Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

Dosen Pengampu: Eko Bayu Purwasatriya, ST. , MT.

LATEROLOG

Disusun Oleh :

1. Nama / NIM 2. Nama / NIM 3. Nama / NIM 4. Nama / NIM 5. Nama / NIM 6. Nama / NIM 7. Nama / NIM 8. Nama / NIM 9. Nama / NIM 10. Nama / NIM 11. Nama / NIM

: Muhammad Abdul Hakim / H1F010042 : Syarif Muhammad H. / H1F010043 : Maulana Yusuf / H1F010044 : Tyas Dwi Aprilniadi / H1F010045 : Andy Dwi Saputra / H1F010046 : Muhammad Setiaji / H1F010047 : Riska Aprilia Triyadi / H1F010048 : Aulia Thariq Noor M. / H1F010049 : Tites Stiawan P. / H1F010050 : Ridho Nur Hidayanto / H1F010051 : Aulia Rahman / H1F010052

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI PURBALINGGA 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Geologi Bawah Permukaan pada program studi S1 Teknik Geologi Universitas Jenderal Soedirman. Adapun judul makalah ini adalah LATEROLOG. Dalam penyusunan ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, yang semuanya memiliki arti yang sangat besar. Untuk itu pada kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulustulusnya terutama pada : 1. Bapak Eko Bayu Purwasatriya, ST. , MT., selaku Dosen Pembimbing mata

kuliah Geologi Bawah Permukaan 2. Rekan-rekan yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam

penyusunan makalah ini. 3. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan dalam

penyusunan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna seperti yang diharapkan. Hal ini karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis mengharap kritik dan saran yang peningkatan dan penyempurnaan makalah ini. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca. Purbalingga, Maret 2013 membangun demi

Penulis

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3 A. Pengenalan ................................................................................................... 3 B. Dasar Laterolog ............................................................................................ 3 C. Alat Laterolog .............................................................................................. 6 D. Perbandingan antara pengukuran Laterolog dan Induksi ............................. 8 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 9

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Skema diagram dari laterolog 7 (kiri), laterolog 3 atau Guard log (tengah) dan Focused Log berbentuk sebuah bola (kanan). .............................................................. 4 Gambar 2. 2 Prinsip Kerja Laterolog (Schlumberger, 1996) .............................................. 5

iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di masa sekarang kita tahu bahwa perkembangan teknologi dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi mengalami perkembangan yang pesat. Meningkt terusnya permintaan pasar terhadap minyak dan gas bumi ini telah mendorong untuk dilakukannya eksplorasi terhadap sumur sumur baru maupun peningkatan produksi dari sumur yang sudah ada sebelumnya. Sebelum melakukan pemboran, kita terlebih dahulu harus melakukan evaluasi terhadap formasi untuk mengetahui karakteristik formasi batuan yang akan dibor. Berbagai macam metode digunakan untuk mengetahui karakteristik formasi yang dapat dilakukan melalui analisi cutting, analisis data well logging. Analisis well logging sendiri saat ini banyak digunakan karena biayanya yang relatif murah dengan kualitas data yang akurat. Well logging pada dasarnya memiliki beragam arti. Well logging dapat diartikan sebagai perekaman karakteristik dari suatu formasi batuan yang diperoleh melalui pengukuran pada sumur bor. Well logging ini memiliki kegunaan utama untuk mengkorelasikan pola pola electrical conductivity yang sama dari satu sumur ke sumur lain kadang kadang untuk area yang sangat luas bor (Ellis & Singer,2008). Sedang logging merupakan metode pengukuran besaran-besaran fisik batuan reservoir terhadap kedalaman lubang bor. Sesuai dengan tujuan logging yaitu menentukan besaran-besaran fisik batuan reservoir (porositas, saturasi air formasi, ketebalan formasi produktif, lithologi batuan) maka dasar dari logging itu sendiri adalah sifat-sifat fisik atau petrofisik dari batuan reservoir itu sendiri, yaitu sifat listrik, sifat radioaktif, dan sifat rambat suara (gelombang) elastis dari batuan

reservoir. Adanya perkembangan yang pesat pada ilmu pengetahuan dan teknologi kemudian juga berperan dalam perkembangan berbagai macam teknik logging. Saat ini telah diketemukan berbagai macam teknik logging yang dapat dimanfaatkan dan digunakan sesuai dengan kebutuhan. Secara garis besar, tipe logging ini dapat dikelompokkan menjadi log listrik, log radioaktif, log sonic, dan log caliper berdasarkan kemampuan, kegunaan dan prinsip kerja. Dimana log listrik sendiri dibedakan secara umum menjadi Spontaneous Potensial Log (SP Log) dan Resistivity Log. Resistivity log sendiri dibedakan atas beberapa tipe, salah satunya adalah Laterolog, yang pada kesempatan kali ini, penulis mencoba untuk menjelaskan lebih lanjut tentang hal tersebut.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengenalan
Log listrik merupakan suatu plot antara sifat-sifat listrik lapisan yang ditembus lubang bor dengan kedalaman. Sifat-sifat ini diukur dengan berbagai variasi konfigurasi elektrode yang diturunkan ke dalam lubang bor. Untuk batuan yang pori-porinya terisi mineral-mineral air asin atau clay maka akan menghantarkan listrik dan mempunyai resistivitas yang rendah dibandingkan dengan pori-pori yang terisi minyak, gas maupun air tawar. Oleh karena itu lumpur pemboran yang banyak mengandung garam akan bersifat konduktif dan sebaliknya. Resistivity log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan formasi beserta isinya, yang mana tahanan ini tergantung pada porositas efektif, salinitas air formasi, dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori batuan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Resistivity log ini terbagi menjadi beberapa tipe log, salah satunya adalah Laterolog.

B. Dasar Laterolog
Laterolog itu digunakan pada tahun 1949, mendahului log induksi dengan 6 atau 7 tahun lebih awal, sebagai pengganti Log ES di lingkungan lumpur garam. Laterolog merupakan penemuan lain oleh Henry Doll dari Schlumberger. Desain alat kompetitif yang disebut Guard Logs atau Focused Logs. Tujuannya adalah untuk memfokuskan arus dari alat ke batu yang lebih baik daripada yang dapat dicapai dengan Log ES. Alat desain berkembang secara signifikan selama bertahun-tahun dan alat-alat modern digunakan secara luas di kedua lingkungan garam dan lumpur yang segar. Laterolog bekerja baik di lumpur asin atau dalam lumpur normal di formasi resistivitas tinggi. Laterolog adalah alat arus searah (DC) berdasarkan

Hukum Ohm. Alat telah dirancang untuk menghasilkan pengukuran resistivitas handal dalam lubang bor yang mengandung cairan pengeboran sangat saline dan atau ketika dikelilingi oleh batuan yang sangat resistif. Arus logging dicegah mengalir naik dan turun dalam cairan pengeboran dengan menempatkan elektroda fokus (A1 dan A2) di kedua sisi elektroda ukuran A0 pusat, seperti yang digambarkan di bawah ini. Elektroda fokus mengukur kekuatan arus mengalir hanya dalam arah lateral, tegak lurus dengan sumbu perangkat logging.

Gambar 2. 1 Skema diagram dari laterolog 7 (kiri), laterolog 3 atau Guard log (tengah) dan Focused Log berbentuk sebuah bola (kanan).

Selain itu, Laterolog merupakan alat yang digunakan untuk memperkecil pengaruh lubang bor, lapisan yang berbatasan dan pengukuran lapisan yang tipis, mengukur resitstivitas batuan yang dibor dengan kondisi lumpur yang sangat konduktif atau salyt mud serta dipakai pula untuk mendeteksi zona zona yang mengandung HC. Sonde pada alat resistivitas ini memiliki elektroda penyangga (bucking electrode) untuk memfokuskan arus survei dan memaksanya dalam arah yang tegak lurud terhadap sonde. Arus yang terfokuskan ini memungkinkan pengukuran dilakukan pada batuan dengan arah yang lebih pasti. Hal ini sendiri merupakan perbaikan terhadap pengukuran yang menggunakan arus yang tidak terfokus, yaitu alat ES (Electric Survey) yang terdahulu, dimana arus survey lebih suka mengalir dalam lumpur karena resistivitas lumpur yang lebih rendah dari resistivitas batuan.

Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut (lihat gambar 2.1.), suatu arus Io yang konstan dialirkan melalui elektrode Ao lewat elektrode A1 dan A2 dimana arus tersebut diatur secara otomatis oleh kontak pengontrol sehingga dua pasang elektrode penerima M1M2 dan M1M2 mempunyai potensial yang sama. Selisih potensial diukur diantara salah satu elektrode penerima dengan electrode dipermukaan. Jika perbedaan antara potensial pasangan M1M2 dan M1M2 dibuat nol, maka tidak ada arus yang mengalir dari Ao. Disini arus listrik dari Ao dipaksa mengalir horizontal kearah formasi. Ada beberapa jenis laterolog, yaitu jenis Laterolog 7, Laterolog 3, dan Laterolog 8. Perbedaan dari ketiga jenis laterolog tersebut hanya terdapat pada jumlah elektrodenya, dan ketebalan lapisan yang dideteksi berbeda. Alat ini mengukur harga Rt terutama pada kondisi pengukuran Rt dengan Induction Log mengalami kesulitan (banyak kesalahan). Laterolog ini hanya dapat digunakan dalam jenis lumpur water base mud. Dianjurkan pada kondisi Rt/Rm dan Rt/Rs besar (salt mud, resistivity tinggi yaitu lebih besar dari 100 ohm-m) dan tidak berfungsi di dalam oil base mud, inverted mud, lubang berisi gas, atau sumur sudah dicasing.

Gambar 2. 2 Prinsip Kerja Laterolog (Schlumberger, 1996)

Sedang berdasarkan cakupan kedalamannya, laterolog ini dapat dibedakan menjadi tiga, yakni : Laterolog Log Shallow (LLS), yakni laterolog dengan jangkauan kedalaman yang tergolong dangkal. Laterolog Log Medium (LLM), yakni laterolog dengan jangkauan kedalaman menengah. Laterolog Log Deep (LLD), yakni laterolog dengan jangkauan kedalaman dalam.

C. Alat Laterolog
Alat DLT (Dual Laterolog Tool) memfokuskan arus listrik secara lateral ke dalam formasi dalam bentuk lembaran tipis (Harsono,1997). Ini dicapai dengan menggunakan arus pengawal (bucking current) yang berfungsi untuk mengawal arus utama (measured current) masuk ke dalam formasi sedalam-dalamnya. Dengan mengukur tegangan listrik yang diperlukan untuk menghasilkan arus listrik utama yang besarnya tetap, resistivitasnya dapat dihitung dengan hukum Ohm (Schlumberger,1989). Pada dasarnya DLT ini merupakan alat yang digunakan untuk memperkirakan resistivitas yang sebenarnya dari formasi yang diperoleh setelah melewati tahapan koreksi terhadap pengaruh lubang sumur(borehole effect), lapisan lapisan punggung (shoulder beds) dan fluida invasi. Penerapan DLT ini dapat bersamaan dengan kurva porositas untuk menentukan kejenuhan air (Sw = water saturation) dengan memanfaatkan rumusan Archle (Archles equation). Sedang penggunaan DLT bersama dengan kurva MSFL (Macro spherically Focused Log) sendiri akan menghasilkan perhitungan kedalaman invasi atau rembesan dan keberadaan hidrokarbon. Lingkungan logging yang tepat untuk DLT adalah sebagai berikut : 1. lubang dengan lumpur yang sangat konduktif 2. daerah yang sering ditemukan evaporit yang larut oleh air 3. formasi dengan resistivitas yang sangat tinggi

4. pengecualian untuk lubang yang dibor secara kering ataupun lubang dengan lumpur non-konduktif seperti lumpur berbasis minyak.

Prinsip pengukuran DLT adalah prinsip yang sama dengan hukum Ohm. Dimana resistivitas dapat dikalkulasikan dari konstanta alat dikalikan dengan suatu tegangan yang terukur antara elektroda pengukur dan elektroda acuan dibagi dengan suatu arus yang terukur. Dikarenakan lingkungan pengukuran adalah lubang dengan lumpur konduktif, maka untuk mendapatkan pengukuran yang akurat, arus yang dipancarkan harus sedemikian hingga melalui formasi dan bukan melalui lumpur yang konduktif tersebut. Cara yang digunakan untuk memfokuskan arus adalah dengan memancarkan arus pemfokus dan mengukur selisih antara arus pemfokus dan arus pemsurvei tersebut. Sebenarnya alat DLT terdiri dari dua bagian, bagian pertama mempunyai elektroda yang berjarak sedemikian rupa untuk memaksa arus utama masuk sejauh mungkin ke dalam formasi dan mengukur LLd, resistivitas laterolog dalam (Harsono,1997). Bagian lain mempunyai elektroda yang berjarak sedemikian rupa membiarkan arus utama terbuka sedikit, dan mengukur LLs, resistivitas laterolog dangkal (Harsono,1997). Hal ini tercapai karena arus yang dipancarkan adalah arus bolak-balik dengan frekuensi yang berbeda. Arus LLd menggunakan frekuensi 28kHz sedangkan frekuensi arus LLs adalah 35 kHz (Harsono,1997). Bila alat DLT mendekati formasi dengan resistivitas sangat tinggi atau selubung baja, bentuk arus DLT akan terpengaruh (Harsono,1997). Hal ini akan mengakibatkan pembacaan yang terlalu tinggi pada LLd. Pengaruh ini dikenal dengan sebutan efek Groningen (Harsono,1997). DLT generasi baru telah dilengkapi dengan suatu rangkaian elektronik yang mampu mendeteksi dampak Groningen ini dengan menampilkan kurva LLg (Harsono,1997). Bila terdapat efek Groningan biasanya pembacaan LLg tidak sama dengan LLd pada jarak anatara titik sensor dan torpedo kabel logging (Harsono,1997).

D. Perbandingan antara pengukuran Laterolog dan Induksi


Hampir setiap alat pengukur resistivitas saat ini dilengkapi dengan alat pemfokus. Alat tersebut berfungsi untuk mengurangi pengaruh akibat fluida lubang bor dan lapisan di sekitarnya (Harsono,1997). Dua jenis alat pungukur resistivitas yang ada saat ini: induksi dan laterolog memiliki karakteristik masingmasing yang membuatnya digunakan untuk situasi yang berbeda (Harsono,1997). Log induksi biasanya direkomendasikan untuk lubang bor yang yang menggunakan lumpur bor konduktif sedang, non-konduktif (misalnya oil-base muds) dan pada lubang bor yang hanya berisi udara (Harsono,1997). Sementara itu laterolog direkomendasikan pada lubang bor yang menggunakan lumpur bor sangat konduktif (misalnya salt muds) (Harsono,1997). Alat induksi, karena sangat sensitif terhadap konduktivitas baik digunakan pada formasi batuan dengan resistivitas rendah sampai sedang (Harsono,1997). Sedangkan laterolog karena menggunakan peralatan yang sensitif terhadap resistivitas sangat akurat digunakan pada formasi dengan resistivitas sedang sampai tinggi (Harsono,1997).

DAFTAR PUSTAKA

http://donnysitompul.wordpress.com/2009/12/13/dual-laterolog-tool-dllt/ http://www.scribd.com/document_downloads/direct/131132356?extension=pdf&f t=1364436863&lt=1364440473&user_id=184083469&uahk=qaoX3pUNI ER3N6mcVCDrlpmv39E http://hendar08.blogspot.com/2011/05/teknologi-eksplorasi-kelautan-tek.html http://www.scribd.com/document_downloads/direct/105929783?extension=pdf&f t=1364438987&lt=1364442597&user_id=184083469&uahk=h0fBZlatR8t vy0h/FEcoYIe3kvM http://tambgeophy-kov.blogspot.com/2012/09/zona-infiltrasi-jenis-loghidrokarbon.html http://knowledgepublisher.blogspot.com/2012/08/well-logging.html http://barkun.wordpress.com/author/barkun/ http://www.spec2000.net/07-latlog.htm

Anda mungkin juga menyukai