BAB III
KESIMPULAN
3.1 Temuan
Berdasarkan kajian dari ketiga sumber sebagaimana yang telah
dikemukakan pada bab terdahulu, kami menemukan beberapa hal yang
menarik untuk ditelaah lebih lanjut agar dapat dicari jawabannya,
sekaligus dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam rangka
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia. Temuan tersebut
terdiri atas dua jenis, yakni temuan dalam literatur dan temuan empiris.
b. Temuan Empiris
1) Penulis menyadari bahwa membangun karakter bangsa/umat
bukan pekerjaan mudah, karena hanya Nabi Muhammad saw saja
yang memiliki prestasi luar biasa dalam merubah karakter suatu
umat dari semula diliputi kegelapan sampai mampu keluar menuju
kepada keadaan terang benderang (Ila dlulumati ila nuur). Tetapi,
apabila kehadiran sejumlah pesantren dengan ribuan santrinya,
puluhan perguruan tinggi dengan ribuan mahasiswa muslimnya,
ratusan majlis ta’lim dengan ribuan mustami’ dan kehadiran
sejumlah da’i dengan berbagai keahliannya yang belum mampu
mewarnai karakter umat berarti masih ada yang kurang. Di mana
letak kekurangannya? Justru ini permasalahan yang harus
dipecahkan bersama.
2) Hasil wawancara dengan seorang sesepuh Sunda, kami
menemukan informasi bahwa di tatar Sunda terdapat falsafah yang
erat kaitannya dengan kualitas Sumber Daya Manusia. Falsafah
tersebut berkaitan dengan proses alami yang akan ditemukan oleh
setiap orang, hanya saja ada yang mengetahui dan menyadari ada
juga yang tidak mengetahui, tidak menyadari, tidak mau tahu, dan
tidak mau sadar, ada juga yang tidak tahu diri karena dirinya tidak
tahu. Yang dimaksud adalah falsafah ”Ngaco, ngaca, ngaci ”.
Bagaimana implementasinya dalam kehidupan? Inilah yang harus
dijawab oleh setiap insan yang mau berpikir.
3.2 Jawaban
Setelah direnungkan terdapat jawaban sementara yang diajukan.
Dikatakan sementara karena hanya sebatas pendapat pribadi yang belum
diperkuat dengan data dan fakta hasil penelitian yang lebih akurat. Di
samping itu, persoalan yang muncul dipengaruhi banyak sebab, sehingga
jawababnya pun tentu bervariasi juga.
Kajian Filsafat Ilmu, 2009, Bab III 35
sehingga tidak ingin noda itu bertambah. Pada tahap akhir adalah
ngaci, sama artinya dengan proses memilih sesuatu dipilih intinya
saja, dalam arti hal-hal lain yang tidak berguna akan
dikesampingkan. Dalam prakteknya, baik ucapan maupun
perbuatan, dipilih yang baik dan benar, sehingga akan bermanfaat
bagi dirinya. Pada tahap ini, seseorang tidak akan melakukan
sesuatu yang tidak berguna, dan tidak akan memakan makanan
yang tidak jelas kehalalannya. Yang dipilih adalah saripatinya saja
(sunda : Aci). Namun perlu diketahui bahwa, perubahan tahapan ini
tidak berbanding lurus dengan tambahnya usia, dalam arti bisa saja
usianya sudah tua renta tetapi keadaannya masih pada tarap
ngaco saja.
orang. Jika suatu saat, wejangan para wali dan ilmu-ilmu yang pernah
jaya di tanah Jawa diklaim menjadi miliki orang asing, apa yang bisa
dibanggakan oleh kita? Sedangkan gaya mereka, misalnya sistem
demokrasi, telah dirasakan dengan jelas pahit getirnya oleh bangsa
Indonesia.
Dengan demikian, pemecahan berbagai persoalan apa pun, kembali
kepada dasar utama, yakni kesadaran atas harga diri, jatidiri, dan
nasionalisme yang tinggi di samping kesadaran sebagai umat beragama
yang harus taat dan patuh terhadap aturan agama yang dianut. Produk
impor, apa pun bentuknya, jadikan sebagai pembanding dan pelengkap,
jangan dijadikan hal pokok.
Dewasa ini, mutu SDM yang kita dambakan adalah SDM yang
memiliki kemampuan sesuai dengan bidang keahliannya (skill) dan
Kajian Filsafat Ilmu, 2009, Bab III 40
Wallahu alam
DAFTAR PUSTAKA