Anda di halaman 1dari 4

7 Tips SUKSES Tips Menulis Esai Untuk Beasiswa Gol

1. Pastikan esai sesuai dengan tema Misalnya, Anda mengajukan beasiswa yang berbasis pada pelayanan komunitas atau publik. Dalam berkas lamaran, Anda dapat membuat daftar berbagai grup komunitas yang telah diikuti dan berbagai penghargaan yang berkaitan yang pernah diraih. Intinya, buatlah esai yang brilian, tetapi sarat pesan yang sesuai dengan jurusan yang Anda inginkan dan alasan yang mendasari mengapa menginginkan studi itu sebagai prioritas pertama. 2. Menjawab pertanyaan dasar Pernahkah Anda menanyakan sebuah pertanyaan, tetapi merasa bahwa sebenarnya ada pertanyaan mendasar yang seharusnya ditanyakan? Dalam banyak kasus, pertanyaan esai hanya batu loncatan bagi Anda untuk menjawab pertanyaan mendasar yang dimanfaatkan para juri untuk mengetahui alasan yang sesungguhnya. Misal, sebuah organisasi yang memberikan beasiswa di bidang bisnis kemungkinan akan mengajukan pertanyaan, Mengapa Anda tertarik mempelajari bidang studi bisnis?. Sebenarnya, pertanyaan dasar yang mereka ajukan adalah Mengapa Anda tertarik belajar di studi bisnis dan mengapa Anda merasa sebagai kandidat terbaik di bidang bisnis yang akan mendapatkan beasiswa kami?. Dalam pertarungan memenangi beasiswa, Anda akan berkompetisi dengan kandidat yang memiliki latar belakang dan tujuan yang sama. Gunakan pertanyaan esai sebagai jalan untuk membuktikan kepada pemberi beasiswa bahwa Anda adalah orang yang paling layak menerima beasiswa. 3. Berbagi cerita tentang diri sendiri Selain menjelaskan alasan mengapa ingin memenangi beasiswa, penting juga untuk menceritakan sesuatu tentang diri Anda. Jelaskanlah dalam uraian singkat 500-1000 kata. Tidak perlu menjelaskan semua tentang diri Anda. Hanya ceritakan dengan fokus salah satu aspek dari diri Anda. Dengan kata lain, jangan menjelaskan semuanya. Misalnya, jika Anda menulis keterlibatan dalam sebuah aktivitas atau organisasi, fokuskan pada salah satu pengalaman. 4. Tulisan harus menunjukkan passion Anda pasti pernah menulis banyak esai. Sekarang, cobalah lebih jujur, sebagian besar topik yang Anda tulis, sering kali sesuatu yang sebenarnya tidak menjadi konsen pribadi. Dalam menulis esai beasiswa, Anda mungkin akan menulis dengan cara yang sama. Tetapi, cara ini akan mengakibatkan kegagalan fatal. Para pemenang beasiswa umumnya menulis esai tentang apa yang mereka senangi sehingga gairah penulis akan terasa. Ingatlah, ketika Anda secara antusias menceritakan sesuatu yang disenangi, tidak membutuhkan usaha yang lebih besar karena energi itu akan terpancar dalam tulisan. Oleh karena itu, ketika memilih sebuah topik, yakinlah itu adalah sesuatu yang benarbenar Anda pedulikan selama ini dan menjadi ketertarikan tersendiri. 5. Esai harus spesifik Kesalahan umum dalam menulis esai adalah menggunakan pendapat umum, daripada sesuatu yang lebih spesifik. Misalnya, jangan menulis, Pendidikan adalah kunci kesuksesan.

Sebaliknya, juri beasiswa menginginkan kisah hidup Anda yang menunjukkan bagaimana pendidikan telah memengaruhi hidup Anda. Misalnya, jika Anda ingin menjadi astronot, Anda bisa menjelaskan bahwa cita-cita ini berawal dari hadiah yang diberikan ayah Anda, yaitu berupa pesawat roket. Fokuslah pada salah satu pengalaman yang membuat pembaca akan teringat tentang kisah Anda itu. 6. Harus ada pernyataan inti Pastikan esai yang Anda tulis memiliki poin yang jelas, hal yang kebanyakan jarang terlihat dalam berbagai esai mahasiswa. Harus ada ide sentral yang dipahami pembaca. Coba trik sederhana ini untuk menemukan inti dari esai Anda, Bagaimana Anda menjelaskan esai yang ditulis dalam satu kalimat? Jika Anda tak dapat menjabarkannya dalam satu kalimat, mungkin poin utamanya belum cukup jelas. Atau yang lebih buruk, esai Anda mungkin memang tidak memiliki tesis tertentu. 7. Tunjukkan prestasi Memenangi beasiswa adalah tentang bagaimana memberikan kesan dan menunjukkan kepada para pemberi beasiswa bahwa Anda adalah kandidat terbaik yang layak mereka biayai. Prestasi, aktivitas, bakat, dan berbagai penghargaan yang pernah Anda raih akan membuktikan bahwa Anda benar-benar kandidat terbaik. Gunakan esai untuk turut menjelaskannya. Bagaimanapun juga, jangan hanya terpatok pada apa yang diminta dalam syarat pengajuan. Gunakan kesempatan untuk fokus pada prestasi yang spesifik, tempatkan pada konteks yang sesuai. Selamat mencoba!
Nama Saya Syanthy Nama saya Syanthy C. Salim, namun teman-teman biasa memanggil saya dengan sebutan Syanthy atau bahkan cukup dengan Syan. Umur saya mencapai angka 26 tahun ini. Saat ini saya telah bekerja di suatu firma hukum, yang katanya sich merupakan firma hukum nomor satu di Jakarta (bahkan mungkin di Indonesia). Ketika saya lulus dari kuliah saya di Fakultas Hukum di suatu Universitas Negeri di Jakarta, saya langsung diterima bekerja di firma hukum tersebut. Total sampai saat ini saya baru bekerja sekitar satu setengah tahun, memang belum waktu yang lama untuk mengatakan bahwa inilah pilihan karir dalam hidup saya. Latar belakang pendidikan saya agak menarik. Mengapa saya katakan menarik, karena biasanya saat interview-interview kerja, para pewawancara selalu menanyakan hal yang sama kepada saya mengenai hal ini. Ketika lulus SMU, saya langsung kuliah mengambil gelar Diploma di London School of Public Relations. Jurusan yang saya ambil adalah Advertising. Dua tahun saya habiskan setelah SMU untuk mengambil Diploma saya di sana, dan menurut saya sangat menyenangkan. Ketika masa dua tahun tersebut selesai, ada suatu peristiwa yang kemudian lantas mengubah jalan hidup saya secara keseluruhan. Bertaruh. Itu yang saya lakukan. Bertaruh terhadap diri saya sendiri. Apakah saya mampu dan lantas berhasil menembus ujian Negara itu? Ujian perebutan bangku kuliah untuk 250 orang dari sekian ribu pelamar? Saya tidak yakin saat itu. Banyak yang lebih pintar. Lebih siap. Lebih berhak sesungguhnya untuk mendapatkan jatah kuliah dengan uang Negara tersebut. Namun akhirnya saya menang atas taruhan saya. Saya berhasil. Mengambil S1 di Universitas Negeri tersebut lantas mengubah jalan hidup saya. Apa yang saya pikir. Apa yang saya cita-citakan. Target hidup saya. Rencana-rencana hidup saya ke depan. Ada kalanya ketika saya melihat saya, usia saya dan apa yang telah saya capai, ada sedikit penyesalan di hati,

mengapa saya terlambat? Dua tahun terbuang sia-sia? Atau malah tiga setengah tahun setelahnya? Mengapa saya tidak bisa memfokuskan diri saya kepada satu bidang saja dan tidak usah mencoba sesuatu bidang yang lain? Bukankah dengan demikian rasa ketergantungan akan satu bidang tersebut akan lebih memacu saya untuk menjadi pribadi yang lebih makin maju dan semakin meningkat setiap harinya? Namun ketika semakin jauh berjalan dari masa-masa kuliah, penyesalan tersebut makin memudar. Bukankah semua sudah harus tercipta sebagaiman harusnya seperti sekarang? Apa yang saya dapat tidak mungkin saya ingkari adalah sesuatu yang baik. Pekerjaan yang baik. Teman-teman yang menyenangkan. Penghasilan yang mencukupi. Dalam usia 26 tahun, mungkin banyak yang belum saya capai dalam hidup ini, namun banyak pula yang saya rasa harus saya syukuri. Jadi ketika saat ini saya menulis essay tentang diri saya yang menjadi syarat agar tulisan saya dapat dibaca oleh sang Penilai nantinya, ini pun saya lakukan dengan penuh dengan pertimbangan. Pertimbangan, pemikiran serta adanya tukar pendapat dengan orang-orang yang jalan pikirannya saya sangat hargai. Sebelumnya, saya pernah menulis di blog saya tentang heart desires. Sedikit cuplikannya:
Should we pursue our dream? Our wants? Our biggest desires in life? Our most expectations in life that keeps us wake up every morning and have a good night sleep at nights? Should we? And if we should, how much does it cost? How much that we have to pay for that? How many risks should we take? How much time that we have to loose for that?

Tulisan di atas adalah hasil pemikiran saya atas diri saya selama satu setengah tahun ini. Seakan-akan perjalanan hidup saya dari lulus SMU sampai sekarang di rekap secara cepat di dalam otak saya. Dari dahulu, sampai sekarang. Lantas hati saya berfikir, dan bertanya, apa yang saya mau, apa yang saya cari, dan apakah hal tersebut telah saya dapat? Ketika saya mendengar informasi dari seorang teman yang sungguh peduli akan keinginan saya, saya pun berencana. Saya ingin membuat suatu tulisan yang bagus, panjang, mencerminkan kepribadian saya yang menonjol dan menarik perhatian orang. Namun jujur saya akui di sini, tidak ada banyak waktu yang tersisa setiap harinya untuk mencapai hal tersebut. Setelah seharian bekerja, pulang ke rumah di atas jam 21pm, yang tersisa hanyalah rasa capai dan kantuk yang parah. Ditambah lagi tumpukan DVD serial yang saya gilai. Ya, saya bukan orang yang konsisten, bukan pun seseorang yang rajin, itu saya akui. Saya si moody. Saya si impulsif. Hidup saya tidak teratur rapi. Hidup saya penuh dengan spontanitas. Dan itulah yang membuat saya berfikir bahwa mungkin sebenarnya saya tidak cocok berada di sini sekarang, berada dalam ruang nyaman dalam kantor saya. Berada menyandang predikat pekerjaan saya sekarang yang notabene membutuhkan super ketelitian dan kerajinan, konsisten tingkat tinggi dan daya memory yang kuat. Analisa yang mendalam dan tidak ada tempat bagi suatu makhluk hidup bernama imajinasi. Tapi bagaimana jika saya tidak demikian? Bagaimana bila selalu ada bagian dalam diri saya, dalam jiwa saya, yang selalu menjerit bahwa bukan ini yang saya inginkan, this is simply not what my heart desires. Ketika saya menulis ini, jujur tidak ada konsep dalam pikiran saya. Apa yang ada di kepala, itu yang saya tulis. Kadang apa yang saya inginkan tak selamanya dapat saya ungkapkan dalam tulisan, akhirnya, saya memang seorang penulis yang biasa. Seperti contoh kali ini yang saya inginkan adalah membuat orang terkesan dengan tulisan saya. Tulisan yang sebenarnya saya rencanakan harus terlihat pintar dan berisi, namun di sinilah saya lantas mengoceh dan menulis tentang hal-hal apapun yang mendadak terlintas di pikiran saya. Apa itu penulis yang baik, saya tidak tahu. Apakah saya seorang penulis, itu pun saya tidak tahu. Yang saya tahu adalah bahwa saya suka menulis. Saya mungkin dapat mencintai menulis. Saya mau mencoba menulis dan menulis. Dan entah mungkin suatu waktu, ada orang yang tertarik untuk meluangkan sedikit waktunya untuk membaca tulisan-tulisan saya. Mungkin, mungkin saja, saya berharap. Essay yang mungkin tidak biasa ini akan saya akhiri segera. Banyak orang berkata kepada saya you can loose it at the opening, but not at the end, the end is the important thing, you can not loose it at the end Mungkin dalam bahasa yang lebih sederhana, teman saya berusaha berkata, bagian

akhir sesuatu adalah sesuatu yang penting, maka dari itu buatlah menjadi berkesan! Well, itulah yang sedang saya usahakan untuk dapat saya lakukan sekarang. Apa yang dapat membuat tulisan ini berkesan? Apa yang dapat membuat sang Penilai berfikir bahwa mungkin saya dapat diberi kesempatan? Apa? Saya tidak dapat berfikir, jadi saya akhiri saja essay ini dengan suatu penutup biasa... Nama saya Syanthy, umur saya 26 tahun, dan selama 10 tahun terakhir hidup saya, saya selalu bermimpi, bermimpi dan bermimpi suatu hari saya dapat menjadi seorang penulis. Sekarang saya telah bangun dan mau mulai mencoba. Semoga berkenan.

Anda mungkin juga menyukai