Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI ACARA II KOMPETISI INTER DAN INTRA SPESIFIK SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS BIOTIK

Disusun oleh: Nama NIM Gol./Kel. Asisten : : : : Istiana Primadita Suryaningsih 2010/300309/PN/12018 B1/2 Wildan Karim

LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011

ACARA II KOMPETISI INTRA DAN INTER SPESIFIK SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS BIOTIK
I.TUJUAN 1. Mengetahui pengaruh faktor biotik terhadap pertumbuhan tanaman. 2. Mengetahui tanggapan tanaman terhadap kompetisi inter dan intra spesifik.

II.TINJAUAN PUSTAKA Faktor pembatas adalah suatu keadaan yang membatasi untuk melampaui batas toleransi. Faktor pembatas pada setiap hewan dan tumbuhan berbeda tergantung nilai ekosistem maksimum. Unsur-unsur faktor pembatas antara lain (Djufri,2004): a. unsur hara b. cahaya c. kedalaman d. CO2 dan N2 Faktor biotik lingkungan merupakan hal yang sangat penting. Keseimbangan populasi tertentu sangat tergantung pada faktor biotik. Dibandingkan dengan faktor abiotik, faktor biotik lebih kompleks dan lebih sulit untuk dimengerti. Faktor biotik terdiri dari intraspesifik dan interspesifik. Faktor interspesifik terdiri dari beberapa jenis interaksi yang terjadi diantara spesies. Interaksi tersebut mempengaruhi pertambahan atau berkurangnya anggota dari suatu populasi. Salah satu contoh dari faktor interspesifik adalah kompetisi (Clapham, 1973). Kompetisi merupakan interaksi antarorganisme yang berada pada habitat yang sama dan menggunakan sumber daya yang sama pula. Organisme yang menang dalam kompetisi akan terus bertahan hidup dan bereproduksi. Kemampuan untuk bertahan hidup dan bereproduksi merupakan kecocokan hidup organisme tersebut dalam lingkungan. Salah satu kecocokan parameter hidup suatu makhluk hidup adalah waktu generasi (Prijambada, 2001). Kompetisi terdiri dari kompetisi interspesifik dan kompetisi intraspesifik. Kompetisi intraspesifik dalah persaingan antar individu-individu dalam spesies yang sama. Sedangkan

kompetisi interspesifik dalah persaingan antar individu-individu dalam spesies yang berbeda. Apabila ada dua tumbuhan tumbuh berdekatan, maka kedua tumbuhan akan saling menaungi sehingga terjadi persaingan memperebutkancahaya, terjadi juga persaingan memperebutkan unsur hara, persaingan memperebutkan air (Putnan, 2002). Sistem penanaman ganda (tumpang sari, dll) merupakan salah satu pilihan dalam meningkatkan efisiensi produktivitas lahan, air, dan cahaya matahari. Tapi ada masalah yang timbul yaitu persaingan antara tanaman dalam pengambilan unsur-unsur hara, air dan cahaya. Masalah tersebut dapat ditekan dengan pengaturan populasi, jarak tanam dan waktu tanam. Jarak tanam dalam suatu budidaya memegang peranan penting terutama untuk mendapatkan kualitas produksi yang optimal. Jarak tanam berpengaruh pada kerapatan tanaman yang mempengaruhi tanaman dalam persaingan mendapatkan cahaya matahari dan faktor lainnya, sedangkan sistem pertanaman (cropping system) atas penataan tanaman adalah cara pengaturan dan pemilihan jenis tanaman yang diusahakan pada sebidang tanah tertentu selama satu jangka waktu tertentu (Sarjiah, 1999). Kompetisi yang terjadi dapat dilihat pada tanaman tumpang sari. Kompetisi yang terjadi selain persaingan yang berlokasi di bawah tanah (unsur hara), juga terjadi di atas tanah seperti ruang tumbuh dan cahaya. Dengan bentuk kompetisi demikian tanaman akan mempertahankan hidupnya berusaha mencari cahaya yang lebih banyak secara vertikal yakni dengan mempertinggi batangnya. Akibatnya ada tanaman menjadi tinggi dengan kondisi penampakan agak lemah (sukulen). Kompetisi di bawah lapisan tanah juga terjadi seperti bentuk tajuk, banyaknya akar dan luas daerah penyerapan akar. Pertambahan jumlah daun pada tanaman sangat menguntungkan, karena dengan semakin banyak daun yang melakukan proses fotosintesis, dengan demikian akan semakin banyak karbohidrat yang dihasilkan

sejauhpermukaan daun yang ada mampu menangkap cahaya matahari (Prasetyo,2010). Jarak tanam juga mempengaruhi kompetisi, jarak tanam akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma karena tajuk tanaman akan menghambat cahaya matahari ke permukaan tanah sehingga pertumbuhan gulma terhambat. Sebaliknya, jarak tanaman yang lebar akan menyebabkan pertumbuhan gulma lebih leluasa karena mendapatkan cahaya matahari yang banyak dan ruang tumbuh yang cukup (Setiadi dan Tjondronegoro, 1989).

Sifat morfologi dan fisiologi tumbuhan menentukan kemampuan tumbuhan untuk bersaing memperebutkan air, antara lain sistem perakaran dan lintasan fotosintetis. Bila ketersediaan air menjadi terbatas, maka sangat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai, hadirnya gulma akan memberikan pengaruh yang lebih buruk terhadap tanan kedelai, apabila tumbuh pada keadaan kekurangan air, yang ditandai dengan kelayun tanaman (Rizal, 1997).

III.METODOLOGI

Praktikum Acara II Kompetisi Inter dan Intra Spesifik Sebagai Faktor Pembatas Biotik ini dilaksanakan di laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada pada hari Senin, 9 Mei 2011. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain timbangan analitik, penggaris, peralatan tanam, dan oven. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu benih 3 macam tanaman, yaitu kacang tunggak (Vigna unguiculata), jagung (Zea mays), dan kacang tanah (Aranchis hypogea), serta polybag, pupuk kandang, kantong kertas, dan kertas label. Prosedur yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut : pertama disiapkan polybag yang diisi tanah sebanyak kurang 3 Kg. bila ada kerikil, sisa-sisa akar tanaman lain dan kotoran harus dihilangkan supaya pertumbuhan tanaman tidak terganggu. Dipilih biji yang sehat dari jenis tanaman yang akan diperlakukan, selanjutnya ditanam sejumlah biji ke dalam masing-masing polybag. Sesuai perlakuan : a). Monokultur kacang tanah sejumlah 2, 4 dan 6 tanaman b). Polikultur kacang tanah-jagung sejumlah (-1 + 1, 2+2, dan 3 + 3 ) tanaman. C). Polikultur kacang tunggak-kacang tanah sejumlah ( 1+1, 2+2, dan 3+3) tanaman d). Masingmasing perlakuan diulang 6 kali (sesuai jumlah kelompok dalam satu golongan ). Tiap polybag harus diberi label sesuai perlakuan dan ulangannya. Label harus mudah dibaca, untuk mencegah tertukarnya dengan perlakuan lain saat pengamatan. Penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur 21 hari, selanjutnya dilakukan pemanenan. Setelah diamati selanjutnya tanaman dikering anginkan, dimasukkan kantong kertas dan dioven 80 0 C 2 hari sampai berat konstan. Pada akhir percoban, dari seluruh data yang terkumpul, dihitung rerata tiga ulangan pada tiap perlakuan,lalu dibuat gambar: a). grafi garis tinggi tanaman dan jumlah daun masing-masing perlakuan vs maing-masing tanaman. b). grafik berat segar dan berat kering tanaman masing-masing perlakuan vs hari pengamatan.

IV. HASIL PENGAMATAN

A. Tinggi Tanaman
Tinggi Tanaman Hari KeSampel 2 Kacang Tanah 4 6 KT 1+1 KT2+2 KT 3+3 JG 1+1 Jagung-Kc. tanah JG 2+2 JG 3+3 KT 1+1 KT 2+2 KT 3+3 Kacang TanahKacang Tunggak KG 1+1 KG 2+2 KG 3+3 1 2 3 4 5 6 7 8

5.16 6.92 4.8


3.33 4.08 5.18 11.1 12.7 12.5 3.48 3.78 5.92 8.8 10.2 10

8.4 11.54 10.56 13.01 8.75 12.12


7.267 8.275 9.653 19.72 20.57 19.93 6.617 7.933 8.758 12.47 14.11 13.33 9.2 10.74 12.87 25.72 26.82 25.93 9.867 10.78 12.63 15.38 17.87 17.56

13.32 14.73 14.42


10.8 12.74 14.83 30.32 29.92 29.03 12.75 12.86 14.75 17.7 20.08 18.93

16.09 18.28 17.59


14.62 16.18 18.56 34.4 33.85 33.18 16.93 15.49 18.66 17.88 22.55 21.81

17.99 20.94 19.98


16.78 17.88 21.46 38.28 36.32 36.02 19.15 17.47 21.32 19.83 26.24 26.13

21.583 25.925 23.054 26.783 22.603 25.792 17.84 22.783 20.23 23.792 24.12 27.131 39.24 42.883 39.47 42.675 40.05 38.139 24.45 21.24 19.61 22.367 23.7 27.063 24.8 20.817 29.66 32.267 27.067 29.883

B. Jumlah Daun
Jumlah Daun Hari KeSampel 2 1 2 3 4 5 6 7 8

Kacang Tanah

Jagung-Kc. tanah

2 2.292 4 1.838 6 KT 1+1 1.297 1.583 KT2+2 1.96 KT 3+3 2 JG 1+1 1.833 JG 2+2 1.667 JG 3+3

5.83 3.542 2.861 2.333 2.5 3.167 3.61 2.417 2.723

4.542 4.056 4.142 3.33 3.25 3.611 3.33 3.195 3.056

4.88 4.44 4.47 3.83 3.83 4.11 3.83 3.53 3.33

5.486 5.153 4.95 4.167 4.583 4.611 4.167 3.667 3.823

5.833 5.625 5.278 4.5 5 4.778 5 3.883 3.934

6.67 6.79 6.11 5 5.58 5.89 5.33 4.58 4.61

6.833 7 6.25 5 5.58 6.167 5.33 4.58 4.667

KT 1+1 KT 2+2 KT 3+3 Kacang TanahKacang Tunggak KG 1+1 KG 2+2 KG 3+3

1..5 1.417 2.056 2 1.5 1.44

2.33 3.639 2.167 2.75 3 3.87 2.667 2.833 1.917 3.15 2.056 3.367

4.06 3.25 4.44 3 3.33 3.47

5.055 3.75 5.374 3 3.33 3.722

5.817 3.9 5.844 3.5 3.58 4.11

6.72 4.4 6.33 5.33 5.58 5.39

7.167 4.667 6.722 5.5 6.167 5.667

C. Berat Segar dan Berat Kering Perlakuan monokultur Kedelai 2 monokultur Kedelai 4 monokultur Kedelai 6 Polikultur Kedelai-Kacang Tanah 1+1 Polikultur Kedelai-Kacang Tanah 2+2 Polikultur Kedelai-Kacang Tanah 3+3 Polikultur Kedelai-Jagung 1+1 Polikultur Kedelai- Jagung 2+2 Polikultur Kedelai- Jagung 3+3 Berat Basah 3.44 3.92 4.70
2.35 3.75 5.31 5.44 5.15 6.28

Baerat Kering 1.44 1.19 1.26


0.89 1.43 2.65 1.36 1.40 1.93

Anda mungkin juga menyukai