Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

REAKSI-REAKSI SPESIFIK ASAM AMINO DAN PROTEIN

NAMA

: FARAH UMAR SETIA N

NIM

: H 411 12 272

KELOMPOK

: III (TIGA) C

HARI/TANGGAL

: KAMIS/24 OKTOBER 2013

ASISTEN

: NURHAJRAH

LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup, baik tumbuhan
maupun hewan. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan
komponen terbesar setelah air. Kira-kira lebih dari 50% berat kering sel terdiri
atas protein. Protein merupakan senyawa kompleks yang terdiri atas unsur-unsur
karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Banyak pula protein yang mengandung
unsur logam belerang dan fosfor dalam jumlah sedikit (Yazid dan Nursanti,
2006).
Didalam tubuh, protein mempunyai peranan yang sangat penting. Fungsi
utamanya sebagai zat pembangun atau pembentuk struktur sel, misalnya
pembentuk kulit, otot, rambut, membran sel, jantung, hati, ginjal, dan beberapa
organ penting lainnya. Kemudian, terdapat pula protein yang mempunyai fungsi
khusus, yaitu protein yang aktif. Beberapa diantaranya adalah enzim yang
berperan sebagai biokatalisator. Protein dalam tubuh manusia diperoleh dari
bahan makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan. Protein yang
berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan
disebut protein nabati (Yazid dan Nursanti, 2006).
Secara kimiawi, protein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas
satuan asam-asam amino sebagai monomernya. Asam-asam amino terikat satu
sama lain melalui ikatan peptida, yaitu ikatan antara gugus karboksil asam amino
yang satu dengan gugus amino dari asam amino yang lain dengan melepaskan
satu molekul air (Yazid dan Nursanti, 2006).

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan


1.2.1 Maksud Percobaan
Untuk mengetahui, memahami dan mempelajari reaksi-reaksi spesifik dari
asam amino dan protein.
1.2.2

Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini ialah:

1. Mengidentifikasi

adanya gugus indol spesifik asam amino triptofan

melalui percobaan Adamkiewitz-Hopkins.


2. Mengetahui reaksi uji protein dengan terjadinya pengendapan, melalui
proses termokoagulasi dan pengendapan dengan asam kuat seperti asam
nitrat dan asam organik.
1.3 Prinsip Percobaan
Mengidentifikasi reaksi spesifik asam amino dan protein dengan beberapa
pereaksi tertentu yaitu melalui reaksi Adamkiewitz-Hopkins dan reaksi
pengendapan yaitu termokoagulasi dan pengendapan dengan asam kuat seperti
asam nitrat dan asam organik yang ditandai dengan adanya perubahan warna, dan
endapan yang menunjukkan bahwa adanya reaksi uji positif terhadap asam amino
dan protein.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kata protein berasal dari kata protos atau proteous yang berarti pertama
atau utama. Protein merupakan komponen utama sel hewan atau manusia. Oleh
karena sel itu berperan dalam pembentukkan dan pertumbuhan tubuh. Dalam
kehidupan protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia dalam
tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang
berfungsi sebagai biokatalis. Disamping itu hemoglobin dalam butir-butir darah
merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke
seluruh bagian tubuh adalah salah satu jenis protein. Demikian pula zat-zat yang
berperan untuk melawan bakteri penyakit atau yang disebut antigen, juga suatu
protein (Poedjiadi,1994).
Protein merupakan polimer yang tersusun dari asam amino sebagai
monomernya. Monomer-monomer ini tersambung dengan ikatan peptida, yang
mengikat gugus karboksil milik satu monomer dengan gugus amina milik
monomer di sebelahnya. Reaksi penyambungan ini (disebut translasi) secara alami
terjadi di sitoplasma dengan bantuan ribosom dan tRNA. Pada polimerisasi asam
amino, gugus -OH yang merupakan bagian gugus karboksil satu asam amino dan
gugus -H yang merupakan bagian gugus amina asam amino lainnya akan terlepas
dan membentuk air. Oleh sebab itu, reaksi ini termasuk dalam reaksi dehidrasi.
Molekul asam amino yang telah melepaskan molekul air dikatakan disebut dalam
bentuk residu asam amino (Tim Dosen Kimia, 2009).

Asam amino merupakan unit dasar struktur protein. Suatu asam amino
terdiri dari gugus amino, gugus karboksil, atom H dan gugus R tertentu yang
semuanya terikat pada atom karbon . Atom karbom ini disebut karena
bersebelahan dengan gugus karboksil (asam). Gugus R menyatakan rantai
samping (Sari, 2007).
Asam amino digolongkan menurut polaritas variabel

gugus R, yang

sifatnya sangat mempengaruhi sifat-sifat protein. Sembilan asam amino (glisin,


alanin, valin, leusin, isoleusin, fenilalanin, metionin, prolin, dan triptofan)
mempunyai rantai samping nonpolar. Rantai disamping ini mempunyai kelarutan
dalam air yang terbatas dan cenderung mencari lingkungan hidrofobik. Sebelas
asam amino lainnya mempunyai gugus polar. Dalam batas-batas pH fisiologis, 5
asam amino (aspartat, glutamin, arginin, lisin histidin) bermuatan, dan batas-batas
pH fisiologis 6 asam amino (serin, treonin, tirosin, asparagin, glutamin dan
sistein) tidak bermuatan (Colby,1985).
Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada tiap
molekulnya, yaitu gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai
struktur ion dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil pada asam amino
menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam amino mengandung kedua
gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang yang mencirikan
gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi. Asam
amino juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan memberikan
proton kepada basa kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton
dari basa kuat (Poedjiadi, 1994).

Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, baik
menggunakan enzim maupun dengan menggunakan asam, dengan cara ini
diperoleh campuran bermacam-macam asam amino dan untuk menentukan jenis
asam amino maupun kualitasnya masing-masing asam amino perlu diadakan
pemisahan antara asam-asam amino tersebut (Poedjiadi, 1994).
Seperti halnya senyawa-senyawa lainnya, asam amino dan protein juga
dapat mengalami reaksi-reaksi spesifik. Reaksi- reaksi spesifik pada asam amino
dan protein pun ada beberapa macam antara lain reaksi dengan pereaksi millon,
ninhidrin, nitroprussida, sistin, sistein (Tim Dosen Kimia, 2009).
Ada beberapa ciri molekul protein yaitu (Stanley, 1988) :
1) Berat molekulnya besar, ribuan bahkan sampai jutaan, sehingga merupakan
makromolekul.
2) Umumnya terdiri dari 20 asam amino. Asam amino berikatan secara kovalen
satu dengan yang lainnya dalam variasi urutan-urutan yang bermacam-macam,
membentuk suatu rantai polipeptida. Ikatan peptida merupakan ikatan gugus
karboksil dari asam amino yang satu dengan asam amino lainnya.
3) Terdapatnya ikatan kimia lain yang menyebabkan terbentuknya lengkunganlengkungan rantai polipeptida menjadi struktur 3 dimensi protein. Sebagai
contoh ikatan hidrogen, ikatan hidrofob/ikatan apolar, ikatan ion atau ikatan
elektrostatik dan ikatan Van der Waals.
4) Strukturnya tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti: pH, radiasi,
temperatur, dan medium pelarut.
5) Umumnya reaktif dan sangat spesifik, disebabkan terdapatnya gugus samping
yang reaktif dan susunan khas struktur molekulnya.

6) Beraksi positif terhadap pereaksi uji-uji yang spesifik seperti: Biuret,


Ninhidrin dan Millon, Xantoprotein, Sakaguchi, Adamkiewitz.
Fungsi suatu protein selain sebagai bahan makanan tergantung sepenuhnya
pada strukutur tiga dimensionalnya. Pada suatu protein dapat ditambahkan
beberapa zat yang dapat merubah struktur sekunder, tersier, dan kuartener dari
protein tersaebut. Sebagai contoh: konsentrasi ion yang tinggi dapat mematahkan
ikatan S-S diantara cystein. Meskipun zat ini tidak berubah untuk memecahkan
ikatan peptida, sehingga struktur primernya tidak berpengaruh, tetapi perlakuan
ini dapat merusak sifat protein yang menyebabkan protein tersebut tidak berfungsi
semestinya. Protein tersebut mengalami proses denaturasi. Sebagai contoh apabila
lisozim di denaturasikan maka protein tersebut tidak dapat lagi merubah
polisakarida seperti biasa. Denaturasi suatu enzim menyebabkan enzim itu tidak
dapat berfungsi lagi (Stanley, 1988).
Denaturasi antibodi menyebabkan zat-zat tersebut tidak dapat mengenal
dan bereaksi dengan antigen. Jika fungsi protein tergantung pada konfirmasinya,
maka lazim pula dikatakan bahwa konfirmasi protein tergantung pada struktur
primernya. Dengan kata lain pada urutan tepat didalam protein tersebut. Jika
diambil zat lisozim yang telah di denaturasi dan mengembalikan kondisi pH,
kadar garam dan sebagainya dalam kondisi normal, maka lisozim tersebut
mendapatkan kembali strukutur sekunder dan tersiernya yang khas. Ini dapat
dilihat dari kembalinya sifat katalitik. Begitu juga dengan antibodi, yang dapat
didenaturasi secara reversibel, dikembalikan dalam keadaan normal, maka
antibodi tersebut memperoleh kembali kemampuannya untuk mengikat antigen
(Stanley, 1988).

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1

Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : larutan protein

(albumin), larutan asam amino (Alanin, Asam aspartat, Glisin), reagen Hopkins,
larutan NaOH 0,1 M, larutan asam nitrat (HNO3) pekat, larutan asam sulfat
(H2SO4) pekat, larutan asam asetat (CH3COOH) 0,1 M, larutan asam trikloroasetat
7%.
3.2

Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : tabung reaksi, pipet

skala 1 mL, gegep, rak tabung, penangas air, sikat tabung dan gelas kimia 600
mL.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1

Reaksi Adamkiewitz Hopkins


Empat buah tabung reaksi diisi dengan

larutan glioksilik (reagen

Hopkins) sebanyak 2 mL, kemudian ditambahkan 2 mL asam-asam amino (alanin,


asam aspartat, dan glisin) dan albumin. Pada tabung 1 diisi dengan alanin, tabung
2 diisi dengan asam aspartat, tabung 3 diisi dengan albumin dan tabung 4 diisi
dengan glisin. Diaduk, kemudian dengan pipet dimasukkan ke dalam masingmasing tabung tanpa mencampurkan, sebanyak 4 mL asam sulfat pekat. Diamati
perubahan yang terjadi.

3.3.2

Reaksi-reaksi Pengendapan

3.3.2.1 Termokagulasi
Dua buah tabung reaksi yang diisi dengan larutan asam amino (alanin) dan
albumin 2 mL. Pada tabung reaksi 1 diisi dengan alanin dan tabung reaksi 2 diisi
dengan albumin. Kemudian dibasakan dengan ditambahkan 1 tetes NaOH 0,1 M
ke dalam tiap tabung,

semua tabung dipanaskan hingga mendidih,

lalu

diasamkan larutan panas tadi dengan asam asetat 0,1 M, diamati perubahan yang
terjadi.
3.3.2.2 Pengendapan dengan Asam Kuat
3.3.2.2.1 Asam Nitrat
Dua buah tabung reaksi diisi masing-masing larutan albumin 2 mL dan 2
mL asam amino (alanin). Kedua tabung tersebut ditambahkan larutan asam nitrat
pekat sebanyak 1 mL, tanpa dicampur. Diamati perubahan yang terjadi.
3.3.2.2.2 Asam Organik
Dua buah tabung reaksi diisi masing-masing 2 mL larutan albumin dan 2 Ml
dan asam amino (alanin), ditambahkan dengan menggunakan 1 mL larutan
trikloroasetat 7 % , tanpa dicampur. Diamati perubahan yang terjadi.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1

Reaksi Adamkiewitz-Hopkins
Larutan Protein dan Larutan

No
1.

Warna
Reagen Hopkins
Asam Sulfat pekat

Asam Amino
Albumin

Putih keruh

Kuning pekat dan


putih (2 fase)

2.
3.
4.

4.1.2

Alanin
Glisin
Asam aspartat

Bening
Bening
Bening

Bening
Bening
Bening

Reaksi reaksi Pengendapan

4.1.2.1 Termokoagulasi
Larutan Protein dan
No
1.
2.

4.1.2.2

Penambahan

Warna
Setelah

Penambahan

NaOH

pemanasan

Asam Asetat

Bening

Sedikit

Banyak

Bening

endapan
Bening

endapan
Bening

Larutan Asam Amino


Albumin
Alanin

Pengendapan dengan Asam Kuat

4.1.2.2.1 Asam Nitrat

No

Larutan Protein dan Larutan Asam


Amino

Penambahan asam nitrat


pekat

1.

Albumin

Kuning muda

2.

Alanin

Bening

No

Larutan Protein dan Larutan Asam


Amino

Penambahan asam
trikloroasetat 7%

1.

Albumin

Bening, ada endapan putih

2.

Alanin

Bening

4.1 Asam Organik

4.2 Reaksi
4.2.1
a.

Reaksi Adamkiewitz-Hopkins
Albumin
OO
N

CH-COOH + C-C
NH2

H H

-CH2-CH-COOH
N

NH-CHOH-COOH
H

-CH2-CH-COOH
N

N
CH-COOH

H2SO4 pekat

-H2O

b. Alanin
H - CH - COOH

H2SO4 pekat

NH2
c. Glisin
H2SO4 pekat

d. Asam Aspartat

H2SO4 pekat

4.2.2

Reaksi reaksi pengendapan

4.2.2.1

Termokoagulasi

1) Albumin
+

O
O
H3N-CH-C NH-CH C- NH-CHCOOH+NaOH
R1

R2
O

-H2O

R3

H2N-CH-C NH-CH C- NH-CHCOONa+CH3COOH


R1

R2
O

R3

H2N-CH-C NH-CH C- NH-CHCOOH+CH3COONa


R1

R2

R3

2) Alanin
H - CH - COOH + NaOH + CH3COOH
NH2

4.2.2.2

Pengendapan dengan asam kuat

4.2.2.2.1

Asam nitrat

1) Albumin
O

H3N -CH -C - -NH - CH - C - - NH -CH- C - OH + HNO3


R1

R2

R3

O2N - C -NH-CH -C - -NH - CH - C - - NH -CH - C - OH + H2O


R1

R2

R3

2) Alanin
H - CH - COOH + NaOH + HNO3
NH2
4.2.2.2.2

Asam organik (trikloroasetat)

1) Albumin
O

H2N-CH-C-NH-CH-C-NH-CH-C-OH+CCl3-C-OH
l
l
l
R1
R2
n R3

Cl3C -C-NH-CH-C-NH-CH-C-NH-CH-C-OH+H2O
l
l
l

R1

R2

R3

2) Alanin
O
CH2-CH-COOH-NaOH + CCl3 C
NH2

4.3

OH

Pembahasan

4.3.1 Reaksi Adamkiewitz-Hopkins


Setelah larutan albumin ditambahkan dengan larutan reagen Hopkins, larutan
menjadi putih keruh. Lalu ditambahkan dengan larutan H2SO4 (asam sulfat) pekat,
larutan berubah dan terbentuk 2 fase yaitu putih dan kuning pekat pada bagian
bawah namun tidak terlihat adanya cincin flokulasi yang berwarna ungu. Dimana
pada percobaan Hopkins ini yang ingin diamati adalah munculnya cincin flokulasi
berwarna ungu, yang jika pada suatu protein yang mengandung asam amino
triptofan yang memiliki gugus indol. Namun ternyata pada percobaan yang
dilakukan tidak terdapat cincin berwarna ungu bisa dikatakan bahwa gugus indol
yang terdapat pada dalam albumin sangat sedikit. Faktor lain yang menyebabkan
tidak adanya cincin flokulasi ungu yakni albumin mengalami denaturasi
(kehilangan struktur tersier dan sekunder dengan penerapan beberapa tekanan
eksternal atau senyawa).
Pada larutan asam amino alanin yang ditambahkan dengan larutan reagen
Hopkins, tidak terjadi perubahan apa-apa. Saat ditambahkan lagi dengan larutan
asam sulfat pekat, campuran larutan tidak mengalami perubahan. Hal ini
dikarenakan alanin merupakan asam amino (monomer) sementara reagen hopkins
digunakan untuk menguji protein yang mengandung asam amino.

4.3.2

Reaksi Pengendapan

4.3.2.1

Termokoagulasi

Pada reaksi ini, albumin yang ditambahkan dengan larutan NaOH dan
dipanaskan sampai mendidih membentuk larutan bening, sebab yang terbentuk
yaitu garam-garam protein. Penambahan asam asetat setelah dibasakan kemudian
dipanaskan maka terjadilah koagulasi yaitu terjadinya pengggumpalan pada
larutan (berwarna putih). Hal ini disebabkan karena penambahan asam asetat
menetralkan larutan albumin yang sebelumnya dalam keadaan basa. Koagulasi ini
terjadi pada suhu yang tinggi, dan dalam keadaan larutan dengan pH netral.
Sedangkan pada asam amino alanin yang ditambahkan dengan larutan NaOH
dan dipanaskan hingga mendidih, tidak terjadi perubahan, begitu pula saat
ditambahkan lagi dengan larutan asam asetat 0.1 M. Hal ini dikarenakan alanin
merupakan asam amino sementara reaksi pengendapan adalah reaksi yang
digunakan untuk menguji protein yang mengandung asam amino.
4.3.2.2

Pengendapan dengan Asam Kuat

4.3.2.2.1 Asam Nitrat


Pada reaksi ini, setelah larutan albumin ditambahkan dengan larutan asam
nitrat tanpa dikocok. Larutan tersebut akan membentuk 2 fase yakni pada bagian
atas berwarna putih dan bawah berwarna kuning. Setelah dibiarkan beberapa
menit, akan menjadi 1 fase dan warna keseluruhan dari larutan menjadi kuning
muda. Hal ini menunjukkan bahwa larutan protein mengalami denaturasi.
Perubahan ini terjadi karena larutan protein (albumin) dapat bereaksi dengan asam
asetat. Adanya perubahan warna disebabkan adanya senyawa yang mengandung

kromatoform. Berbeda dengan asam amino yang lainnya, dalam praktikum ini
alanin, tidak mengalami perubahan warna karena ada asam amino spesifik yang
terdapat pada larutan albumin yaitu triptofan.
4.3.2.2.2 Asam Organik (Asam Trikloroasetat)
Pada pengendapan dengan TCA 7%, larutan albumin mengalami perubahan
pada penambahan TCA 7%, yaitu menjadi bening dan terdapat sedikit endapan
putih dan tidak terdapat cincin flokulasi. Perubahan ini terjadi karena larutan
protein atau albumin dapat bereaksi dengan larutan TCA 7% dan menandakan
bahwa larutan protein (albumin) dapat mengalami denaturasi dari penambahan
TCA 7%, sedangkan pada asam amino (alanin) tidak mengalami perubahan tetap
bening tanpa endapan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan , dapat disimpulkan bahwa:

1.

Reaksi Adamkiewitz-Hopkins spesifik untuk mengidentifikasi adanya


gugus indol pada asam amino triptofan.

2.

Reaksi termokoagulasi spesifik untuk melihat terjadinya denaturasi protein


pada suhu yang tinggi dan pH yang netral. Reaksi pengendapan asam kuat
spesifik untuk melihat denaturasi irreversible pada protein dengan
terbentuknya cincin flokulasi pada larutan.

5.2

Saran

5.2.1 Saran untuk Percobaan


Mungkin untuk kedepannya pada percobaan reaksi spesifik asam amino
dan protein ini dapat digunakan larutan protein lain, selain albumin.
5.2.2 Saran untuk Laboratorium
Menurut saya, fasilitas di laboratium biokimia sudah sangat memadai.

DAFTAR PUSTAKA

Colby, D.S., 1985, Ringkasan Biokimia Harper, Los Altos, California.


Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia, Jakarta.

Sari, M. I., 2007, Struktur Protein, (http://repository.usu.ac.id//bitstream /


123456789/1932/1/09E01872.pdf) Diakses pada hari Sabtu, tanggal 2
November 2013).
Stanley, H., 1988, Kimia Organik, ITB, Bandung
Tim Dosen Kimia, 2009, Penuntun Praktikum Biokimia Umum, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Yazid, Estien dan Lisda Nursanti. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk
Mahasiswa Analisi. CV.Andi OFFSE, Yogyakarta.

Lampiran
Alanin +reagen hopkins+as.sufat

Glisin+reagen hopkins+as.sulfat

As.aspartat+reagen hopkins+as.Sulfat

Albumin+reagen hopkins+as.sulfat

Alanin+NaOH+asam asetat

Alanin+NaOH+asam asetat

Alanin + Asam Nitrat

Albumin + Asam Nitrat

Alanin+ trikloroasetat 7%

Albumin + trikloroasetat 7%

LAMPIRAN

BAGAN KERJA

Reaksi AdamkiewitzHopkins

Dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi yang


berbeda sebanyak 2 mL reagen hopkins
Ditambahkan ke dalam 4 tabung reaksi
berbeda 2 mL (albumin, alanin, glisin dan
asam aspartat) kemudian aduk

Diamati dan dicatat


perubahan yang terjadi

Ditambahkan 4 mL asam sulfat pekat pada


setiap tabung reaksi tanpa diaduk

Reaksi-reaksi Pengendapan

Termokoagulasi
Dipipet sebanyak 5 mL alanin dan
albumin
Dibasakan dengan satu tetes
NaOH 0,1 M

Dimasukkan dalam tabung reaksi yang


berbeda
Dipanaskan sampai mendidih

Amati dan catat


perubahan yang terjadi

Reaksi Asam Nitrat

Diasamkan dengan CH3COOH 0.1 M

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang


berbeda 2 mL albumin dan alanin

Ditambahkan 1 mL HNO3pekat pada dasar

Amati cincin
flokulasinya

tabung di masing-masing tabung


Amati cincin flokulasinya

Reaksi Asam Organik

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang


berbeda 2 mL albumin dan alanin

Amati dan catat


perubahan yang terjadi

Ditambahkan 1 mL asam Trikloroasetat 7%


pada dasar tabung di masing-masing tabung

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 28 Oktober 2013

Asisten

NURHAJRAH

Praktikan

FARAH UMAR SETIA N

Anda mungkin juga menyukai