Anda di halaman 1dari 3

Pregnancy and Leprosy:A Comprehensive Literature Review1

Diana N. J. Lockwood and Hemali H. Sinha

Kusta Pada Kehamilan


Dalam kehamilan aktivitas sel T cenderung tertekan atau menurun. Wanita hamil lebih mudah terkena infeksi virus seperti hepatitis dan pathogen intraseluler seperti toxoplasmosis. Demikian pula wanita hamil beresiko tinggi terhadap infeksi kusta atau peningkatan perjalanan penyakit kusta. Pada data laporan kasus 60 tahun yang lalu tercatat bahwa kehamilan dapat mencetuskan eksaserbasi dari kuman kusta ataupun pada wanita hamil rentan terhadap kuman ini. Peningkatan aktifitas penyakit ini selama kehamilan dapat disebabkan 2 hal yaitu, progresifitas penyakit itu sendiri atau komplikasi imunologik. Pada penelitian yang dilakukan di USA dikemukakan bahwa bertambah beratnya penyakit ini pada saat kehamilan. Keadaan ini semakin diperparah jika tanpa dilakukan pengobatan. Pada kehamilan mengalami penurunan regulasi respon Th 1 ditandai dengan penurunan IL-2, terutama pada trimester ketiga. Keadaan ini menjelaskan kondisi eksaserbasi pada kuman kusta pada wanita hamil yang cenderung pada trimester tersebut. Penelitian di USA oleh Duncan, 9 pasien dari 25 pasien kusta tipe tuberkuloid dan borderline mengalami kekambuhan pada trimester ketiga dengan pemberian terapi tunggal. Penelitian lain juga menunjukkan hal serupa dimana 18 wanita dengan klinis TT atau BT aktif dengan pemberian terapi tunggal mengalami lesi kulit yang aktif pada trimester yang sama. Di Meksiko, wanita hamil yang telah tuntas menjalani pengobatan kusta (MDT), setelah 2 tahun mereka hamil kembali dan mengalami kekambuhan di trimester ketiga. Masa kehamilan dapat mencetuskan reaksi kusta. Reaksi kusta itu sendiri terdiri dari 2 macam yaitu, tipe I dan tipe II. Dari penelitian didapatkan dari 116 pasien, 40 kasus mengalami perburukan ke tipe I. Namun hanya 16 kasus yang terjadi selama kehamilan dan 24 kasus selama post partum. Dan keseluruhan kasus terjadi pada trimester ketiga. Penelitian tahun 1957-1975 didapatkan 26 kasus yang mengalami perburukan ke tipe II (ENL). Penelitian lain yang dilakukan Duncan didapatkan 68,7% wanita dengan bacterial index > +4 pernah mengalami

perburukan ke episode ENL saat kehamilan. Duncan juga melaporkan 76 wanita dengan kusta multibasilar (LL 32 kasus, BL 44 kasus) saat hamil dan menyusui, 38% diantaranya berkembang ke episode ENL. Episode inisial ENL pertama kali terjadi pada trimester I kehamilan dan 15 bulan post partum. Keadaan janin dalam masa kehamilan pada ibu dengan kusta merupakan masalah yang penting. Beberapa masalah obstetri telah dilaporkan pada wanita hamil dengan kusta tanpa melihat tipe kusta tersebut. Komplikasi kehamilan dan prematuritas menjadi masalah utama pada wanita hamil dengan kusta. Penelitian yang dilakukan di Etiopia didapatkan kelahiran bayi dengan ibu menderita kusta memilki berat badan lahir yang rendah. Pada penelitian yang sama kemudian dilakukan uji estrogen pada usia kehamilan 32-40 minggu diperoleh kadar estrogen yang rendah. Hal ini dapat menjelaskan keadaan berat badan lahir yang rendah disebabkan penurunan perfusi uteroplasenta. Efek kehamilan pada wanita penderita kusta 1. Perburukan penyakit kusta a) Wanita yang telah terinfeksi M. leprae dan dalam masa inkubasi kusta akan memperlihatkan tanda-tanda penyakit ini saat kehamilan dan paling cepat saat puerperium. b) Wanita yang telah terbukti kusta mengalami perburukan saat kehamilan dan puerperium, dan perburukan ini berhubungan dengan kerusakan fungsi saraf. Alasan mengapa pada keadaan diatas terjadi disebabkan penurunan CMI selama kehamilan. Alasan lain yang juga dapat menerangkan yaitu peningkatan sirkulasi tiroksin (T4) selama kehamilan disebabkan eksaserbasi penyakit ini ; terdapat peningkatan yang cepat dari T4 selama kehamilan sampai dua kali dari keadaan normal pada trimester ketiga, dengan penurunan sampai satu dan setengah kali seminggu postpartum. 2. Infeksi Selama kehamilan wanita mengalami penuruan resistensi terhadap infeksi virus (influenza, poliomyelitis, herpes, rubella, hepatitis), dan juga infeksi

pneumococcal dan malaria-falciparum malaria.

3. Peningkatan insidensi reaksi kusta a) Reaksi tipe I. Pada reaksi upgrading (reversal) biasanya terjadi selama puerperium ketika CMI tertekan oleh adanya kehamilan. Reaksi downgrading bisa terjadi karena penurunan CMI, dan sering terjadi pada trimester ketiga. b) Reaksi tipe II (ENL). Pada reaksi tipe ini sering terjadi saat kehamilan trimester ketiga dan puerperium, tetapi bisa juga menjadi komplikasi pada awal kehamilan karena stress mental, dan dalam beberapa tahap kehamilan karena peningkatan insidensi infeksi. Kedua faktor diatas diketahui dapat meningkatkan resiko terjadinya reaksi kusta tipe II. Pada puerperium, reaksi ini berhubungan dengan stress fisik dari proses persalinan dan kembalinya ke keadaan normal peningkatan plasma ACTH dan kortisol pada trimester kedua dan ketiga.

Anda mungkin juga menyukai