Anda di halaman 1dari 4

Banyak Jalan Menuju Roma Banyak Cerita Berakhir Cinta

1. Identitas Buku Judul Jenis buku Pengarang Penerbit Tahun terbit Kota terbit Tebal : Roma: Con Amore : Fiksi (Romance) : Robin Wijaya : Gagas Media : Cetakan pertama, 2013 : Jakarta : x + 374 hlm; 13x19 cm

2. Latar Belakang Novel karya Robin Wijaya dengan tebal buku 372 halaman mengandung sebuah cerita yang wajib untuk dibaca bagi pecinta novel. Roma adalah novel ketiga Robin Wijaya. Sebelumnya Robin Wijaya telah membuat pembaca mengharu biru dengan novel Before Us dan Menunggu. (Biografi Robin Wijaya) 3. Jenis Buku Buku fiksi yang bergenre romance ini bercerita tentang klasiknya kota Roma. Seri Setiap Tempat Punya Cerita (STPC) memang mengangkat novel fiksi yang berlatar di suatu Negara. Roma adalah salah satunya serial STPC terbitan Gagasmedia.

4. Keunikan Buku Cover yang sangat mendukung. Desain novel yang seperti surat membuat ada rasa rindu. Apalagi ada efek pecah dan retak di covernya. Kertasnya pun menggunakan kertas buram yang di beri efek lecek. Jangan pula lupakan ilustrasi pada setiap bab nya yang mempermudah pembaca untuk berkelana ke Roma. 5. Sinopsis Novel ini sendiri berkisah tentang cinta yang sukar bersatu. Sulit bersama. Mengingat keduanya sudah memiliki kekasih. Dengan berlatar belakang kota Roma, takdir mempertemukan mereka. Di awal cerita pembaca akan mengira bahwa Felice tidak akan pernah bersatu dengan Leo. Bahkan untuk mencintai pun sepertinya tidak mungkin. Sikap Felice yang begitu dingin terhadap Leo, Marla yang begitu mencintai Leo, apalagi Felice sudah memiliki kekasih seorang pemain bola, Franco. Franco yang tampan, tubuh yang kekar, sikapnya yang sangat menghargai wanita membuat setiap wanita beruntung mendapatkannya. Hanya wanita bodoh yang mau melepaskan pria idaman itu. Sangat tidak mungkin ada kata cinta di antara Felice dan Leo. Sangat tidak mungkin. Namun Robin Wijaya mampu membuat mereka bersatu. Mampu membuat ada kata cinta diantara mereka. Mampu menggambarkan betapa remuk hati Felice tanpa Leo. Mampu menggambarkan betapa Leo mencintai Felice dibanding Marla. Tokoh utama dari novel ini adalah Leo. Seorang pelukis yang bercita cita mengadakan pameran tunggal miliknya sendiri. Sosok Leo digambarkan memiliki semangat yang pantang menyerah. Tekun. Merangkak dari bawah demi sebuah kesuksesan. Ia berhasil ikut memamerkan karyanya di Roma. Leo rela tidak makan demi menyelesaikan lukisannya. Rela tidak keluar dari bengkel kerjanya seharian hanya untuk sebuah lukisan. Memang hanya lukisan. Tapi berbeda bagi Leo. Baginya, lukisan sangat berarti ketimbang isi perutnya. Bahkan Leo tidur di bengkel kerjanya dengan tangan memegang kuas yang sudah mengering. Felice sendiri adalah seorang karyawan yang bekerja di KBRI, kedutaan Indonesia di Roma. Digambarkan memiliki sikap tak mau kalah. Tergambar jelas saat kejadian tertukarnya lukisan karya Leo dengan judul Tedak Siten. Felice juga orang yang sangat tegar dalam menghadapi masalah. Bertubi tubi masalah menghampiri dia. Dia tetap terlihat tegar dan selalu kuat.

Masalah yang ada juga bukan hanya kisah percintaan antara Felice dengan Leo. Masalah keluarga Felice yang sangat emosional tetap menjadi musuh bagi Felice. Pengkhianatan Franco pada Felice juga membuat Felice remuk. Marla datang tiba tiba dan memeluk Leo menjadi serangan terakhir bagi Felice. Tapi Felice tetap bangkit. Namun Marla bukan seseorang yang egois dan bukan pemeran antagonis di novel ini. Biasanya sosok seperti Marla pasti dijadikan sosok yang berkarakter jahat karena pacarnya berselingkuh dengan wanita lain. Tetapi Robin Wijaya menggambarkan sosok Marla sebagai wanita yang tegar dan kuat. Sebenarnya bukan Marla mau pun Franco penghalang hubungan Leo dan Felice. Namun Leo dan Felice sendirilah yang menentang hubungan mereka karena masing-masing telah memmiliki pasangan. Marla mengerti bahwa hati Leo tak lagi bertengger pada hatinya. Dengan keberanian yang dia punya dia melepaskan Leo yang sudah menetap di hatinya 2 tahun terakhir. Marla sangat menyayangi Leo, Marla menginginkan Leo bahagia. The Lady adalah lukisan yang bersifat personal bagi Leo begitu pula dengan Felice, The Lady mengingatkannya terhadap ayahnya. The Lady yang mempertemukan Leo dengan Felice. Di tempat yang berlatar belakang gereja Saint Agnes mereka memulai cinta mereka dan kembali pula disana. 6. Keunggulan Buku Gaya bahasa yang digunakan cukup baik. Ada beberapa kata yang digunakan dalam Bahasa Italia. Meski begitu pembaca dapat membaca arti dari kalimat berbahasa Italia yang disampaikan melalui translate dibawahnya. Membuat pembaca masuk ke dalam cerita dengan latar Roma. sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga sebagai pengamat. Novel ini menggunakan alur maju. Yang membuat pembaca selalu bertanya akankah Leo dan Felice bersatu meski banyak sekali penghalang di antara mereka. Novel ini juga mengandung banyak sekali kutipan kutipan tentang cinta. Pesan yang disampaikan juga banyak. Perjuangan yang sangat berat bagi Leo untuk mengadakan pameran tunggalnya sendiri. Usaha kerasnya membuahkan hasil. Tegarnya sikap Marla saat merelakan Leo bagi Felice. Itu semua adalah pesan tersirat dari penulis untuk pembaca. 7. Kelemahan Buku

Bahasa yang digunakan dalam dialog antar tokoh terlalu baku. Banyak pula ejaan yang salah. Serta karakter tokohnya tidak konsisten. Dari awal penggambaran tokoh hingga akhir karakter tokoh berubah-ubah jadi terkesan manipulasi. Terlalu banyak penggunaan bahasa italia dalam hal-hal remeh dalam novel ini namun tetap tak merusak keindahan. 8. Kesimpulan 9. Penutup Buku ini sangat cocok untuk kalian yang suka bacaan romance ringan. Buku ini mampu membawa kalian berpetualang dan berwisata ke Roma.

Anda mungkin juga menyukai