Anda di halaman 1dari 2

Aliterasi, Asonansi dan Anafora dalam Sastra Aliterasi Pemanfaatan bunyi dapat dilakukan dengan cara mengulang pemakaian

bunyi. Pengulangan bunyi konsonan yang sama disebut aliterasi. Pengulangan bunyi yang dapat dikategorikan pada bunyi aliterasi adalah pengulangan bunyi secara dominan. (Hasanuddin, 2002: 75). Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Laelasari dan Nurlailah (2006: 24) yang menyatakan bahwa Aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang berurutan. Yuwana, dkk (2006: 43) menyatakan Aliterasi adalah pola persajakan berupa runtun konsonan dalam larik sajak. Artinya, aliterasi merupakan persamaan bunyi konsonan dalam satu larik sajak. Jadi, aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan yang terdapat dalam satu rangkaian kata-kata yang berdekatan dalam satu baris. 2.2.3. Asonansi Asonansi merupakan pemanfaatan unsur bunyi secara berulang-ulang dalam satu baris sajak. Halnya sama dengan aliterasi, hanya pengulangan di sini merupakan pengulangan bunyi-bunyi vokal. (Hasanuddin, 2002: 76). Pendapat ini didukung oleh Sujidman dalam Yuwana, dkk. (2006: 45) Pola persajakan berupa perulangan bunyi vokal pada kata yang berurutan tanpa disertai ulangan bunyi konsonan disebut asonansi. Laelasari dan Nurlailah (2006: 45) menyatakan bahwa Asonansi adalah perulangan bunyi vokal dalam deretan kata. Dari tiga pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa asonansi adalah pengulangan bunyi vokal yang terdapat dalam satu rangkain kata-kata yang berdekatan dalam satu baris. Fungsi asonansi dalam mantra adalah untuk menegaskan permintaan pencipta mantra yang dibacakan oleh dukun, bomo atau pawang. Pengulangan bunyi tersebut diharapkan dapat menimbulkan efek kemerduan bunyi. 2.2.4. Anafora Anafora adalah repetisi yang berwujud perulangan kata pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya. Keraf (2004: 127). Hasanuddin mengungkapkan Pengulangan bunyi kata yang sama pada awal larik disebut anafora. (2002: 78). Menurut Laelasari dan Nurlailah (2006: 31) bahwa: Anafora adalah pengulangan bunyi pada kata atau struktur sintaksis yang terdapat pada larik-larik atau kalimat-kalimat yang berurutan dengan tujuan untuk memperoleh efek tertentu. Pengulangan sebuah kata atau lebih pada awal beberapa larik sajak atau kalimat yang berturut-turut tersebut mempunyai maksud untuk mencapai efek keindahan bahasa. Berpijak dari tiga pendapat tersebut, anafora dapat diartikan sebagai pengulangan kata pertama yang terdapat dalam mantra. Pengulangan kata pertama berfungsi untuk mempertegas bahwa kata yang diulang tersebut sangat penting. Pengulangan kata yang sama dapat menimbulkan kesan kesungguhan dalam sebuah mantra. Kesan kesungguhan ini bertujuan agar apa yang dibacakan dikabulkan.

Sinkope Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas. Dalam bidang kesusasteraan dan fonetik, sinkope (sinkop') ialah pemendekan sesuatu kata dengan menggugurkan satu atau lebih huruf atau suku kata dari tengah-tengah kata itu.[1] Contoh sinkop dalam bahasa Melayu ialah pengguguran "ha" dalam sahaja menjadi saja, dan "id" dalam tidak menjadi tak. Sinkope berlaku dalam persajakan, percakapan harian, peminjaman kata asing dan perubahan zaman.

Anda mungkin juga menyukai