Pelayaran Sungai Dan Danau
Pelayaran Sungai Dan Danau
Pelabuhan perairan pedalaman adalah pelabuhan yang berada diperairan pedalaman sungai besar yang bisa dilayari, kanal/anjir ataupun di danau. Pelabuhan pedalaman bisa berfungsi sebagaimana pelabuhan laut dengan berbagai kegiatan bongkar muat termasuk kapal peti kemas, tangker, kapal roro dan sebagainya seperti pelabuhan Boom Baru di Palembang, Pelabuhan Trisakti[1] berada di belahan kota Banjarmasin ibukota Propinsi Kalimantan Selatan, terletak di tepi Sungai Barito,sekitar 20 mil dari muara Sungai Barito pada posisi 03" 20" 18" LS, 114" 34" 48" BT. Pelabuhan Banjarmasin merupakan pendukung utama transportasi laut yang secara langsung maupun tidak langsung berperan aktif dalam pembangunan ekonomi Propinsi Kalimantan Selatan. Karena melalui perairan pedalaman biasanya draft kapal tidak terlalu dalam tergantung kepada sungai yang dilewati. Pelabuhan didefinisikan[2] sebagai tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi. Sedang Pelabuhan Sungai dan Danau adalah pelabuhan yang digunakan untuk melayani angkutan sungai dan danau yang terletak di sungai dan danau.
7. Angkutan Penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya. 8. Angkutan sungai dan danau adalah kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, banjir, kanal dan terusan untuk mengangkut penumpang dan/atau barang yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai dan danau. 9. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) adalah wilayah perairan dan daratan pada pelabuhan atau terminal khusus yang digunakan secara langsung untuk kegiatan pelabuhan. 10. Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) adalah perairan di sekeliling daerah lingkungan kerja perairan pelabuhan yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran. 11. Rencana Induk Pelabuhan adalah pengaturan ruang pelabuhan berupa peruntukan rencana tata guna tanah dan perairan di Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan. 12. Kepelabuhanan adalah meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan atau barang, keselamatan berlayar, tempat perpindahan intra dan atau antarmoda transportasi serta mendorong perekonomian nasional dan daerah. 13. Tatanan Kepelabuhanan Nasional adalah suatu sistem kepelabuhanan yang memuat peran, fungsi, jenis, hierarki pelabuhan, Rencana Induk Pelabuhan Nasional, dan lokasi pelabuhan serta keterpaduan intradan antarmoda serta keterpaduan dengan sektor lainnya.
Rencana lokasi pelabuhan sungai dan danau secara hierarki pelayanan angkutan sungai dan danau terdiri atas: 1. pelabuhan sungai dan danau yang digunakan untuk melayani angkutan sungai dan danau; dan/atau 2. pelabuhan sungai dan danau yang melayani angkutan penyeberangan:
antarprovinsi dan/atau antarnegara; antarkabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi; dan/atau dalam 1 (satu) kabupaten/kota.
Rencana lokasi pelabuhan sungai dan danau yang digunakan untuk melayani angkutan sungai dan danau dan/atau penyeberangan disusun dengan berpedoman pada: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. kedekatan secara geografis dengan tujuan pasar nasional dan/atau internasional; memiliki jarak tertentu dengan pelabuhan lainnya; memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang; mampu melayani kapal dengan kapasitas tertentu; berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang internasional; volume kegiatan bongkar muat dengan jumlah tertentu; jaringan jalan yang dihubungkan; dan/atau jaringan jalur kereta api yang dihubungkan.
Fasilitas Pelabuhan
Pelayanan pelabuhan penyeberangan dapat dilakukan apabila fasilitas pelabuhan penyeberangan telah siap untuk dioperasikan. Fasilitas pelabuhan terdiri dari fasilitas daratan berupa fasilitas pokok yang merupakan fasilitas yang harus dimiliki oleh pelabuhan dan fasilitas penunjang untuk mendukung operasionalisasi pelabuhan.
Fasilitas pokok
Fasilitas pokok pelabuhan yang meliputi: 1. terminal penumpang untuk keperluan menunggu sebelum keberangkatan kapal, perpindahan antar moda transportasi perairan pedalaman dengan angkutan jalan serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum; 2. penimbangan kendaraan bermuatan untuk mengendalikan kelebihan muatan serta untuk mengetahui besar muatan yang diangkut dengan kapal perairan pedalaman. 3. jalan penumpang keluar/masuk kapal (gang way); 4. perkantoran untuk kegiatan pemerintahan dan pelayanan jasa seperti loket penjualan tiket; 5. fasilitas penyimpanan bahan bakar (bunker) untuk keperluaan kapal; 6. instalasi air, listrik dan telekomunikasi; 7. akses jalan dan/atau jalur kereta api; 8. fasilitas pemadam kebakaran; 9. tempat tunggu kendaraan bermotor sebelum naik ke kapal.
Fasilitas penunjang
Sedang fasilitas penunjang pelabuhan penyeberangan meliputi: 1. kawasan perkantoran untuk menunjang kelancaran pelayanan jasa kepelabuhanan seperti kantor perwakilan perusahaan pelayaran.; 2. tempat penampungan limbah, dan pengolahan limbah; 3. fasilitas usaha yang menunjang kegiatan pelabuhan penyeberangan;
4. areal pengembangan pelabuhan; 5. fasilitas umum lainnya (peribadatan, taman, jalur hijau dan pos/klinik kesehatan).
Dermaga
Dermaga merupakan tempat kapal ditambatkan di pelabuhan. Pada dermaga dilakukan berbagai kegiatan bongkar muat barang dan orang dari dan keatas kapal. Di dermaga juga dilakukan kegiatan untuk mengisi bahan bakar untuk kapal, air minum, air bersih, saluran untuk air kotor/limbah yang akan diproses lebih lanjut di pelabuhan.
Dermaga Quay wall adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan relatif berimpit dengan pantai (kemiringan pantai curam). Konstruksi dermaga biasanya dibangun langsung berhimpit dengan areal darat. Kedalaman perairan cukup memadai dan memungkinkan bagi kapal merapat dekat sisi darat (pantai). Kedalaman perairan tergantung kepada ukuran kapal yang akan berlabuh pada dermaga tersebut. Kondisi tanah cukup keras Pasang surut tidak mempengaruhi pada pemilihan tipe struktur tetapi berpengaruh pada detail dimensi struktur yang dibutuhkan.
Dermaga dolphin
empat sandar kapal berupa dolphin diatas tiang pancang. Biasanya dilokasi dgn pantai yang landai, diperlukan jembatan trestel sampai dengan kedalaman yang dibutuhkan. Beberapa pertimbangan yang digunakan dalam pembangunan dermaga dolphin:
Dermaga dolphin adalah sarana tambat kapal yang fasilitas bongkar muatnya ada di haluan atau buritan. Jarak kedalaman perairan yang disyaratkan dari pantai relatif cukup panjang. Terdapat konstruksi tambahan berupa jembatan dermaga (trestel), tanggul atau dapat juga keduanya. Sarana tambat yang akan direncanakan terdiri dari struktur breasting dan mooring yang dihubungkan dengan catwalk. Posisi breasting berfungsi utama sebagai sarana sandar kapal, tapi juga dapat berfungsi sebagai sarana tambat kapal jika dipasang bollard, sedangkan mooring dolphin berfungsi menahan kapal sehingga tetap berada pada posisi sandar. Pasang surut tidak mempengaruhi pada pemilihan tipe struktur tetapi berpengaruh pada detail dimensi struktur yang dibutuhkan.
Dermaga ponton baja yang mempunyai keunggulan mudah untuk dibuat tetapi perlu perawatan, khususnya yang digunakan dimuara sungai yang airnya bersifat lebih korosif. Dermaga ponton beton yang mempunyai keunggulan mudah untuk dirawat sepanjang tidak bocor. Dermaga ponton dari kayu gelondongan, yang menggunakan kayu gelondongan yang berat jenisnya lebih rendah dari air sehingga bisa mengapungkan dermaga.
Desain Dermaga
Dasar pertimbangan dalam perencanaan dermaga adalah sebagai berikut:
Posisi dermaga ditentukan oleh ketersediaan lahan dan kestabilan tanah disekitar sungai. Panjang dermaga dihitung berdasarkan kebutuhan kapal yang akan berlabuh, dasar pertimbangan desain panjang dermaga yang bisanya dijadikan acuan adalah 1.07 sampai 1,16 panjang kapal (LOA) Lebar dermaga disesuaikan dengan kemudahan aktivitas bongkar muat kapal dan pergerakan kendaraan pengangkut di darat. Letak dermaga dekat dengan fasilitas penunjang yang ada di daratan. Elevasi dermaga ditentukan dengan memperhatikan kondisi elevasi muka air sungai/pasang surut.
Kondisi tanah, merupakan faktor utama dalam penentuan jenis quay wall yang akan dipilih Tekanan tanah Muatan pada dermaga, beban merata, beban titik, gaya-gaya mooring (yang diterima melalui bollard ataupun fender Kedalaman didepan dermaga Pengaruh pasang surut dan garis air Faktor-faktor sekunder lainnya seperti angin, arus, gelombang, dan beberapa faktor minor lainnya.
Mooring
Berbagai kapal yang menggunakan perairan pedalaman memerlukan fasilitas moring ataupun perawatan. Ada dua bentuk dasar kegiatan moring kapal pada perairan pedalaman yaitu:
Di bantaran alur pelayaran, yang dapat digunakan oleh pengunjung, seperti dermaga yang ditempatkan didepan pasar; pelabuhan perairan pedalaman yang dioperasikan secara komersil; moring dikawasan perumahan rakyat yang tinggal disekitar alur pelayaran. Diluar alur pelayaran, berupa celukan, kolam pelabuhan ataupun di Marina yang khusu diperuntukkan bagi kapal-kapal yang sedang tidak digunakan, dengan tujuan agar alur pelayaran tidak terganggu oleh kapal yang sedang lego jangkar ataupun ditambatkan di dermaga. Moring yang demikian sangat penting untuk alur pelayaran yang sempit.
Operasional pelabuhan
Pelayanan Kapal
Pelayanan kapal[4] dimulai dari kapal masuk ke perairan pelabuhan, berada di kolam pelabuhan, ketika akan bersandar di tambatan, sampai saat kapal meninggalkan pelabuhan. Dalam rangka menjaga keselamatan kapal, penumpang dan muatannya sewaktu memasuki alur pelayaran menuju dermaga atau kolam pelabuhan untuk berlabuh, maka untuk pelabuhan-pelabuhan tertentu dengan kapal-kapal tertentu harus dipandu oleh petugas pandu yang disediakan oleh Pelabuhan. Pemerintah telah menetapkan perairan-perairan yang termasuk dalam kategori perairan wajib pandu[5], perairan pandu luar biasa dan perairan di luar batas perairan pandu. Untuk mengantar petugas pandu ke/dan kapal diperlukan peralatan kapal yang disebut kapal pandu. Terhadap kapal yang keluar masuk pelabuhan dan mempunyai kapal berukuran GT 500 (lima ratus Gross Tonnage) atau lebih.
barang yang dikemas dengan petikemas, yang semakin banyak digunakan karena kecepatan bongkar muat yang tinggi sehingga mengurang waktu dan biaya yang rendah. barang umum (general Cargo), yang mulai ditinggalkan karena kecepatan bongkar muat yang lambat serta dibutuhkan biaya yang besar, tetapi pelayaran rakyat masih tetap menggunakan pendekatan ini. barang curah (kering/cair).
Instalasi Penunjang
Instalasi penunjang yang dimaksudkan di sini adalah instalasi yang menunjang kegiatan pelayanan jasa kepelabuhanan yang meliputi:
instalasi listrik dalam hal ini biasanya digunakan PLN, kecuali PLN tidak mampu menyediakan listrik bagi pelabuhan karena letak yang jauh dari jaringan PLN ataupun tidak mempunyai kapasitas yang mencukupi instalasi air yang dapat disediakan oleh PAM milik pemerintah daerah ataupun swasta instalasi pengumpulan, pengolahan limbah yang bisanya dikelola oleh pelabuhan atau bekerja sama dengan pihak ketiga.
Logpond
Dalam rangka ketertiban, kelancaran dan keselamatan lalu lintas diperairan perlu segera mengadakan ketentuanketentuan lebih lanjut tentang cara-cara pengangkutan kayu/pembuatan logpond, maka Direktur Jenderal Perhubungan Darat dan Direktur Jenderal Kehutanan telah membuat keputusan bersama pada tahun 1972. Dalam keputusan bersama tersebut ditetapkan bahwa penggunaan sungai dan perairan pedalaman untuk kegiatan-kegiatan angkutan kayu dan pembuatan logpond (tempat penimbunan kayu diperairan sungai), diperlukan izin dari Direktur Jenderal Perhubungan Darat.
Ukuran logpond
Ukuran pembuatan tempat penimbunan kayu ditetapkan sebagai berikut 1. panjang ditetapkan dengan mempertimbangkan kebutuhan navigasi pada alur pelayaran dan kondisi penggunaan perairan daratan untuk keperluan lainnya; 2. lebar tidak boleh melebihi dari sepertiga lebar alur pela yaran pada lokasi tersebut; 3. luas satu meter persegi dataran air disamakan dengan satu meter kubik kayu (logs).