Anda di halaman 1dari 30

1

MITOKONDRIA
Adnan
(Dosen Biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar)

A. PENDAHULUAN
Energi yang langsung dikonsumsi oleh sel adalah energi
dalam bentuk adenosin trifosfat atau ATP. Substansi yang kaya
energi tersebut diubah menjadi adenosin difosfat atau ADP dan
selanjutnya diubah menjadi adenosin monofosfat atau AMP.
Peristiwa tersebut dike-nal dengan nama hidrolisis ATP. Rumus
kimia ATP ditun-jukkan pada gambar 1.

Gambar 11.1. Rumus kimia ATP


Sel memiliki tiga jalur utama untuk menghasilkan energi
utama dalam bentuk ATP, yaitu:
1. ATP dihasilkan di dalam sitosol selama glikolisis;
2. ATP dihasilkan di dalam kloroplas dengan me-
manfaatkan energi matahari;
3. ATP dihasilkan di dalam mitokondria melalui reaksi
oksidasi substrat.

B. TEORI ENDOSIMBIOSIS
Para pakar biologi sel sependapat bahwa mitokondria
berasal dari bakteri aerobik yang mengadakan endosimbiosis
dengan eukariot anaerobik. Endosimbiosis adalah jika
organisme dari suatu species hidup didalam organisme dari
species yang lain. Proses yang terjadi adalah sel-sel bakteri
aerobik tertelan oleh sel eukariot anaerobik namun bakteri
aerobik tidak mengalami pencernaan. Bakteri aerobik yang
tertelan selanjutnya hidup di dalam sel eukariot. Eukariot
mensuplai bakteri dengan proteksi dan komponen-komponen
karbon, sedangkan bakteri mensuplai eukariot dengan energi
ATP. Beberapa bukti yang mendukung teori tersebut adalah:(i)
Mitokondria dapat menggandakan diri menyerupai pembelahan
biner pada bakteri, (ii) DNA mitokondria menyerupai DNA
prokariot, berupa molekul sirkular tunggal dan ribosom pada
mitokondria dibuat dari sub unit dengan koofisien sedimentasi
yang lebih menyerupai ribosom prokariot dibandingkan dengan
eukariot, (iii) Ukuran mitokondria hampir sama dengan ukura
bakteri. (iv) Mitokondria memiliki membran ganda, memiliki
kemi-ripan dengam membran sejumlah prokariota, dan (v) urut-
an DNA pada mitokondria tertutup dan memiliki kemiripan
dengan DNA proteobakteril (vi) Mitokondria memiliki kemiripan
fisik dengan prokariota.

2
3

Gambar 11.2. Teori endomembran


http://www.biology.hawaii.edu/301/Lecture%20Powerpoints/Lecture%207%2
0Evolution%20and%20analyses%20of%20life%20histories.ppt

Mitokondria pertama kali diamati dan diisolasi dari sel


pada tahun 1850 oleh Kollicker melalui pengamatannya pada
jaringan otot lurik serangga. Ia menemukan adanya granula-
granula dengan struktur yang bebas dan tidak berhubungan
secara langsung dengan struktur internal sel. Pada tahun 1890,
Altmann mengidentifikasi granula-granula tersebut dan Ia
berikan nama bioblast. Istilah tersebut diganti dengan
mitokondria (Yunani: mito yang berarti benang dan chondrion
yang berarti granula) sebab penampakan granula-granula
tersebut menyerupai benang bila diamati dengan menggunakan
mikroskop cahaya.
Pada tahun 1900, Michaelis menunjukkan bahwa di
dalam mitokondria berlangsung reaksi-reaksi oksidatif. Pada
tahun 1911, Warburg menemukan bahwa mitokondria
mengandung enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi-reaksi
oksidatif sel. Pada tahun 1911, Kingsbury mendu-kung bahwa
mitokondria merupakan tempat spesifik untuk reaksi-reaksi
oksidasi. Pada tahun 1930, Sir Hans Krebs menjelaskan
beberapa reaksi siklus asam trikarboksilat atau daur Krebs.
Dari tahun 1950, Lehninger, Green, Kennedy, dan Hogeboom
dan lain-lain menunjukkan secara jelas reaksi-reaksi seperti
oksidasi asam lemak, fosforilasi oksidatif serta sifat-sifat lain
mitokondia (Sheeler dan Bianchii, 1983).

C. STRUKTUR MITOKONDRIA
Mitokondria dijumpai baik pada sel hewan maupun pada
sel tumbuhan. Ukuran mitokondria kira-kira sama dengan
ukuran rata-rata bakteri basil. Mitokondria hati secara umum
agak memanjang dengan diameter kira-kira 0,5-1,0 µm dan
panjang kira-kira 3 µm. Umumnya panjang mitokondria dapat
mencapai 7 µm (Sheeler & Bianchi, 1983; Thorpe, 1984).
Di dalam sel mitokondria terletak secara acak seperti
pada hati atau tersusun teratur dengan pola-pola tertentu
seperti pada sel sperma. Contoh yang paling umum adalah
susunan yang teratur dari mitokondria diantara serabut-serabut
di dalam otot lurik. Mitokondria umumnya ditemukan pada
tempat-tempat di dalam sel yang membutuhkan energi dalam
jumlah yang besar, misalnya pada otot lurik dan flagel sperma.
Untuk melaksanakan fungsinya, sangat tergantung pada
persediaan ATP yang dihasilkan oleh mitokondria.

Gambar 11.3a. Mitokondria

Gambar 11.3b Susunan mitokondria pada sel otot lurik (Thorpe, 1984)

Gambar 11.3c. Susunan mitokondria pada ekor sel sperma (Thorpe, 1984)

Jumlah mitokondria per sel sangat bervariasi diantara


berbagai tipe sel, mulai dari nol sampai ratusan ribu. Algae tak
berwarna, Leucothrix dan Vitreoscilla, tidak memiliki
mitokondria. Spermatozoa tertentu dan flagella seperti
Chromulina hanya mengandung satu mitokondria per sel. Hati

4
5

memiliki mitokondria rata-rata 800 per sel dan beberapa telur


landak laut dan amoeba raksasa Chaos chaos mengandung
500.000 mitokondria per sel. Dalam beberapa hal, tampaknya
terdapat hubungan antara jumlah mitokondria per sel dan
keperluan metabolisme sel.

Gambar 11.4. Struktur Mitokondria (Thorpe, 1984)


Mitokondria dibatasi oleh membran ganda, yaitu
membran dalam dan membran luar. Setiap membran memiliki
ciri khas sebagai unit membran. Membran dalam tidak
berhubungan dengan membran luar. Membran dalam membagi
organel menjadi dua bagian yaitu matriks dan ruang antar
membran.
Matriks berisi cairan menyerupai gel, sedangkan ruang
antar membran berisi cairan yang encer. Membran dalam
memiliki permukaan yang lebih luas dibandingkan dengan
membran luar, karena membran dalam terlipat-lipat dan masuk
ke dalam matriks membentuk tonjolan-tonjolan yang dinamakan
krista. Dengan demikian, secara struktural terdapat perbedaan
antara membran dalam dengan membran luar. Selain itu,
membran dalam berbeda dengan membran luar dari segi
permiabilitasnya. Membran luar permiabel terhadap berbagai
substansi yang mempunyai berat molekul berkisar 5.000 dalton.
Sebaliknya permiabilitas membran dalam terbatas, khususnya
terhadap substansi-substansi dengan berat molekul berkisar
100-150 dalton (Sheeler & Bianchi, 1983).
Struktur morfologi mitokondria yang paling bervariasi
adalah krista. Dalam satu tipe sel, mereka pada umumnya
uniform dan khas pada sel. Akan tetapi, susunan dari bentuk-
bentuk yang berbeda terdapat dalam tipe-tipe sel yang berbeda.
Umumnya mitokondria memiliki krista yang berbentuk
lamella atau tubuler. Pada bentuk lamella, krista relatif sejajar
dan teratur, sedang pada krista yang berbentuk tubular
memperlihatkan tubulus-tubulus yang terorientasi pada matriks.
Pada beberapa mitokondria, susunan tubulusnya teratur,
misalnya pada Amoeba Chaos chaos.
Menurut Sheeler & Bianchi (1983), struktur mitokondria
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (i) krista susunannya
menyerupai lembaran misalnya krista pada mitokondria sel hati,
(ii) krista dengan susunan yang sangat rapat menyerupai
tumpukan uang logam misalnya pada mitokondria sel ginjal, dan
(iii) krista dengan susunan seperti jala yang dibentuk oleh
saluran-saluran yang saling beranastomosis.

Gambar 11.5 Struktur krista mitokondria (Sheler dan Bianchii,1983)

D. KOMPOSISI KIMIA MITOKONDRIA


Pada mitokondria utuh, air merupakan komponen utama
yang dominan dan ditemukan di seluruh mitokondria kecuali
dalam lapisan bilayer lipida. Air selain berperan dalam reaksi-
reaksi kimia, juga berperan sebagai medium fisik dimana
metabolit dapat berdifusi diantara sistim-sistim enzim.
Komponen utama mitokondria adalah protein.
Persentase protein yang sebenarnya berkaitan dengan jumlah
membran dalam yang ada. Membran dalam terdiri atas protein,
baik protein enzimatik maupun protein struktural. Pada
beberapa mitokondria, membran dalam mengandung kira-kira
60% dari total protein organel. Berdasarkan distribusi enzim di
dalam mitokondria hati tikus, telah terbukti bahwa membran
dalam mengandung 21% dari total protein mitokondria dan
membran luar 40%. Menurut perhitungan ini, kurang lebih 67%
protein terdapat pada matriks dan biasanya ditemukan dalam
ruang intraseluler.
Protein mitokondria dapat dikelompokkan menjadi dua
bentuk, yaitu bentuk terlarut dan bentuk tidak terlarut. Protein
terlarut terutama terdiri atas enzim-enzim matriks dan protein

6
7

perifer membran atau protein intrinsik membran tertentu. Protein


tidak terlarut biasanya menjadi bagian integral membran.
Beberapa dari protein ini merupakan protein struktural serta
beberapa protein enzim.
Komposisi lipida mitokondria tergantung dari sumber
mitokondrianya. Namun demikian, fosfolipida merupakan bentuk
yang dominan. Umumnya fosfolipida terdiri dari ¾ dari total
lipida (tabel 11.1).
Tabel 11.1 Kandungan lipida mitokondria yang diisolasi dari berbagai organ
hewan (dalam mg/g) (Thorpe, 1984)

Total Lipida Fosfolipida


Organ Kolest
Lipida Netral erol
Jantung 400 - - 335
manusia

Jantung sapi 320 18 4 283

Ginjal sapi 240 17 11 190

Hati sapi 180 16 4 145

Hati marmut - - - 159

Fosfatidilamin dan fosfatidiletanolamin umumnya


merupakan fosfatidil dalam jumlah yang besar pada
mitokondria. Namun demikian, ditemukan kadar kardiolipin dan
kolesterol dengan konsentrasi yang rendah (tabel 11.2)

Tabel 11.2 Komposisi fosfolipida mitokondria yang diisolasi dari berbagai


sumber (% total fosfolipida) (Thorpe, 1984)

Sumber Fosfatidil Fosfatidil Kardi Fosfati


kolin etanolami olipin dil
n inositol
Jantung manusia 43 34 18 5
Jantung babi 36 25 13 23
Jantung sapi 41 37 19 3
Ginjal sapi 40 38 19 4
Hati sapi 43 35 13 5
Hati marmut 40 28 22,5 7
Distribusi fosfolipida dalam membran luar dan membran
dalam mitokondria ditunjukkan pada tabel 11.3.
Tabel 11.3 Komposisi fosfolipida membran dalam dan membran luar
mitokondria hati (% fosfolipida dalam setiap fraksi) (Thorpe, 1984)

Sumber Marmut Tikus


M. dalam M. luar M. dalam M. luar
Fosfatidil 44,50 55,20 41,00 39,00
kolin
Fosfatidil 25,30 27,70 35,00 31,00
etanolamin
Kardiolipin 21,50 3,20 21,00 3,00
Fosfatidil 4,20 13,50 - -
inositol
Fosfatidil - - 2,00 17,00
serin

Perbedaan distribusi lipida memiliki arti penting, baik dari


segi struktural maupun fungsional. Namun secara detail belum
jelas.
Sejumlah molekul organik sederhana yang berbeda
berasosiasi dengan membran mitokondria. Beberapa dari
molekul ini adalah molekul redoks yang ikut serta dalam
transpor elektron. Ubiquinon (koenzim Q), flavin (FMN dan
FAD), dan nukleotida piridin (NAD+) secara normal terikat
membran, dan kadang-kadang berasosiasi pada hampir
sebahagian besar membran dalam.

E. KOMPARTEMEN ENZIM
Kurang lebih 100 enzim telah diidentifikasi berhubungan
dengan mitokondria. Kira-kira 37% dari enzim-enzim tersebut
adalah oksidoredoks, 11% enzim ligase dan kurang dari 9%
enzim hidrolase. Pada membran dalam, terdapat suksinat
dehidrogenase yang merupakan enzim maker, enzim-enzim
transfer elektron dan fosforilasi oksi-datif berasosiasi dengan
membran dalam.

8
9

Gambar 11.6. Komprtemen enzim pada mitokondria (Thorpe,1984)


Matriks mengandung sekumpulan enzim yang
merupakan mediator reaksi siklus asam trikarboksilat (TCA) dan
berkaitan dengan sintesis protein dan asam nukleat. Semua en-
zim-enzim TCA bebas di dalam matriks kecuali suksinat
dehidrogenase, yang merupakan satu komponen membran
dalam. Jadi untuk piruvat, dioksidasi sempurna menjadi CO2
dan H2O di dalam matriks. Metabolisme suksinat harus
mengadakan kontak dengan membran dalam sebelum
dioksidasi menjadi fumarat
Gambar 11.7. Siklus TCA. Suksinat dehidrogenase merupakan satu-
satunya enzim yang terikat membran (Thorpe, 1984)

F. GLIKOLISIS
Respirasi seluler merupakan rangkaian peristiwa yang
berlangsung melalui pemecahan glukosa menjadi asam piruvat,
perubahan asam piruvat menjadi asetil KoA, daur krebs dan
rantai pernapasan. Walaupun glikolisis berlangsung di dalam
sitoplasma, namun sebagai rangkaian dari proses respirasi
seluler, maka pada uraian berikut ini juga akan dibahas
mengenai glikolisis.
Glikolisis adalah proses penguraian molekul heksosa
yang memiliki enam atom karbon dan berlangsung secara
enzimatis untuk menghasilkan dua molekul asam piruvat yang
memilki tiga atom karbon. Glikolisis merupakan jalur utama dari
katabolisme glukosa yang berlangsung di dalam sitoplasma sel
hewan, sel tumbuhan dan sel mikroba (Lehninger, 1994).
Glukosa dapat diperoleh melalui pemecahan polisakarida
seperti pati dan glikogen melalui kerja enzim fosforilase.
Disakarida seperti sukrosa dan maltosa dihidrolisis oleh
sakarose menghasilkan monosakarida.
Pemecahan glukosa menjadi dua molekul piruvat
berlangsung melalui 11 tahapan reaksi. Glikolisis dapat dibagi
menjadi dua fase yaitu (i) fase persiapan, dan (ii) fase produksi

10
11

energi dalam bentuk ATP. Fase persiapan terdiri atas lima


tahapan reaksi. Heksosa lain seperti D-fruktosa, D-Galaktosa,
dan D-mannosa dapat masuk ke dalam fase persiapan glikolisis
setelah mengalami fosfo-rilasi. Fase produksi energi "
berlangsung melalui lima tahapan reaksi berikutnya. Dalam
peristiwa ini dihasilkan 4 molekul ATP.
Pada tahap awal glikolisis, glukosa diubah menjadi
fruktosa 1,6 bifosfat dengan memanfaatkan dua molekul ATP.
Fruktosa 1,6 bifosfat dipecah menjadi 2 molekul senyawa 3 C
yaitu dihidroksi aseton fosfat dan gliseraldehida 3 fosfat yang
keduanya merupakan isomer gliseraldehida 3 fosfat.
Selanjutnya mengalami reaksi dengan Pi kemudian diikuti
dengan reaksi reduksi pembentukan NADP dari NAD dan
terbentuk asam 1,3 difosfogliserat.

Glukosa 6 Fosfat

Fruktosa 6 Fosfat

Fruktosa 1,6 difosfat

Gambar 11.8. Fase Persiapan Glikolisis


Selanjutnya mengalami perubahan melalui pembentukan
senyawa-senyawa intermediate secara berturut-turut yaitu:
Asam 3 fosfogliserat, asam 2 fosfogliserat, fosfoenol piruvat dan
asam piruvat. Pada perubahan asam 1,3 difosfogliserat
menjadi 3 fosfogliserat dan dari fosfoenol piruvat menajdi asam
piruvat dirangkaikan dengan pembentukan ATP dari ADP dan
Pi yang dilepaskan. Seluruh reaksi perubahan glukosa
sehingga terbentuk asam piruvat melibatkan berbagai enzim
sesuai substrat yang bereaksi. Seluruh rangkaian respirasi
menghasilkan 2 molekul ATP dan 2 NADPH.
Selama berlangsungnya glikolisis , terdapat tiga jenis
transformasi kimia yang berbeda, yaitu:
− Pemecahan kerangka karbon glukosa menghasilkan
asam piruvat.
− Fosforilasi ADP menjadi ATP oleh senyawa fosfat
berenergi tinggi yang dibentuk selama glikolisis.
− Pemindahan atom hidrogen atau elektron.
Menurut Sheeler dan Bianchii (1983), ada empat ciri
utama gliklisis, yaitu:
− Gula pertama menglami dua kali fosforilasi. Pada
gula seperti glukosa, fruktosa dan mannosa
membutuhkan dua molekul ATP per mol
monosakarida. Sedangkan gula yang diturunkan dari
glikogen atau pati, hanya membutuhkan satu mol
ATP permol glukosa equivalen. Jadi fosfat anorganik
dibutuhkan selama fosforilasi polisakarida.
− Gula difosfat berkarbon enam dipecah oleh enzim
aldolase menghasilkan gliseraldehida-3-fosfat dan
dihidroksi aseton fosfat (DHAP) yang masing-masing
beratom karbon tiga. Selanjut-nya DHAP diubah
menjadi gliseraldehida-3-fosfat.
− Oksidasi dan fosforilasi subtrat yang utama dikatalisis
oleh enzim gliseraldehida-3-fosfat dehidrogenase. 2
mol hidrogen dilepaskan per mol subtrat dan reduksi
dua mol koenzim NAD+. Pada reaksi yang sama
fosfat an organik digabungkan ke asam.
− Tahap akhir glikolisis. Mlekul-molekul intermediate
mengalami defosforilasi yang diikuti dengan
pembentukan ATP.

12
13

Gambar 11.9. Glikolisis tahap kedua

Tahap-tahap reaksi kimia glikolisis secara kseluruhan


ditunjukkan sebagai berikut:
1. Reaksi pemindahan fosfat. Enzim kinase memindahkan fosfat
dari ATP suatu akseptor. Enzim heksokinase pada umumnya
lebih spesifik untuk memindahkan fosfat ke glukosa.

2. Konversi aldosa ke ketosa. Reaksi ini dibantu oleh enzim


fosfoheksosa isomerase
3. Reaksi pemindahan fosfat. Reaksi ini dibantu oleh enzim
fosfofruktokinase.

4. Pemecahan karbohidrat enam karbon menjadi 3 carbon.


Reaksi ini dibantu oleh enzim aldolase.

5. Perubahan DHAP menjadi PGAL dengan bantuan enzim


triosa fosfat isomerase.

6. Fosforilasi gliseraldehida 3 fosfat menjadi 1,3-bifosfogliserat


dengan bantuan enzim gliseraldehida 3 fosfat dehidrogenase.

7. Defosforilasi 1,3-bifosfogliserat menjadi 3 fosfogliserat dengan


bantuan enzim fosfogliserat kinase.

14
15

8. Perubahan 3-fosfogliserat menjadi 2-fosfogliserat dengan


bantuan enzim fosfogliserat mutase.

9. Hidrolisis 2-fosfogliserat menjadi fosfoenolpruvat dengan


bantuan enzim enolase.

10. Defosforilasi fosfoenolpiruvat mejadi piruvat dengan bantuan


enzim piruvat kinase.

G. FERMENTASI
Pada pristiwa glikolisis, glukosa secara bertahap diubah
menjadi asam piruvat. Asam piruvat selanjutnya dapat diubah
menjadi sejumlah produk, tergantung pada kondisi metabolisme
sel secara umum. Misalnya asam piruvat diubah menjadi asetil
KoA untuk memasuki daur asam sitrat dalam kondisi aerob atau
dikonversi menjadi etanol atau asam laktat dalam kondisi
anaerb.

Gambar 11.10. Kemungkinan Proses Lanjut Asam Piruvat

1. Fermentasi Etanol
Fermentasi etanol dari asam piruvat berlangsung dalam
keadaan anaerob. Proses ini dapat berlangsung pada ragi dan
beberapa beberapa mikroorganisme lainnya.

Gambar 11.11. Fermentasi alkohol

Reaksi ini dikatalisis oleh piruvat dekarboksilase. Proses


fermentasi etanol berlangsung dua tahap, yaitu: Tahap pertama
dekarboksilasi piruvat menjadi asetaldehida dan tahap kedua
adalah reduksi asetaldehida menjadi etanol oleh NADH dengan
bantuan enzim alkohol dehidrogenase.

Gambar 11.12. Fermentasi alkohol

16
17

Gambar 11.13. Koenzim NAD

Hasil akhir konversi gula menjadi etanol disebut


fermentasi alkohol. Hasil bersih proses anaerob ini adalah:
Glukosa + 2Pi + 2ADP + 2H+
2 etanol +2CO2 +2ATP+2H2O
Hal penting untuk diperhatikan adalah bahwa NAD+ dan
NADH tidak muncul dalam persamaan ini, meskipun sangat
penting untuk reaksi keseluruhan. NAD+ yang dihasilkan pada
reduksi asetaldehida menjadi etanol dipakai pada oksidasi
giseraldehida 3 fosfat (Stryer, 2000)

2. Fermentasi Asam Laktat

Gambar 11.14. Fermentasi alkohol

Laktat biasanya dibentuk dari piruvat pada berbagai


mikroorganisme, tetapi juga dapat berlangsung pada organisme
tingkat tinggi seperti pada manusia bila jumlah oksigen terbatas
seperti pada otot disaat berlari cepat. Reduksi piruvat oleh
NADH membentuk laktat dikatalisis oleh laktat dehidrogenase.
Gambar 11.15. Fermentasi laktat

Reaksi keseluruhan pada konversi glukosa menjadi laktat


adalah:
Glukosa + 2Pi + 2AP 2 laktat + 2ATP+2H2O

Asam laktat dan asam piruvat, di dalam sel dapat


digunakan sebagai prazat untuk sintesis glukosa. Peristiwa ini
dinamakan glukoneogenesis Asam laktat dan asam piruvat
juga dapat digunakan sebagai prazat untuk pembentukan
polisakarida lain, misalnya glikogen atau pati. Peristiwa ini
merupakan peristiwa anabolisme. Lintasan reaksinya
ditunjukkan pada gambar 5.

18
19

Gambar 5. Perubahan Asam Laktat dan Piruvat Menjadi Glukosa atau


Polisakarida Lain

Perlu diketahui bahwa walaupun glukosa dapat dipecah


menjadi asam piruvat atau menjadi asam laktat, dan sebaliknya
asam laktat dapat dijadikan prazat untuk pembentukan glukosa
maupun polisakarida lainnya, namun pada peristiwa tersebut
glikolisis bukanlah kebalikan dari glukoneogenesis.

H. DEKARBOSILASI OKSIDATIF PIRUVAT.


Asam piruvat sebagai senyawa produk akhir glikolisis
akan mengalami reaksi dekarboksilasi oksidatif apabila cukup
oksigen dan menghasilkan asetil-KoA. Proses ini berlangsung
di dalam matriks mitokondria. Proses ini merupakan
penghubung antara glikoliis dengan siklus asam trikarboksilat.
Reaksi-reaksi dekarboksilasi oksidatif piruvat berlangsung
dengan bantuan enzim kompleks, yaitu kompleks piruvat
dehidrogenase. Kompleks enzim ini terdiri atas tiga macam
enzim yang tersusun secara terpadu (lihat tabel 11.1)
Tabel 11.1. Sub unit kompleks piruvat dehidrogenase

Pyruvate Dehydrogenase
O O HSCoA O
H 3C C C O− H3 C C S CoA + CO2
pyruvate acetyl-CoA
NAD+ NADH

dimethylisoalloxazine O O
H H H
C N C
H3C C C C NH 2 e− + 2 H+ H3C C
C
C
N
C
C
NH

H3C C C C C O H3C C C C C O
C N N C N N
H H H
CH2 CH2

HC OH HC OH

HC OH HC OH
FAD Adenine
FADH2
HC OH O O HC OH O O Adenine

H2C O P O P O Ribose H2C O P O P O Ribose

O- O- O- O-

FAD (Flavin Adenine Dinucleotide) dibentuk dari


riboflavin. Cincin dimetilisoalloksasine mengalami oksidasi atau
reduksi. FAD adalah gu secara permanent pada bagian E3.
Reaksi: FAD + 2 e- + 2 H+ FADH2

20
21

Thiamine pyrophosphate (TPP) adalah turunan dari tiamin


atau vitamin B1..

S CH2
CH2
NH
S CH lipoic acid O lysine
CH2 CH2 CH2 CH2 C NH (CH2)4 CH

lipoamide C O

2e− + 2H+
HS CH2
CH2
NH
HS CH O
CH2 CH2 CH2 CH2 C NH (CH2)4 CH
dihydrolipoamide C O

S CH2
CH2
NH
S CH lipoic acid O lysine
CH2 CH2 CH2 CH2 C NH (CH2)4 CH

lipoamide C O

− +
Gambar Pembentukan asetil KoA

I. SIKLUS KREBS
Terdapat hubungan yang erat diantara organisasi
struktur mitokondria dengan beberapa fungsi-fungsi
metabolisme yang spesifik. Dewasa ini, lokasi berbagai jenis
enzim di dalam mitokondria telah diketahui dan secara umum
terdapat keterkaitan fungsional antara membran luar, membran
dalam, ruang intermembran, dan matriks.
Sejumlah hasil telaah yang mendalam telah dipelajari di
dalam mitokondria antara lain oksidasi substrat, rantai respirasi
dan fosforilasi oksidatif. Hasil-hasil reaksi metabolisme yang
berlangsung di dalam sitosol seperti pembentukan piruvat
selama glikolisis memasuki mitokondria untuk dioksidasi di
dalam daur krebs. Enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi-
reaksi tersebut terletak di dalam matriks atau pada permukaan
membran dalam yang menghadap matriks kecuali suksinat
dehidrogenase. Hasil akhir dari oksidasi yang berlangsung di

22
23

dalam daur krebs adalah CO2, dan air. Selain itu dihasilkan
sejumlah komponen-komponen tertentu seperti NADH yang
berpartisipasi di dalam rantai respirasi atau rantai transpor
elektron dan secara khusus berhubungan dengan membran
dalam mitokondria. Hasil dari reaksi-reaksi yang berlangsung
selama rantai respirasi adalah reduksi O2 untuk membentuk
H2O. Selain itu selama berlangsungnya rantai respirasi juga
berlangsung fosforilasi oksidatif yang mengubah ADP menjadi
ATP.

Gambar 19. Siklus Krebs


Piruvat dan berbagai molekul-molekul sederhana yang
lain yang dihasilkan selama metabolisme di dalam sitosol
berdiffusi melalui membran luar mitokondria masuk ke dalam
ruang intermembran. Selanjutnya memasuki membran dalam
untuk melangsungkan tiga reaksi utama yaitu daur krebs,
oksidasi reduksi rantai respirasi dan fosforilasi oksidatif. Piridin
nukleotida yang tereduksi selama berlangsungnya reaksi-reaksi
di dalam sitosol (misalnya NADH yang dihasilkan dalam lintasan
glikolisis, NADPH yang dihasilkan dalam lintasan pentosa
fosfat), juga dapat melintasi membran luar mitokondria.
Ringkasan reaksi-reaksi yang terjadi di dalam daur Krebs
ditunjukkan pada gambar 11.9.
Daur Krebs memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan
rantai respirasi. Di dalam rantai respirasi berlangsung reaksi
oksidasi reduksi yang menghantarkan elektron dan H+ ke O2
untuk membentuk air. Seiring dengan berlangsungnya rantai
respirasi, juga berlangsung fosforilasi oksidatif yang mengubah
ADP menjadi ATP (gambar 11.11).

Gambar 11.1 Reaksi Oksidasi Reduksi Dalam Rantai Respirasi


(Sheeler & Bianchi, 1983)

Masalah yang muncul adalah karena berbagai koenzim


dalam bentuk tereduksi seperti NADH dan NADP tidak dapat
melintasi membran dalam mitokondria. Nukleotida piridin dalam
bentuk tereduksi dihasilkan dalam sejumlah reaksi-reaksi
metabolisme yang berlangsung di dalam sitosol dan reoksidasi
NADH yang berlangsung di dalam mitokondria. Untuk itu, ada
dua mekanisme yang ditempuh, yaitu (i) shuttle gliserolfosfat
dan (ii) shuttle malat-aspartat .

24
25

Gambar 11.2 Shuttle gliserolfosfat

Gambar 11.3 Shuttle malat aspartat

Transpor Elektron dan Fosforilasi Oksidatif


Pada tahap glikolisis metabolisme asam piruvat dan
siklus Krebs, terjadi 5 kali reaksi dehidrogenase substrat
dengan mereduksi NAD+ menjadi NADH dan satu kali reaksi
dehidrogenase terjadi dengan mereduksi FAD menjadi FADH.
Substrat yang teroksidasi (3-fosfogliseraldehida, asam
piruvat, asam a-ketoglutarat, asam suksinat, dan asam malat)
mulai-mula akan bereaksi dengan NAD. Substrat akan
melepaskan 2 elektron dan 2 ke NAD mengakibatkan NAD
akan tereduksi menjadi NADH2. NADH2 atau memindahkan 2
elektron dan 2 H+ ke FAD atau FMN yang mengakibatkan FAD
tereduksi menjadi FADH2 atau FMNH2 dan sebahagian
energinya digunakan untuk sintesa 1 molekul ATP dari ADP dan
Pi.
NADH + H+ + ADP + Pi + ½ O2 NAD+H2O + ATP

FADH2 atau FMNH2 selanjutnya memindahkan 2 elektron


dan 2 H+ ke suatu enzim yang mengandung besi (Fe) yang
terikat pada gugus SH. Hal ini mengakibatkan enzim tersebut
tereduksi dan menyebabkan Fe+++ (ferro) teroksidasi menjadi
Fe++ (feri). Selanjutnya dari enzim ini memindahkan 2 elektron
dan 2 H+ ke ubiquinon (UQ).

Gambar 53. Model transpor elektron dan fosforilasi oksidatif pada rantai
respirasi

2 Fe2+ + 2 H+ + ½ O2 2 Fe3+ + H2O

Pada tahap terakhir dari rantai transfer elektron dalam rantai


respirasi ini melibatkan ion tembaga (Cu++) antara komponen Fe
dengan sit a dan sit a3.
Setiap NADH2 dalam transpor elektron akan diproduksi 3
molekul ATP, sedang untuk setiap molekul FADH2 hanya
diproduksi 2 molekul ATP karena FADH2 masuk ke dalam
sistem angkutan setelah NADH2. pembawa elektron berikutnya.
Demikian seterusnya terjadi pemindahan elektron dan H+ ke
pembawa elektron berikutnya dan secara bergantian terjadi
reduksi dan oksidasi sampai pada pembawa elektron terakhir
dari rantai respirasi.
Enzim dan pembawa elektron pada rantai respirasi terdiri
dari beberapa komponen yaitu lemak, protein strukturil,
flavoprotein, ubiquinon, dan sitokrom. Lemak dan protein
strukturil dalam rantai respirasi baru jelas peranannya dalam
rantai transpor elektron, sedang sitokrom, ubiquinon, dan
flavoprotein mengkatalisis irutan tahap reaksi transfer elektron
dalam rantai transpor elektron Ubiquinon disebut pula
koenzim Q (Ko-Q) merupakan senyawa seperti halnya
plastoquinon yang terdapat dalam khloroplas.
Sitokrom merupakan suatu protein yang mengandung
besi dalam cincin porfirin. Sitokrom dalam rantai transfer

26
27

elektron dibedakan atas sitokrom b, sitokrom c, dan sitokrom


oksidase yang terdiri dari sitokrom a dan sitokrom a3. Transfer
elektron dari ubiquinon ke sitokrom c dan dari sit a ke sit a3
terjadi pembebasan energi yang selanjutnya digunakan untuk
sintesa ATP. Pada sitokrom a3 elektron ditransfer ke O2 yang
selanjutnya tereduksi menjadi air.

Efisiensi Respirasi
Setelah diketahui seluruh tahap reaksi kimia respirasi,
maka dapat dihitung tingkat efisiensi respirasi. Dari seluruh
rangkaian respirasi diperoleh bahwa setiap 2 molekul heksosa
(glukosa) 2 molekul asam piruvat pada tahap glikolisis. Pada
tahap reaksi glikolisis diperoleh 1 NADH2/NADPH2 dan 2 ATP,
sedang pada dehidrogenase oksidatif piruvat diperoleh 1
NADH2 untuk setiap molekul asam piruvat. Pada tahap reaksi
glikolisis diperoleh 3 NADH2, 1 FADH2 dan 1 molekul GTP yang
dapat menghasilkan 1 ATP untuk setiap molekul asetil Ko-A.
Dengan demikian, maka reaksi-reaksi yang terjadi pada
respirasi aerob diperoleh; 2(1+1+3) NADPH2 = 11 NADPH2; 2x1
FADH2 = 2 FADH2 dan 2x2 ATP = 4 ATP.
Pada proses pengangkutan elektron melalui rentai
respirasi aerob, diperoleh bahwa setiap NADPH2 serta dengan
3 ATP dan setiap 1 FADH2 diperoleh 2 ATP (lihat Gambar 53),
sedang rincian produksi ATP pada glikolisis dekarboksilasi
oksidasi piruvat dan siklus Krebs diperlihatkan pada Gambar
54. Dengan demikian, maka diperoleh 11 x 3 ATP = 30 ATP,
2x2 ATP = 4 ATP dan 4 ATP terbentuk secara langsung.
Energi yang dimanfaatkan dalam berbagai metabolisme adalah
energi yang terkandung dalam ikatan P yang ketiga dari ATP.
Fosforilasi Fosforilasi
tingkat tingkat ETS
Konsumsi Jalur metabolisme substrat
ATP
1 glukosa
1 ATP ...................................................
1 ATP ...................................................
2 fosfogliseraldehi
d
................................
................................
4 atau 6 ATP

2 asam
difosfogliserin
................................
2 ATP
................................
2 ATP
2 piruvat
................................
................................
6 ATP
2 asetil KoA

2 as. Sitrat
................................
................................
6 ATP
2 α-ketoglutarat
................................
................................
6 ATP
2 suksinil KoA
................................
2 GTP
(ATP)
2 Suksinat
................................
................................
4 ATP
2 fumarat
................................
................................
6 ATP
2 oksaloasetat
2 ATP 6 ATP 32 atau 34
ATP

Dengan memperhatikan berbagai reaksi yang berlang-


sung sejak di dalam sitosol hingga di dalam mitokondria serta
kedua mekanisme shuttle di atas, maka untuk satu molekul
glukosa yang mengalami oksidasi secara sempurna akan
menghasilkan ATP kotor sebanyak 38 atau 40 dan
menghasilkan ATP bersih sebanyak 36 atau 38 (gambar 11.11).

28
29

Gambar 11.4 Ringkasan produksi ATP bila satu molekul glukosa mengalami
oksidasi secara sempurna (Sheeler & Bianchi, 1983)
A. Mitokondria sebagai Organel Semi Otonom
Peranan mtDNA dalam mitokondria sama dengan
peranan DNA dari sel eukariotik yang menghasilkan rRNA,
tRNA, dan mRNA. Selanjutnya, ditranslasi menjadi protein.
Walaupun peranannya sama, tetapi produksinya tidak sama.
Mitokondria merupakan organel semi otonom (gambar
11.13). dalam hal ini, terjadi hubungan fungsional antara inti dan
mitokondria.

Gambar 11.5 Hubungan fungsional antara inti dengan mitokondria (Thorpe,


1984)
Mekanisme transkripsi dan translasi pada mitokondria
tergantung pada genetik inti. Bahan-bahan tertentu seperti
rRNA, tRNA, dan mRNA, tidak tergantung pada inti. Protein -
protein tertentu yang ditentukan oleh inti misalnya protein
ribosom, RNA polimerase, DNA polimerase, tRNA-aminoasil
sintetase, dan faktor-faktor sintesis protein. Dari gambaran di
atas, jelas bahwa untuk aktivitas mitokondria, beberapa
kebutuhannya masih tergantung pada inti. Namun beberapa
kebutuhan yang lain tidak tergantung pada inti. Oleh sebab itu,
mitokondria dianggap sebagai organel semiotonom.

30

Anda mungkin juga menyukai