Pengertian
Pertanggungjawaban menurut hukum seseorang atas perbuatan salah yang dilakukan oleh orang lain
(the legal responsibility of one person for the wrongful acts of another)
Vicarious Liability
Seperti penyertaan: ada (minimal) 2 orang , yaitu:
Pelaku fisik (pleger) dan orang selain pelaku fisik yang (juga) dapat dimintai pertanggungjawaban
Konstruksinya mirip dengan bentuk penyertaan
menyuruh melakukan dan membujuk/menggerakan untuk melakukan , di mana ada yang memenuhi rumusan delik (pelaku fisik) dan ada yang sama sekali tidak memenuhi rumusan delik (bukan pelaku fisik)
Pertanggung jawaban bukan pelaku fisik (penyuruh, penggerak) berdasarkan unsur kesengajaan (niat, kehendak untuk melakukan tindak pidana)
Pertanggung jawaban bukan pelaku fisik (atasan, majikan) bukan berdasarkan unsur kesengajaan , tapi atas dasar adanya hubungan tertentu antara ybs. dengan pelaku fisik
Vicarious liability
Awalnya merupakan konsep hukum perdata
(respondeat superior)
The employer is vicariously liable for the torts
hanya dapat dilakukan oleh orang dalam status tertentu dapat berlaku lebih efektif
The key ideas in the criminal law doctrine of vicarious liability (Fletcher):
(1) There must be a punishable crime by perpetrator (2) There must be a particular kind of relationship between
perpetrator and the party to be held liable (3) The criminal act must be committed in furtherance or in the scope of that relationship
Untuk tindak pidana yang masuk katagori public nuisance dan criminal libel Dalam hal ditentukan dalam UU: prinsip delegasi (the delegation principle): Bila ditentukan oleh hukum bahwa perbuatan buruh dipandang sebagai perbuatan majikan (the servants act is the masters act in law)
Pembatasan
Vicarious Liability tidak dapat diterapkan: bila tidak masuk lingkup pekerjaan atau
kewenangannya Bila yang dilakukan employee merupakan perbuatan bantuan/pembantuan (aiding and abetting) Bila yang dilakukan employee adalah percobaan tindak pidana (attempt to commit an offence)
RKUHP
(1) Bagi tindak pidana tertentu, Undang-Undang
dapat menentukan bahwa seseorang dapat dipidana semata-mata karena telah dipenuhinya unsur-unsur tindak pidana tersebut tanpa memperhatikan adanya kesalahan. (2) Dalam hal ditentukan oleh Undang-Undang, setiap orang dapat dipertanggungjawabkan atas tindak pidana yang dilakukan oleh orang lain.