Anda di halaman 1dari 8

FILSAFAT ILMU

UJI KOMPETENSI III

Sumber dan Jenis Kebenaran

Disusun Oleh : Pramesti Bintang M D0212081

ILMU KOMUNIKASI A/2012 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan manusia lebih kompleks dalam berteori dan menciptakan penemuan. Sehingga ilmu yang tadinya sederhana ikut berkembang dan menjadi lebih rumit. Sebagai manusia yang diciptakan beserta akal, tidaklah mudah menerima mentah semua kekompleksan dan kerumitan akan perkembangan tersebut. Untuk itulah muncul adanya sikap kritis dan menggali lagi apakah penemuan yang diciptakan tersebut terjamin kebenarannya. Kebenaran merupakan suatu nilai utama bagi kehidupan. Dengan mencari kebenaran kita dapat membedakan mana hal yang benar-benar benar dan mana hal yang tidak benar. Ada beberapa pendapat mengenai pengertian tentang kebenaran itu sendiri. Yang pertama adalah pendapat dari C. Verhaak. Beliau mengungkapkan bahwa Kebenaran adalah kenyataan adanya (being) yang menampakkan diri sampai masuk akal.1 Hal ini dapat diartikan bahwa kebenaran itu berdasarkan kesesuaian apa yang menjadi pengalaman dari pengkaji dengan kenyataan yang ada yang muncul setelah dia gali. Sedangkan menurut Aristoteles kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang diklaim sebagai dengan kenyataan sebenarnya. Benar dan salah adalah soal sesuai tidaknya apa yang dikatakan dengan kenyataan sebagaimana adanya. 2 Ini menunjukkan bahwa kebenaran merupakan kesesuaian antara apa yang dicari dengan kenyataan.

C. Verhaak Filsafat Ilmu Pengetahuan : Telaah Alas Cara Kerja Ilmu-ilmu .(Jakarta, 1989), hlm. 131 2 Anoenk. Mengenal Arti Sebuah Kebenaran. http://anung.sunan-ampel.ac.id/?p=409. Diakses tanggal 6 Juni 2013.

Antara kedua teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kebenaran erat kaitannya dengan kesesuaian. Bagaimana pendapat atau hal yang ada sesuai atau koheren dengan kenyataan yang ada. Hal ini dapat diperoleh jika kita terus menggali kebenaran tersebut sampai menemukan hal yang benar-benar benar. Tapi perlu diketahui juga bahwa kebenaran itu relatif antar setiap manusia tergantung dari manusia itu sendiri. Dipengaruhi mulai sudut mana, latar belakang bahkan sampai pengalaman manusia tersebut. Misalnya beberapa orang meraba seekor gajah dengan menutup mata. A meraba bagian telinga, B meraba bagian kaki, C meraba bagian badannya, maka akan diperoleh presepsi beda-beda dari setiap individu yang meraba. Karena menggunakan sudut pandang dan pengalaman yang berbeda dari masing-masing individu tersebut.

PEMBAHASAN
Sumber-Sumber Kebenaran Kebenaran yang haqiqi dan yang benar-benar benar adalah milik Tuhan. Karena Dia Maha Mengetahui apapun, bahkan hal yang tidak dapat ketahui dan dijangkau kebenarannya oleh manusia biasa. Tetapi dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, rasa ingin tahu manusia menjadi lebih besar sehingga sumber dari kebenaran tersebut mengalami keberagaman dan pengembangan. Berikut ini adalah beberapa sumber dari pengembangan kebenaran tersebut. Mistisisme (Sumber kebenaran berasal dari Tuhan) Teori ini menyatakan bahwa kebenaran haqiqi dan mutlak hanya bersumber pada Tuhan Maha Kuasa yang menciptakan alam semesta ini. Romantisme (Sumber kebenaran berasal dari alam) Teori ini menjelaskan bahwa alam adalah sumber dari kebenaran karena dirasa alam dirasakan sebagai sesuatu yang hidup yang memberikan kesankesan moral. Empirisme (Sumber kebenaran berasal dari data Empiris atau fakta empirik) Teori ini mengungkapkan bahwa kebenaran bersumber pada data konkrit. Suatu penjelasan akan dinyatakan benar jika ada data otentiknya. Sebaliknya penjelasan tidak dapat dianggap benar. Rasionalisme (Sumber kebenaran berasal dari logika, rasio, akal) Teori ini menyatakan bahwa penjelasan yang sekiranya dapat dilogika maka itu dianggap benar. Sebaliknya jika suatu pendaoat tidak dapat masuk dalam rasio dan akal maka pendapat tersebut tidak dapat dianggap benar.

Jenis-Jenis Kebenaran Dalam filsafat ada 3 jenis kebenaran. Yaitu Epistemologikal, Ontologikal, dan Semantikal. Kebenaran Epistemologikal berkaitan dengan pengetahuan, Ontologikal berkaitan dengan yang ada atau diadakan, sedangkan Semantikal berkaitan dengan bahasa dan tutur kata. Berikut ini adalah uraian dari masingmasing jenisnya. Epistemologikal Epistemologikal adalah salah satu jenis dari kebenaran yang membahas dan berfokus pada ilmu pengetahuan. Sudah benar atau sesuaikah kebenaran tersebut antara ilmu pengetahuan itu sendiri dengan apa yang dihasilkan dari pengetahuan tersebut. Dalam fungsi ini membahas mulai dari apa pengetahuan tersebut, bagaimana cara memperoleh pengetahuan tersebut, bagaimana kebenaran dan validasi dari pengetahuan tersebut, sampai aspek apakah pengetahuan tersebut bermanfaat atau tidak bagi masyarakat umum. Contoh : Misalnya ketika kita akan meneliti kebenaran tentang teori Newton, kita harus mengkaji tentang bagaimana cara memperoleh teori tersebut, rumus-rumus apa saja yang diciptakan sampai apakah manfaat dari teori tersebut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari. Ontologikal Ontologi adalah salah satu jenis dari kebenaran yang mengkaji tentang keberadaan dari sesuatu. Apakah sesuatu tersebut benar adanya atau adanya karena diadakan. Mulai dari wujud dari sesuatu tersebut, lalu apa yang dihasilkan dari sesuatu tersebut, sifat dasar yang dimiliki, serta bagaimana kuantitas dan kualitas yang dihasilkan dari sesuatu tersebut. Contoh : Yang disebut dengan sesuatu yang benar-benar ada erat kaitanya dengan ciptaan Tuhan. Sehingga manusia bahkan sulit untuk menggali

kebenarannya. Missalnya bumi. Bumi merupakan ciptaan Tuhan yang memang sebelum manusia ada, bumi memang benar-benar ada. Sedangkan sesuatu yang diadakan adalah lebih erat kaitannya dengan buatan manusia. Misalnya pakaian yang melekat pada tubuh manusia. Merupakan sesuatu yang sengaja diadakan manusia. Semantikal Sematikal merupakan salah satu jenis dari filsafat ilmu yang membahas tentang tutur kata dan bahasa. Disini lebih berfokus pada bagaimana bahasa sebagai pengungkap dari kebenaran sendiri. Kebenaran dapat digali menggunakan bahasa. Dan bahasa yang digunakan juga harus sesuai dengan kenyataan dari kebenaran yang ada. Sehingga tidak menimbulkan kerancuan pada akhirnya. Karena kebenaran dari masing-masing individu itu relatif. Jika bahasa atau tutur kata tidak benar-benar benar akan menimbulkan presepsi yang salah. Contoh : Misalnya ketika kita mendapati perbedaan penggunaan bahasa atau logat dibeberapa tempat misalnya ada beberapa tempat misalnya Pati mengungkapkan lik gage, lalu orang solo berkata gek ndang, selanjutnya daerah lain mengggunakan kata lek cepet. Ketiga kalimat ini mempunyai arti yang sama yaitu lekaslah atau cepatlah.

PENUTUP

Jika dilihat dari pembahasan yang ada dapat disimpulkan bahwa kebenaran itu adalah sesuatu yang sesuai antara apa yang dikaji dengan kenyataannya. Sedangkan sumber dari kebenaran paling utama adalah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Tetapi kemudian karena perkembangannya sumber kebenaran menjadi lebih kompleks dan terbagi menjadi 4 sumber yaitu Mistisisme (Sumber kebenaran berasal dari Tuhan), Romantisme (Sumber kebenaran berasal dari alam), Empirisme (Sumber kebenaran berasal dari data Empiris atau fakta empirik), dan Rasionalisme (Sumber kebenaran berasal dari logika, rasio, akal). Kemudian jenis-jenis dari kebenaran dapat dibedakan menjadi 3. Yaitu Epistemologikal, Ontologikal, dan Semantikal. Kebenaran Epistemologikal berkaitan dengan pengetahuan, Ontologikal berkaitan dengan yang ada atau diadakan, sedangkan Semantikal berkaitan dengan bahasa dan tutur kata.

DAFTAR PUSTAKA
Anoenk. (2010). diakses Juni 6, 2013, dari Mengenal Arti Sebuah Kata: Kebenaran: http://anung.sunan-ampel.ac.id/?p=409 Verhaak, C. (1989). Filsafat Ilmu Pengetahuan : Telaah Alas Cara Kerja Ilmu-ilmu. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai