Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kista Nabothi disebut juga folikel nabothi, kista inklusi epitel, atau kista
retensi musinosa. Kista Nabothi tidak menimbulkan gejala apapun kecuali jika
mereka menjadi sangat besar.1
Kista nabothian atau kista retensi merupakan kista yang bertempat di
permukaan leher rahim dimana kista tersebut berisikan mukus yang dihasilkan
oleh kelenjar di daerah rahim yang dikarenakan adanya sumbatan pada daerah
kanalis tempat mukus tersebut keluar. Kista ini sering tidak bergejala, tidak
berbahaya dan bukan merupakan tanda dari kanker serviks. Namun kista
Nabothian dapat memberikan gejala bila ukuran kista tersebut sudah cukup besar.2
Dalam kebanyakan kasus, kista ini ditemukan dalam pemeriksaan kebidanan
rutin terutama saat pemeriksaan inspekulum. Pada pemeriksaan tersebut akan
tampak benjolan-benjolan dengan warna yang lebih terang dibandingkan dengan
warna sekitar serviks. Jika ditemukan maka selanjutnya biasanya dilakukan
pemeriksaan kolposkopi untuk melihat lebih jelas permukaan leher rahim.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan USG
(ultrasonography) Selanjutnya jika kelihatannya tidak normal maka akan
dilakukan biopsi untuk dilakukan pemeriksaan patologi anatomi (PA) baik secara
insisi maupun eksisi.1,2
Kista Nabothi biasanya berlangsung lama. Seiring waktu, beberapa kista
dapat menjadi lebih besar dan pada beberapa kasus kista tersebut dapat
menghilang dengan sendirinya. Karena kista nabothi dianggap tidak berbahaya,
maka tidak perlu untuk dilakukan pencegahan. Tidak ada perawatan yang
diperlukan. Namun, dalam beberapa kasus dimana kista tersebut menimbulkan
gejala dapat dilakukan tindakan berupa pembedahan.\

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Asuhan Gangguan Reproduksi di Puskesmas Kalinyamatan Kab.
Jepara?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran secara nyata dan mngembangkan pola pikir
ilmiah dalam memberikan asuhan kebidanan pada kasus gangguan
reproduksi melalui penerapan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh pengalaman yang nyata dalam melaksanakan asuhan
kebidanan dengan menerapkan manajemen kebidanan khusus pada
gangguan reproduksi.
b. Sebagai dasar pengetahuan, ketrampilan, perilaku untuk
mengembangkan profesionalisme dalam meningkatkan mutu
pelayanan asuhan kebidanan pada gangguan reproduksi.
c. Mengapliaksikan teori-teori dan ketrampilan yang penulis peroleh
selama mengikuti perkuliahan dikelas dan laboratorium klinik
kebidanan.
d. Diharapkan penulis mampu melaksanakan penerapan manajemen
kebidanan dengan pendokumentasian penulis dengan
menggunakan metode secara SOAP.

1.4 MANFAAT PENULISAN


1. Bagi petugas kesehatan
Bagi petugas kesehatan menjadi bahan masukan untuk meningkatkan
pelayanan bagi gangguan reproduksi.
2. Bagi mahasiswa/ penulis
Bagi penulis, praktek lapangan ini merupakan pengalaman berharga
untuk mempraktekan apa yang telah dipelajari secara teori dan juga

2
menambah wawasan dan mengembangkan diri dalam meberikan
asuhan kebidanan pada gangguan reproduksi.

1.5 METODE PENULISAN


Metode yang digunakan dalam pembuatan laporan ini adalah:
1. Wawancara
Yaitu mengadakan tanya jawab dengan klien / keluarga dalam rangka
menumpilkan data.
2. Observasi
Mengadakan pengamatan secara langsung terhadap klien.
3. Dokumentasi
Yaitu mempelajari catatan resmi kesehatan pasien.
4. Studi kepustakaan
Yaitu mengumpulkan data dari teori dan buku sumber di perpustakaan
maupun di internet.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Uterus

Uterus merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara
kandung kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas tertutup
peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung
kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang merupakan cabang
utama dari arteri illiaka interna.3
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum,
jaringan ikat, dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan
paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80
gram pada wanita hamil. Uterus dapat menahan beban hingga 5 liter. Dinding
uterus terdiri dari tiga lapisan :

Gambar 1. Anatomi Uterus

1) Perimetrium

Perimetrium merupakan lapisan dinding terluar dari uterus,


penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat
syaraf. 3

4
2) Miometrium

Miometrium merupakan jaringan pembentuk sebagian bsear uterus


terdiri dari kumpulan otot polos yang disatukan jaringan ikat dengan
banyak serabut elastin di dalamnya. Serabut otot pada uterus berkurang
secara progresif ke arah kaudal, sehingga pada serviks, otot hanya
meliputi 10% dari masa jaringan. Pada lapisan dalam dinding korpus
uteri, relative terdapat lebih banyak otot dibandingkan lapisan luarnya,
sedangkan pada dinding anterior dan posterior terdapat lebih banyak otot
dibandingkan dinding lateral. 3
3) Endometrium
Endometrium adalah lapisan mukosa yang melapisi uterus pada
wanita tidak hamil. Endmetrium berupa membrane tipis berwarna merah
muda, menyerupai beludru, yang bila diamati dari dekat terlihat banyak
sekali lubang-lubang kecil yaitu stia kelenjar-kelenjar uterus. Tebal
endmetrium sangat bervariasi, yaitu dari 0,5 mm hingga 5 mm.
Endometrium terdiri dari epitel permukaan, kelenjar, dan mesenkim
antarkelenjar yang mengandung banyak pembuluh darah. Epitel
permukaan endometrium terdiri atas selapis sel torak tinggi, bersilia, dan
tersusun rapat. 3
Ligamentum yang menyanggah uterus adalah : 2
1) Ligamentum latum
a. Seolah-olah tergantung pada tuba fallopii.
2) Ligamentum rotundum (teres uteri)
a. Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat.
b. Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi.
3) Ligamentum infundibulopelvikum
a. Menggantung dinding uterus ke dinding panggul.
4) Ligamentum kardinale Machenrod
a. Menghalangi pergerakan uteruske kanan dan ke kiri.
b. Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus.

5
5) Ligamentum sacro-uterinum
a. Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale Machenrod
menuju os.sacrum.
6) Ligamentum vesiko-uterinum
a. Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan.
Serviks uteri atau biasa disebut serviks terdapat di setengah hingga sepertiga
bawah uterus, berbentuk silindris, dan menghubungkan uterus dengan vagina
melalui kanal endoservikal. Serviks uteri terdiri dari portio vaginalis, yaitu bagian
yang menonjol ke arah vagina dan bagian supravaginal. Panjang serviks uteri kira-
kira 2,5 – 3cm dan memiliki diameter 2 - 2,5cm. Pada bagian anterior serviks
berbatasan dengan kantung kemih. Pada bagian posterior, serviks ditutupi oleh
peritoneum yang membentuk garis cul-de-sac. 3
Bagian- bagian serviks:4

1) Endoserviks : sering disebut juga sebagai kanal endoserviks.


2) Ektoserviks (eksoserviks) : bagian vaginal serviks
3) Os Eksternal : pembukaan kanal endoserviks ke ektoserviks
4) Forniks : refleksi dinding vaginal yang mengelilingi ektoserviks
5) Os Internal: bagian batas atas kanal.

Gambar 2. Lapisan Uterus

6
Mukosa kanalis servikalis terdri dari satu lapisan epitel torak yang sangat
tinggi menempel ada membrane basalis yang tipis. Sel ini mempunuai banyak
silia. Terdapat banyak kelenjar serviks yang memanjang dari permukaan mukosa
endoserviks langsung menuju jaringan ikat di sekitarnya, karena tidak terdapat
laisan submukosa yang demikian. Kelenjar inilah yang berfungsi mengeluarkan
secret yang kental dan lengket dari kanalis servikalis.4

Gambar 3 Histologi Uterus

Pada serviks terdapat zona trasformasi ( transformation zone ), yaitu: area


terjadinya perubahan fisiologis sel-sel skuamos dan kolumnar epitel serviks.
Terdapat 2 ligamen yang menyokong serviks, yaitu ligamen kardinal dan
uterosakral. Ligamen kardinal adalah jaringan fibromuskular yang keluar dari
segmen bawah uterus dan serviks ke dinding pelvis lateral dan menyokong
serviks. Ligamen uterosakral adalah jaringan ikat yang mengelilingi serviks dan
vagina dan memanjang hingga vertebra. 4
Struktur histologi serviks terdiri dari:
a. Endoserviks : Epitel selapis silindris penghasil mukus

b. Serabut otot polos polos hanya sedikit dan lebih banyak jaringan
ikat padat (85%).

c. Ektoserviks : Bagian luar serviks yang menonjol ke arah vagina dan


memiliki lapisan basal, tengah, dan permukaan. Ektoserviks dilapisi
oleh sel epitel skuamos nonkeratin.

7
Pertemuan epitel silindris endoserviks dengan epitel skuamos
eksoserviks disebut taut skuamokolumnar (squamocolumnar junction, SCJ).4

Gambar 4. Susunan sel serviks uteri


2.2 Vaskularisasi Uterus

Suplai vaskular uterus terutama berasal dari arteri-arteri uterus dan ovarium.
A. uterine yang merupakan cabang utama dari A. Iliaka Interna (hipogastrika),
masuk ke dasar ligamentum latum dan berjalan ke medial menuju sisi uterus.
Tepat di sebelah bagian supravaginal serviks, A.Uterina terbagi menadi 2 cabang
utama. A. Servikovaginalis yang lebih kecil memperdarahi bagian bawah serviks
dan bagian atas vagina. Cabang utamanya berbelok tajam ke atas dan setelah itu
berlanjut menjadi pembuluh yang sangat berkelok-kelok yang melintas sepanjang
tepi uterus. Sebuah cabang yang berukuran cukup besar terbentang hingga ke
bagian atas serviks dan banyak cabang lainnya menembus korpus uteri. Cabang
ovarika A. Uterina beranastomose dengan cabang terminal A. Ovarika
memperdarahi sebagian dari Tuba Fallopi.3

2.3 Definisi Kista Nabotian

Kista nabotian atau kista retensi adalah kista penuh lendir pada permukaan
serviks uterus (leher rahim). Kista ini tidak berbahaya, namun jika jumlahnya
banyak dan disertai seringnya keputihan kondisi ini dapat menyebabkan kematian
sperma sebelum mencapai rongga rahim (infertilitas). Kista ini merupakan kista
yang paling sering ditemukan.1,2,5,6

8
2.4 Epidemiologi Kista Nabotian

Kista nabothi biasa ditemukan pada permukaan leher serviks wanita yang
telah memiliki anak dan pada wanita menopause (akibat penipisan lapisan
permukaan serviks).1 Kadang-kadang kista ini terjadi akibat radang kronik
serviks. 2 % dari seluruh wanita.5

2.5 Etiologi Kista Nabotian

Kista lendir servik uterus disebabkan oleh penutupan duktus kelenjar


nabothian pada servik uterus. Faktor pencetusnya adalah:1
1. Penggunaan kondom wanita (cervical cap dan diafragma)
2. Penyangga uterus (Pessarium)
3. Alergi spermisida pada kondom pria
4. Paparan terhadap bahan kimia
5. Servisitis kronik

2.6 Patofisiologi Kista Nabotian

Epitel kelenjar endoserviks tersusun dari jenis kolumner tinggi yang sangat
rentan terhadap infeksi atau epidermidisasi skuamosa. Gangguan lanjut infeksi
atau proses restrukturisasi endoserviks menyebabkan metaplasia skuamosa maka
muara kelenjar endoserviks akan tertutup. Penutupan muara duktus kelenjar
menyebabkan secret tertahap dan berkembang mikro hingga makro dan dapat
dilihat secara langsung oleh pemeriksa.6

Gambar 5.(kiri) Serviks normal. (kanan) Kista nabothian

9
2.7 Gejala Klinik Kista Nabotian

Kista Nabothi tidak menimbulkan gangguan sehingga penderita juga tidak


pernah mengeluhkan sesuatu terkait dengan adanya kista ini. Gejala nyeri
dirasakan jika ukurannya membesar. Biasanya diameter kista berkisar beberapa
millimeter, tetapi dapat juga menjadi besar mencapai 4 cm atau lebih. Kandungan
mukusnya bisa berwarna kuning pucat sampai kecoklatan.1,2,5
2.8 Diagnosa Kista Nabotian
a. Anamnesa
Biasa tidak ditemukan gejala spesifik. Adanya infeksi berulang, jumlah
anak, usia ibu, higienitas ibu, penggunaan cairan pembersih vagina. Nyeri daerah
panggul.2,3
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan inspekulo, kista Nabothi terlihat sebagai penonjolan kistik
di daerah endoserviks dengan batas yang relatif tegas dan berwarna lebih muda
dari jaringan di sekitarnya. Hal ini disebabkan oleh timbunan cairan musin yang
terperangkap di dalam duktus sekretoris kelenjar endoserviks. Pada beberapa
keadaan, pembuluh darah di mukosa endoserviks (di atas kista) menjadi terlihat
lebih nyata karena pembuluh darah berwarna merah menjadi kontras di atas dasar
yang berwarna putih kekuningan.3

Secara makroskopik, tampak jaringan tumor yang berwarna putih


kekuningan dan terdapat tampakan yang transparan dan mengandung mukus.

Gambar 6. Pemeriksaan Kolposkopi Kista Nabothian

10
c. Pemeriksaan Penunjang1,5,6
1) Kolposkopi
Kolposkopi adalah suatu medis diagnostik prosedur untuk memeriksa
dengan melihat langsung, diterangi, diperbesar dari leher rahim dan
jaringan dari vaginanya dan vulva dengan bantuan alat. Banyak lesi
premaligna dan lesi ganas di daerah-daerah memiliki karakteristik khas
yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan ini. Hal ini dilakukan
menggunakan alat yaitu colposcope, yang memberikan tampilan jelas dan
diperbesar dari daerah yang memungkinkan terdapat lesi. Bila ditemukan
kelainan visual, penderita akan diarahkan melakukan pemeriksaan biopsi
untuk pemeriksaan patologis lebih lanjut.
2) Biopsi
Biopsi adalah tes medis yang melibatkan pemindahan sel atau
jaringan untuk pemeriksaan. Ini adalah pemeriksaan medis menggunakan
jaringan dari subjek yang hidup untuk menentukan kehadiran atau luasnya
penyakit. Jaringan umumnya diperiksa di bawah mikroskop oleh seorang
ahli patologi anatomi. Sampel.
Bila seluruh benjolan yang mencurigakan diambil jaringannya,
prosedur ini disebut biopsi eksisi. Ketika hanya sampel jaringan akan
diambil dengan pelestarian histologis struktur sel daripada jaringan itu,
prosedur ini disebut biopsi insisi atau inti biopsi. Ketika sebuah contoh
jaringan atau cairan diambil dengan jarum halus, prosedur ini disebut
aspirasi jarum biopsi. Pengambilan dari jaringan tersebut dapat dinilai
secara makroskopik dan mikroskopik
a. Makroskopik

Gambar 7. Gambar Uterus post histerektomi dengan kista nabothian

11
Gambar diatas merupakan hasil dari histerektomi abdominal
total dan salpingo-ooforektomi bilateral dilakukan dengan tidak ada
komplikasi intraoperatif. Pasien dipulangkan pada hari kedua operasi.
pemeriksaan patologis dari rahim mengungkapkan servisitis kronis
dengan beberapa kista nabothian yang tampak seperti ruang-ruang
pada daerah serviks.7,11
b. Mikroskopik

Gambar 8 Mikroskopik Kista Nabothian


Pada gambar diatas dapat ditemukan fibrosis di beberapa
stroma dan tidak mengindikasikan perubahan ke arah malignant. Pada
kista Nabothi yang berada pada pars vaginalis endoserviks
menunjukkan adanya epitel kolumner yang ektopik dan kemudian
mengalami metaplasia skuamosa. Semakin jauh keberadaan kista
Nabothi, menunjukkan semakin luasnya zona transisional ekto dan
endoserviks. 1,5,6,11

Gambar 9 Mikroskopik Kista Nabothia

12
3) Radiologi

Gambar 10 Hasil USG transvaginal pada Kista Nabothian


Ultrasonografi Transvaginal diatas menunjukkan uterus dengan
85x40x50 mm, normal ovarium dan ketebalan endometrium 6 mm, leher
rahim diperbesar sampai 4 cm dan beberapa lesi kistik terlihat bervariasi 2
mm untuk ukuran 20 mm. Dapat disimpulkan dari pemeriksaan diatas
adalah dari temuan pada pemeriksaan USG untuk penderita kista nabotian
adalah adanya lesi-lesi kistik pada daerah serviks. Namun kelemahan
daripada pemeriksaan ini adalah banyaknya penyakit yang sama yang dapat
memberikan gambaran yang hampir sama dengan kista nabotian 8,11
2.9 Penatalaksanaan Kista Nabotian
Pada kasus kista Nabothi ini tidak memerlukan terapi khusus asalkan tidak
mempunyai potensial menjadi keganasan. Terapi dapat direkomendasikan pada
pasien yang mempunyai keluhan nyeri dan lesi yang lama. Terapi yang dapat
dilakukan yaitu:1,2
a. Elektrokauter
Pembakaran bagian dari tubuh untuk menghapus atau menutup bagian
dari itu dalam proses yang disebut kauter, yang menghancurkan
beberapa jaringan, dalam upaya untuk mengurangi kerusakan,
menghapus pertumbuhan yang tidak diinginkan, atau meminimalkan
kemungkinan lain yang potensial berbahaya medis seperti infeksi.1,2

13
b. Cryofreezing
Pembekuan dengan freezant pada tumor yang sangat dingin seperti
nitrogen cair atau karbon dioksida padat.1
2.10 Komplikasi Kista Nabotian

Komplikasi pada kista ini biasanya tidak ada.1 Kista yang ukurannya besar
dapat bergenerasi menjadi cystic adenmyosis, leiomyoma, dan kista uterus
congenital.6,12
2.11 Prognosis Kista Nabotian

Nabothian kista bisa dianggap berbahaya bila mulai memberikan


gambaran gejala. Namun lebih sering ditemukan tanpa ada gejala dan biasanya
menghilang dengan sendirinya. Walaupun beberapa akan bertahan tanpa batas
waktu. Beberapa wanita melihat kista tersebut muncul dan menghilang pada
siklus menstruasi mereka. Kista nabothian juga memiliki korelasi dengan
servisitis kronis. Kista nabotian tidak dianggap bermasalah kecuali mereka
tumbuh gejala sekunder. Dua metode untuk menghilangkan kista ini termasuk
elektrokauter dan cryofreezing, walaupun kista baru bisa terbentuk setelah
prosedur. Sehingga prognosis untuk penderita penyakit kista nabotian adalah
Dubia ad Bonam.1,2,5,6,12

14
BAB IV

PEMBAHASAN

Kista Nabothi adalah kista kecil yang ditemukan pada permukaan leher
rahim yang isinya adalah lendir serviks (mukus). Diameternya berkisar
antara 2 - 10 millimeter, dan kandungan mukusnya bisa berwarna kuning
pucat sampai kecoklatan.
Dalam kebanyakan kasus, kista nabothi terjadi ketika jaringan baru
tumbuh pada leher rahim setelah proses melahirkan. Jaringan baru ini akan
menyumbat muara kelenjar nabothi, sehingga terjadi penumpukan sekresi
mukosa dalam kantong kelenjar.
Kista nabothi biasa ditemukan pada permukaan leher rahim wanita yang
telah memiliki anak dan pada wanita menopause (akibat penipisan lapisan
permukaan serviks). Kadang-kadang kista ini terjadi akibat radang kronik
serviks.

Kista Nabothi disebut juga folikel nabothi, kista inklusi epitel, atau kista
retensi musinosa. Kista Nabothi tidak menimbulkan gejala apapun kecuali
jika mereka menjadi sangat besar.

Dalam kebanyakan kasus, kista ini ditemukan dalam pemeriksaan


kebidanan rutin. Jika ditemukan maka selanjutnya biasanya dilakukan
pemeriksaan Kolposkopi untuk melihat lebih jelas permukaan leher rahim.
Selanjutnya jika kelihatannya tidak normal maka akan dilakukan biopsi
untuk dilakukan pemeriksaan patologi anatomi (PA).

Kista Nabothi biasanya berlangsung lama. Seiring waktu, beberapa kista


dapat menjadi lebih besar. Karena kista nabothi dianggap normal, maka
tidak perlu untuk dilakukan pencegahan. Tidak ada perawatan yang

15
diperlukan. Namun, dalam beberapa kasus, ginekolog dapat memilih untuk
menghilangkannya dengan salah satu dari 2 cara berikut:
* Elektrokauter, menggunakan probe yang dipanaskan untuk
menghancurkan kista
* Cryotherapy, menggunakan nitrogen cair untuk membekukan dan
menghilangkan kista

16
BAB V
KESIMPULAN

Kista nabotian atau kista retensi adalah kista penuh lendir pada permukaan
serviks uterus. Kista ini terbentuk akibat terjadinya sumbatan atau obstruksi dari
sekresi kelenjar Nabothi yang akan mengakibatkan secret yang dihasilkan akan
menumpuk menghasilkan kista. Hal ini biasa diakibatkan oleh adanya hal-hal
yang secara terus menerus mengiritasi dari serviks. Dan secara histologis sel epitel
selapis toraks pada daerah serviks sangat rentan terhadap infeksi sehingga terjadi
metaplasia dari sel squamosal yang menutupi sel epitel selapis toraks sehingga
muara dari cairan mukus tersumbat dan terakumulasi sehingga terbentuk kista
Biasanya gejala yang dirasakan tidak ada kecuali kista sudah membesar
atau disertai dengan keputihan patologis. Diagnosa dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan fisik terutama pemeriksaan visual yaitu pemeriksaan inspekulo.
Setelah didapatkan gambaran kista nabotian pada permukaan serviks, pemeriksaan
penunjang dapat dilakukan. pemeriksaan kolposkopi dapat membantu pemeriksa
melihat secara jelas permukaan serviks. Pemeriksaan USG transvaginal juga dapat
membantu namun spesifitas daripada pemeriksaan USG masih kurang untuk
mendiferensiasikan penyakit kista nabotian dengan penyakit lainnya dengan
gambaran USG yang sama. Bila sudah ditemukan kelainan dapat dilakukan
pemeriksaan biopsy untuk mengetahui gambaran makroskopis dan mikroskopis
dari kista tersebut.
Kista nabothian biasanya akan menghilang sendiri ataupun menetap dengan
ukuan yang sama. Tetapi pada saat kista mulai membesar dan pasien mulai
mengeluhkan beberapa gejala, dapat dilakukan elektrokauter dan cryofreezing.
Prinsip daripada kedua metode tatalaksana tersebut adalah untuk membuka
kembali duktus cairan mukus pada sel epitel selapis toraks dengan mengikis sel-
sel skuamos pada permukaannya. Pasien yang menderita penyakit ini memiliki
prognosis dubia ad bonam.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Beckmann, Charles R.B, et al, Obstetrics and Gynecology Sixth Edition.


Philladhelpia : The American College of Obstetric and Gynecologist. 2010
(375-387)
2. Onur ince, Ayse Ceren , et al. Nabothian Cyst mimicking polycystic ovary in an
infertile patient with poor ovarian reserve, JOOG : Journal Of Casses in
Obstetric & gynecology; 2016; 3(4) ; 125-127
3. Troy, Harun, Fatma Yazici. Female Genital Tract Cyst. Turkey : European
Journal of General Medicine.2012. (21-25)
4. Vural, Fisun, et al. 2015. Case Report Large Nabothian Cyst Obstructing
Labour Passage. Journal of Clinical and Diagnostic Research, 2015 oct, vol
9(10).(1-3)
5. Erschenko, Victor P.2010 .Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi
Fungsional. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2010 (453-454)
6. Aruna Nigam , Deepti Choudhary, and Chitra Raghunadan 2012; Case Report
Large Nabothian Cyst : A Rare Cause of Nullip arous Prolapse; Hindawi
Publishing Corporation Case Reports in Obstetrics and Gynecology Volume
: 2012, Article I D192526, 2 pages doi:10.1155/2012/19252
7. Yelikar, Kanan A, Sonali S. Deshpande, et al. An Unusual Presentation of
Nabothian Cyst : A Case Report. India : International Journal of Reproduction,
Contraception, Obstetric an Gynecology.2015 (1589-1591)
8. Ince, Onur, Ayse Ceren Duymus, et al. Nabothian Cyst Mimicking Polycystic
Ovary in an Infertile Patient With Poor Ovarian Reserve. Turkey : Journal of
Cases in Obstetrics and Gynecology.2016125-127)
9. Sarac, Kaya, Ramazan Kutlu, Ozcan Balat, Et al. Evaluation of Nabothian Cyst
With Transvaginal Sonography. Malatya : Journal of Turgut Ozal Medical
Center (222-224)

18
10. Ç. Yıldız, MD; A. Z. Özsoy, MD; et al; 2009; Multiple and large nabothian
cysts: a case report Department of Obstetrics and Gynecology ; Cumhuriyet
University School of Medicine, TR-58140 Sivas; Cumhuriyet Tıp Derg 2009;
31: 456-459
11. Park, Sung Bin, Jong Hwa Lee, Et al. Multiocular Cystic Lession in The
Uterine Cervix : Broad Spectrum of Imaging Features and Pathologic
Correlation. Korea Selatan : American Roengen Ray Society.2010 (517-523)
12. Anwar, Prof dr. Muchamad Anwar , et al. Ilmu kandungan Edisi Ketiga.
Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2011.(111-125)(268-269)

19

Anda mungkin juga menyukai