Anda di halaman 1dari 12

TUGAS JENIS-JENIS PENELITIAN (EX-POST FACTO DAN DESKRIPTIF)

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SERANG-BANTEN 2011

METODE KAUSAL-KOMPARATIF (EX-POST FACTO) Pendekatan eksperimental sulit atau tidak bisa diterapkan dalam riset untuk objek-objek tertentu, misalnya yang menyangkut manusia.Sebagai contoh, untuk menyelidiki pegaruh merokok terhadap daya tahan paru-paru, tidak mungkin variable bebasnya dimanipulasi, maksudnya orang-orang yang bukan perokok disuruh merokok atau yang merokok disuruh tidak merokok dalam beberapa lama untuk kemudian diteliti par-parunya.Oleh karena itu, dalam riset perlu dicari pendekatan lain, yaitu ex-post facto.Penelitian dengan rancangan expost facto sering disebut dengan after the factyang berarti setelah kejadian.Artinya, penelitian yang dilakukan setelah suatu kejadian itu terjadi. Disebut juga sebagai restropective study karena penelitian ini merupakan penelitian penelusuran kembali terhadap suatu peristiwa atau suatu kejadian dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Pengertian Penelitian Ex-Post Facto Menurut Gay (1976), penelitian ini berjalan dengan cara menentukan akibat lalu menemukan sebab. Menurut Kerlinger (1976), penelitian ini merupakan pencarian empirik yang sistematik dimana peneliti tidak dapat mengontrol variabel bebasnya, karena peristiwa telah terjadi atau karena sifatnya tidak dapat dimanipulasi.Dalam pengertian yang lebih khusus, (Furchan, 383:2002) menguraikan bahwa penelitian ex post facto adalah penelitian yang dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variable bebas terjadi karena perkembangan suatu kejadian secara alami. Jadi, penelitian ex post facto merupakan penelitian yang variabel-variabel bebasnya telah terjadi perlakuan atau treatment tidak dilakukan pada saat penelitian berlangsung, sehingga penelitian ini biasanya dipisahkan dengan penelitian eksperimen. Peneliti ingin melacak kembali, jika dimungkinkan, apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya sesuatu.

Perbandingan Antara Ex post Facto dengan Eksperimen Dalam beberapa hal, penelitian ex post facto dapat dianggap sebagai kebalikan dari penelitian eksperimen. Sebagai pengganti dari pengambilan dua kelompok yang sama kemudian diberi perlakuan yang berbeda. Studi ex post facto dimulai dengan dua kelompok yang berbeda kemudian menetapkan sebab-sebab dari perbedaan tersebut.Studi ex post facto dimulai dengan melukiskan keadaan sekarang, yang dianggap sebagai akibat dari faktor yang terjadi sebelumnya, kemudian mencoba menyelidiki ke belakang guna menetapkan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya. Jadi jika dibandingkan dengan riset eksperimen, riset ex-post facto pada mulanya mengamati akibat dan kemudian mencoba untuk menentukan sebab, sedangkan dalam penelitian eksperimen pada mulanya menciptakan sebab, secara sengaja membuat kelompok berbeda dan kemudian mengamati akibat perbedaan itu pada variable terikat. Sebagai contoh, sebuah perusahaan melakukan restrukturisasi sejak dua tahun yang lalu. Untuk mengetahui dampak restrukturisasi tersebut pada kinerja karyawannya, dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara kinerja karyawan sebelum dan sesudah restrukturisasi ini. Disini jelas tampak, bahwa restrukturisasi bertindak sebagai faktor X (independen) atau penyebab.Kinerja karyawan sebelum dan sesudah restrukturisasi adalah fakta yang data diubah, sehingga eksperimen ini merupakan suatu kausal-komparatif, yaitu

mebandingakan antara kinerja karyawan sebelum dan sesudah restrukturisasi berdasarkan fakta sesudah kejadian eksperimen (ex-post facto). Dalam penelitian eksperimen, pengaruh variabel luar dikendalikan dengan kondisi eksperimental.Variabel bebas yang dianggap sebagai penyebab

dimanipulasi secara langsung untuk meminimalkan pengaruh terhadap variabel terikat.Melalui eksperimen, peneliti dapat memperoleh bukti tentang hubungan kausal atau hubungan fungsional di antara variabel yang jauh lebih menyakinkan daripada yang dapat diperoleh menggunakan studi ex post facto.

Peneliti dalam penelitian ex post facto tidak dapat melakukan manipulasi atau pengacakan terhadap variabel-variabel bebasnya.Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam variabel-variabelnya sudah terjadi.Peneliti dihadapkan kepada masalah bagaimana menetapkan sebab dari akibat yang diamati tersebut. Furchan (383:2001) menyatakan bahwa dengan tidak adanya kemungkinan peneliti untuk melakukan manipulasi atau pengacakan. Contoh perbedaan antara penelitian ex post facto dengan eksperimen adalah sebagai berikut.Sebuah penelitian berjudul Pengaruh Kecemasan Siswa pada Waktu Mengerjakan Ujian Terhadap Hasil Ujian Mereka dapat didekati dengan dua metode, yaitu eksperimen dan ex post facto.

1) Pendekatan Eksperimen Dalam judul di atas terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.Variabel bebas dalam judul di atas adalah kecemasan siswa dan ujian nasional.Variabel terikatnya adalah hasil ujian. Ciri dari penelitian eksperimen adalah adanya manipulasi terhadap variabel bebas.Dari kondisi di atas, variabel bebas dapat dimanipulasi menjadi cemas dan tidak cemas. Konkritnya, sebuah kelas terdiri dari kelas A dan B. Masing-masing kelas dimanipulasi kondisinya menjadi kelas A menjadi kelas yang cemas, sementara kelas B menjadi kelas yang netral (pengendali). Pengkondisian kelas dapat dilakukan dengan memberikan sugesti kepada kelas A bahwa ujian yang diberikan akan berpengaruh terhadap kenaikan kelas. Artinya, siswa yang memiliki nilai yang rendah bisa dimungkinkan tidak naik kelas.Sementara kelas B dikondisikan netral.Dengan pengertian bahwa ujian di kelas B hanyalah untuk mengukur kemampuan pemahaman terhadap suatu kompetensi tanpa adanya pengaruh dari hasil dengan kenaikan kelas. Setelah kelas sudah terkondisikan, maka diberikan soal dengan tingkat kuantitas dan kualitas kesulitan yang sama. Pada waktu yang bersamaan, lembar jawaban dikumpulkan bersama dan dilakukan pengoreksian terhadap hasil jawab dari kelas A dan B. Apabila terjadi perbedaan nilai, semisal, nilai kelas A lebih tinggi daripada kelas B, maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya

kecemasan ternyata mampu meningkatkan nilai ujian. Anggapan lain, bahwa dengan adanya kecemasan membuat siswa semakin berpacu untuk mendapatkan yang terbaik. 2) Pendekatan Ex post Facto Hal penting dalam pendekatan ex post facto adalah tidak adanya manipulasi terhadap variabel. Dalam kasus di atas, dapat didekati dengan ex post facto dengan melihat situasi kelas A dan B yang sebelumnya tidak diadakan manipulasi. Artinya, kelas tersebut berjalan secara alami. Misalnya, hasil ujian kelas A dan B menunjukkan perbedaan dari satu siswa ke siswa lainnya. Dari hasil tersebut, dilakukan klasifikasi antara siswa yang memiliki nilai tinggi dengan siswa yang memiliki nilai rendah.Kemudian dihubungkan antara kecemasan dengan hasil nilai.Misalnya ditemukan kesimpulan bahwa nilai di atas rata-rata dikerjakan oleh siswa yang memiliki kecemasan.Oleh karena itu, pengaruh kecemasan siswa memang berpengaruh terhadap hasil ujian, yaitu menjadi lebih baik. Penelitian dengan menggunakan pendekatan ini tentu saja memiliki kekurangan.Dari kasus di atas dapat terlihat satu celah kelemahan bahwa bisa jadi adanya faktor ketiga selain kecemasan yang membuat nilai ujian meningkat.Hal ini dimungkinkan adanya faktor ketiga, yaitu kecerdasan.Selain kecemasan, bisa dimungkinkan bahwa kecemasan adalah situasi lain, sedangkan kecerdasan menjadi penunjang utama.

Kekurangan Pendekatan Ex Post Facto Pendekatan ex post facto memiliki beberapa kelemahan.Kelemahan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas.Oleh karena tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas, maka sukar untuk memperoleh kepastian bahwa faktor-faktor penyebab yang relevan telah benar-benar tercakup dalam kelompok faktor-faktor yang sedang diselidiki.

2. Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi dan interaksi antara berbagai faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek yang disaksikan, menyebabkan soalnya sangat kompleks. 3. Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda, tetapi dapat pula disebabkan oleh sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada kejadian lain. 4. Apabila saling hubungan antar dua variabel telah diketemukan, mungkin sukar untuk menentukan mana yang sebab dan mana yang akibat. 5. Kenyataan bahwa dua, atau lebih, faktor saling berhubungan tidaklah mesti memberi implikasi adanya hubungan sebab akibat. 6. Menggolongkan-golongkan subjek ke dalam kategori dikotomi (misalnya golongan pandai dan golongan bodoh) untuk tujuan perbandingan, menimbulkan persoalan-persoalan, karena kategori-kategori itu sifatnya kabur, bervariasi, dan tak mantap. 7. Studi komparatif dalam situasi alami tidak memungkinkan pemilihan subyek secara terkontrol. Menempatkan kelompok yang telah ada yang mempunyai kesamaan dalam berbagai hal kecuali dalam hal

dihadapkannya kepada variabel bebas adalah sangat sukar. Keunggulan Penelitian dengan Pendekatan Ex Post Facto Metode ini baik untuk berbagai keadaan kalau metode yang lebih kuat, yaitu metode eksperimental, tak dapat digunakan.Apabila tidak selalu mungkin untuk memilih, mengontrol, dan memanipulasikan faktor-faktor yang perlu untuk menyelidiki hubungan sebab akibat secara langsung.Apabila pengontrolan terhadap semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistik dan dibuatbuat, yang mencegah interaksi normal dengan lain-lain variabel yang berpengaruh. Apabila control di laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian adalah tidak praktis, terlalu mahal, atau dipandang dari segi etika diragukan atau dipertanyakan.Studi kausal-komparatif menghasilkan informasi yang sangat

berguna mengenai sifat-sifat gejala yang dipersoalkan: apa sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan dan pola yang bagaimana, dan sejenis dengan itu.Perbaikan-perbaikan dalam hal teknik, metode statistik, dan rancangan dengan kontrol parsial, pada akhir-akhir ini telah membuat studi kausal komparatif itu lebih dapat dipertanggungjawabkan.

PENELITIAN DESKRIPTIF Menurut Travers metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatuyang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebabsebab dari suatu gejala tertentu. Menurut Gay metode ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada waktu sedang berlangsungnya proses riset. Penelitian deskriptif ditujukan untuk: (1) mengumpulkan informasi actual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, (2) mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, (3) membuat perbandingan atau evaluasi, (4) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Ciri dari metode deskriptif adalah mencari teori bukan menguji teori; hypothesis-generating, bukan hypothesis-testing; dan heuristic, bukan verivikatif, selain itu metode ini juga menitik beratkan pada observasi dan suasana alamiah. Tujuan penelitian deskriptif, yaitu untuk membuat pencandraan/ gambaran secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat pada suatu objek penelitian tertentu. Ciri-ciri Tidak ada : pengujian hipotesis, peramalan, pencarian implikasi hubungan antar variabel penelitian (korelasional) Memerlukan data yang benar-benar representatif/mewakili obyek penelitian Proses pengambilan sampel penelitian harus hati-hati Langkah-langkah Pokok

Definisikan tujuan secara jelas dan spesifik Rancang metode pendekatannya : Data apa yang akan dikumpulkan ? Bagaimana cara pengumpulannya? Alat apa yang digunakan untuk pengumpulan data ? Siapa sumber datanya ? Siapa yang bertugas mengumpulkan data ? Dsb . Kumpulkan data Tuliskan laporan Menurut Consuelo riset dengan metode deskriptif terdiri dari beberapa macam yaitu: a. Studi Kasus Bentuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya. Keuntungan studi kasus: 1) Dapat diselidiki setiap aspek kehidupan sosial, kecuali bila ada rintangan yang tak dapat diatasi seperti tidak mungkinnya diperoleh keterangan, atau karena alasan keuanagan, waktu, dan tenaga. 2) Digunakan untuk meneliti setiap aspek spesifik dari suatu topik atau keadaan sosial secara mendalam. 3) Dapat digunakan berbagai cara pengumpulan data seperti observasi, wawancara, angket, studi documenter, dan alat pengumpulan data lainnya untuk memperoleh informasi sebanyak-banayaknya. 4) Dapat menguji kebenaran teori. Jika studi kasus itu didasari atas teoriteori tertentu, maka studi kasus yang mendalam tentang aspek-aspek yang positif membuka kesempatan mentest kebenaran teori itu. 5) Dilakukan dengan biaya yang rendah.

Kelemahan studi kasus: 1) Oleh sebab studi kasus mempelajari aspek-aspek yang spesifik, kemungkinan untuk mencapai generalisasi sangat terbatas.

Generalisasi yang berdasarkan studi kasus disangsikan kebenarannya

bagi populasi yang lebih luas. Di sini dihadapi kesulitan hingga manakah studi kasus yang dipelajari itu benar-benar mewakilli bagi populasi dan inilah menentukan mutu studi kasus itu dan generalisasi yang dihasilkan. 2) Memakan waktu yang lebih banyak bila dibandingkan dengan survey.

b. Survei Survey digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa menyelidiki gejala-gejala tersebut ada, sehingga tidak perlu

memperhitungkan hubungan antara variabel-variabel, karena hanya menggunakan data yang ada untuk pemecahan masalah daripada mengujihipotesis. Survey dapat memberikan manfaat untuk tujuan-tujuan deskriptif, membantu dalam hal membadingkan kondisi-kondisi yang ada dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, dan untuk pelaksanaan evaluasi. Survey dapat dilakukan dengan cara sensus maupun sampling terhadap hal-hal yang nyata dan tidak nyata. Suatu penelitian survey bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang orang yang jumlahnya besar, dengan cara mewawancarai sejumlah kecil dari populasi itu. Mutu survey antara lain bergantung pada: (a) jumlah orang yang dijadikan sampel, (b) taraf hingga mana sampel itu representative, artinya mewakili kelompokyang diselidiki, (c) tingkat kepercayaan informasi yang diperoleh dari sampel itu. Untuk memperoleh keteragan dapat digunakan angket, wawancara, observasi langsung atau kombinasi teknik-teknik pengumpulan data itu. Berdasarkan data itu, dapat diuji kebenaran asumsi atau hipotesis tertentu.

Keuntungan survey: 1) Dalam survey biasanya dilibatkan sejumlah besar orang untuk mencapai generalisasi atau kesimpulan yang bersifat umum yang dapat dipertanggungjawabkan.

2) Dalam survey dapat digunakan berbagai teknik pengumpulan data seperti angket, wawancara, dan observasi menurut si peneliti. 3) Dalam survey sering tampil masalah-masalah yang sebelumnya tidak diketahui atau diduga, sehingga sekaligus bersifat ekploratif. 4) Dengan survey peneliti dapat membenarkan atau menolak teori tertentu. 5) Biaya survey relative murah ditinjau dari besarnya jumlah orang yang member informasi. Khususnya bila digunakan angket yang dapat dikirimkan melalui pos, dengan biaya rendah. Bila digunakan wawancara dengan kontak langsung dengan sampel, tentu biayanya jauh lebih tinggi. Kelemahan survey: 1) Survey biasanya meneliti pendapat atau perasaan populasi yang tidak mendalam, apalagi bila digunakan angket. 2) Pendapat populasi yang disurvei mengenai soal-soal yang

mengandung unsure emosi dan politik, seperti pendapat, mudah berubah-ubah dalam jangka waktu singkat. 3) Tidak ada jaminan bahwa angket dijawab oleh seluruh sampel. Besar kemungkinan ada perbedaan antara mereka yang menjawab dan yang tidak menjawabnya.

c. Riset pengembangan Penelitian ini berguna untuk memperoleh informasi tentang perkembangan suatu objek dalam waktu tertentu, misalnya penelitian tentang metode pelatihan terhadap produktivitas kerja karyawan. Ada dua cara yang saling melengkapi dalam melakukan penelitian pengembangan ini, yaitu: 1. Metode Longitudinal, yaitu mempelajari sampel peserta pada jangka waktu yang panjang. Misalnya 10 mahasiswa dipantau terus sejak

semester pertama sampai semester delapan sebagai objek penelitian, sehingga akan memakan waktu 4 tahun. 2. Metode Cross-sectional, yaitu mempelajari sampel dari berbagai strata pada waktu bersamaan. Misalnya diambil beberapa mahasiswa dari tiap semester, mulaisemester satu sampai semester delapan untuk dijadikan bahan penelitian.

d. Riset lanjutan (follow-up study) Secara umum riset ini dilakukan bila peneliti hendak mengetahui perkembangan lanjutan dari subjek setelah diberikan perlakuan tertentu atau setelah kondisi tertentu. Misalnya dipakai dalam menilai kesuksesan program-program tertentu yang dicanangkan seperti program pelatihan pegawai.

e. Riset dokumen (content analysis) Peneliri yang meliput pengumpulan data dan informasi melalui pengujian arsip dan dokumen maka metode yang dipakai adalah analisis dokumen atau analisis isi. Sebagai contoh, peneliti ingin mengetahui seberapa banyak buku-buku pelajaran dijurusan pendidikan yang mengandung analisis tentang strategi pembelajaran.

f. Riset kecenderungan (trend analysis) Suatu penelitian yang bertujuan untuk meluhat kondisi yang akan datang dengan melakukan proyeksi atau ramalan, pemakaian metode yang paling sesuai adalah dengan cara analisis kecenderungan. Dalam melakukan proyeksi masa datang itu, ramalan jangka pendek biasanya dianggap lebih realibel ketimbang ramalan jangka panjang, karena banyak keadaan yang berada diluar control atau harapan yang terjadi.

g. Riset korelasi (correlational study)

Penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi disebut penelitian korelasi. Sifat perbedaan yang utama adalah usaha untuk menaksir hubungan dan bukan sekedar deskripsi. Disini peneliti dapat mengetahui berapa besar kontribusi variabel-variabel bebas terhadap variabel terikatnya serta besarnya arah hubungan yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai