Anda di halaman 1dari 3

Alfian Firdaus I11108032

Pendidikan kedokteran dibagi menjadi pendidikan pra klinik dan tahap pendidikan klinik. Di dalam pendidikan klinik, seorang mahasiswa berlatih untuk dapat melaksanakan kompetensi dan melakukan pelayanan kesesahatan seccara komprehensif, melalui cara penegakan diagnosis serta penatalaksanaan masalah di bidang kesehatan, mampu melakukan komunikasi secara efektif, mengembangkan keterampilan klinis yang relevan dan ilmu dasar dalam praktik klinik kedokteran. Di samping itu, mahasiswa juga berlatih untuk meningkatkan pengembangan profesional diri melalui pemanfaat teknologi informasi, riset, serta selalu mejunjung tinggi nilai etika dan moral. Tahap pendidikan klinik ini bertujuan untuk menyelaraskan pendidikan yang didapat saat tahap pra klinik dengan pasien dan masyarakat langsung. Materi keterampilan klinis dan berpikiran logis dan kritis menjadi dasar untuk menjalani kepaniteraan klinik. Para dokter muda dihadapkan langsung dengan masyarakat, kasus kedokteran klinik, dan para praktisi kesehatan. Kepaniteraan klinik diharapkan dapat memberikan pembelajaran dan pengalaman baik dari segi keilmuan, tindakan medis, hubungan antar manusia dan etika dalam bermasyarakat. Selama masa kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Dalam, kami jalani selama sepuluh minggu, yang terdiri atas kegiatan praktek langsung ke pasien dan kegiatan ilmiah. Dalam perjalanannya, seorang dokter dituntut mampu membangun raport yang baik dengan pasien. kami sadar betul, bahwa sifat dan sikap hadir dari suatu pembiasaan. Selama kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam atau yang biasa disebut koas IPD, kami merasakan sekali bahwa kami dibiasakan untuk belajar membuat raport yang baik. Melalui pembiasaan follow up harian, hingga berkomunikasi dengan pasien di poliklinik sangat mengasah kemampuan kami dalam membangun raport. Selama koas IPD, kami juga belajar dan membiasakan untuk mampu menempatkan diri dalam suatu sistem kesehatan dan bekerja sama dengan sesama petugas kesehatan yang berbeda profesi. Sering kali selama koas kami mendapat teguran, dimarah, dan disalahkan oleh profesi lain atas tindakan yang kami lakukan berdasarkan keilmuan kami. Disini kami belajar, untuk menghargai pendapat orang lain, memilahnya, dan mengambil manfaatnya. Tidak hanya itu, kami dibiasakan untuk mampu menempatkan diri dalam satu kelompok tim kesehatan. Dalam koas IPD gelombang, kami ditempatkan bersama 11 orang koas lainnya. Dalam perjalanannya, kami juga terkadang menemukan ketidaksepaham anggota kelompok dalam mengambil keputusan. Tetapi selama koas IPD, tidak pernah kami temukan pertengkaran di antara kami. Hal ini tidak seperti yang kami temukan selama kami kepaniteraan minor. Selama kepaniteraan minor tidak jarang kami temukan rekan kami saling

Alfian Firdaus I11108032

bertengkar untuk permasalahan kecil, sebagai contoh permasalah jadwal jaga. Dari poin ini, kami menyadari bahwa perubahan ini mungkin dikarenakan perubahan sifat dan sikap kami menuju dewasa. Kami belajar untuk saling bahu membahu bekerja sama, mengingatkan, berbagi, serta menerima. Untuk menjadi dokter, tidak hanya diperlukan kemampuan interpersonal. Akan tetapi diperlukan pula kemampuan diri dalam menganalisa, mengkaji, hingga akhirnya memberikan tatalaksana yang paripurna. Selama koas IPD, kami dilatih untuk mampu menganamnesis secara tepat, pemeriksaan fisik yang baik, memilah dan memilih pemeriksaan penunjang yang diperlukan, hingga terapi yang akan dipilih. Kami merasakan, setelah melewati koas IPD, anamnesis kami menjadi lebih tajam dan spesifik, lebih akurat dalam menginterpretasi pemeriksaan fisik, dan lebih tepat dalam memilih pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Selama tugas jaga IGD. Sebagai koas IPD, kami belajar memilah kasus-kasus kegawatdaruratan. Kami juga menemui kasus-kasus kegawatdaruratan dalam bidang IPD yang paling sering akan ditemukan oleh seorang dokter. Kemapuan menganamnesis secara tajam, hingga interpretasi pemeriksaan secara akurat dilatih selama kegiatan ini. Selain itu, kami juga belajar menghadapi kasus-kasus kritis yang membutuhkan penanganan segera. Disini kami dibiasakan bertindak secara cepat dan tepat agar keadaan kritis dapat tertangani. Disini kami juga belajar memberikan empati yang tepat terhadap pasien. Tidak jarang, koas di IGD dimarah keluarga pasien, karena pelayanan yang diberikan baik oleh koas maupun petugas di IGD tidak seperti yang mereka harapakan, akan tetapi tidak jarang pula kami mendapat pujian dan doa, dikarenakan pelayanan kami yang baik dan ramah. Tidak berbeda ketika kami tugas jaga ruang bangsal. Kami dihadapkan pada kasuskasus yang akan sering kami temukan kelak ketika kami sudah menjadi dokter. Kami belajar bagaimana anamnesis hingga tatalaksana yang tepat. Berbeda dengan ketika tugas di IGD, selama tugas diruangan kami belajar untuk menjadi dokter yang dapat memberikan tatalaksana berkelanjutan, mengevaluasi setiap efektivitas pemeriksaan dan tatalaksana yang telah dilakukan, hingga memelajari perjalanan penyakit. Akhirnya, kami menyadari bahwa pendidikan klinik ini bertujuan menghubungkan keilmuan yang telah kami pelajari ketika pendidikan preklinik. Khususnya selama koas IPD, kami diajarkan menginterpretasi kasus yang ditemukan berdasarkan keilmuan yang kami peroleh baik selama pendidikan preklinik maupun pendidikan klinik. Semua pengalaman yang kami temukan ini, akan sangat bermanfaat sebagai modal kami menjadi dokter. Terimakasih sebanyak-banyaknya kepada guru-guru kami, dr. Bambang SN, Sp.PD., dr. H. Yustar Mulyadi, Sp. PD., KGEH., dan dr. Ivan Lumban Toruan, Sp.PD yang dengan

Alfian Firdaus I11108032

sabar dan teliti membimbing kami selama di kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Dalam. Semoga Alloh SWT membalas kebaikan guru-guru kami. Untuk teman-teman kami, khususnya teman-teman sekelompok seperjuangan kami, Adam Ridha, Alfian Firdaus, Annisa Firdausia, Melita Perty Arianti, dan Suharto. Ayo kita tetap semangat menyelesaikan pendidikan ini. Semoga kita semua menjadi dokter yang berkualitas sebagai bentuk terimakasih kita kepada guru-guru yang telah dengan semangat pula membimbing kita.

Anda mungkin juga menyukai