Anda di halaman 1dari 29

PRAKTIKUM TERINTEGRASI dalam MODUL REPRODUKSI

PRAKTIKUM ANATOMI

Sasaran Belajar : Setelah mengikuti praktikum anatomi, makroskopik : mahasiswa memahami struktur normal

ORGAN REPRODUKSI WANITA: Genitalia eksterna: 1. Mons pubis, labium, klitoris, orificium urethrae externa, orificium vaginae. 2. Bulbus vestibuli, m. Bulbocavernosus, m. Ischiocavernosus.

Genitalia interna: 1. Ovarium 2. Tuba uterina 3. Uterus 4. Vagina 5. Excavatio vesicouterina, excavatio rectouterina 6. Ligamenta fixasi ovarium & uterus.

ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI:

Genitalia eksterna: 1. Penis: glans, corpus, radix 2. Scrotum Genitalia interna: 1. Testis dan epididimis 2. Glandula prostat 3. Glandula vesiculosa 4. Ductus deferens, ductus ejaculatorius

Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

PRAKTIKUM HISTOLOGI

A. PRAKTIKUM : DAUR HAID DAN HORMON FISIOLOGIS

Sasaran Belajar : Setelah mengikuti praktikum I Modul Reproduksi, mahasiswa memahami 1. Struktur normal mikroskopik organ reproduksi perempuan. 2. Pengaruh hormonal dalam daur haid terhadap mukosa vagina dan getah serviks. 3. Pemeriksaan hormon reproduksi (LH, FSH, Prolaktin, Estradiol) 4. Kelainan endometrium yang menyebabkan gangguan haid.

PEMBAHASAN : OVARIUM: Pelajarilah pada sediaan Anda: Korteks ovarium: - Epitel Germinativum: epitel selapis (torak, pada masa anak-anak, kuboid pada masa reproduktif dan gepeng pada masa lansia) - Tunika Albuginea, tepat di bawah epitel germinativum terdiri atas lapisan jaringan ikat padat yang terutama terdiri atas serat-serat kolagen. - Folikel dalam berbagai fase perkembangan (Folikulogenesis).

FOLIKULOGENESIS: Pelajari struktur folikel dalam berbagai tahapan perkembangan: 1. Folikel primordial, epitel folikel masih selapis gepeng meliputi oosit primer 2. Folikel primer dengan selapis epitel folikel kuboid dan epitel folikel berlapis meliputi oosit primer 3. Folikel sekunder oosit primer diliputi epitel folikel berlapis, yang sudah mempunyai ruang-ruang folikel dan yang sudah menjadi 1 antrum folikel, 4. Folikel tersier, antrum, membran granulosa, kumulus ooforus, zona pellucida, korona radiata, oosit primer. 5. Teka interna yang mempunyai sel-sel pensekresi hormon dan Teka eksterna jaringan ikat, mulai terlihat pada folikel fase apa? 6. Korpus luteum: sel-sel penghasil hormon, Lutein Granulosa dan Lutein Teka.

Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

7. Korpus albikans. Apabila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan berdegenerasi menjadi jaringan ikat. 8. Folikel atretis: degenerasi folikel yang terjadi pada berbagai tahap perkembangan

Medula ovarium: terdapat banyak pembuluh darah, di antara jaringan ikat.

UTERUS: Lapisan pada uterus: endometrium, miometrium, dan (perimetrium) Fase-fase endometrium: 1. Haid (tidak tersedia sediaan, pelajari gambar slaid dan foto, jaringan nekrotik sebagian terlepas, sel-sel darah di antara jaringan ikat dan kelenjar) 2. Proliferasi: endometrium berisi kelenjar lurus dengan lumen sempit, arteri spiralis kadang dapat dikenali. 3. Sekresi (Luteal): kenali kelenjar uterina yang berkelok-kelok, lumen lebar dan kadang terlihat sekret dalam lumennya. 4. Prahaid: terlihat permulaan jaringan kelenjar yang nekrotik, pembuluh darah pecah, sel-sel darah)

B. PRAKTIKUM : FERTILITAS PEREMPUAN

Sasaran Belajar : Mahasiswa memahami mengenai keadaan fertilitas perempuan berupa : 1. Struktur mikroskopis organ yang terlibat dalam proses kehamilan dan laktasi 2. Gangguan kehamilan dan laktasi (abortus, kehamilan ektopik, adenoma laktans) 3. Pemeriksaan kehamilan urin ( HCG) 4. Berbagai sediaan obat yang dapat mempengaruhi fertilitas serta mekanisme kerjanya

PEMBAHASAN : TUBA FALLOPII bagian-bagian tuba terdiri: Pars intramural: berjalan menembus dinding uterus, sehingga diliputi lapisan muskularis tebal, miometrium. Lipatan lapisan mukosa hanya berupa lipatan dangkal, dengan epitel selapis terdiri atas sel sekretorik yang jumlahnya lebih banyak ketimbang sel bersilia.

Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

Ismus: merupakan bagian tuba paling ramping, lipatan mukosa tidak terlalu bercabang, epitel mukosa terdiri atas sel sekretorik dan bersilia. Ampula: bagian tuba dengan lumen paling lebar, lipatan mukosa amat bercabangcabang, sehingga lumen dipenuhi cabang-cabang mukosa. Bagian ini paling sering merupakan tempat fertilisasi. Sel mukosa terdiri atas sel sekretorik dan bersilia.

Fimbria: merupakan bagian paling distal tuba, yang pada saat ovulasi dapat bergerak membantu masuknya ovum ke dalam lumen ke arah pars ampularis tuba.

PLASENTA Pars Fetalis Plasenta (Plasenta bagian Fetus), terdiri atas: Lempeng Korion berisi jaringan ikat ekstra embrional dan permukaan yang menghadap fetus, dibatasi dari air ketuban oleh selapis epitel kuboid, yaitu Epitel Amnion dan Vilus Korialis: o Vilus Utama, berukuran besar, menyeberangi ruang antar vili dan ujungnya menempel pada pars maternal di seberangnya, mempercabangkan vilus-vilus bebas. o Vilus Bebas mengapung dalam darah ibu di ruang antar vilus, kenalilah Sawar Plasenta, yaitu jaringan antara darah anak fetus dan darah ibu. Struktur apa saja yang menyusun sawar plasenta? Pars Maternalis (Plasenta bagian Ibu) Merupakan jaringan endometrium yang pada keadaan hamil dibawah pengaruh hormon mengalami perubahan menjadi desidua. Sel yang merupakan penanda pars maternalis plasenta ialah Sel-sel Desidua, yaitu sel besar dengan sitoplasma berwarna pucat. KELENJAR MAMMA Fase-fase kelenjar Mamma: Mamma non-laktans, Mamma kehamilan, dan Mamma laktans. Mamma non-laktans: terutama terdiri atas jaringan ikat interlobular dan interlobar, jaringan kelenjar/alveoli belum ditemukan. Sejumlah kecil sekret, kadang ditemukan dalam lumen sistem duktus. Mamma Kehamilan: di bawah pengaruh hormon estrogen terjadi peningkatan pertumbuhan duktus yang bertambah banyak dan bercabang-cabang, progesteron mempengaruhi

Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

pertumbuhan jaringan kelenjar, sehingga duktus dan jaringan kelenjar bertambah banyak di antara jaringan ikat inter lobar dan interlobular. Mamma Laktans: terdiri terutama dari jaringan kelenjar dengan banyak alveoli yang beberapa di antaranya mengandung sekret dalam lumen. Ditemukan juga duktus dan sinus laktiferus, sedangkan Jaringan ikat hanya sedikit di antara alveoli.

C. PRAKTIKUM : FERTILITAS PRIA

Sasaran Belajar : Mahasiswa mengetahui dan memahami mengenai keadaan fertilitas pria berupa : 1. Struktur makroskopik dan mikroskopik organ reproduksi pria (testis dan saluran keluarnya, kelenjar pelengkap dan penis) 2. Kelainan makroskopik (hipogonadismus) dan mikroskopik organ reproduksi pria (atrofi testis) 3. Analisis semen

PEMBAHASAN : Testis dan Epididymis. 1. Testis: a. Tubulus seminiferous: Epitel Seminiferus, Sel Sertoli (penyokong), Sawar testis b. Jaringan interstisial: Sel Leydig dan kapiler darah dalam jaringan ikat 2. Saluran keluar testis: a. Intra testikular: Tubulus rektus dan Rete testis Halleri dalam mediastinum testis b. Ekstra testikular: d. Eferentes dan d. Epididymidis dalam organ yg disebut Epididimis, d. Deferens, d. Ejakulatorius. 3. Kelenjar pelengkap laki-laki: a. Prostat: Jaringan kelenjar prostat (mukosa, submukosa, dan marginal), urethra pars prostatika, konkremen prostat. b. Vesikula Seminalis: kelenjar berbentuk saluran, tunika mukosa bercabangcabang. 4. Penis: 1. Aa. Dorsalis penis, vv.Dorsalis penis, nn. Dorsalis penis
Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

2. Corpora Cavernosa Penes: a. Profunda penis, trabekula, aa. Helisinae, kavernae. 3. Corpus Cavernosum Uretra/Corpus Spongiosum: trabekula & kavernae, Uretra pars kavernosa.

D. PRAKTIKUM : KEGANASAN

Sasaran Belajar : Mahasiswa mengetahui dan memahami mengenai penyakit keganasan pada organ reproduksi berupa : 1. Struktur mikroskopik normal serviks dan vagina 2. Struktur makroskopik dan mikroskopik pada lesi pra-kanker pada serviks 3. Struktur makroskopik dan mikroskopik pada kanker payudara 4. Struktur makroskopik dan mikroskopik pada kanker prostat 5. Mengetahui pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit keganasan pada organ reproduksi

PEMBAHASAN : 1. Serviks Uteri: bagian paling inferior uterus, bagian yang menonjol ke dalam vagina > portio vaginalis, mempunyai dua permukaan: a. Endocervix: lumennya menghubungkan lumen uterus dengan vagina, epitel yang menutupi permukaannya berjenis selapis torak yang merupakan lanjutan epitel endometrium. Mempunyai plika palmatae, berupa lipatan mukosa ke dalam yang aktif bersekresi mukus sekitar pertengahan daur haid, untuk mempermudah transportasi sperma ke lumen uterus. b. Ectocervix: epitelnya merupakan lanjutan epitel vagina, berjenis gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk. Tempat peralihan mukosa endocervix menjadi epitel ectocervix, menjadi penting oleh karena kecenderungan terjadinya metaplasia di daerah perbatasan tersebut.
2. Vagina: mempunyai epitel gepeng berlapis, yang mengandung banyak

glikogen saat pengaruh estrogen sekitar waktu ovulasi. Lamina proprianya mempunyai banyak pembuluh darah, dan vena berdinding tipis, yang mirip jaringan erektil saat stimulasi seksual.
Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

PRAKTIKUM BIOLOGI

A. PRAKTIKUM : DAUR HAID DAN HORMON FISIOLOGIS

Sasaran Belajar : Setelah mengikuti praktikum I Modul Reproduksi, mahasiswa memahami 1. Struktur normal mikroskopik organ reproduksi perempuan. 2. Pengaruh hormonal dalam daur haid terhadap mukosa vagina dan getah serviks. 3. Pemeriksaan hormon reproduksi (LH, FSH, Prolaktin, Estradiol) 4. Kelainan endometrium yang menyebabkan gangguan haid.

PEMBAHASAN : HAPUS VAGINA Siklus estrus dan siklus menstruasi memiliki persamaan atau kemiripan, yaitu : (1) suatu periode perkembangan folikel dan kematangan ovum disertai dengan peningkatan hormon estrogen, (2) ovulasi mengakhiri periode folikuler dan (3) periode korpus luteum menghasilkan hormon progesteron dan pertumbuhan endometrium yang cocok untuk proses kehamilan. Tahap pematangan dan tahap-tahap siklus estrus atau menstruasi dapat diketahui melalui analisis hapus vagina. Perubahan yang terjadi erat hubungannya dengan siklus diurnal yang dikontrol oleh mata, sistem saraf pusat dan hipofisis anterior.

Stadium

Lekosit

Epitel sel berinti

Epitel bertanduk

sel

Diestrus Proestrus I Proestrus II Estrus Metestrus I Metestrus II Tugas :

++ + + +++

+ ++ +++ -/+ -/++

++ + -

Dengan perbesaran lemah dan sedang (10x dan 40x), carilah keempat stadia hapus vagina tikus
7

Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

GETAH SERVIKS Serviks uterus manusia merupakan struktur seperti tabung yang runcing ke arah mulut serviks. Mukosa serviks merupakan sistem kripti seperti celah yang terdiri atas epitel sel torak bersilia dan sel torak tanpa silia yang menghasilkan sekresi getah serviks. Dipastikan bahwa kripti bertindak sebagai reservoir sperma. Getah serviks merupakan sekresi yang bersifat heterogen, lebih dari 90% terdiri atas air, selain itu mengandung pula beberapa jenis protein, enzim dan karbohidrat. Getah serviks memperlihatkan gambaran spesifik seperti daun pakis (fern leaf like shape) setelah dikeringkan di udara di atas kaca objektif. Produksi getah serviks diatur oleh hormon ovarium, estrogen merangsang produksi getah serviks yang berlimpah dan lebih encer, sedangkan progesteron menghambat aktivitas sel epitel servik mensekresi getah serviks. Dengan demikian jumlah getah serviks yang dihasilkan memperlihatkan variasi siklik. Perubahan siklik pada konstituen getah serviks dapat mempengaruhi penetrasi sperma ke dalam getah serviks dan kehidupannya dalam vagina. Spermatozoa mulai dapat melakukan penetrasi ke dalam getah serviks manusia kira-kira pada hari ke sembilan dari siklus normal 28 hari; kemudian berangsur-angsur jumlah penetrasi akan meningkat sampai mencapai puncaknya tetap sebelum ovulasi. Selanjutnya penetrasi sperma mulai berkurang beberapa hari setelah ovulasi. Tugas : Dengan perbesaran kuat (40x dan 100x), carilah gambaran daun pakis pada getah serviks sapi

B. PRAKTIKUM : FERTILITAS PRIA

Sasaran Belajar : Mahasiswa mengetahui dan memahami mengenai keadaan fertilitas pria berupa : 5. Struktur makroskopik dan mikroskopik organ reproduksi pria (testis dan saluran keluarnya, kelenjar pelengkap dan penis) 6. Kelainan makroskopik (hipogonadismus) dan mikroskopik organ reproduksi pria (atrofi testis) 7. Analisis semen

PEMBAHASAN :
Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

Analisis semen dilakukan untuk mengevaluasi gangguan fertilitas (kesuburan) yang disertai dengan atau tanpa disfungsi hormon androgen. Dalam hal ini hanya beberapa parameter ejakulat yang diperiksa (dievaluasi) berdasarkan buku petunjuk WHO, Manual for the examination of the Human Semen and Sperm-Mucus Interaction (WHO, 1999). Lihat buku petunjuk WHO Manual for the examination of the Human Semen and SpermMucus Interaction (WHO, 1999) berikut ini : Recommendation Standards of Analysis of Human Semen Macroscopic examination 1. Koagulasi semen 2. Likuifaksi : -Warna keabuan) -Bau (bunga akasia) 3. Volume (ml) 4. Viskositas (kekentalan) 5. Ph (putih dalam Microscopic examination 1. Sperma motil (%/ml) 2. Gerak sperma lurus (%) 3. Konsentrasi (10/ml) 4. Total sperma/ejakulat 5. Morfologi sperma 6. Sel-sel bulat interaksi spermamukus sperma Sperm Function Test 1. Uji HOS 2. Uji eosin Y 3. Uji interaksi

Tugas : Dengan menggunakan perbesaran lemah dan sedang (10x dan 40x), lakukan evaluasi makroskopik dan mikroskopik terhadap semen manusia.

PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMI

Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

A. PRAKTIKUM : DAUR HAID DAN HORMON FISIOLOGIS

Sasaran Belajar : Setelah mengikuti praktikum I Modul Reproduksi, mahasiswa memahami 1. Struktur normal mikroskopik organ reproduksi perempuan. 2. Pengaruh hormonal dalam daur haid terhadap mukosa vagina dan getah serviks. 3. Pemeriksaan hormon reproduksi (LH, FSH, Prolaktin, Estradiol) 4. Kelainan endometrium yang menyebabkan gangguan haid.

PEMBAHASAN : HIPERPLASIA ENDOMETRIUM

Hiperplasia endometrium merupakan kelainan endometrium akibat stimulasi estrogen yang berlangsung lama akibat keadaan anovulasi atau karena peningkatan produksi estrogen. Beberapa keadaan yang dapat memicu terjadinya hal tsb antara lain menopause (mati haid), penyakit polikistik ovarium seperti sindroma Stein Leventhal, tumor sel granulosa

ovarium fungsionil, pemberian hormon pada terapi sulih. Pelajari slaid mikroskopik yang berasal dari kuretase endometrium seorang wanita usia 40 th dengan perdarahan pervaginam. Secara morfologik perhatikan perubahan ratio kelenjar dan stroma endometrium, serta yang bertumpuk (hiperplastik). Bandingkan dengan

penambahan epitel kelenjar endometrium normal! ENDOMETRIOSIS

Pathogenesis of Endometriosis

o Endometriosis (eksternal) o Adenomyosis

B. PRAKTIKUM : FERTILITAS PEREMPUAN


Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

10

Sasaran Belajar : Mahasiswa memahami mengenai keadaan fertilitas perempuan berupa : 1. Struktur mikroskopis organ yang terlibat dalam proses kehamilan dan laktasi 2. Gangguan kehamilan dan laktasi (abortus, kehamilan ektopik, adenoma laktans) 3. Pemeriksaan kehamilan urin ( HCG) 4. Berbagai sediaan obat yang dapat mempengaruhi fertilitas serta mekanisme kerjanya

PEMBAHASAN : ABORTUS MOLLA HIDATIDOSA

Abortus spontan terjadi pada 15-20% kehamilan, namun mekanisme terjadinya masih belum dapat dipastikan. Penyebab abortus dapat akibat factor fetal maupun maternal. Faktor fetal merupakan penyebab utama baik akibat factor genetic maupun didapat , lebih dari separuhnya

diakibatkan oleh kelainan kromosom. Slaid mikroskopik yang dipelajari berasal dari kuretase endometrium seorang wanita berusia 30 th , umur kehamilan 16 minggu dengan perdarahan pervaginam . Perhatikan komponen maternal berupa jaringan desidua dengan daerah nekrotik bersebukan sel radang, kadang dapat ditemukan thrombus dalam pembuluh darah. Sedang komponen fetal berupa villi korialis (ingat gambaran histologik plasenta sesuai umur kehamilan),

kantong janin, atau jaringan embrional.

KEHAMILAN EKTOPIK

Kehamilan ektopik merupakan keadaan dimana implantasi fetus terjadi diluar tempatnya yang normal diuterus. Tersering (90%) terjadi dituba, namun dapat juga terjadi diovarium, rongga abdomen dll. Kelainan ini cukup sering ditemukan yaitu sekitar 1 diantara 150 kehamilan. Peradangan tuba (salfingitis kronik) merupakan faktor predisposisi penting. Sediaan yang dipelajari berupa jaringan makroskopik dari tuba berasal dari wanita 26 th, dengan usia kehamilan 18 minggu dengan keluhan nyeri abdomen akut. Tampak tuba yang melebar , secara makroskopik hasil konsepsi umumnya berupa beku
Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

11

darah, kadang-kadang dapat ditemukan embrio dan kantong janin. Bila dihubungkan dengan gejala klinik apa yang terjadi pada tuba sehingga menimbulkan gejala abdomen akut?

C. PRAKTIKUM : FERTILITAS PRIA

Sasaran Belajar : Mahasiswa mengetahui dan memahami mengenai keadaan fertilitas pria berupa : 1. Struktur makroskopik dan mikroskopik organ reproduksi pria (testis dan saluran keluarnya, kelenjar pelengkap dan penis) 2. Kelainan makroskopik (hipogonadismus) dan mikroskopik organ reproduksi pria (atrofi testis) 3. Analisis semen

PEMBAHASAN : ATROFI TESTIS

Atrofi testis merupakan kelainan regresif karena berbagai sebab. Dapat juga terjadi tanpa sebab yang jelas (primary failure). Perhatikan satu testis yang atrofik/mengecil. Bandingkan dengan yang normal HIDROKEL TESTIS Hidrokel merupakan penimbunan cairan di dalam tunika vaginalis, kelainan ini merupakan penyebab tersering pembesaran skrotum. Tampak kantong tunika vaginalis melebar. Tunika vaginalis menebal. Testis terdesak ke tepi.

D. PRAKTIKUM : INFEKSI

Sasaran Belajar : Mahasiswa mengetahui dan memahami mengenai penyakit infeksi pada organ / proses reproduksi berupa : 1. Mikroorganisme penyebab infeksi : parasit, bakteri, jamur, virus 2. Kelainan organ reproduksi yang disebabkan penyakit infeksi

Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

12

3. Pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis penyakit infeksi

PEMBAHASAN : Epididimitis Tuberkulosa Sediaan berupa jaringan dari 2 testis/epididimis yang dibelah. Yang satu normal, yang lain menunjukkan bercak-bercak kekuningan (tuberkel/nekrosis perkijuan) pada epididimis.

SALFINGITIS (PYOSALFING) Perhatikan jaringan tuba yang besar dan panjang sehingga menyerupai sosis. Kedua ostium tuba tertutup. Pada dinding tampak bercak-bercak merah hitam, mungkin karena perdarahan dan pernanahan. Umumnya dinding menebal oleh karena radang kronik/lama.

CONDYLOMA ACUMINATUM Kondiloma akuminatum merupakan kelainan kulit/mukosa akibat infeksi virus HPV. Slaid mikroskopik yang dipelajari merupakan hasil biopsi berasal dari penis seorang pria 30 th dengan pertumbuhan menyerupai jengger ayam. Tampak stroma jaringan ikat yang bercabang diliputi oleh epitel gepeng berlapis yang hiperplastik dan mengalami parakeratosis, hyperkeratosis, papilomatosis serta koilositosis. Koilositosis merupakan perubahan selular akibat infeksi HPV yang ditandai oleh atipia inti dan vakuolisasi perinuklear

E. PRAKTIKUM : KEGANASAN

Sasaran Belajar : Mahasiswa mengetahui dan memahami mengenai penyakit keganasan pada organ reproduksi berupa : 1. Struktur mikroskopik normal serviks dan vagina 2. Struktur makroskopik dan mikroskopik pada lesi pra-kanker pada serviks

Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

13

3. Struktur makroskopik dan mikroskopik pada kanker payudara 4. Struktur makroskopik dan mikroskopik pada kanker prostat 5. Mengetahui pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit keganasan pada organ reproduksi

PEMBAHASAN : LESI PRAKANKER/KANKER: DISPLASIA SERVIKS ( HPV ) KANKER PAYUDARA Sediaan makroskopik berupa jaringan payudara hasil operasi mastektomi. Perhatikan berbagai gambaran makroskopik beberapa jaringan yang ada.Potongan payudara melalui puting susu. Tampak tumor diantara jaringan lemak : tidak berbatas, memberi kesan infiltratif. Gambaran Chalk-Streaks tidak jelas lagi karena jaringan sudah lama dalam cairan fiksasi. Perubahan makroskopik apa saja yang dapat terjadi pada payudara dengan kanker? Apa mekanisme yang mendasari perubahan tersebut? Sediaan mikroskopik berasal dari masa tumornya. Perhatikan pulau sel tumor epithelial dengan tanda ganas seperti pleomorfi, hiperkromasi, rasio inti dan sitoplasma yang bertambah, makronukleolus serta mitosis. Kadang-kadang masih terlihat struktur tubular (sebagian besar karsinoma payudara berasal dari epitel kelenjar).

KANKER PROSTAT

Kanker prostate merupakan tumor ganas genetalia pria tersering dan penyebab kematian kanker pria kedua tersering. Sediaan yang dipelajari berupa slaid mikroskopik berasal dari biopsy jarum/oprasi

jaringan prostat pria usia 60 dengan sindrom lut (lower urinary tract ) , kadar PSA (prostat spesific antigen) 6 ng. Perhatikan jaringan prostat dengan kelenjar tidak beraturan dilapisi epitel bertumpuk dengan inti menunjukkan nukleolus yang jelas. (Adenokarsinoma), kadang berbentuk asiner.

Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

14

PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

A. PRAKTIKUM : DAUR HAID DAN HORMON FISIOLOGIS

Sasaran Belajar : Setelah mengikuti praktikum I Modul Reproduksi, mahasiswa memahami 1. Struktur normal mikroskopik organ reproduksi perempuan. 2. Pengaruh hormonal dalam daur haid terhadap mukosa vagina dan getah serviks. 3. Pemeriksaan hormon reproduksi (LH, FSH, Prolaktin, Estradiol) 4. Kelainan endometrium yang menyebabkan gangguan haid.

PEMBAHASAN : PEMERIKSAAN HORMONAL (FSH, LH, PROLAKTIN, ESTRADIOL, PROGESTERON, TESTOSTERON) Pemeriksaan Hormon Reproduksi Pemeriksaan hormonal bertujuan untuk mengetahui gambaran hormon reproduksi pada

wanita antara lain : Follicle Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing Hormone (LH), Estradiol, Progesteron dan Prolaktin. Hormon LH dan FSH merupakan hormon gonadotropin yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior. Hormon FSH berfungsi dalam stimulasi sel gonad (folikulogenesis pada wanita dan spermatogenesis pada pria).sehingga dihasilkan sel ovum dan sel sperma yang matur. Pada usia reproduksi didapatkan kadar FSH dan LH berkisar antara 4-15 mIU/ml, pada masa periovulasi terjadi lonjakan kadar LH sebesar 4-6 kali (LH surge) dan kadar FSH 2-3 kali. LH surge akan memicu terjadinya proses ovulasi . Hormon Prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior. Hormon Prolaktin berperan pada proses pematangan akhir dari sel oosit dan sel spermatozoa. Hormon Estradiol merefleksikan fungsi ovarium karena dihasilkan oleh sel teka dan sel granulose folikel ovarium pada fase proliferasi dan sel lutel pada fase sekresi. Pemeriksaan Hormon Progesteron dilakukan untuk mengetahui adanya proses ovulasi pada daur haid. Pada fase proliferasi kadar Progesteron 1,5 ng/mL dan peningkatan terjadi pada saat sel lutein terbentuk akibat proses luteinisasi pada sel teka/ sel granulosa. Kadar Progesteron mencapai puncak pada saat masa luteal tengah (haid hari ke-20-22 siklus 28 hari) sebesar 10-30 ng/mL.

Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

15

Pemeriksaan kadar Testosteron pada wanita menunjukkan adanya peningkatan produksi androgen ovarium. Sedangkan pada pria pemeriksaan testosteron menunjukkan fungsi sel testis dalam spermatogenesis.

Tehnis Praktikum : Mempelajari hasil pemeriksaan hormon reproduksi dari pasien antara lain : FSH, LH, Estradol, Progesteron, Prolaktin dan Testosteron.

B. PRAKTIKUM : FERTILITAS PEREMPUAN

Sasaran Belajar : Mahasiswa memahami mengenai keadaan fertilitas perempuan berupa : 1. Struktur mikroskopis organ yang terlibat dalam proses kehamilan dan laktasi 2. Gangguan kehamilan dan laktasi (abortus, kehamilan ektopik, adenoma laktans) 3. Pemeriksaan kehamilan urin ( HCG) 4. Berbagai sediaan obat yang dapat mempengaruhi fertilitas serta mekanisme kerjanya

PEMBAHASAN : Tujuan mahasiswa mengetahui pemeriksaan untuk mendeteksi kemungkinan kehamilan.

Pemeriksaan Beta HCG Urin (Kualitatif & Kuantitatif) Pemeriksaan Beta HCG urin secara kualitatif digunakan untuk mendeteksi kemungkinan kehamilan. Pemeriksaan ini didasarkan pada keadaan ditemukannya beta HCG dalam serum wanita hamil akibat nidasi sel embrio pada endometrium yang diikuti penentrasi jonjot vili koriales. Pemeriksaan dapat dilakukan sejak 10 hari pasca ovulasi dan menggunakan urin pertama pagi hari. sebaiknya

Ambillah setetes urin pagi hari menggunakan pipet Teteskan pada kaset tes HCG pada sumur sampel Tunggulah 5 10 menit Bacalah dengan memperhatikan kontrol dan hasil tes

Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

16

C. PRAKTIKUM : INFEKSI

Sasaran Belajar : Mahasiswa mengetahui dan memahami mengenai penyakit infeksi pada organ / proses reproduksi berupa : 1. Mikroorganisme penyebab infeksi : parasit, bakteri, jamur, virus 2. Kelainan organ reproduksi yang disebabkan penyakit infeksi 3. Pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis penyakit infeksi

PEMBAHASAN : Tujuan Mahasiswa mengetahui pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit infeksi pada organ reproduksi antara lain Toksoplasmosis, Rubela, Cytomegalovirus dan Virus Herpes Simplex I / II atau disebut pemeriksaan TORCH.

Pemeriksaan TORCH Pemeriksaan TORCH bertujuan untuk mendeteksi antibodi Ig M dan Ig G dari infeksi TORCH di dalam darah pasien. Kit tes TORCH berisi antigen dan bila di dalam darah pasien terdapat antibodi IgM atau IgG terhadap TORCH maka akan membentuk kompleks antigen dan antibodi. Kompleks antigen-antibodi ini kemudian direaksikan dengan zat antibodi yang dilabel enzim. Selanjutnya direaksikan dengan substrat hingga menghasilkan perubahan warna. Warna terbentuk kemudian diukur dan intensitasnya sebanding dengan kadar antibodi terhadap TORCH. Indikasi Pemeriksaan TORCH Pada wanita yang mengalami abortus berulang. Tehnis Praktikum Mempelajari hasil pemeriksaan TORCH dari pasien. a. Hasil Negatif : tidak ada antibodi terhadap TORCH b. Hasil Positif : Ig M positif : menunjukkan infeksi saat ini Ig G positif : menunjukkan infeksi lampau.
Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

17

D. PRAKTIKUM : KEGANASAN

Sasaran Belajar : Mahasiswa mengetahui dan memahami mengenai penyakit keganasan pada organ reproduksi berupa : 1. Struktur mikroskopik normal serviks dan vagina 2. Struktur makroskopik dan mikroskopik pada lesi pra-kanker pada serviks 3. Struktur makroskopik dan mikroskopik pada kanker ayudara 4. Struktur makroskopik dan mikroskopik pada kanker prostat 5. Mengetahui pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit keganasan pada organ reproduksi

PEMBAHASAN : Tujuan : Mahasiswa mengetahui pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit keganasan pada organ reproduksi.

Pemeriksaan Tumor Marker Pemeriksaan tumor marker terkait organ reproduksi antara lain pemeriksaan Ca-125 sebagai penanda terhadap keganasan ovarium dan Prostate Specific Antigen (PSA) sebagai penanda keganasan pada Prostat. CA 125 merupakan glikoprotein normal yang diekspresikan ke dalam coelomic epithelium selama perkembangan fetus. Epitel ini terletak pada body cavities dan selubung ovariium. Prostate-Specific Antigen (PSA) merupakan glikoproteion yang dihasilkan oleh epitel prostat. Peningkatan kadar PSA dapat ditemukan pada : kanker prostat, prostatitis, Hipertofi prostat jinak dan Trauma prostat.

Tehnis Praktikum Mempelajari hasil pemeriksaan tumor marker dari pasien : Ca-125 PSA

Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

18

PRAKTIKUM FARMASI-KEDOKTERAN

A. PRAKTIKUM : FERTILITAS PEREMPUAN

Sasaran Belajar : Mahasiswa memahami mengenai keadaan fertilitas perempuan berupa : 1. Struktur mikroskopis organ yang terlibat dalam proses kehamilan dan laktasi 2. Gangguan kehamilan dan laktasi (abortus, kehamilan ektopik, adenoma laktans) 3. Pemeriksaan kehamilan urin ( HCG) 4. Berbagai sediaan obat yang dapat mempengaruhi fertilitas serta mekanisme kerjanya

PEMBAHASAN : Mengenal berbagai sediaan obat yang dapat mempengaruhi fertilitas perempuan dan mekanisme kerjanya: 1. Sediaan tablet yang mengandung hormon progesterone 2. Sediaan tablet yang mengandung hormon progesterone dan estrogen 3. Sediaan injeksi yang mengandung hormon progesterone 4. Sediaan injeksi yang mengandung hormon progesterone dan estrogen

B. PRAKTIKUM : KELUARGA BERENCANA

Sasaran Belajar : Mahasiswa mengetahui dan memahami mengenai : 1. Cara mengisi Partograph dan kemanfaatannya 2. Mempelajari berbagai sediaan obat KB hormonal dan Non-hormonal, aplikasinya dan contoh penulisan resepnya

Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

19

PEMBAHASAN : 1. Preparat sediaan tablet yang mengandung hormon progesterone dan aplikasi pemakaian 2. Preparat sediaan tablet yang mengandung hormon progesterone dan estrogen dan aplikasi pemakaian 3. Preparat sediaan injeksi yang mengandung hormon progesterone dan aplikasi pemakaian 4. Preparat sediaan injeksi yang mengandung hormon progesterone dan estrogen dan aplikasi pemakaian 5. Preparat sediaan IUD 6. Preparat sediaan non hormonal dan aplikasi pemakaian 7. Contoh penulisan resep yang rasional

Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

20

PRAKTIKUM PARASITOLOGI

A. PRAKTIKUM : INFEKSI

Sasaran Belajar : Mahasiswa mengetahui dan memahami mengenai penyakit infeksi pada organ / proses reproduksi berupa : 1. Mikroorganisme penyebab infeksi : parasit, bakteri, jamur, virus 2. Kelainan organ reproduksi yang disebabkan penyakit infeksi 3. Pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis penyakit infeksi

PEMBAHASAN : 1. Trichomonas vaginalis (2 sediaan) - Stadium vegetatif - Sediaan vaginal swab & teknik pengambilan spesimen

2. Toxoplasma gondii ( 2 sediaan) - Toxoplasma gondii : berbagai stadium infektif/diagnostik - Prinsip pemeriksaan serologi (ELISA) 3. Cacing tambang (Necator americanus & Ancylostoma duodenale) 4 sediaan - Necator americanus & Ancylostoma duodenale : berbagai stadium infektif/ diagnostik

Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

21

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

A. PRAKTIKUM : INFEKSI

Sasaran Belajar : Mahasiswa mengetahui dan memahami mengenai penyakit infeksi pada organ / proses reproduksi berupa : 4. Mikroorganisme penyebab infeksi : parasit, bakteri, jamur, virus 5. Kelainan organ reproduksi yang disebabkan penyakit infeksi 6. Pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis penyakit infeksi

PEMBAHASAN : Infeksi saluran reproduksi dapat dibedakan dalam infeksi secara eksogen dan endogen. Infeksi secara eksogen dapat terjadi pada saat melakukan aktivitas seksual, oleh sebab itu disebut dengan infeksi akibat hubunhan seksual (Sexually transmitted infections = STI). Sebaliknya infeksi endogen berasal dari organisme yang merupakan flora normal genitalia.

Pada wanita, infeksi saluran reproduksi dapat dibagi menjadi infeksi saluran reproduksi bagian bawah (vulva, vagina dan serviks) dan infeksi saluran reproduksi bagian atas (uterus, tuba falopii, ovrium dan rongga abdomen). Infeksi saluran reproduksi bagian bawah sering didapat melalui kontak langsung ataupun melalui hubungan seksual, sementara infeksi saluran reproduksi bagian atas biasanya akibat perluasan infeksi reproduksi bagian bawah.

Pada pria, mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran reproduksi bagian bawah (uretra) juga dapat menyebar melalui permukaan mukosa dan menyebabkan infeksi pada organ reproduksi seperti misalnya epididimis.

Jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi saluran reproduksi sangat banyak dan bervariasi, terbagi dalam 4 kelompok besar (bakteri, jamue, virus dan parasit). Pemeriksaan laboratorium mikrobiologi dapat dipergunakan sebagai pemeriksaan penunjang infeksi saluran reproduksi yang disebabkan oleh mikroorganisme tersebut.
22

Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

Tabel dibawah ini memperlihatkan mikroorganisme penyebab utama infeksi saluran reproduksi

A. Bakteri penyebab infeksi saluran reproduksi No. Bakteri Penyakit

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Treponema pallidum Neisseria gonorrhoeae Donovaria granulomatis Haemophilus ducreyi Gardnerella vaginalis Chlamydia trachomatis

Sifilis Gonore Granuloma inguinale Chancroid Vaginitis non-spesifik Infeksi genital non-spesifik LVG (Lymphogranuloma venereum)

7.

Mycoplasma/Ureaplasma

Uretritis non-spesifik

B. Jamur penyebab infeksi saluran reproduksi No. Jamur Penyakit

1.

Candida albicans

Vaginal thrush, balanitis

C. Virus penyebab infeksi saluran reproduksi No. Virus Penyakit

1. 2. 3. 4. 5.

Herpes Simplex (tipe 1 & 2) Papova Poxvirus Hepatitis B HIV

Genital Herpes Genital warts Moluscum contagiosum Hepatitis AIDS

I. PENGUMPULAN SPESIMEN DAN MEDIUM TRANSPORT Bagian ini ditujukan untuk pemeriksaan langsung dan pemeriksaan kultur. Prosedur pengumpulan dan tranportasi spesimen untuk deteksi etiologi dengan metode nonBuku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

23

kultur sebaiknya sesuai dengan prosedur yang telah tertulis pada petunjuk yang terdapat dalam kemasan.

A. PEREMPUAN

1. Kista Bartholin Disinfeksi kulit sebelum pengambilan sampel Cairan spinal Pemakaian tabung transport anaerob Transportasi ke laboratorium dalam 24 jam pada suhu kamar

2. Cul-de-sac Kumpulkan aspirat Gunakan tabing transport anaerob Traansportasi ke laboratorium dalam 24 jam pada suhu kamar

3. Uretra Bersihkan eksudat dari mulut uretra Kumpulkan secret dengan memijat uretra kea rah simfisin pubis atau dengan usapan fleksibel 2-4 cm ke dalam uretra dan putar selama 2 detik Pengambilan sample sedikitnya 1 jam setelah miksi Medium transport : Stuart atau Amies Transportasi ke laboratorium dalam 24 jam pada suhu kamar

4. Usap vagina dan serviks Jangan memakai pelumas dan analgesic Bersihkan vulva dengan akuades atau NaCl fisiologis steril Pasang spekulum dengan hati-hati Bersihkan secret vagina yang berlebihan Usap vagina pada forniks posterior atau endoserviks Usapan diambil sebanyak 2 kali

Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

24

Untuk anak-anak atau wanita yang belum pernah berhubungan seksual usapan diambil dengan hati-hati pada vagina distal setelah membersihkan vulva.

Medium transport : Stuart dan Amies Transportasi ke laboratorium dalam 24 jam pada suhu kamar

5. Endometrium Biopsi bedah atau aspirat transervikal Pemakaian tabung transport anaerob Transportasi ke laboratorium dalam 24 jam pada suhu kamar

B. LAKI-LAKI

1. Spesimen Uretra Bersihkan mealus uretra dari flora normal kulit Keluarkan eksudat dari uretra dan ambil dengan menggunakan usapan Bila tidak terdapat eksudat, masukkan usapan uretra 2-4 cm, putar dengan perlahan sekitar 2 detik dan angkat Medium transport : Stuart dan Amies Transportasi ke laboratorium dalam 24 jam pada suhu kamar

2. Spesimen Genitalia Usap lesi dengan hati-hati setelah terlebih dahulu dibersihkan dengan akuades atau NaCl fisiologis steril Cairan aspirat

3. Spesimen prostat Glans dibersihkan dengan air dan sabun Pengumpulan sekret dengan usapan Medium transport : Stuart dan Amies Transportasi ke laboratorium dalam 24 jam pada suhu kamar

Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

25

II. KULTUR Neisseria gonorrhoeae

Reabilitas diagnosis gonore tergantung pada beberap faktor, yaitu : i. Jumlah lokasi pengambilan sampel ii. Teknik pengambilan sampel yang digunakan iii. Metoda dan lama transportasi ke laboratorium iv. Komposisi dan kualitas medium perbenihan v. Kondisi inkubasi vi. Reagen dan teknik yang dipergunakan untuk identifikasi isolat

Medium yang direkomendasikan untuk diagnosis rutin gonore adalah medium selektif Thayer Martin

PROSEDUR KULTUR 1. Spesimen pada usapan dioleskan pada bagian permukaan lempeng 2. Dengan memakai sengkelit steril, sebarkan inokulum ke semua bagian medium untuk membuat pertumbuhan koloni-koloni kuman yang terpisah 3. Medium yang telah diinokulasikan kemudian diinkubasi segera pada inkubator CO2 yang mengandung 3-7 % CO2 atau memakai candle jar yang dimasukkan dalam inkubator biasa pada suhu 35-36 C 4. Periksa adanya pertumbuhan bakteri setelah 18-24 jam dan laporkan NEGATIF bila tidak terlihat adanya pertumbuhan setelah 48 jam 5. Setelah 1 hari inkubasi, koloni yang khas akan terlihat dengan diameter antara 0,5 - 1,0 mm dengan warna bervariasi antara abu-abu sampai putih, transparan sampai opaque, cembung sampai rata 6. Pada inkubasi lebih lanjut, koloni akan mencapai ukuran diameter 3 mm dan menjadi lebih kasar 7. Seringkali terlihat campuran beberapa tipe koloni

IDENTIFIKASI PRESUMTIF Identifikasi presumtif koloni dengan tampilan yang menyerupai N. gonorrhoeae dapat ditegakkan dengan pewarnaan Gram dan uji oksidase

Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

26

1. Pewarnaan Gram : Satu koloni tersangka diemulsikan dengan 1 tetes Nacl fisiologis diatas kaca objek, keringkan, fiksasi dan warnai dengan pewarnaan Gram

2. Uji oksidase Ada 2 metode yang direkomendasikan untuk mendeteksi adanya cytochrome C oxidase, yaitu : i. Tuangkan 1 tetes tetramethyl-p-phenylenediamine dihydrochloride langsung pada koloni tersangka ii. Goreskan koloni tersangka dengan menggunakan lidi pada cakram/strip oksidase yang mengandung dimethyl-p-phenylene diamine hydrochloride Hasil uji oksidase positif bila : terjadi perubahan warna menjadi ungu kehitaman

IDENTIFIKASI KONFIRMATIF Setiap penemuan oksidase positif pada diplokokus yang berasal dari semua isolat terutama isolat ekstragenital dilakukan uji konfirmatif.. Salah satu uji konfirmatif yang paling sering dilakukan adalah uji erdasarkan degradasi karbohidrat. Metode perbenihan konvensional pada Cystein Tryptic Agar (CTA) tidak lagi dianjurkan sejak ditemukannya metode lain yang lebih cepat yang tidak perlu melihat pertumbuhan sehingga hasil yang lebih spesifik dapat diperoleh dalam waktu beberapa jam.

Masalah yang sering terjadi pada semua uji karbohidrat adalah : i. Reaksi positif palsu yang disebabkan oleh kontaminasi mikroorganisme lain ii. Reaksi negatif palsu yang disebabkan oleh penggunaan kultur lebih dari 24 jam sehingga terjadi autolisis

Untuk mencegah terjadinya masalah diatas, hindari pemeriksaan uji karbohidrat dari isolasi primer pada medium selektif yang diduga mengandung koloni mikroorganisme lain dan adanya mikroorganisme kontaminan lain yang menghambat pertumbuhan bakteri yang diinginkan. Lakukan subkultur beberapa tipe koloni kedalam satu atau dua agar coklat dan inkubasi selama 18-24 jam, amati hasil subkultur dengan seksama untuk memastikan bahwa kultur benar-benar murni dari 1 macam mikroorganisme kemudian dilakukan uji karbohidrat.
Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

27

DETEKSI ADANYA RESISTENSI TERHADAP MIKROBA 1. Deteksi Penicillinase Producing Neisseria gonorrhoeae (PPNG) - Metode asidometrik - Uji Iodometrik - Uji Kromogenik (uji cakram/uji slide)

2. Plasmid Mediated Tetracycline Resistant Neisseria gonorrhoeae (TRNG) - Agar Diffusion Test

3. Uji kepekaan terhadap mikroba - Disk Duffusion Method - Agar Dilution Technique - E-test

III. SYPHILIS A. MIKROSKOP a. Mikroskop dark-field b. Uji Antibodi Fluoresen Langsung

B. UJI SEROLOGI 1. Uji non-treponema a. Uji venereal Disease Research Laboratory (VDRL) = Uji kardiopilin mikroskopik Karena antigen pada uji ini bersifat tidak stabil, suspensi segar yang baru dibuat harus dipersiapkan setiap kali sebelum uji dilakukan. Uji ini harus memakai serum yang sudah dipanaskan (56C) dan lihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 100

b. Rapid Plasma Reagin (RPR) = Uji kardiopilin makroskopik Keuntungan utama dari RPR dibandingkan dengan VDRL adalah RPR lebih konsisten karena memakai antigen yang stabil, disamping pemakaian kartu sebagai pengganti kaca objek dan penambahan partikel charcoal pada antigen. Antigen tidak diselubungi denagn partikelpartikel charcoal tetapi charcoal terperangkap dalam formasi lattice yang dibuat oleh kompleks antigen-antibodi dari sampel yang reaktif dan menyebabkan dapat dilihat denagn pengamatan mata biasa. Uji ini disebut juga uji VDRL-charcoal

Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

28

Prosedur RPR card test kit (Becton Dickinson) : a. Prosedur uji kualitatif (i). Teteskan 50 l serum atau plasma yang tidak dipanaskan pada lingkaran yang terdapat pada kartu uji dengan memakai alat sampling yang telah dikalibrasi sebarkan sampai memenuhi permukaan lingkaran (ii). Tambahkan dengan tepat 1 tetes penuh (20 l) antigen yang telah dikocok dengan perlahan sebelumnya pada setiap lingkaran (iii). Letakkan kartu pada rotator mekanik dengan cover dan goyang seama 8 menit (iv). Baca reaksi dengan pengamatan mata biasa dibawah cahaya lampu sesegera mungkin setelah diangkat dari rotator

b. Prosedur uji kuantitatif (i). Teteskan 50 l NaCl fisiologis pada lingkaran 2-5, jangan disebarkan ke seluruh lingkaran (ii). Letakkan 50 l sampel pada lingkaran 1-2 (iii). Dengan memakai alat pengambilan sampel yang telah dikalibarasi, campur NaCl fisiologis dengan sampel pada lingkaran ke 2 dengan pipet sebanyak 5-6 kali. Hindari gelembung udara (iv). Pindahkan 50 l dari lingkaran 2 (pengenceran 1:2) ke lingkaran 3 dan campur sampai merata. Pindahkan 50 l dari lingkaran 3 (pengenceran 1:4) ke lingkaran 4 dan campur sampai merata. Pindahkan 50 l dari lingkaran 4 (pengenceran 1:8) ke lingkaran 5 (pengenceran 1;16) dan campur sampai merata. Buang 50 l dari lingkaran 5. (v). Dengan memakai ujung alat yang bersih, sebarkan sampel dari lingkaran 5 kemudian lingkaran 4, 3, 2 dan 1 secara berurutan (vi). Tambahkan 1 tetes antigen ke dalam tiap lingkaran. Goyang pada rotator dan laporkan hasil pengenceran tertinggi yang menunjukkan reaktifitas

2. Uji treponema a. Imunofluoresen tidak langsung b. Hemaglutinasi c. Enzyme-linked immunosorbent assay

Buku Penuntun Praktikum (BPP), Modul Reproduksi, PSPD UNPAR 2012-2013

29

Anda mungkin juga menyukai