Anda di halaman 1dari 12

Karakteristik Pemerolehan Bahasa Anak Usia lima Tahun dalam Lingkungan Keluarga

Abstrak: Kajian ini merupakan kajian awal untuk melihat pemerolehan bahasa anak usia empat tahun dalam lingkungan keluarga. Subjek kajian ialah seorang anak penutur bahasa Indonesia di kota Medan. Data yang digunakan untuk analisis kajian ialah data autentik yang diperoleh melalui observasi. Data dianalisis berdasarkan tiga ciri utama yaitu: (1) analisis berdasarkan panjang kalimat, (2) analisis berdasarkan struktur kalimat, dan (3) analisis berdasarkan jumlah ujaran setiap giliran tutur. Kata kunci: pemerolehan bahasa, ujaran, giliran tutur BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Bagaimana manusia memperoleh bahasa merupakan satu isu yang amat

mengagumkan dan sukar dibuktikan. Berbagai teori dari bidang disiplin yang berbeda telah dikemukakan oleh para pengkaji untuk menerangkan bagaimana proses ini berlaku dalam kalangan anak-anak. Memang diakui bahwa disadari ataupun tidak, sistem-sistem linguistik dikuasai dengan pantas oleh individu kanak-kanak walaupun umumnya tiada pengajaran formal. learning a first language is something every child does successfully, in a matter of a few years and without the need for formal lessons. (Language Acquisition: On-line). Sungguhpun rangsangan bahasa yang diterima oleh kanak-kanak tidak teratur. Namun mereka berupaya memahami sistem-sistem linguistik bahasa pertama sebelum menjangkau usia lima tahun. Fenomena yang kelihatan menakjubkan ini telah berlaku dan terus berlaku dalam kalangan semua masyarakat dan budaya pada setiap masa. Mengikut penyelidik secara empirikal, terdapat dua teori utama yang membincangkan bagaimana manusia memperoleh bahasa. Teori pertama mempertahankan bahwa bahasa diperoleh manusia secara alamiah atau dinuranikan. Teori ini juga dikenali sebagai Hipotesis Nurani dalam linguistik. Teori yang

1|Hasil Riset Mini

kedua mempertahankan bahwa bahasa diperoleh manusia secara dipelajari. Jurnal Penyelidikan IPBL, Jilid 7, 2006. Kajian saintifik dalam bidang pemerolehan bahasa telah dimulakan sejak kurun ke-16 lagi (Zulkifly, 1990:326-331). Kajian ini dimulakan oleh Tiedeman, seorang ahli biologi berbangsa Jerman pada tahun 1787. Charles Darwin, pengazas teori evolusi turut menjalankan kajian dalam bidang pemerolehan bahasa pada tahun 1877. Kajian-kajian yang seterusnya telah dilakukan oleh Preyer pada tahun 1882 dan kajian Sally pada tahun 1885. Pemerolehan bahasa merupakan satu proses perkembangan bahasa manusia. Lazimnya pemerolehan bahasa pertama dikaitkan dengan perkembangan bahasa kanak-kanak manakala pemerolehan bahasa kedua bertumpu kepada perkembangan bahasa orang dewasa (Language Acquisition: On-line). Perkembangan bahasa kanak-kanak pula bermaksud pemerolehan bahasa ibu anakanak berkenaan. Namun terdapat juga pandangan lain yang mengatakan bahwa terdapat dua proses yang terlibat dalam pemerolehan bahasa dalam kalangan anak-kanak yaitu pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa. Dua faktor utama yang sering dikaitkan dengan pemerolehan bahasa ialah faktor nurture dan faktor nature. Namun para pengkaji bahasa dan linguistik tidak menolak kepentingan tentang pengaruh faktor-faktor seperti biologi dan persekitaran. Kajian-kajian telah dijalankan untuk melihat sama ada manusia memang sudah dilengkapi dengan alat biologi untuk kebolehan berbahasa seperti yang didakwa oleh ahli linguistik Noam Chomsky dan Lenneberg ataupun kebolehan berbahasa ialah hasil dari pada kebolehan kognisi umum dan interaksi manusia dengan sekitarannya. Mengikut Piaget, semua kanak-kanak sejak lahir telah dilengkapi dengan alat nurani yang berbentuk mekanikal umum untuk semua kebolehan manusia termasuklah kebolehan berbahasa. Alat mekanisme kognitif yang bersifat umum digunakan untuk menguasai segala-galanya termasuk bahasa. Bagi Chomsky dan Miller pula, alat yang khusus ini dikenali sebagai Language Acquisition Device (LAD) yang fungsinya sama seperti yang pernah dikemukakan oleh Lenneberg yang dikenali sebagai Innate Prospensity for Language. Bayi-bayi yang baru lahir sudah mulai mengecam bunyi-bunyi yang terdapat di sekitarnya. Mengikut Brookes (dlm. Abdullah Yusoff dan Che Rabiah Mohamed, 1995:456), kelahiran atau pemerolehan bahasa dalam bentuk yang paling sederhana bagi setiap bayi bermula pada waktu bayi itu berumur lebih kurang 18 bulan dan mencapai bentuk yang hampir sempurna ketika berumur lebih kurang empat tahun. Bagi Mangantar Simanjuntak (1982) pula, pemerolehan bahasa bermaksud penguasaan bahasa oleh seseorang secara tidak
2|Hasil Riset Mini

langsung dan dikatakan aktif berlaku dalam kalangan kanak-kanak dalam lingkungan umur 26 tahun. Hal ini tidak bermakna orang dewasa tidak memperoleh bahasa tetapi kadarnya tidak sehebat anak-anak. Pemerolehan bahasa dikaitkan dengan penguasaan sesuatu bahasa tanpa disadari atau dipelajari secara langsung yaitu tanpa melalui pendidikan secara formal untuk mempelajarinya, sebaliknya memperolehnya dari bahasa yang dituturkan oleh ahli masyarakat di sekitarnya. Beliau seterusnya menegaskan bahwa kajian tentang pemerolehan bahasa sangat penting terutamanya dalam bidang pengajaran bahasa. Pengetahuan yang cukup tentang proses dan hakikat pemerolehan bahasa boleh membantu bahkan menentukan kejayaan dalam bidang pengajaran bahasa. Rumuan Masalah Sampel kajian ini ialah seorang anak perempuan yang bertutur dalam bahasa Indonesia. Bahasa tersebut merupakan bahasa ibu anak itu. Anak tersebut tinggal bersamasama dengan keluarga ayah ibunya sendiri. Anak tersebut dilahirkan pada 12 April 2008. Ini berarti anak tersebut berumur empat tahun. Nama lengkap anak tersebut ialah Siti Sri Rezeky Aprilia yang kerap disapa Kiki. Pendekatan interaksi digunakan dalam kajian ini memandangkan subjek kajian yang dipilih selalu berpeluang berinteraksi dengan anggota keluarganya. Bentuk interaksi observasi ini terdiri daripada interaksi yang tidak dirancang. Interaksi yang tidak dirancang tersebut merupakan langkah penulis agar Kiki dapat membeberkan secara panjang lebar apa yang ingin ia sampaikan. Sebagai langkah untuk menjamin data kajian yang lebih autentik, latar yang tidak dirancang digunakan. Analisis pertuturan Kiki dilakukan dalam berbagai situasi dan keadaan dalam lingkungan keluarganya sendiri. Pengalaman Kiki juga digunakan dan dianggap sebagai alat kajian ini. Transkripsi pertuturan subjek kajian ini dibuat dalam bentuk dan sistem ejaan fonemik. Sehingga berdasarkan latar belakang dalam subek kajian Pemerolehan Bahasa Anak Usia Empat Tahun Dalam Lingkungan Keluarga dapat penulis rumuskan antara lain: (1) bagaimana panjang ayat yang digunakan anak empat tahun dalam bertutur, (2) bagaimana struktur kalimat yang digunakan anak usia empat tahun dalam bertuur dan (3) bagaimana ujaran setiap giliran tutur yang digunakan anak usia empat tahun dalam bertutur.

3|Hasil Riset Mini

Tujuan Penulisan Penulisan ini berusaha untuk mendapatkan gambaran mengenai: (1) panjang ayat yang digunakan anak usia empat tahun dalam bertutur (2) penguasan kalimat yang digunakan anak usia empat tahun dalam bertutur dan (3) ujaran setiap giliran tutur yang digunakan anak usia empat tahun dalam bertutur.

4|Hasil Riset Mini

BAB II PEMBAHASAN Analisis Berdasarkan Panjang Kalimat Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah suatu proses yang diperlukan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang semakin bertambah rumit ataupun teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai ia memilih berdasarakan suatu ukuran atau takaran penilaian, tata bahasa yang baik serta paling sederhana dari bahasa (Tarigan dalam Prastyaningsih, 2001:9). Lebih jelasnya pemerolehan bahasa diartikan sebagai suatu proses yang pertama kali dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan bahasa sesuai dengan potensi kognitif yang dimiliki dengan didasarkan atas ujaran yang diterima secara alamiah. Bahasa yang pertama kali dikenal dan diperoleh anak-anak dalam kehidupannya adalah bahasa Ibu (mother language) atau sering disebut dengan bahasa pertama (first language). Bahasa inilah yang mula-mula dikenal oleh anak kecil dan dipergunakan dalam kehidupannya sehari-hari sebagai bahasa komunikasi. Pada saat ini, maka telah mempunyai kemampuan bawaan memperoleh pengetahuan tentang bahasa yang dipelajari melalui pembentukan hipotesis karena adanya struktur internal pada mental mereka. Pada hakekatnya, proses pemerolehan bahasa itu pada setiap anak sama, yaitu melalui pembentukan dan pengujian hipotesis tentang kaidah bahasa. Pembentukan kaidah itu dimungkinkan oleh adanya kemampuan bawaan atau struktur bawaan yang secara mental dimiliki oleh setiap anak. Inilah yang disebut dengan alat pemerolehan bahasa (Language Acquisition Devical/ LAD). Dengan ini setiap anak dapat memperoleh bahasa apa saja serta ditentukan oleh faktor lain yang turut mempengaruhinya. Data kebahasaan yang harus diproses lebih lanjut oleh anak merupakan hal yang penting. Dalam analisis khususnya panjang ayat anak usia empat tahun tidak terlepas dari penguasaan dan pemerolehan bahasa. Pemerolehan ini yang terjadi secara alamiah. Berikut perhatikan beberapa cuplikan di bawah ini: Vina Kiki : Kiki Sukak masakan apa? : Ayam, kangkung udah itu daun ubi tumbuk, ayaam, ikan lele.. udah itu aja, em sama ikan mujail.

5|Hasil Riset Mini

Vina Kiki

: ih Gimana rasa ikan mujair ya? : Kiki udah pelna makan kak. Ali itu mamak kelja, masak ikan jail dia. Kami makan pakek nasi pakek itula kak.

Vina Kiki Vina Kiki Vina Kiki

: Enak la ya : Besal dia kayak piling (*piring) besalnya. : Di belik atau di pancing? : (Berpikir sejenak) Di pancing.. : Siapa yang mancing? : Bapak Dalam wacana di atas, jelas bahwa Kiki mengucapkan kata-kata hampir sempurna.

Jadi, dapat disimpulkan anak usia empat tahun sudah bisa berkomunikasi secara lancar. Kamunikasi secara lancar dalam tutur ini karena keadaan situasi yang sedang dialami Kiki. Dalam keadaan menjawab pertanyaan secara lancar, itu dimungkinkan lawan tuturnya yang sudah Ia kenal dalam kehidupan sehari-hari dan yang ditanyakan kepadanyapun merupakan pengalaman yang masih teringat dalam ingatannya. Jadi tidak sulit baginya untuk menjawab serangkaian pertanyaan yang ditanyakan Vina kepadanya. Selain penjelasan di atas pada dasarnya pemerolahan bahasa anak-anak itu melalui beberapa tahap. Anak tidak secara langsung bisa mengucapkan semua fonem dalam tataran bunyi. Misalnya Bue, karena fonem /b/ merupakan bunyi labial yang pertama kali dikuasai anak. Lain halnya dengan fonem /r/ yang penguasaannya melalui beberapa tahap. Dalam Werdiningsih (2002:6-7) dijelaskan bahwa pemerolehan atau penguasaaan fonem /r/ diperoleh pembelajar bahasa Jawa melalui empat tahap, yaitu (1) tahap zero (kosong) yang tampak pada ucapan /roti/ menjadi /oti/, (2) tahap /r/ berubah menjadi /y/ yang tampak pada ucapan /roti/ menjadi /yoti/, (3) tahap /r/ berubah menjadi /l/ yang tampak pada ucapan /roti/ menjadi /loti/ dan (4) tahap /r/ terelisasi fonem /r/ yang tamak pada ucapan /roti/ diucapkan /roti/ pula. Perhatikan cuplikan dalam tuturan berikut! Vina : Kiki Sukak masakan apa?

6|Hasil Riset Mini

Kiki

: Ayam, kangkung udah itu daun ubi tumbuk, ayaam, ikan lele.. udah itu aja, em sama ikan mujail.

Vina Kiki

: ih Gimana rasa ikan mujair ya? : Kiki udah pelna makan kak. Ali itu mamak kelja, masak ikan jail dia. Kami makan pakek nasi pakek itula kak. Dalam cuplikan tuturan di atas jelas sebagai bukti bahwa penguasaan fonem /r/

mengalami tahapan-tahapan tertentu. Kiki dalam mengucapkan fonem /r/, dalam kata kerja menjadi kelja. Sehingga dalam hal ini Kiki dapat dikatakan mengalami tahap III dalam penguasaan fonem /r/, yakni fonem /r/ berupah menjadi fonem /l/. Selain kata kerja menjadi kelja, ada juga kata yang lain seperti; mujair menjadi mujail, pernah menjadi pelna. Analisis Berdasarkan Struktur Kalimat Pemerolehan bahasa pertama, anak juga sudah mampu menyusun kalimat meskipun masih sangat sedarhana. Kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan (Busri,2002:37-38). Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh alunan titi nada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam wujud tulisan huruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya atau tanda seru dan sementara itu disertai pula di dalamnya berbagai tanda baca yang berupa spasi atau ruang kosong, koma, titik koma, titik dua dan atau sepasang garis pendek yang mengapit bentuk tertentu. Tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!), sepadan dengan intonasi selesai, sedangkan tanda baca sepadan dengan jeda. Adapun kesenyapan diwujudkan sebagai ruang kosong setelah tanda titik, tanda tanya dan tanda perintah atau ruang kosong sebelum huruf kapital permulaan. Alunan titi nada pada kebanyakan hal tidak ada pedananya dalam bentuk tertulis. Dipandang dari sudut logika, kalimat didefinisikan sebagai ujaran yang didefinisikan pikiran lengkap yang tersusun dari subjek dan predikat. Pengertian bahwa subjek adalah tentang apa sesuatu dikatakan dan predikat adalah apa yang dikatakan tentang subjek, yang perlu diperhatikan ialah bahwa istilah subjek dan predikat itu mengacu kepada fungsi, tidak kepada jenis kata. Perhatikan beberapa cuplikan di bawah ini! Kiki : Pohon mangga dia banyak kak, semua tanah itu lumah dia.

7|Hasil Riset Mini

Vina Kiki Vina Kiki

: Orang kaya? : Ya orang kaya kak, kleta tiga, mobil empat. : Wih mantapnyaaa : Ali itu kami, sama mama adek awak kan, diajakla kami makan ayam penyet di

lestolan, naik mobil kami. Cuplikan dalam tuturan ini dapat sebagai bukti bahwa anak umur empat tahun, sudah bisa menggunakan kalimat. Kalimat-kalimat yang diucapkan biasanya masih sangat sederhana tetapi sudah dapat berdiri sebagai kalimat. Misalnya kami makan ayam penyet di lestolan penggalan tuturan itu sudah dapat berdiri sendiri sebagai kalimat karena secara fungsi kalimat tersusun atas Subjek (S), Predikat (P) objek (O) dan Keterangan (Ket) . Kami berkedudukan sebagi (S), makan berkedudukan sebagai (P) Ayam penyet berkedudukan (O) dan di lestolan (Ket). Secara lisan kata-kata yang diucapkan Kiki sudah dapat dikatakan sebagai kalimat, karena kalimat dalam bahasa lisan diawali kesenyapan disela jeda dan diakhiri kesenyapan pula. Meskipun hanya satu kata cepat secara lisan juga sudah dikatakan kalimat. Cepat dalam konteks ini diucapkan dengan titi nada tinggi atau dikenal dengan fonem suprasegmental sehingga secara lisan sudah dapat dikatakan sebagai kalimat. Analisis Berdasarkan Jumlah Ujaran Setiap Giliran Tutur Pengambil giliran (turn taking) merupakan satu strategi yang penting dalam sesuatu komunikasi khususnya dalam komunikasi dua hal. Dengan adanya strategi ini, sesuatu tuturan dapat berjalan dengan lancar dan teratur menurut prinsip-prinsip komunkasi. Dalam kajian ini, didapati bahwa ujaran setiap giliran untuk subjek kajian, Kiki dengan orang dewasa, yaitu Vina adalah nyaris panjang lebar. Hal ini terlihat sekali bahwa yang ia ceritakan tersebut merupakan hal yang menarik yang pernah Kiki lakukan. Saat Vina mengatakan o dan tidak menanyakan lebih lanjut lagi, Kiki memulai pembicaraan lagi tanpa ada pertanyaan. Ini menandakan anak usia 4 tahun sudah dapat lancar berkomunikasi panjang lebar, beda dengan anak usia 3 tahun yang sering menucapkan hanya satu atau 2 patah kata saja saat ditanyai lawan tuturnya. Kiki menceritakan pengalamannya tanpa kita harus menanyakannya, ia akan menyambung apa yang ingin ia sampaikan kepada lawan tuturnya, walau terkadang tidak nyambung. Lawan tutur akan memaklumi dengan sendirinya mengapa Kiki memulai pembicaraan tersebut dan kita akan mengerti dengan sendirinya nanti saat ia mulai jelas menyatakan maksudnya kepada lawan tuturnya. Perhatikan cuplikan tuturan berikut!
8|Hasil Riset Mini

Vina Kiki Vina Kiki Vina Kiki Vina Kiki Vina Kiki Vina Kiki

: Siapa yang mancing? : Bapak., adek awak itu, bapak adek awak. : O.. : Tapi sekarng udah gak adek awak lagi : kenapa? : Dulu aja : kenapa? : Gak kelja di situ lagi mamak, : o.. : Ali itukan kami datang tempat keljaan mamak, keke-keke adek awak. : Kenapa keke2? : lali lali dia, keke-keke, Ibu udah lama kita gak jumpa ya.?kata adek kiki. Udah

dua kali kami ke sana di kasih mangga. Vina Kiki Vina Kiki Vina Kiki Vina Kiki Vina Kiki Vina Kiki : Tapi kiki gak kasih sama kakak kan? : Cuman 2 bijik : entah bagi2 gtu : 2 bijik untuk apa? : dimakanla., : mana cukup lima olang kak, nanti belebutan? : Siapa yang cepat dia yang dapat. : Pohon mangga dia banyak kak, semua tanah itu lumah dia. : Orang kaya? : Ya orang kaya kak, kleta tiga, mobil empat. : Wih mantapnyaaa : Ali itu kami, sama mama adek awak kan, diajakla kami makan ayam penyet di

lestolan, naik mobil kami. Cuplikan wacana di atas membuktikan bahwa Kiki dalam bertutur menjawab pertanyan dari lawan tuturnya nyaris dengan berbicara panjang lebar. Jumlah ujaran-ujaran yang diucapkan relatif panjang dan sederhana. Hal ini sejalan dengan tingkat penguasaan bahasa oleh anak usia empat tahun. Hal ini disebabkan karena bahasa pertama yang anak kuasai adalah bahasa yang sesuai dengan lingkungan pembelajar.

9|Hasil Riset Mini

BAB III PENUTUP Bagian ini merupakan bagian penutup dari tulisan ini. Pada bagian ini akan disampaikan kesimpulan dan beberapa implikasi kajian yang perlu mendapatkan perhatian dan tindak lanjut di masa mendatang, khususnya untuk kajian berikutnnya. Berikut kesimpulan dan implikasi-implikasi kajian selengkapnya. Simpulan Sejalan dengan rumusan masalah dan tujuan penulisan yang disampaikan di bagian pendahuluan, maka sebagai kesimpulan dapatlah disampaikan hal-hal berikut: 1. berdasarkan panjang ayat anak usia empat tahun dalam bertutur pada umumnya mengucapkan kata-kata secara lancar walau masih ada fonem yang sulit ia ujarkan seperti fonem /r/. Serta penguasaan bahasa yang dikuasai anak diperoleh melalui tahapan-tahapan tertentu 2. anak umur empat tahun sudah mampu menyusun kalimat dalam bertutur meskipun masih sangat sederhana. 3. berdasarkan jumlah ujaran setiap giliran tutur dibuktikan usia empat tahun dalam bertutur menjawab pertanyaan dari lawan tutur sudah baik, Ia tidak hanya mempu menjawab pertanyaan saja, ia juga dapa bercerita lebih lanjut lagi dari apa yang lawan tutur tanyakan.

10 | H a s i l R i s e t M i n i

Data Sampel Nama T.Tanggal Lahir Alamat : Siti Sri Rezeky Aprilia : Medan, 12 April 2008 : Jl. Tuamang No.8, Medan

Nama orangtua (L) : Sucipto (P) : Siti Sarifah Hanum

11 | H a s i l R i s e t M i n i

DAFTAR RUJUKAN Abdullah, Yusoff dan Che Rabiah Mohamed. 1995. Teori Pemelajaran Sosial dan Pemerolehan Bahasa Pertama. Jurnal Dewan Bahasa. Mei. 456-464. Busri, Hasan. 2002. Sintaksis Bahasa Indonesia. Malang: FKIP Unisma. Daulay, Syahnan. 2011. Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa. Ciptapustaka Media Perintis: Medan. Halijah, Abd dan Hamid. 1996. Bagaimana Manusia Memperoleh Bahasa?. Jakarta: Pelita Bahasa (Jurnal penyelidikan IPBL, jilid 7, 2006) Mangantar, Simanjuntak. 1982. Pemerolehan Bahasa Melayu: Bahagian Fonologi. Jurnal Dewan Bahasa. Ogos/September. 615-625. Prastyaningsih, Luluk Sri Agus. 2001. Teori Belajar Bahasa. Malang: FKIP Unisma. Tarigan, Henry Guntur. 1984. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa. Werdiningsih, Dyah. 2002. Dasar-dasar Psikolinguistik. Malang: FKIP Unisma. Zulkifley bin Hamid. 1990. Penguasaan Bahasa: Huraian Paradigma Mentalis dan Behaviouris. Jurnal Dewan Bahasa. Mei. 326-331. http://ml.scribd.com/doc/22785154/Peranan-Pemerolehan-Bahasa-Pertama-TerhadapPeMerolehan-Bahasa-Kedua http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2009064-pemerolehan-bahasa-pada-anak/ http://endro.staff.umy.ac.id/ http://books.google.co.id/books/about/Psikolinguistik.html Language Acquisition. (On-line): http//en. Wikipedia.org/wiki/Languageacquistion.

12 | H a s i l R i s e t M i n i

Anda mungkin juga menyukai