PENDAHULUAN
Kista Nabothi disebut juga folikel nabothi, kista inklusi epitel, atau kista
retensi musinosa. Kista Nabothi tidak menimbulkan gejala apapun kecuali jika
mereka menjadi sangat besar.1
Kista nabothian atau kista retensi merupakan kista yang bertempat di
permukaan leher rahim dimana kista tersebut berisikan mukus yang dihasilkan
oleh kelenjar di daerah rahim yang dikarenakan adanya sumbatan pada daerah
kanalis tempat mukus tersebut keluar. Kista ini sering tidak bergejala, tidak
berbahaya dan bukan merupakan tanda dari kanker serviks. Namun kista
Nabothian dapat memberikan gejala bila ukuran kista tersebut sudah cukup besar.2
Dalam kebanyakan kasus, kista ini ditemukan dalam pemeriksaan kebidanan
rutin terutama saat pemeriksaan inspekulum. Pada pemeriksaan tersebut akan
tampak benjolan-benjolan dengan warna yang lebih terang dibandingkan dengan
warna sekitar serviks. Jika ditemukan maka selanjutnya biasanya dilakukan
pemeriksaan kolposkopi untuk melihat lebih jelas permukaan leher rahim.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan USG
(ultrasonography) Selanjutnya jika kelihatannya tidak normal maka akan
dilakukan biopsi untuk dilakukan pemeriksaan patologi anatomi (PA) baik secara
insisi maupun eksisi.1,2
Kista Nabothi biasanya berlangsung lama. Seiring waktu, beberapa kista
dapat menjadi lebih besar dan pada beberapa kasus kista tersebut dapat
menghilang dengan sendirinya. Karena kista nabothi dianggap tidak berbahaya,
maka tidak perlu untuk dilakukan pencegahan. Tidak ada perawatan yang
diperlukan. Namun, dalam beberapa kasus dimana kista tersebut menimbulkan
gejala dapat dilakukan tindakan berupa pembedahan.\
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Asuhan Gangguan Reproduksi di Puskesmas Kalinyamatan Kab.
Jepara?
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran secara nyata dan mngembangkan pola pikir
ilmiah dalam memberikan asuhan kebidanan pada kasus gangguan
reproduksi melalui penerapan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh pengalaman yang nyata dalam melaksanakan asuhan
kebidanan dengan menerapkan manajemen kebidanan khusus pada
gangguan reproduksi.
b. Sebagai dasar pengetahuan, ketrampilan, perilaku untuk
mengembangkan profesionalisme dalam meningkatkan mutu
pelayanan asuhan kebidanan pada gangguan reproduksi.
c. Mengapliaksikan teori-teori dan ketrampilan yang penulis peroleh
selama mengikuti perkuliahan dikelas dan laboratorium klinik
kebidanan.
d. Diharapkan penulis mampu melaksanakan penerapan manajemen
kebidanan dengan pendokumentasian penulis dengan
menggunakan metode secara SOAP.
2
menambah wawasan dan mengembangkan diri dalam meberikan
asuhan kebidanan pada gangguan reproduksi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uterus merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara
kandung kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas tertutup
peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung
kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang merupakan cabang
utama dari arteri illiaka interna.3
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum,
jaringan ikat, dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan
paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80
gram pada wanita hamil. Uterus dapat menahan beban hingga 5 liter. Dinding
uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Perimetrium
4
2) Miometrium
5
5) Ligamentum sacro-uterinum
a. Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale Machenrod
menuju os.sacrum.
6) Ligamentum vesiko-uterinum
a. Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan.
Serviks uteri atau biasa disebut serviks terdapat di setengah hingga sepertiga
bawah uterus, berbentuk silindris, dan menghubungkan uterus dengan vagina
melalui kanal endoservikal. Serviks uteri terdiri dari portio vaginalis, yaitu bagian
yang menonjol ke arah vagina dan bagian supravaginal. Panjang serviks uteri kira-
kira 2,5 – 3cm dan memiliki diameter 2 - 2,5cm. Pada bagian anterior serviks
berbatasan dengan kantung kemih. Pada bagian posterior, serviks ditutupi oleh
peritoneum yang membentuk garis cul-de-sac. 3
Bagian- bagian serviks:4
6
Mukosa kanalis servikalis terdri dari satu lapisan epitel torak yang sangat
tinggi menempel ada membrane basalis yang tipis. Sel ini mempunuai banyak
silia. Terdapat banyak kelenjar serviks yang memanjang dari permukaan mukosa
endoserviks langsung menuju jaringan ikat di sekitarnya, karena tidak terdapat
laisan submukosa yang demikian. Kelenjar inilah yang berfungsi mengeluarkan
secret yang kental dan lengket dari kanalis servikalis.4
b. Serabut otot polos polos hanya sedikit dan lebih banyak jaringan
ikat padat (85%).
7
Pertemuan epitel silindris endoserviks dengan epitel skuamos
eksoserviks disebut taut skuamokolumnar (squamocolumnar junction, SCJ).4
Suplai vaskular uterus terutama berasal dari arteri-arteri uterus dan ovarium.
A. uterine yang merupakan cabang utama dari A. Iliaka Interna (hipogastrika),
masuk ke dasar ligamentum latum dan berjalan ke medial menuju sisi uterus.
Tepat di sebelah bagian supravaginal serviks, A.Uterina terbagi menadi 2 cabang
utama. A. Servikovaginalis yang lebih kecil memperdarahi bagian bawah serviks
dan bagian atas vagina. Cabang utamanya berbelok tajam ke atas dan setelah itu
berlanjut menjadi pembuluh yang sangat berkelok-kelok yang melintas sepanjang
tepi uterus. Sebuah cabang yang berukuran cukup besar terbentang hingga ke
bagian atas serviks dan banyak cabang lainnya menembus korpus uteri. Cabang
ovarika A. Uterina beranastomose dengan cabang terminal A. Ovarika
memperdarahi sebagian dari Tuba Fallopi.3
Kista nabotian atau kista retensi adalah kista penuh lendir pada permukaan
serviks uterus (leher rahim). Kista ini tidak berbahaya, namun jika jumlahnya
banyak dan disertai seringnya keputihan kondisi ini dapat menyebabkan kematian
sperma sebelum mencapai rongga rahim (infertilitas). Kista ini merupakan kista
yang paling sering ditemukan.1,2,5,6
8
2.4 Epidemiologi Kista Nabotian
Kista nabothi biasa ditemukan pada permukaan leher serviks wanita yang
telah memiliki anak dan pada wanita menopause (akibat penipisan lapisan
permukaan serviks).1 Kadang-kadang kista ini terjadi akibat radang kronik
serviks. 2 % dari seluruh wanita.5
Epitel kelenjar endoserviks tersusun dari jenis kolumner tinggi yang sangat
rentan terhadap infeksi atau epidermidisasi skuamosa. Gangguan lanjut infeksi
atau proses restrukturisasi endoserviks menyebabkan metaplasia skuamosa maka
muara kelenjar endoserviks akan tertutup. Penutupan muara duktus kelenjar
menyebabkan secret tertahap dan berkembang mikro hingga makro dan dapat
dilihat secara langsung oleh pemeriksa.6
9
2.7 Gejala Klinik Kista Nabotian
10
c. Pemeriksaan Penunjang1,5,6
1) Kolposkopi
Kolposkopi adalah suatu medis diagnostik prosedur untuk memeriksa
dengan melihat langsung, diterangi, diperbesar dari leher rahim dan
jaringan dari vaginanya dan vulva dengan bantuan alat. Banyak lesi
premaligna dan lesi ganas di daerah-daerah memiliki karakteristik khas
yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan ini. Hal ini dilakukan
menggunakan alat yaitu colposcope, yang memberikan tampilan jelas dan
diperbesar dari daerah yang memungkinkan terdapat lesi. Bila ditemukan
kelainan visual, penderita akan diarahkan melakukan pemeriksaan biopsi
untuk pemeriksaan patologis lebih lanjut.
2) Biopsi
Biopsi adalah tes medis yang melibatkan pemindahan sel atau
jaringan untuk pemeriksaan. Ini adalah pemeriksaan medis menggunakan
jaringan dari subjek yang hidup untuk menentukan kehadiran atau luasnya
penyakit. Jaringan umumnya diperiksa di bawah mikroskop oleh seorang
ahli patologi anatomi. Sampel.
Bila seluruh benjolan yang mencurigakan diambil jaringannya,
prosedur ini disebut biopsi eksisi. Ketika hanya sampel jaringan akan
diambil dengan pelestarian histologis struktur sel daripada jaringan itu,
prosedur ini disebut biopsi insisi atau inti biopsi. Ketika sebuah contoh
jaringan atau cairan diambil dengan jarum halus, prosedur ini disebut
aspirasi jarum biopsi. Pengambilan dari jaringan tersebut dapat dinilai
secara makroskopik dan mikroskopik
a. Makroskopik
11
Gambar diatas merupakan hasil dari histerektomi abdominal
total dan salpingo-ooforektomi bilateral dilakukan dengan tidak ada
komplikasi intraoperatif. Pasien dipulangkan pada hari kedua operasi.
pemeriksaan patologis dari rahim mengungkapkan servisitis kronis
dengan beberapa kista nabothian yang tampak seperti ruang-ruang
pada daerah serviks.7,11
b. Mikroskopik
12
3) Radiologi
13
b. Cryofreezing
Pembekuan dengan freezant pada tumor yang sangat dingin seperti
nitrogen cair atau karbon dioksida padat.1
2.10 Komplikasi Kista Nabotian
Komplikasi pada kista ini biasanya tidak ada.1 Kista yang ukurannya besar
dapat bergenerasi menjadi cystic adenmyosis, leiomyoma, dan kista uterus
congenital.6,12
2.11 Prognosis Kista Nabotian
14
BAB IV
PEMBAHASAN
Kista Nabothi adalah kista kecil yang ditemukan pada permukaan leher
rahim yang isinya adalah lendir serviks (mukus). Diameternya berkisar
antara 2 - 10 millimeter, dan kandungan mukusnya bisa berwarna kuning
pucat sampai kecoklatan.
Dalam kebanyakan kasus, kista nabothi terjadi ketika jaringan baru
tumbuh pada leher rahim setelah proses melahirkan. Jaringan baru ini akan
menyumbat muara kelenjar nabothi, sehingga terjadi penumpukan sekresi
mukosa dalam kantong kelenjar.
Kista nabothi biasa ditemukan pada permukaan leher rahim wanita yang
telah memiliki anak dan pada wanita menopause (akibat penipisan lapisan
permukaan serviks). Kadang-kadang kista ini terjadi akibat radang kronik
serviks.
Kista Nabothi disebut juga folikel nabothi, kista inklusi epitel, atau kista
retensi musinosa. Kista Nabothi tidak menimbulkan gejala apapun kecuali
jika mereka menjadi sangat besar.
15
diperlukan. Namun, dalam beberapa kasus, ginekolog dapat memilih untuk
menghilangkannya dengan salah satu dari 2 cara berikut:
* Elektrokauter, menggunakan probe yang dipanaskan untuk
menghancurkan kista
* Cryotherapy, menggunakan nitrogen cair untuk membekukan dan
menghilangkan kista
16
BAB V
KESIMPULAN
Kista nabotian atau kista retensi adalah kista penuh lendir pada permukaan
serviks uterus. Kista ini terbentuk akibat terjadinya sumbatan atau obstruksi dari
sekresi kelenjar Nabothi yang akan mengakibatkan secret yang dihasilkan akan
menumpuk menghasilkan kista. Hal ini biasa diakibatkan oleh adanya hal-hal
yang secara terus menerus mengiritasi dari serviks. Dan secara histologis sel epitel
selapis toraks pada daerah serviks sangat rentan terhadap infeksi sehingga terjadi
metaplasia dari sel squamosal yang menutupi sel epitel selapis toraks sehingga
muara dari cairan mukus tersumbat dan terakumulasi sehingga terbentuk kista
Biasanya gejala yang dirasakan tidak ada kecuali kista sudah membesar
atau disertai dengan keputihan patologis. Diagnosa dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan fisik terutama pemeriksaan visual yaitu pemeriksaan inspekulo.
Setelah didapatkan gambaran kista nabotian pada permukaan serviks, pemeriksaan
penunjang dapat dilakukan. pemeriksaan kolposkopi dapat membantu pemeriksa
melihat secara jelas permukaan serviks. Pemeriksaan USG transvaginal juga dapat
membantu namun spesifitas daripada pemeriksaan USG masih kurang untuk
mendiferensiasikan penyakit kista nabotian dengan penyakit lainnya dengan
gambaran USG yang sama. Bila sudah ditemukan kelainan dapat dilakukan
pemeriksaan biopsy untuk mengetahui gambaran makroskopis dan mikroskopis
dari kista tersebut.
Kista nabothian biasanya akan menghilang sendiri ataupun menetap dengan
ukuan yang sama. Tetapi pada saat kista mulai membesar dan pasien mulai
mengeluhkan beberapa gejala, dapat dilakukan elektrokauter dan cryofreezing.
Prinsip daripada kedua metode tatalaksana tersebut adalah untuk membuka
kembali duktus cairan mukus pada sel epitel selapis toraks dengan mengikis sel-
sel skuamos pada permukaannya. Pasien yang menderita penyakit ini memiliki
prognosis dubia ad bonam.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
10. Ç. Yıldız, MD; A. Z. Özsoy, MD; et al; 2009; Multiple and large nabothian
cysts: a case report Department of Obstetrics and Gynecology ; Cumhuriyet
University School of Medicine, TR-58140 Sivas; Cumhuriyet Tıp Derg 2009;
31: 456-459
11. Park, Sung Bin, Jong Hwa Lee, Et al. Multiocular Cystic Lession in The
Uterine Cervix : Broad Spectrum of Imaging Features and Pathologic
Correlation. Korea Selatan : American Roengen Ray Society.2010 (517-523)
12. Anwar, Prof dr. Muchamad Anwar , et al. Ilmu kandungan Edisi Ketiga.
Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2011.(111-125)(268-269)
19