The use of ISO 26000 by individual organisations is a crucial determinant of how much it can positively affect sustainable development. Key questions include not only how an organisation uses the standard, but also the degree to which the organisations overall governance is affected by it.
Adrian Henriques
AGENDA
Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya (WCED, 1987,
Our Common Future).
Jumlah total kapital--sosial, ekonomi, lingkungan, budaya, politik, personal--yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya minimal sama (Serageldin,
I. 1996. Sustainability as Opportunity and the Problem of Social Capital, Brown Journal of World Affairs Vol. 3 No. 2).
Menjadi inspirasi utama triple bottom line: ekonomi, sosial, lingkungan. Tak ada aspek yang boleh dikorbankan dalam pembangunan.
If sustainable development is to achieve its potential, it must be integrated into the planning and measurement systems of business enterprises. (Robert
Steele, AtKisson Group International)
75% masalah sosial dan lingkungan disebabkan oleh perusahaan. (Kiernan, 2009)
Prinsip Umum
When approaching and practising social responsibility, the overarching objective for an organization is to maximize its contribution to sustainable development. Within this objective, ... organizations should respect the seven principles outlined below, as well as the principles specific to each core subject.... Organizations should base their behaviour on standards, guidelines or rules of conduct that are in accordance with accepted principles of right or good conduct in the context of specific situations, even when these situations are challenging.
Sumber:
ISO 26000: 2010 Guidance on Social Responsibility
Prinsip 1.
Akuntabilitas
Akuntabilitas: membuktikan bahwa organisasi bersangkutan melakukan segala sesuatu dengan benar. Akuntabilitas yang diminta adalah terhadap seluruh pemangku kepentingan, dalam hal dampak organisasi atas masyarakat dan lingkungantermasuk dampak yang tak disengaja atau tak diperkirakan Organisasi seharusnya menerima bahkan mendorong penyelidikan mendalam atas dampak operasionalnya.
Prinsip 2.
Transparensi
Sebuah organisasi seharusnya menyatakan dengan transparen seluruh keputusan dan aktivitasnya yang memiliki dampak atas masyarakat dan lingkungan. Karenanya, yang dituntut adalah keterbukaan yang clear, accurate and complete atas seluruh kebijakan, keputusan dan aktivitas.
Prinsip 3.
Perilaku Etis
Sebuah organisasi harus berperilaku etis sepanjang waktu, dengan menegakkan kejujuran, kesetaraan dan integritas. Promosi perilaku etis dilaksanakan melalui: (1) pengembangan struktur tata kelola yang mendorong perilaku etis, (2) membuat dan mengaplikasikan standar perilaku etis, dan (3) terus menerus meningkatkan standar perilaku etis.
Prinsip 4.
Prinsip 5.
Prinsip 6.
Prinsip 7.
Sumber:
ISO 26000: 2010 Guidance on Social Responsibility
Subjek Inti 1.
Subjek Inti 2.
Subjek Inti 3.
Praktik Ketenagakerjaan
1. Kerja dan hubungan ketenagakerjaan 2. Kondisi kerja dan jaminan sosial 3. Dialog ketenagakerjaan 4. Kesehatan dan keselamatan kerja 5. Pengembangan sumberdaya manusia dan pelatihan
Subjek Inti 4.
Lingkungan
1. Pencegahan polusi 2. Penggunaan sumberdaya yang berkelanjutan 3. Mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim 4. Proteksi lingkungan dan keragaman hayati dan restorasi habitat
Subjek Inti 5.
Subjek Inti 6.
Isu-isu Konsumen
1. Pemasaran yang adil, dengan informasi yang faktual dan tidak bias, serta praktik kontraktual yang adil 2. Pemeliharaan kesehatan dan keselamatan konsumen 3. Konsumsi yang berkelanjutan 4. Pelayanan dan dukungan terhadap konsumen, serta penyelesaian keberatan 5. Proteksi dan privasi data konsumen 6. Akses terhadap pelayanan esensial 7. Pendidikan dan penyadaran
Subjek Inti 7.
Freeman, 1984 (definisi luas): Kelompok dan individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan dari sebuah organisasi
2. Pembinaan Hubungan dengan Pemangku Kepentingan Persiapan Pelaksanaan aktivitas pembinaan Pemberian tanggapan Pengukuran
Civil corporations embrace a broader accountability for their actions and, in so doing, contribute to addressing societal needs and challenges in ways that could also deliver economic value and success. Simon Zadek, 2001
Membina Hubungan dengan Pemangku Kepentingan (Stakeholder Engagement) 4. Tanggung jawab sosial apa saja (ekonomis, hukum, etika and filantropis) yang kita miliki terhadap pemangku kepentingan kita? 5. Strategi, langkah dan keputusan apa saja yang harus kita ambil dalam menangani tanggung jawab ini?
Carroll, A. 1991. The Pyramid of Corporate Social ResponsibilityToward the Moral Management of Organizational Stakeholders. Business Horizons No. 34.
Langkah 1 Pemetaan.
Persiapan Pemetaan
Diskusi internal organisasi: Siapa itu Pemangku
Kepentingan? Apa saja kepentingannya? Identifikasi awal tersebut, memanfaatkan:
Identifikasi luas: menggunakan definisi luas Desktop research, usual suspects dan pendapat manajemen (Boutilier, 2008) Jawaban sementara atas pertanyaan ISO 26000 (ISO, 2010) Jawaban sementara atas jenis pemangku kepentingan AA1000 (AccountAbility, 2005) Jawaban sementara atas Power-Interest Grid (IFC, 2007)
Pembuatan daftar sementara pemangku kepentingan. Pelatihan untuk seluruh pihak yang terlibat.
Langkah 2 Pemetaan.
Penelitian Lapangan
Verifikasi dan falsifikasi atas daftar sementara Identifikasi isu serta pendapat, harapan, pendirian,
jaringan, dll (stakeholder profile). Metode:
Wawancara terbuka dengan perwakilan kelompok-kelompok Pemangku Kepentingan; Snowballing; Observasi; Pengumpulan data sekunder
Mitchell, et al., 1999; Driscoll dan Starik, 2004; AA1000); serta power-interest grid (IFC, 2007) Pembuatan draft daftar akhir pemangku kepentingan dan isu, dengan pengelompokan sesuai dengan AA1000 dan ISO 26000
Langkah 3 Pemetaan.
Memetakan seluruh isu (uji materialitas isu AA1000) dan pemangku kepentingan yang terlibat (dengan pengelompokan sesuai AA1000 dan ISO 26000).
Analisis stakeholder salience berbasis atribut (Mitchell et al., 1997; Driscoll dan Starik, 2004) dan komponen (AA1000)sebaiknya digabungkan.
Analisis stakeholder prominence berbasis Analytical Hierarchy Process (Cummings dan Patel, 2009). Analisis power-interest grid (IFC, 2007). Analisis persepsi pemangku kepentingan dengan studi persepsi kualitatif (Firestein, 2009). Analisis modal sosial, termasuk jaringan (Boutilier, 2009). Peluang dan tantangan apa yang dihadapi organisasi untuk setiap isu/pemangku kepentingan.
K+DR /10
Bupati BPN BAPEDALDA DISNAKERTRANSOS Kepala Desa Tanjung Sira (Tokoh Adat) Desa Pinang Paguyuban Warga
Pr Pr Pr Pr Pr De De La
5 4 3 3 4 5 2 1
5 5 5 5 5 5 4 1
5 5 5 5 5 2 5 1
5 5 5 5 5 3 3 3
20 19 18 18 19 15 14 6
3 3 3 2 3 3 5 1
5 5 5 4 5 1 5 1
8 8 8 6 8 4 10 2
4. Wilayah kerja (internasional, nasional, provinsial, lokal) 5. Rantai pengaruh (jaringan, sumberdaya yang dibagi, pilihan
bentuk aksi, momentum)
(dimodifikasi dari) Gable, C. and Shireman, B. 2005. Stakeholder Engagement: A Three Phase Methodology. Environmental Quality Management, Vol. 14/3.
3. Tingkatan pembinaan hubungan 4. Metode pembinaan hubungan 5. Media pembinaan hubungan (internet,
telefon, video conference, interaksi langsung, cetakan, siaran radio/televisi atau gabungan) 6. Teknik fasilitasi (pertemuan dengan fasilitator, debat, convening, pertemuan dengan mediator).
BERISIKO
Kelompok-kelompok yang mengatasnamakan masyarakat terus bermunculan Meningkatnya tuntutan masyarakat Isu yang sama terus menerus dilontarkan Perusahaan dituduh tidak peduli atau arogan
BAIK
Tidak ada amuk masa setelah kejadian tertentu Hadir dalam konsultasi dengan perusahaan walau tidak dibayar Masyarakat menunjukkan biang kerok di antara mereka sendiri Permintaan masyarakat terutama tidak berbentuk benda, melainkan keterampilan, akses, dsb.
Terima Kasih!
Jalal Lingkar Studi CSR/A+ CSR Indonesia Jalan Danau Sentani Nomor 9 Bogor 16144
www.csrindonesia.com office@csrindonesia.com jalal.csri@yahoo.com; +62-815-13803616