Anda di halaman 1dari 1

Bangunan di Jalur Hijau Wajib Dibongkar

Sebuah ruko di Jalan Letjen Suprapto dibongkar petugas Suku Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan Jakarta Pusat, Rabu (12/3). Pembongkaran dilakukan karena pemilik bangunan tidak mengantongi izin mendirikan bangunan. Ruko itu juga berada di daerah terlarang untuk bangunan, yakni di lokasi ruang terbuka hijau.

Kepala Suku Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B) Jakarta Pusat Elisabeth Ratu mengatakan, izin tidak mungkin diberikan untuk bangunan di jalur hijau. Tanah tempat bangunan itu berdiri juga tidak akan dikeluarkan sertifikat hak guna bangunan atau sertifikat hak milik. Kami sudah memberikan peringatan kepada pemilik bangunan. Bangunan juga sudah disegel, tetapi beberapa kali diturunkan oleh pemilik. Akhirnya, bangunan itu kami bongkar, ujarnya. Dia mengatakan, sekitar satu kilometer di sepanjang Jalan Letjen Suprapto itu merupakan area jalur hijau. Namun, pihaknya baru menindak bangunan yang baru dibangun. Sementara bangunan permanen yang sudah berdiri sejak lama akan dievaluasi Dinas P2B DKI. Ratu berharap, masyarakat berhati-hati sebelum membeli tanah dan mengecek peruntukan tanah. Tentang area bekas stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) di Jalan Tanah Abang Timur yang belum dikembalikan sebagai ruang terbuka hijau, Ratu mengatakan, pihaknya masih akan meneliti lahan itu. Ali, warga RW 005, mengatakan, bangunan yang dirobohkan itu baru saja dibangun. Dia mengaku tidak mengetahui bahwa kawasan itu merupakan jalur hijau. Apalagi, sudah banyak bangunan berdiri sejak lama.

Prioritas
Kepala Dinas P2B Provinsi DKI Jakarta Putu Indiana mengatakan, bangunan di Jalan Letjen Suprapto tidak akan diterbitkan IMB sebab kawasan itu untuk RTH. P2B DKI tidak akan memberi toleransi bagi warga yang melanggar ketentuan pendirian bangunan. Walau begitu, Putu mengakui tidak semua penertiban bisa dilakukan karena jumlahnya sangat banyak di wilayah Jakarta. Putu memprioritaskan penertiban di wilayah yang strategis. Harapannya, setelah penertiban ada efek jera bagi pemilik bangunan lain. Jumlah pegawai dan waktu kami terbatas. Tidak mungkin semua pelanggar kami tertibkan seketika, kata Putu. Dia belum dapat memastikan berapa jumlah pelanggaran pendirian bangunan. Agar masyarakat mendapatkan informasi yang benar, Putu menyarankan agar mencari informasi ke situs Dinas P2B DKI atau Dinas Tata Ruang DKI Jakarta. Kendalanya memang pada warga yang tidak dapat mengakses internet. Namun, kami akan mencari cara agar mereka dapat mengerti ketentuan pendirian bangunan, kata Putu. Sepanjang 2013, dinas P2B telah menertibkan 1.520 bangunan yang melanggar perizinan di Jakarta. Jumlah pemohon izin pendirian bangunan rata-rata setiap tahun 12.000-13.000 pemohon.
Sumber: Kompas/13 Maret/2014

Anda mungkin juga menyukai