option. Volatilitas yang digunakan untuk membuat harga option ditentukan oleh pasar dan hal tersebut merupakan risiko tersendiri.
69
4.3.3
Option menimbulkan risiko inheren yang terdapat dalam instrumen underlying jika opsi di exercise. Option memiliki risiko volatilitas dan risiko suku bunga terkait dengan tanggal penyerahan di masa yang akan datang atas instrumen underlying. Sebagai contoh, sebuah option dari sebuah obligasi mempunyai risiko yang sama dengan underlying bond seperti risiko perubahan dalam volatilitas harga obligasi tersebut.
70
Yen (m)
50 0
90
92
94
96
98
- 50
- 100 - 150
Spot rate
71
4.3.3
Perusahaan membeli European USD call option yang akan jatuh tempo tiga bulan kemudian dengan strike price 100 terhadap JPY yang juga merupakan current USD/JPY spot price. Premi pembelian option ini sebesar JPY 30 juta. Pada saat jatuh tempo, perusahaan setuju untuk membeli pabrik dan membutuhkan untuk membeli USD dan menjual JPY Spot rate sekarang 108.00 dan perusahaan melakukan exercise option tersebut dan membeli USD dari penjual pada strike price 100.00 Jika spot rate jatuh dibawah 100.00 perusahaan akan membiarkan option tersebut sampai jatuh tempo dan tidak melakukan exercise dan membeli dollar pada nilai tukar yang lebih rendah di pasar.
72
Yen (m) 90
92
94
96
Spot rate
73
Premium given up
Yen (m)
90
92
94
96
Spot rate
75
4.4.1 Pricing
Salah satu pengendalian terpenting yang dimiliki oleh bank dalam mengelola operasional trading adalah memastikan bahwa posisi trading open dinilai secara harian menggunakan harga pasar saat ini. Proses penilaian kembali menggunakan harga pasar saat ini disebut marking-to-market. Untuk mengetahui hal-hal apa yang diperlukan untuk melakukan penilaian berdasarkan harga pasar, maka langkah pertama adalaha dengan melihat bagaimana instrumen tersebut dinilai Instrumen keuangan dinilai dengan cara yang paling sederhana menggunakan perbandingan tunggal hingga model keuangan yang kompleks. Prinsip-prinsip dasar pricing atas instrumen trading utama akan dibahas berikut ini namun tanpa menggunakan detail matematis dari beberapa model.
76
77
Rates
78
Pada prakteknya, masing-masing mata uang utama memiliki sejumlah yield curve yang dipergunakan pada waktu bersamaan. Perbedaan antar kurva tersebut terutama adalah perbedaan instrumen underlying yang dipergunakan untuk menentukan waktu tertentu.
79
80
81
82
perbedaan tingkat bunga adalah perbedaan absolut antara valuta dasar dengan valuta asing. jangka waktu adalah waktu sampai dengan maturity yang dinyatakan dengan hari . jumlah hari dalam setahun biasanya diambil 360 hari, akan tetapi 365 juga dipergunakan untuk beberapa mata uang.
83
Hal ini dapat diuji dengan melihat perhitungan bunga ekuivalen: Pada spot SD 1,000,000 Interest due USD 3,333.33 Pada saat maturity USD 1,003,333.33 Forward margin = - 0.26 JPY 105,000,000 = 105 JPY 87,500 JPY 105,087,500 = 104.74
(104.74 105)
84
4.4.4 Option
Pada dasarnya, penentuan harga option tersebut dakan bernilai pada saat jatuh tempo. Penentu penting dari nilai option tersebut adalah : tingkat strike price relatif terhadap harga pasar saat itu. Jika strike price sama dengan harga pasar saat itu, option tersebut memiliki peluang 50% akan bernilai saat jatuh tempo, karena dianggap terdapat kemungkinan yang sama nilai tukar dapat naik atau turun. waktu sebelum jatuh tempo. Semakin panjang jangka waktu sebelum jatuh tempo, maka makin tinggi preminya karena option memiliki lebih banyak waktu untuk menjadi bernilai. Besar-kecilnya volatilitas harga pasar. Semakin bergejolak harganya, maka preminya makin tinggi.
85
4.4.4 Option
Diagram dibawah ini menunjukan variasi jarak yang mungkin pada nilai kurs untuk opsi rate valas JPY/USD untuk membeli dolar US pada strike price 105.00 terhadap yen jepang. Kurs saat ini adalah 100.00. Beragam tanggal jatuh tempo hingga 12 bulan dan 3 volatilitas yang berbeda diperlihatkan untuk untuk.
Call option strike 105
115 110 Exchange rate 105 100 95 90 85 0 2 4 6 Months 8 10 12
86
4.4.4 Option
Strike price dan waktu jatuh temponya dipilih oleh pembeli option. Volatilitas adalah ukuran statistik yang dapat diperoleh dari pergerakan harga historis. Namun, yang sering kali terjadi, data historis tidak selalu menjadi alat prediksi yang baik untuk masa mendatang, sehingga pasar menggunakan nilai volatilitas yang diharapkan. Besarnya volatilitas berbeda-beda sesuai tanggal jatuh tempo dan diperlihatkan dengan kurva yang menggunakan periode yang sama seperti seperti yield curve.
87
4.4.4 Option
USD/Yen foreign exchange option volatilities
10.50 Annual volatility 10.00 9.50 9.00 1 Week 1 Month 3 Month 6 Month 1 Year 2 Years Option maturity
Tingkat Volatilitas pasar dimasukan ke dalam rumus penentuan harga option bersama dengan harga pasar yang berlaku bagi instrumen underlying untuk menghitung nilai pasar option saat ini.
88
4.4.5 Proses mark-to-market Dalam posisi operasi perdagangan yang besar, posisi akan berubah dari menit ke menit saat para trader mengelola posisi risiko mereka. Karenanya penting bagi manajemen senior bank untuk memiliki prosedur mark-to-market yang kuat untuk mengawasi kinerja para trader.
Pada umumnya proses ini adalah proses yang dilakukan setiap hari dimana sebuah unit kerja yang independen terhadap trader, akan mendapatkan dan memverifikasi harga pasar dan memeriksanya untuk semua instrumen yang ada dalam trading book. Untuk pasar dimana perdagangan dilakukan secara langsung dengan counterparties, closing price akan diperoleh dari broker yang aktif dalam pasar. Broker bersifat independen terhadap bank, dan karena sifat pekerjaannya broker akan mengetahui harga pasar saat ini.
89
91
4.6
Pada
umumnya ALM memiliki sasaran utama mengelola risiko tingkat suku bunga dalam neraca bank dan memastikan bahwa risiko tingkat suku bunga yang melekat pada bisnis bank tidak mengganggu
94
4.6
95
4.6
Akuntansi manajemen merupakan sebuah struktur pelaporan yang didasarkan pada informasi yang mencerminkan cara manajemen sebuah bank memandang. Sebaliknya, statutory financial accounts, (misalnya laporan rugi laba dan neraca) harus disiapkan sesuai dengan standar pelaporan dan harus mematuhi standar akuntansi nasional. Namun praktek akuntansi manajemen seringkali dipengaruhi oleh standar akuntansi keuangan yang diikuti oleh negara dimana bank itu berada. Aktivitas ALM mencakup dua risiko risiko tingkat suku bunga dalam banking book dan risiko likuiditas.
96
Risiko pasar dalam banking book adalah risiko kerugian dimana sebuah bank terekspos kepada risiko suku bunga pasar yang berubah karena struktur yang mendasari bisnisnya, seperti aktivitas pemberian pinjaman dan penerimaan deposito. Risiko tingkat suku bunga dalam banking book adalah risiko kerugian akibat perubahan tingkat suku bunga yang merugikan. Risiko tingkat suku bunga dalam banking book pada umumnya terjadi akibat bisnis yang dilaksanakan sebuah bank dengan para nasabah korporasi dan ritel-nya.
97
4.6.1 Risiko tingkat suku bunga dalam banking bookcontoh Nasabah KPR
Bayar 5 tahun suku bunga tetap
Bank H
Bayar suku bunga mengambang bulanan
Deposan
Bank H menjalankan bisnis yang memiliki risiko tingkat suku bunga yang besar. Jika risiko tingkat suku bunga naik di atas yield curve, bank harus membayar lebih bagi para deposannya di dalam periode maksimal 30 hari, tetapi tidak dapat menaikkan semua bunga KPR-nya hingga lima tahun.
98
102
103
104
105
106
107
108
109
5.1
Risiko kredit dapat terjadi pada perorangan atau perusahaan. Contoh: Seseorang menghadapi risiko kerugian dari suatu investasi (deposito, obligasi, atau saham). Perusahaan menghadapi risiko kredit pada saat tagihantagihannya jatuh tempo. Bank sangat terekspos pada risiko kredit mengingat aktifitas usahanya yang bersifat lending based. Disamping itu bisnis bank memiliki rasio hutang terhadap modal yang tinggi (highly leveraged) sehingga setiap debitur yang gagal bayar berpotensi mengurangi modal bank.
3
5.1
Peregrine Investment Holdings Pada bulan Januari 1998 Peregrine Investment Holdings, salah satu perusahaan investasi terbesar di Asia yang berkantor pusat di Hongkong, harus dilikuidasi karena memiliki hutang sekitar USD 400 Juta. Hal ini disebabkan oleh krisis keuangan di Asia, namun secara khusus dipicu oleh pinjaman sebesar USD 20 Juta (senilai 20% dari modal dasar Peregrine) yang diberikan kepada Steady Safe, sebuah perusahaan transportasi di Indonesia yang mengalami kesulitan keuangan.
4
5.1
Pada awalnya teknik analisis kredit debitur korporasi dikembangkan bank berdasarkan metodologi yang sering digunakan investor untuk menilai kelayakan investasi pada proyek-proyek non pemerintah. Perkembangan asuransi dan dana pensiun mendorong perkembangan industri manajemen investasi profesional yang signifikan. Hal ini diikuti pula pertumbuhan investasi dalam bentuk equities serta obligasi yang diterbitkan oleh berbagai perusahaan swasta ternama. Di AS, perkembangannya sangat pesat dimana investor institusional dapat menempatkan dananya pada produk sekuriti sasi kredit mobil, kredit perumahan dan tagihan kartu kredit Konsekuensinya, pengelola investasi harus memiliki kemampuan memahami dan mengukur risiko kredit lebih baik
5
5.1.1
Obligasi Pemerintah Rusia Pada tahun 1998, investor asing yang berinvestasi pada obligasi pemerintah Rusia mengalami kerugian mencapai USD 33 Miliar karena pengumuman resmi default pemerintah Rusia. Banyak institusi keuangan yang mengalami kerugian telah mengabaikan kenyataan bahwa semakin tinggi return, semakin tinggi pula risiko yang dihadapi (Obligasi pemerintah Rusia menawarkan hasil/yield yang tinggi). Bank/investor tidak melakukan lindung nilai terhadap semua exposur-nya Investor-investor tersebut memprediksi tidak akan pernah ada default atas hutang pemerintah.
7
5.1.1 Sovereign Credit Risk Pinjaman dalam mata uang domestik dan valuta asing
Secara umum penerbitan obligasi pemerintah (sovereign debt bond) dapat dibedakan menjadi: Obligasi atau hutang pemerintah dalam mata uang domestik - kasus default atas hutang ini sangat jarang terjadi mengingat negara memiliki wewenang untuk mencetak mata uang domestik. Obligasi atau hutang pemerintah dalam mata uang asing dalam hal ini valuta asing harus diperoleh dari penghasilan negara penerbit dalam bentuk devisa.
10
5.1.1
Rendahnya kualitas administrasi data pemerintah menyebabkan proses penilaian risiko sovereign menjadi sulit. Pinjaman swasta dalam mata uang asing dapat mempengaruhi kemampuan pemenuhan kewajiban sebuah negara dan kualitas data yang terkait dengan hal ini pada umumnya rendah.
11
5.1.1
Terdapat beberapa faktor kualitatif yang harus diperhatikan dalam melakukan penilaian risiko sovereign, yaitu: Efisiensi sistem perbankan dalam hal penyaluran dana kepada sektor-sektor produktif Efisiensi sistem perpajakan dalam meningkatkan penerimaan negara Kemampuan bank sentral dalam mengendalikan suku bunga Pengaruh suku bunga domestik terhadap pinjaman valas dan tekanan inflasi. Transparansi ekonomi serta pembagian tugas dan wewenang yang jelas antara pemerintah, bank sentral, lembaga pengawasan, sistem hukum dan pelaku bisnis.
12
13
15
5.1.2
Banyak bank yang menyatakan bahwa mereka lebih mengetahui risiko kredit korporasi dibandingkan dengan risiko lain yang mereka ambil. Peran bank sebagai lembaga intermediasi yang menyalurkan dana pihak ketiga kepada sektor produktif sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi Metode penilaian kredit yang digunakan oleh bank pada dasarnya merupakan pengembangan dari metode penilaian investasi Penggunaan rasio keuangan sebagai dasar untuk pengembangan model dalam pengambilan keputusan pemberian kredit korporasi sangat lazim digunakan.
17
Basel II mendorong bank-bank untuk lebih menerapkan teknik penilaian kredit dengan menggunakan metode statistik untuk kalibrasi dan backtesting dalam pembuatan model peringkat kreditnya. Basel II juga mendorong bank-bank untuk menggunakan model-model berbasis opsi (optionsbased models) sebagai informasi tambahan sepanjang ketersediaan dan kualitas datanya terjamin.
18
5.1.3
Di luar AS, terdapat perkembangan sekuritisasi kredit yang mencakup kredit perumahan, kredit pemilikan kendaraan bermotor, kredit konsumen lainnya termasuk pembiayaan kartu kredit. Walaupun di beberapa negara pinjaman tertentu tidak dapat dikategorikan sebagai mortgage, namun perkembangannya telah menggambarkan inovasi dalam pembiayaan konsumen. Hal itu tidak hanya mengurangi biaya kredit bagi debitur juga mengurangi risiko bagi bank.
20
5.1.3
Pembiayaan konsumen (unsecured) sangat dipengaruhi oleh perkembangan model-model yang digunakan dalam mengukur posisi kredit individual atau lebih dikenal credit scoring model. Secara garis besar atribut dasar dari model ini adalah penilaian arus kas, riwayat pekerjaan dan aktiva yang dimiliki. (Topik ini akan didiskusikan pada akhir bab ini bersamaan dengan penjelasan agensi kredit dan riwayat kredit).
21
22
23
5.1.5
Tingkat kredit macet yang tinggi (non performing loans-NPL) berpotensi menyebabkan timbulnya systemic risk. Jika industri perbankan mengalami kredit macet yang tinggi pada portfolio merupakan masalah bagi pengawas dan bank sentral. Apabila kondisi kredit macet tersebut banyak terjadi pada bankbank dalam kurun waktu yang sama, akan menimbulkan krisis ekonomi, karena industri perbankan akan mengalami kekurangan modal (kredit macet akan mengurangi modal bank). Akibatnya bank tidak dapat berfungsi untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi.
25
26
27
Bank A
3 bulan LIBOR On 1st fixing date LIBOR set at 4.27%. On 5th fixing date LIBOR set at 5.19%. 4.75% fixed rate
Bank B
Bank A
4.27% 4.75% fixed rate
Bank B
Bank A
5.19%
Bank B
28
30
31
32
33
Aliran penanaman modal asing (foreign direct investment flows) kebijakan pendapatan dan belanja pemerintah faktor-faktor politis stabilitas dan kemampuan adaptasi terhadap proses politik tingkat kesepahaman terhadap tujuan-tujuan sosial dan ekonomi faktor-faktor hukum (hak properti, hak kreditor) sistem perbankan kebijakan dan pengawasan sektor perbankan independensi organisasi pengawasan bank peran bank sentral dan mekanisme pendukung sistem perbankan
34
Pada saat menawarkan fasilitas pinjaman kepada nasabah korporasi, bank perlu mempertimbangkan kemampuan perusahaan tersebut untuk membayar kembali pinjaman yang diterimanya. Pendekatan tradisional dalam penilaian kelayakan kredit dipusatkan pada pelaksanaan analisa kinerja keuangan perusahaan atau lebih dikenal dengan credit analysis.
35
37
Rasio-rasio dapat digunakan untuk mengembangkan grading models. Contoh, rasio-rasio yang ada dapat dibandingkan dengan rata-rata industri tertentu, dikenal dengan univariate analysis, atau digunakan dalam scoring dikenal dengan sebutan multivariate analysis.
38
39
40
41
43
Kelayakan
Kredit
risiko
kredit
risiko kredit perorangan mencakup : kredit dengan agunan real estate (umumnya berupa kredit properti) dan kredit tanpa agunan (umumnya berupa kredit konsumsi).
Anggaran perorangan (Personal budgets) Pemberian kredit kepada perorangan, apakah didukung dengan agunan rumah atau tanpa agunan, memerlukan pemahaman mengenai anggaran pribadi. Mengingat anggaran tersebut akan didasarkan pada jumlah kas yang diterima dan dikeluarkan oleh suatu rumah tangga, rekening bank dapat menjadi sumber informasi historis yang handal
44
Kelayakan
Kredit
risiko
kredit
Credit scoring models Informasi keuangan dari bank yang mengelola rekening nasabah memberikan gambaran yang cukup bagi bank dalam memberikan pinjaman kepada nasabahnya. Credit scoring model memungkinkan bank untuk memberikan kredit kepada individual walaupun bank sebelumnya tidak pernah berhubungan dengan mereka.
45
Kelayakan
Kredit
risiko
kredit
Lembaga referensi kredit (Credit reference agencies) Lembaga-lembaga referensi kredit memegang peranan penting dalam pertumbuhan consumer lending. Lembaga-lembaga ini mengelola catatan kredit historis seseorang dan secara ideal akan meminta kerjasama seluruh potential lenders dalam penggunaan dan pengelolaan catatan tersebut. Pertumbuhan biro-biro ini telah meningkatkan persaingan pemberian kredit tanpa agunan (unsecured lending) pada wilayah-wilayah dimana lembaga tersebut beroperasi.
46
Kelayakan
Kredit
risiko
kredit
Konsumsi jangka panjang (Lifetime consumption) Keyakinan atas kemampuan seseorang untuk selalu memenuhi kewajibannya memerlukan pendekatan yang bersifat forward looking. Hal ini selanjutnya memunculkan tuntutan untuk menilai profil pendapatan dan pengeluaran seorang debitur dalam jangka panjang. Contoh: Pemberian KPR kepada seseorang yang berumur 30 tahun dan 60 tahun akan sangat berbeda sumber pelunasan kredit keduanya kemungkinan besar akan sangat berbeda.
47
Kelayakan
Kredit
risiko
kredit
Aktiva Bersih (Net assets) Pendapatan dan pengeluaran hanya merupakan salah satu dimensi kemampuan keuangan seseorang; dimensi lainnya adalah aktiva dan kewajiban. Dalam hal ini, aktiva bersih seseorang yang bernilai tinggi, seperti saham atau obligasi, dapat menjadi sumber potensial untuk pembayaran kembali kewajiban seseorang yang berusia lanjut sebagaimana contoh diatas. Peran asuransi (The role of insurance) Selain itu, perlu juga diperhatikan tingkatan dan jenis penutupan asuransi yang dimiliki debitur.
48
Kelayakan
Kredit
risiko
kredit
Penilaian kelayakan (Affordability assessment) Dalam menilai kemampuan pemberian kredit, bank pada umumnya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: sisa pendapatan (free disposable income), baik berdasarkan pendapatan individual maupun pendapatan gabungan pendapatan setelah dikurangi pembayaran kredit pendapatan lain-lain (income multiplies) dan kemampuan mempertahankan pembayaran di masa datang penetapan suku bunga kredit gangguan terhadap pendapatan dan penutupan asuransi asuransi terhadap aktiva perbandingan antara besarnya kredit dengan nilai rumah Penjaminan kredit (mortgage indemnity insurance)
49
Kelayakan
Kredit
risiko
kredit
Affordability assessment Dalam menilai kelayakan dari consumer finance, analis kredit akan memperhatikan sisa pendapatan seseorang, sebagaimana halnya dengan kredit lainnya.
50
5.2.5
Concentration risk dicakup dalam Basel II dimana dikatakan bahwa risiko konsentrasi dapat menjadi penyebab permasalahan utama pada bank. Concentration risk tercakup dalam Pilar 2 dimana mewajibkan bank untuk memiliki kebijakan, sistem, dan pengendalian internal untuk mengidentifikasi, mengukur, memonitor, dan mengendalikan risiko konsentrasi kredit di bank. Bank juga diminta untuk mempertimbangkan konsentrasi risiko kredit dalam penilaian kecukupan modal dengan melakukan stress testing (Pilar 2).
52
5.2.5
Konsentrasi kredit mencakup eksposur yang signifikan yang adalah terkait dengan: Counterparty individual atau kelompok counterparties yang terkait satu sama lain sektor ekonomi atau wilayah geografi ketergantungan pada suatu aktivitas atau komoditi tertentu jenis agunan atau counterparty tunggal Banyak pengawas bank yang menetapkan pembatasan terhadap eksposur berjumlah besar kepada satu counterparty sebagai persentase tertentu dari modal bank.
53
5.2.5
Concentration risk dapat dianalisa dengan memperhatikan cohort dari portofolio. Cohort adalah pengelompokan aktiva berdasarkan berbagai kriteria. Contoh; portofolio dapat dikelompokan berdasarkan industri, wilayah geografis atau credit grade. Klasifikasi tersebut menunjukkan berbagai cara pengelompokan portofolio yang dapat memberikan informasi tertentu pada waktu dilakukan analisa terhadap risiko konsentrasi yang terdapat pada keseluruhan portofolio.
54
55
5.3
Pillar 1 Basel II mensyaratkan bank untuk menghitung kebutuhan modal untuk risiko kredit, pasar dan operasional. Persyaratan ketentuan permodalan untuk risiko kredit juga menjadi pokok bahasan utama pada Basel I Accord. Pada Basel II, bank dapat memilih tiga pendekatan untuk menghitung persyaratan modal bagi risiko kredit, yaitu standardized approach, IRB foundation and advanced. Selain menjelaskan mekanisme dari setiap pendekatan, Bassel II juga menetapkan kriteria minimum bagi bank yang akan menggunakan pendekatan yang lebih kompleks.
56
5.3
Pendekatan Internal Ratings-Based (IRB) yang cukup kompleks mempersyaratkan adanya persetujuan dari pengawas sebelum bank mempergunakan pendekatan tersebut. Ketentuan mendasar yang menjadi persyaratan dasar adalah bahwa pendekatan IRB ini digunakan dalam pemberian keputusan kredit secara internal selain dipergunakan untuk mengukur risiko kredit. Karakteristik pendekatan IRB merupakan faktor yang membedakan Basel II dari Basel I. Karakteristi IRB juga membedakan tiga pendekatan yang digunakan untuk menghitung kebutuhan modal bagi risiko kredit pada Basel II.
57
dimaksud
dengan
risiko
Basel II Capital Accord secara spesifik mendefinisikan risiko operasional sebagai risiko kerugian yang timbul dari kegagalan atau tidak memadainya proses internal, manusia dan sistem, atau dari kejadian-kejadian eksternal. Secara umum, risiko operasional terkait dengan sejumlah masalah yang berasal dari kegagalan suatu proses atau prosedur. Oleh karena itu, risiko operasional bukan merupakan suatu risiko baru dan tidak hanya dihadapi oleh bank. Risiko operasional ini merupakan risiko yang mempengaruhi semua bisnis bank karena merupakan suatu hal yang inherent dalam pelaksanaan suatu proses dan aktivitas operasional.
3
dimaksud
dengan
risiko
Contohnya, bank sejak lama menyadari bahwa pelatihan karyawan merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan pelayanan kepada nasabah dan mengurangi kesalahan proses. Sebagai dampaknya, pelatihan karyawan yang efektif telah meningkatkan loyalitas nasabah dan mengurangi biaya-biaya untuk pembayaran kompensasi karena kesalahan bank. Dalam hal ini, bank mungkin tidak mempertimbangkan kerugian karena kesalahan karyawan sebagai kerugian karena risiko operasional dan pelatihan karyawan merupakan salah satu teknik untuk memitigasi risiko operasional.
5
6.1.2
Kejadian risiko operasional diklasifikasi menjadi dua faktor : Frekuensi seberapa sering suatu kejadian dapat terjadi Dampak Jumlah kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian risiko operasional Kategori risiko operasional dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis kejadian berdasarkan frekuensi dan dampak yang ditimbulkannya, yaitu: low frequency / low impact low frequency / high impact high frequency / low impact high frequency / high impact
high frequency / low impact (HFLI) Bank pada umumnya mengabaikan kejadian yang sifatnya low frequency/low impact karena biaya pengelolaan dan pemantauannya lebih tinggi daripada kerugian yang ditimbulkannya. Event dengan kategori high frequency/high impact dianggap tidak relevan karena jika jenis kejadian ini timbul pada bank maka bank tersebut akan bankrut. Dalam hal ini kerugian yang ada tidak akan dapat diperbaiki, atau pengawas akan segera melakukan langkah-langkah penyehatan bank.
10
6.2 Risiko kerugian, kejadian risiko, kerugian yang diperkirakan, dan kerugian yang tidak diperkirakan
6.2 Risiko kerugian, kejadian risiko, kerugian yang diperkirakan, dan kerugian yang tidak diperkirakan
6.2 Risiko kerugian, kejadian risiko, kerugian yang diperkirakan, dan kerugian yang tidak diperkirakan
Pada saat suatu kejadian muncul, atau hampir terjadi (near miss), tanpa memperhatikan konsekuensi keuangannya, adalah penting bahwa kejadian tersebut perlu dicatat dan dilakukan langkahlangkah pencegahan agar kejadian tersebut tidak terulang. Basel II Accord mempersyaratkan bank untuk menghitung modal sesuai ketentuan (regulatory capital) yang dapat dialokasikan untuk mengantisipasi potensi kerugian yang timbul dari suatu kejadian risiko operasional. Jika bank hanya menggunakan data historis yang didasarkan pada kerugian yang telah terjadi, maka estimasi yang dilakukan bank akan lebih rendah daripada potensi kerugian yang dapat terjadi di masa datang.
15
6.2 Risiko kerugian, kejadian risiko, kerugian yang diperkirakan, dan kerugian yang tidak diperkirakan
6.2.2 Kerugian yang diperkirakan versus kerugian yang tidak diperkirakan Ketika menghitung kebutuhan modal bagi risiko operasional, bank dipersyaratkan mempertimbangkan expected loss (EL) dan unexpected loss (UL). Ada banyak definisi berbeda tentang expected loss dan unexpected loss, berdasarkan area manajemen risiko yang ada. Bagian ini, akan mendefinisikan kedua jenis kerugian tersebut dalam konteks risiko operasional.
16
6.2 Risiko kerugian, kejadian risiko, kerugian yang diperkirakan, dan kerugian yang tidak diperkirakan
17
6.2 Risiko kerugian, kejadian risiko, kerugian yang diperkirakan, dan kerugian yang tidak diperkirakan
6.2.2
6.2 Risiko kerugian, kejadian risiko, kerugian yang diperkirakan, dan kerugian yang tidak diperkirakan
19
6.2 Risiko kerugian, kejadian risiko, kerugian yang diperkirakan, dan kerugian yang tidak diperkirakan
6.2 Risiko kerugian, kejadian risiko, kerugian yang diperkirakan, dan kerugian yang tidak diperkirakan
Untuk mengkalkulasi EL dan UL dalam Basel II, bank harus memiliki data historis baik data internal maupun eksternal, mengenai kerugian risiko operasional. Definisi dan kategori dari risiko operasional cukup bervariasi. Untuk mendukung adanya konsistensi penerapan pendekatan dalam menghitung kerugian operasional bank, Basel II Accord menetapkan serangkaian definisi standar mengenai jenis kerugian risiko operasional.
21
22
Risiko proses internal didefinisikan sebagai risiko terkait dengan kegagalan proses atau prosedur yang terdapat pada suatu bank. Dalam pelaksanaan kegiatan usaha sehari-hari, karyawan akan melaksanakan kegiatan yang telah ditentukan sebelumnya. Kebijakan dan prosedur ini mencakup proses pengecekan dan pengendalian yang diperlukan untuk memastikan bahwa nasabah telah terlayani dengan baik dan bank tidak melanggar ketentuan dan peraturan yang berlaku.
25
Risiko manusia didefinisikan sebagai risiko terkait dengan karyawan bank. Bank sering menyatakan bahwa asset yang paling berharga adalah karyawan. Namun, justru karyawan bank-lah yang umumnya menjadi penyebab kejadian risiko operasional. Kejadian-kejadian dapat terjadi kapan saja, baik di sengaja maupun tidak, dan dapat terjadi pada seluruh bagian dari organisasi. Kejadian risiko manusia dapat terjadi pada fungsi manajemen risiko, dimana kualifikasi dan keahlian karyawan pada fungsi tersebut merupakan hal yang diutamakan.
28
29
30
31
Risiko eksternal adalah risiko yang terkait dengan kejadian yang berada di luar kendali bank secara langsung. Kejadian risiko eksternal umumnya adalah low frequency/high impact dan konsekuensinya menyebabkan unexpected losses. Contoh perampokan, serangan teroris berskala besar.
36
39
46
48
Contoh klasik dari risiko operasional adalah permasalahan Y2K Diperkirakan sekitar USD 400 miliar telah dikeluarkan perusahaanperusahaan di seluruh dunia untuk menyempurnakan program komputer agar dapat mengenali tahun 2000. Untuk meminimalkan ukuran program komputer, pada tahun 1970an dan 1980an programer menyimpan data tahun dengan menggunakan dua angka terakhir, misalnya angka 78 sebagai pengganti angka tahun 1978. Pada pertengahan 1990an, bank mulai menyadari bahwa pada tanggal 1 Januari 2000 sistem komputer akan mulai tidak bekerja dengan sempurna karena perubahan tahun dari 99 ke 00 (tahun 1999 ke tahun 1900, bukan 2000). Akibatnya program akuntansi yang digunakan akan menambahkan 100 tahun pada rekening-rekening yang ada. Akibat kasus ini untuk pertama kali secara global, bank menyadari bahwa kejadian risiko operasional dapat mempengaruhi peringkat kredit nasabahnya.
49
51
52
6.4.2
Ketergantungan pada teknologi Teknologi baru juga mengubah cara nasabah berinteraksi dengan bank. Sebagai dampaknya, batas antara sistem internal bank dengan sistem yang digunakan nasabah secara eksternal menjadi tidak jelas. Banyak nasabah melakukan transaksi melalui internet secara langsung tanpa menggunakan pegawai bank sebagai intermediary. Berdasarkan kenyataan, semakin banyak nasabah yang menggunakan produk perbankan berbasis teknologi. Penghentian atas layanan yang didasarkan teknologi akan membuat dampak besar bagi nasabah bank dan bank itu sendiri.
55
6.4.2
Outsourcing Banyak bank yang melakukan outsource sebagai kegiatan usahanya bahkan pada perusahaan-perusahaan yang berada di negara lain. Hal ini dilakukan dalam rangka penghematan biaya dan efisiensi Namun demikian, outsourcing dapat menimbulkan risiko operasional yang berada di luar kendali bank karena: Bank menyerahkan sebagian jasa layanan nasabah kepada pihak outsourcer Outsourcer dapat terpengaruh oleh gejolak ekonomi tertentu yang dampaknya mungkin tidak seluruhnya diungkapkan secara transparan kepada bank atau pengawas bank Penyedia jasa outsourcing mungkin harus mematuhi ketentuan lain selain ketentuan perbankan
56
Liberalisasi pasar keuangan, otomasi dan teknologi, serta globalisasi telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dramatis pada nilai dan volume transaksi. Oleh karena itu, potensi kerugian maksimum yang berasal dari kejadian risiko operasional, khususnya yang terkait dengan traded market juga meningkat.
57
6.5
Risiko operasional merupakan aspek yang paling kontroversial dalam Basel II. Tujuannya adalah mengarahkan bank mengalokasikan modalnya bagi hal-hal yang dianggap risiko operasional.
58
6.5
Basel II memahami bahwa untuk beberapa bank konsep modal sesuai ketentuan cukup menyulitkan karena pengukuran risiko operasional bukan suatu ilmu pasti. Beberapa kejadian risiko operasional terjadi akibat tindakan seseorang dan dapat disebabkan oleh kesalahan yang berulang-ulang selama periode yang cukup lama. Kenyataannya, beberapa kejadian luar biasa yang menyebabkan kebangkrutan lebih disebabkan oleh kejadian-kejadian yang tidak diperkirakan sebelumnya, akumulasi permasalahan dalam jangka panjang pada prosedur utama atau prosedur pelaporan.
59
6.5
Alan Peachy menyanggah pendapat bahwa kejatuhan Barings lebih disebabkan oleh adanya gempa bumi di Kobe, Jepang pada bulan January 1995. Gempa bumi telah menyebabkan kejatuhan besar pada pasar saham Jepang yang selanjutnya menyebabkan timbulnya margin call atas posisi yang diambil Nick Lesson, sehingga bank mengalami kerugian
60
6.5
Basel II Accord memperkenankan bank untuk menggunakan salah satu dari tiga pendekatan dalam perhitungan kebutuhan modal bagi risiko operasional (operational risk capital). Bank dapat berpindah dari sistem yang sederhana, sebagaimana pada perhitungan risiko kredit Basel I menuju pada pendekatan yang menggunakan highly complex statistics (OpVar). Pendekatan tersebut adalah: - Basic Indicator Approach - Standardised Approach - Advanced Measurement Approach.
61
7.1
Supervisory review terhadap bank tidak hanya ditujukan untuk memastikan kepatuhan terhadap persyaratan modal minimum, tetapi juga untuk mendorong bank mengembangkan & menggunakan teknik manajemen risiko yang terbaik.
Pilar 1 menjelaskan formula yang digunakan untuk menentukan persyaratan modal minimum (minimum regulatory capital) dengan memperhitungkan risiko pasar, kredit, dan operasional. Pilar 2 menetapkan prinsip-prinsip proses supervisory review yang harus digunakan pengawas (sebagai pelengkap perhitungan modal pada Pilar 1) untuk mengevaluasi kecukupan modal bank.
7.1
Pillar 2 membahas tiga area utama yang tidak didiskusikan, atau berada diluar cakupan Pilar 1, yaitu: Risiko yang belum sepenuhnya didiskusikan pada Pilar 1, seperti risiko konsentrasi kredit (credit concentration risk) Risiko yang sama sekali belum dibahas Pilar 1, seperti risiko tingkat suku bunga pada banking book. Faktor-faktor diluar kendali bank (misalnya pengaruh siklus bisnis). Aspek lain yang penting dari Pilar 2 adalah penilaian kepatuhan terhadap standar minimum yang ditetapkan untuk penggunaan metode perhitungan modal yang lebih kompleks pada Pilar 1
4
7.1 Proses Penilaian Internal Terhadap Modal (Internal capital assessment process)
Supervisory review tidak dapat menggantikan pelaksanaan manajemen yang baik. Direksi dan pejabat senior bank tetap memiliki tanggungjawab untuk memastikan bahwa mereka memelihara modal yang cukup untuk mendukung aktivitas bisnis bank, termasuk memperhitungkan aspekaspek yang belum dicakup Pilar 1. Manajemen bank bertanggung jawab untuk mengembangkan proses penilaian internal terhadap modal yang mampu mengevaluasi risiko dan faktor-faktor pengendalinya pada semua lini usaha bank. Penilaian modal merupakan suatu proses berkelanjutan sebagai bagian integral dari pengelolaan kegiatan usaha bank.
5
7.1
Proses penilaian internal terhadap modal dilakukan untuk mengevaluasi kebutuhan modal saat ini dan memperkirakan kebutuhan modal di masa datang. Manajemen bank menggunakan perkiraan untuk setiap lini usahanya dalam penetapan target modal dan selanjutnya akan menghitung kebutuhan modal bank secara keseluruhan. Manajemen bank akan memonitor kebutuhan modal yang sebenarnya terhadap target modal yang ditetapkan sebelumnya sebagai bagian dari pengawasannya terhadap kegiatan usaha bank.
review
dan
tindak
lanjut
Kelayakan proses penilaian internal terhadap modal akan dievaluasi oleh otoritas pengawas perbankan (jika di Indonesia Bank Indonesia). Evaluasi ini, bersama dengan faktor-faktor lain yang akan didiskusikan lebih lanjut pada bab ini, akan menentukan target rasio permodalan yang ditetapkan untuk bank. Kelemahan dalam proses penilaian internal terhadap modal akan tercermin pada target rasio permodalan yang ditetapkan untuk bank. Rasio permodalan yang lebih tinggi akan mengurangi tingkat kegiatan usaha yang dapat didukung oleh modal bank. Hal ini selanjutnya diperkirakan akan menurunkan keuntungan bank sebagai akibat dari berkurangnya kegiatan usaha dan biaya yang relatif lebih tinggi untuk mempertahankan peningkatan permodalan pada tingkat kegiatan usaha tertentu.
review
dan
tindak
lanjut
Dengan pertimbangan di atas, maka insentif bagi bank tidak hanya bersumber dari aspek kehati-hatian (prudential) tetapi juga dari aspek komersial untuk mengembangkan dan mempertahankan proses penilaian internal terhadap modal yang berkualitas. Hal ini merupakan faktor penting dalam proses supervisory review karena akan dapat memastikan bahwa proses pemenuhan ketentuan menjadi suatu bagian integral dari manajemen bank. Namun demikian perlu dicatat bahwa peningkatan permodalan tidak dapat menggantikan perbaikan yang diperlukan atas kegagalan atau kurang memadainya aspek pengendalian.
8
review
dan
tindak
lanjut
Walaupun para pengawas dapat meningkatkan rasio permodalan sebagai respon terhadap kelemahan-kelemahan yang teridentifikasi, pengawas juga dapat melakukan tindakan lainnya untuk mengatasi kelemahan tersebut dengan cara : menetapkan target yang harus dicapai dalam perbaikan struktur manajemen risiko menetapkan prosedur internal yang lebih ketat meningkatkan kualitas pegawai melalui pelatihan atau rekrutmen
review
dan
tindak
lanjut
Dalam kasus ekstrim, pengawas dapat menurunkan tingkat risiko atau kegiatan usaha bank hingga masalah yang ada terselesaikan atau dapat dikendalikan. Contoh, pengawas dapat meminta bank menghentikan kegiatan pada lini usaha tertentu hingga faktor-faktor pengendalinya diperbaiki. Basel Committee memandang proses supervisory review sebagai suatu interaksi aktif antara bank dan pengawas. Dengan demikian, masalah yang timbul dapat segera diidentifikasi dan dapat segera diambil tindakan yang diperlukan untuk mengembalikan posisi permodalan bank ke tingkat yang cukup memadai.
10
7.2
Basel Committee menetapkan 25 prinsip utama pengawasan dalam Core Principles for Effective Banking Supervision, yang dipublikasikan pada bulan September 1997. Prinsip-prinsip utama tersebut meliputi aspek-aspek sebagai berikut: Pra-kondisi untuk pengawasan perbankan yang efektif (effective banking supervision) perizinan dan struktur pengaturan prinsip kehati-hatian (prudential) metode pengawasan perbankan yang diterapkan informasi yang dipersyaratkan kewenangan formal perbankan antar negara Pilar 2 mengidentifikasi 4 prinsip penting supervisory review untuk melengkapi 25 prinsip utama diatas.
12
7.2.1 Prinsip 1
Bank harus memiliki suatu proses untuk menilai kecukupan modal secara keseluruhan dalam hubungannya dengan profil risiko yang ada dan harus memiliki strategi untuk mempertahankan tingkat permodalannya. Manajemen bank bertanggungjawab untuk memastikan bahwa bank memiliki modal yang cukup untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan dimasa datang. Target modal bank harus ditentukan secara tepat dan konsisten dengan profil risiko serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Target modal tersebut harus menjadi bagian dari perencanaan strategis bank dan harus memasukkan unsur stress testing secara menyeluruh
13
7.2.1 Dasar 1
Basel II menjelaskan lima aspek proses penilaian modal yang seharusnya dilakukan bank, yaitu : pengawasan oleh direksi dan manajemen senior penilaian modal yang tepat penilaian risiko yang komprehensif pengawasan dan pelaporan evaluasi pengendalian internal
14
7.2.2 Prinsip 2
Pengawas harus meneliti & mengevaluasi metode penilaian dan strategi internal kecukupan modal yang digunakan bank, serta kemampuan mereka untuk memonitor dan memastikan kepatuhan terhadap rasio permodalan sesuai ketentuan berlaku (regulatory capital ratio). Pengawas harus melakukan tindakan yang tepat jika proses yang digunakan bank dinilai tidak memadai.
15
7.2.2 Prinsip 2
Proses supervisory review yang dilakukan secara reguler harus : menguji perhitungan eksposur risiko dan mengakomodasi risiko dalam persyaratan permodalan (capital requirement) menekankan pada aspek kualitas proses dan kualitas pengendalian internal yang terkait dengan proses tersebut. menguji kerangka kerja penilaian modal yang dimiliki bank untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahannya menghindarkan pemberian rekomendasi terhadap struktur kerangka kerja penilaian modal mengingat hal tersebut merupakan tanggungjawab manajemen bank.
16
7.2.2 Dasar 2
Proses review dapat melibatkan berbagai kombinasi dari metode pengumpulan informasi berikut : kunjungan ke bank (on-site visits) review tanpa melakukan kunjungan ke bank (off-site reviews) pertemuan dengan manajemen bank meneliti hasil kerja auditor eksternal yang relevan dengan proses review memonitor laporan-laporan periodik
17
7.2.3 Prinsip 3
Pengawas harus mendapatkan keyakinan bahwa bank beroperasi diatas rasio permodalan minimum sesuai ketentuan dan harus memiliki kewenangan untuk meminta bank untuk memelihara modal diatas jumlah minimum Persyaratan modal minimum yang ditetapkan dalam Pilar 1 memasukkan faktor provisi untuk mengantisipasi unsur ketidakpastian yang dapat mempengaruhi industri perbankan secara keseluruhan. Ketentuan-ketentuan dalam Pilar 1 dirancang untuk memberikan standar modal minimum bagi bank : yang memiliki aspek-aspek pengendalian yang memadai. yang memiliki portolio risiko yang terdiversifikasi yang kegiatan usahanya mencakup risiko-risiko yang terdapat dalam Pilar 1.
18
7.2.4 Prinsip 4
Pengawas harus dapat melakukan tindakan sedini mungkin untuk mencegah penurunan modal di bawah jumlah minimum yang diperlukan untuk mendukung karakteristik risiko bank dan harus segera melakukan tindakan perbaikan jika modal bank tidak dapat dipertahankan atau dikembalikan ke posisi semula. Jika bank gagal mempertahankan kecukupan modalnya, pengawas dapat menggunakan kewenangannya untuk mengambil langkah langkah perbaikan. Pengawas dapat meningkatkan persyaratan modal bank sebagai tindakan jangka pendek sementara masalah mendasarnya diselesaikan. Peningkatan persyaratan modal tersebut dapat disesuaikan kembali apabila pengawas yakin bahwa permasalahan bank telah dapat diatasi.
19
20
7.3
Sifat pengungkapan
Pengungkapan (Disclosure) adalah penyebarluasan informasi kepada masyarakat mengenai hal-hal yang bersifat material terhadap evaluasi kegiatan usaha suatu perusahaan
Pengungkapan (disclosure) dianggap penting karena menyediakan informasi yang relevan bagi investor mengenai kinerja perusahaan saat ini dan dimasa datang. Oleh karena itu perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa saham harus memenuhi persyaratan pengungkapan yang lebih ketat dibandingkan dengan perusahaan yang sahamnya dimiliki secara terbatas.
21
7.3
Sifat pengungkapan
Namun demikian, dalam beberapa tahun terakhir pengungkapan (disclosure) semakin dianggap sebagai mekanisme penting untuk masalah kebijakan publik seperti : penerapan standar tata kelola perusahaan (corporate governance standards) yang disempurnakan, terutama sebagai reaksi atas kasus corporate governance terkini : seperti Enron dan WorldCom di USA dan Parmalat di Italia. perbaikan transparansi kebijakan perusahaan yang mempengaruhi masalah kebijakan publik seperti pengungkapan keuangan, keragaman etnis, dan masalah lingkungan dan konservasi alam.
22
7.3
Laporan Keuangan
Secara umum, perusahaan (baik yang sudah maupun yang belum go public) diharuskan menyusun laporan keuangan (misalnya, laporan laba rugi, neraca, dan laporan pajak). Laporan keuangan ini harus diaudit oleh auditor eksternal dan disusun menurut standar akuntansi nasional yang berlaku (yang mungkin berupa International Accounting Standards).
23
7.3
Bagi perusahaan yang telah tercatat pada bursa saham, perusahaan tersebut harus mengungkapkan hal-hal yang dipersyaratkan oleh ketentuan yang berlaku di bursa saham. Peraturan pasar modal dapat mempersyaratkan publikasi berbagai macam laporan (seringkali disebut dengan penyerahan dokumen ). Otoritas pasar modal akan sangat memperhatikan kebutuhan pemegang saham dan umumnya dokumen-dokumen yang diserahkan berisi informasi keuangan yang sangat rinci. Otoritas pasar modal tidak hanya berwenang menetapkan peraturan tetapi juga bertanggung jawab untuk memastikan penerapan pengungkapan (disclosure) yang diminta oleh regulator lainnya .
24
7.3
Legislasi
Contoh terkini yang terbaik mengenai legislasi adalah Sarbanes Oxley Act AS 2002 yang menetapkan kewajiban akuntabilitas suatu perusahaan. Salah satu ketentuan didalamnya menetapkan bahwa chief executive officer dan chief financial officer dari perusahaan yang tercatat di bursa saham AS harus memberikan pernyataan kebenaran laporan keuangan perusahaan melalui pengungkapan kepada masyarakat. Section 404 undang-undang tersebut juga menetapkan persyaratan yang bersifat menyeluruh bagi pengungkapan dokumentasi, pengujian dan verifikasi auditor eksternal terhadap kualitas pengendalian internal perusahaan atas pelaporan keuangannya. Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada undang-undang tersebut diterapkan oleh Securities and Exchange Commission (SEC), otoritas pasar modal untuk bursa saham USA.
25
7.3
Manajemen Perusahaan
Walaupun kurang diperhatikan karena banyaknya ketentuan pengungkapan (disclosure) yang ditetapkan oleh otoritas pengawasan, cara yang dipilih dewan direksi dan manajemen senior untuk melaporkan kegiatannya sangat penting bagi seluruh stakeholder untuk mengetahui secara jelas bagaimana perusahaan dijalankan. Laporan-laporan ini memberikan penekanan pada cara pandang direksi terhadap prioritas, kebijakan dan kinerja perusahaannya. Banyak bank besar di dunia menggunakan standar yang sangat tinggi atas pelaporan pengelolaan perusahaannya. Stakeholder didefinisikan sebagai pemegang saham, karyawan, nasabah serta masyarakat secara keseluruhan.
26
7.3
Masalah lainnya
Pada beberapa negara, seperti Inggris, kewajiban pengungkapan (disclosure) yang harus dilakukan perusahaan relatif ringan. Selain laporan keuangan, kewajiban pengungkapan memberikan penekanan pada codes of practice (misalnya The Combined Code, dan prinsip-prinsip pengungkapan). Sebagai contoh Principle D2 dari Combined Code Inggris menyatakan : Direksi harus memiliki sistem pengendalian internal yang memadai untuk mengamankan investasi para pemegang saham dan aset perusahaan Perusahaan di Inggris wajib mematuhi prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dalam Combined Code, dan membuat pernyataan mengenai dilaksanakannya prinsip-prinsip tersebut dalam Evaluasi Kegiatan Usaha dan Evaluasi Keuangannya atau alasan tidak dipenuhinya prinsip-prinsip tersebut.
27
7.3
Masalah lainnya
Otoritas lain (tidak saja di Inggris) dapat meminta dan menerapkan pengungkapan yang mencakup berbagai aspek seperti lingkungan hidup , kesetaraan hak dan keterkaitan politik. Pengungkapan merupakan masalah yang luas. Aspek pengungkapan yang tercakup dalam Basel II hanya merupakan bagian dari kewajiban pengungkapan menyeluruh yang harus dilakukan bank. Pengungkapan kinerja operasional perusahaan mencakup kebijakan dan prosedur menyeluruh yang dirancang untuk memberikan informasi kepada investor dan analis agar mereka dapat menarik kesimpulan mengenai prospek perusahaan saat ini dan di masa depan. Pada saat ini telah diperluas hingga mencakup aspek kebijakan sosial lainnya sesuai dengan pergeseran sudut pandang pemerintah dan perusahaan mengenai kinerja perusahaan yang lebih mementingkan stakeholder daripada kepentingan pemegang saham.
28
Corporate governance merupakan serangkaian keterkaitan antara dewan komisaris, direksi, pihak-pihak yang berkepentingan, serta pemegang saham perusahaan.
Corporate governance menciptakan suatu struktur yang akan membantu bank dalam : menetapkan sasaran menjalankan kegiatan usaha sehari-hari memperhatikan kebutuhan stakeholders memastikan bank beroperasi secara yang aman dan sehat mematuhi hukum dan pengaturan lainnya yang terkait melindungi kepentingan nasabah penyimpan dana
3
12
13
14
15
8.2.5 Peran auditor internal dan eksternal Auditor internal dan eksternal memainkan peran penting dalam kerangka corporate governance Direksi harus menyadari bahwa tugas yang mereka laksanakan sangat penting untuk mendukung kelancaran tugas direksi. Hasil kerja auditor harus digunakan untuk memvalidasi informasi yang diberikan oleh manajemen senior.
17
18
8.2.7 Transparansi
Stakeholders pelaku pasar dan masyarakat umum akan mengalami kesulitan dalam menilai efektifitas direksi dan manajemen senior jika struktur dan sasaran bank kurang transparan. Corporate governance yang kuat dapat diterapkan melalui transparasi yang memadai. Oleh karena itu, pengungkapan (disclosure) kepada masyarakat harus mencakup: struktur direksi (besaran, keanggotaan, kualifikasi dan komite) struktur manajemen senior (tanggung jawab, garis pelaporan, kualifikasi dan pengalaman) struktur dasar organisasi (struktur lini usaha, struktur badan hukum) informasi mengenai struktur insentif (kebijakan remunerasi, kompensasi pejabat eksekutif, bonus, opsi saham) sifat dan cakupan transaksi dengan pihak terafiliasi dan pihak terkait.
20
Bank Indonesia (BI) berperan sebagai bank sentral bagi sistem perbankan. BI merupakan lembaga negara yang independen dari pengaruh pemerintah. Sasaran yang ingin dicapai BI adalah mempertahankan stabilitas nilai rupiah, dan dalam upayanya memenuhi sasaran ini BI bertanggung jawab untuk:
memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan moneter memelihara dan menjaga kelancaran sistem pembayaran lancar Mengatur dan mengawasi bank.
3
Sistem pembayaran nasional meliputi sejumlah sub-sistem, yaitu: Sistem Kliring Elektronik Nasional T+0 Clearing Scheduling Layanan Informasi dan Transaksi Elektronis Antar Bank (BI-LINE) Real Time Gross Settlement (RTGS) US Dollar Fund Trasnfer System.
11
Regulasi ini berlaku bank umum yang berbentuk: Perusahaan Terbatas Perusahaan Daerah Koperasi Kantor cabang bank asing.
12
9.2.5 Penetapan Struktur Manajemen Risiko pada Bank Direksi dan manajemen bank, yang secara formal bertanggung jawab untuk menerapkan kebijakan manajemen risiko yang efektif, harus mempertimbangkan: sasaran dan kebijakan bank kompleksitas jenis kegiatan usahanya kemampuan bank untuk mengelola kegiatan usahanya.
14
9.2.5
Struktur manajemen risiko harus dirancang sedemikian rupa untuk memastikan bahwa unit pengambil risiko (Risk Taking Unit) independen terhadap unit internal audit dan juga Manajemen Risiko. Gambar di bawah ini adalah contoh struktur manajemen risiko dari bank besar:
15
Dewan Direksi
Direktur Kepatuhan
Lini Manajemen
Membership Line
16
9.2.6
Risiko operasional adalah risiko yang disebabkan ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya masalah eksternal yang mempengaruhi kegiatan usaha bank. Risiko Likuiditas disebabkan oleh bank memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo.
19
20
21
9.2.6
Bila bank menderita kerugian yang terkait dengan salah satu atau beberapa risiko diatas, maka sejak saat terjadinya kerugian bank akan dipersyaratkan untuk memonitor risiko-risiko tersebut.
22
23
Penghitungan dan pelaporan : a. risk apetite secara keseluruhan (total jumlah risiko yang akan diambil bank) b. profil risiko secara keseluruhan (distribusi total risiko pada seluruh aspek kegiatan usaha) c. Kemampuan bank mengelola risiko sesuai profil dan limit yang disetujui.
28
9.3.2
Penetapan limit risiko harus meliputi: limit secara keseluruhan dan limit untuk periode waktu tertentu (tergantung relevansinya), dimana limit harus didokumentasikan berdasarkan penetapan secara bertahap (ladders), seperti limit tingkat suku bunga untuk kontrak berjangka. dokumentasi lengkap (seperti dijelaskan di atas) yang juga harus disusun untuk mendukung proses penilaian limit (umumnya dapat dilihat dengan keberadaan dokumen seperti Role Profiles, penilaian, kinerja tahunan, pedoman wewenang dan pengendalian, dan sebagainya)
32
9.3.2 Penilaian terhadap prosedur dan limit risiko Limit risiko harus ditetapkan: secara menyeluruh, atau disebut dengan risk appetite Untuk masing-masing jenis risiko seperti risiko kredit, risiko pasar, risiko operational, risiko likuiditas, dan sebagainya) Menurut fungs seperti treasury, manajemen kantor cabang, manajemen risiko, anggota direksi)
33
35
Proses anlisa risiko harus dapat mengidentifikasi seluruh karakteristik risiko bank (umumnya dimulai dengan pemisahan segmen-segmen usaha yang dilakukan bank), dan risiko terkait dengan setiap produk dan kegiatan usaha bank. Proses ini dilaksanakan dengan pemisahan berdasarkan faktor risiko selain mempertimbangkan risiko lainnya seperti risiko kinerja dan risiko kerahasiaan (confidentiality risk)
37
38
40
42
43
9.5.2 Sistem pengendalian pnternal dan penerapan manajemen risiko peran Audit Internal
Audit internal merupakan fungsi yang independen di bank Peran utamanya adalah melaksanakan penilaian penilaian berkelanjutan melalui penyusunan laporan yang menganalisis metodologi, prosedur dan proses di dalam organisasi manajemen risiko bank. Dalam perannya sebagai pengawas, umumnya audit internal menyampaikan laporan kepada Direktur Utama bank; auidiot internal tidak memberikan laporan kepada Chief Risk Officer.
44
9.5.2 Sistem pengendalian internal dan penerapan manajemen risiko peran Audit Internal
Laporan tertulis Audit Internal umumnya mencakup: Kesesuaian sistem pengendalian internal bank dengan jenis risiko yang dihadapi bank penilaian kepatuhan terhadap kebijakan, prosedur dan limit yang ditetapkan bank dan disetujui oleh Bank Indonesia sebagai pengawas bank tersebut Independensi fungsi pengendalian manajemen risiko bank dari pengelolaan kegiatan usaha sehari-hari
45
9.5.2 Sistem pengendalian internal dan penerapan manajemen risiko peranan Audit Internal
Laporan tertulis Audit Internal umumnya mencakup: independensi dan obyektivitas fungsi manajemen risiko kecukupan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen. kecukupan dokumentasi untuk mendukung proses kegiatan usaha (umumnya melalui penyusunan alur proses dari awal sampai selesai) kualitas respon manajemen, dan ketepatan waktu dari respon tersebut terhadap pertanyaan-pertanyaan audit internal dan eksternal kelemahan yang teridentifikasi dalam pelaksanaan kegiatan usaha dan respon manajemen atas kelemahankelemahan tersebut.
46
9.5.2 Sistem pengendalian internal dan penerapan manajemen risiko peranan Audit Internal
Laporan tertulis Audit Internal umumnya mencakupi: Struktur bank yang menunjukkan organisasis dan pemisahan yang jelas antara kewenangan dan garis pelaporan untuk manajemen risiko pengelolaan kegiatan usaha sehari-hari dan Audit Internal. Umumnya hal ini terkait dengan dokumentasi bagan struktur yang secara jelas menunjukkan garis pelaporan yang tepat dengan disertai job description dan limit serta kewenangan setiap personil. akurasi dan ketepatan waktu dari seluruh pelaporan keuangan dan pelaporan informasi manajemen. kepatuhan bank terhadap ketentuan Bank Indonesia dan persyaratan lainnya yang ditetapkan Bank Indonesia sebagai pengawas bank (misalnya, permintaan informasi dari pengawas mengenai proses pengawasan pengendalian).
47
9.6.1
Direksi bank secara umum berkewajiban menetapkan struktur organisasi pengelolaan risiko bank yang mencakup komite manajemen risiko dan manajemen risiko Keanggotaan komite manajemen risiko terdiri dari mayoritas anggota direksi dan pejabat eksekutif yang berwenang.
49
9.6.1 Organisasi dan fungsi manajemen risiko Komite manajemen risiko harus memberikan rekomendasi kepada Direktur Utama mengenai hal-hal berikut: kebijakan, strategi dan penerapan risiko proses perubahan yang berasal dari rekomendasi audit internal atau evaluasi lainnya terhadap proses manajemen risiko pemberian penjelasan kepada Bank Indonesia dan direksi bank mengenai keputusan yang ditetapkan bank yang bertentangan dengan kebijakan manajemen risiko bank.
50
51
52
Kegiatan pengambilan-risiko bank (misalnya, kelompok trading, kelompok kredit, corporate finance) harus menyampaikan laporan komprehensif mengenai eksposur risiko mereka kepada unit manajemen risiko secara berkala.
54
9.8.1 Laporan Profil Risiko Bank harus melaporkan profil risiko mereka kepada BI dan laporan tersebut harus mengandung informasi yang sama seperti yang disampaikan unit manajemen risiko kepada pimpinannya (Chief Risk Officer) dan kepada komite manajemen risiko. Laporan profil risiko disusun secara triwulanan pada bulan Maret, Juni, September dan Desember dan harus disampaikan kepada Bank Indonesia dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah berakhirnya periode triwulanan tersebut.
58
Bank harus melaporkan kepada Bank Indonesia produk dan aktivitas baru yang disediakan bagi nasabah. Laporan tersebut harus mencakup semua produk baru dan layanan baru dan disampaikan kepada BI dilaporkan dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah produk dan layanan baru tersebut efektif dilaksanakan.
59
Setiap bank yang mengalami kerugian finansial yang signifikan harus melaporkan hal tersebut sesegera mungkin kepada BI.
60
Selain informasi kondisi keuangan bank, untuk kepentingan transparansi bank harus mempublikasikan informasi yang cukup mengenai kebijakan dan strategi manajemen risiko dan ketaatan mereka pada limit risiko. Semua laporan yang dikeluarkan harus disetujui oleh BI.
61
Bank Indonesia memiliki kewenangan luas untuk menerapkan sanksi kepada bank yang tidak mematuhi ketentuan-ketentuan perbankan. Sanksi tersebut dapat berupa pengenaan denda sampai dengan pencabutan ijin usaha bank yang melakukan pelanggaran.
63