PADA PASIEN DENGAN TRAUMA KEPALA Anestesiologi dan Reanimasi RSUD Tasikmalaya
PENDAHULUAN
Angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi Prevensi terhadap secondary brain injury kenaikan ICP dan perubahan volume cerebri Manajemen ventilator dipengaruhi : regulasi volume cerebri kontrol ICP fungsi paru
awal setelah trauma kepala Fase stabil (1 minggu post trauma) Fase penyapihan
Cerebral ischemia versus hyperperfusion metabolisme aerobik neurologi normal menggabungkan konsumsi O2 dan glukosa produksi CO2 normal diameter mikrosirkulasi normal
metabolisme aerobik dan produksi CO2 CBF Ekstraksi O2 normal dari cerebral indikasi dari keseimbangan yang baik dari aliran darah dan konsumsi O2
Evaluasi CBF regional atau global brain ischemia 33% pada trauma kepala berat early ischemia
HIPERVENTILASI
Vasokonstriksi cerebral kontrol ICP dan reverse asidosis Protokol ini difokuskan dengan tujuan menjaga 1. ICP < 20 mmHg 2. Ekstraksi O2 cerebri normal 24 42% 3. Bila ICP naik 20 mmHg + penurunan ekstraksi O2 secara bertahap hiperventilasi dilakukan untuk menyeimbangkan kedua parameter diatas
Kita dapat mengidentifikasi ventilasi mekanik dari trauma kepala : 1. Adanya VAP (Ventilator associated pneumonia) 2. Adanya SIRS, sepsis dan syok sepsis 3. Optimalisasi dari diagnosis pneumonia
Pasien harus memiliki PaO2/FiO2>200mmHg Dengan PEEP 5cmH2O, suhu < 38C Hb > 10 g/dl T tube atau pressure support (5 7 cmH2O) yang dicoba selama 30 120 menit adalah wajib dilakukan untuk mempercepat weaning Lebih tinggi angka keberhasilan pd GCS 8
Menjaga PCO2 antara 28-32 cm H2O Pengukuran sementara hanya untuk membatasi aliran darah ke otak dengan harapan dapat mengurangi ICP; kompensasi ginjal dalam 12 jam
KESIMPULAN
Pada fase awal Hiperventilasi sangat bermanfaat mengurangi morbiditas, mortalitas dan defisit neurologis Pada fase stabil posisi Prone bermanfaat untuk mengurangi dan memperbaiki VAP dan gagal napas Yang harus dievaluasi setiap hari : status intubasi, gas exchange dan status neurologis