Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

POMFOLIKS

Oleh: ADE PRATAMA HERIANSA REYKI YUDHO HUSODO

Pembimbing: dr. Nurita, Sp.KK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkatNya, karya tulis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Karya tulis dengan judul Pomfoliks ini ditulis dalam rangka menjalani Kepaniteraan Klinik SMF Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. dr. Nurita, Sp.KK selaku pembimbing penulisan laporan ini. 2. semua pihak yang telah membantu penyelesaian karya ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis.Untuk ini penulis

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak.

Palembang, April 2014

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

Dermatitis adalah suatu reaksi peradangan kulit terhadap berbagai rangsangan endogen ataupun eksogen. Dermatitis menggambarkan kelompok penyakit dengan gambaran histologik dan klinis yang bervariasi tergantung dari stadium penyakitnya. Dermatitis menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik seperti eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi, dan keluhan gatal. Pomfoliks atau disebut juga dermatitis dishidrosis adalah suatu dermatitis endogen yang ditandai dengan vesikula yang kemudian menjadi erupsi vesikula menonjol hingga fisura dan likenifikasi di telapak tangan atau telapak kaki. Penderita dermatitis dishirotik biasanya memiliki riwayat kecenderungan atopik. Kondisi ini tidak menular. Factor predisposisi: allergen, stress, perubahan musim

BAB II LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN Nama Umur : Nn. S : 11 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan Agama Alamat : Pelajar : Islam : Jl. Opi

2. ANAMNESIS Keluhan Utama: timbul bintik-bintik merah pada tangan ....dan kaki ... sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan Tambahan : rasa nyeri

Riwayat Penyakit Sekarang: Sejak 2 minggu yang lalu pasien mengeluh gatal pada tangan kiri dan kaki kanan. Pasien mengatakan pertama kali timbul bintik-bintik merah pada kaki kanan yang disertai rasa gatal. Bintik merah tersebut berisi cairan yang kemudian pecah ketika digaruk. Akhirnya bintik tersebut berubah menjadi seperti timbul nanah. Pada tangan kiri juga terdapat keluhan yang sama dengan kaki. Pasien merasa gatal disetiap waktu, baik ketika berkeringat ataupun tidak berkeringat. Rasa gatal juga disertai dengan rasa nyeri. Pasien mengatakan bahwa mandi setiap hari dengan menggunakan sabun. Pasien juga tidak pernah menggunakan handuk secara bersamaan dengan anggota keluarga yang lain. Sejak 1 minggu yang lalu pasien menggunakan ampicilin bubuk dengan cara menaburkannya pada daerah yang terdapat rasa gatal dan basah. Bagian yang basah dirasakan mengering dan menghitam.

Sejak 3 hari yang lalu pasien mengatakan keluhan pada kaki sudah berkurang, hanya meninggalkan bekas hitam yang sebelumnya terdapat bintik.

Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien tidak pernah memiliki riwayat penyakit berat, riwayat Jantung (-), riwayat asthma (-), hipertensi (-), diabetes mellitus (-), riwayat dengan keluhan yang sama (+) sekitar 1 tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada riwayat penyakit yang sama.

Riwayat Alergi: riwayat penggunaan obat-obatan dan riwayat alergi pada obat-obatan dan makanan (-).

Riwayat Pengobatan : Pasien menggunakan ampicilin bubuk.

3. PEMERIKSAAN FISIK Tanggal Pemeriksaan :2 April 2014 Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital: Nadi : 90 x/menit Suhu: 36,3 C Respirasi : 22 x/menit

Status Dermatologikus

Pada regio cruris anterior dekstra et sinistra, terdapat likenifikasi, multiple, numular dan diskret.

4. DIAGNOSIS BANDING: Pomfoliks Pemfigo Bulosa

5. DIAGNOSIS : Pomfoliks

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG Diagnosis Dyshidrotic Eczema biasanya ditegakkan berdasarkan

pemeriksaan klinis semata dan mudah untuk didiagnosis karena cenderung tidak menyerupai keadaan lainnya. Pemeriksaan kultur bakteri dan sensitifitas dilakukan jika curiga adanya infeksi sekunder. Sedangkan tes darah biasanya tidak diusulkan, tapi biasanya IgE-nya meningkat. Dapat juga dilakukan uji tempel (Patch Test) bila dicurigai adanya dermatitis kontak alergi.2 . 7. USULAN TERAPI: Penyisipan tampon telinga kecil berantibiotik: Otolin (Chloramphenicol 5%, polymyxin B sulfate 10,000 iu, benzocaine 1%, nipagin 1%) 3-4 tetes / 3-4 kali perhari Analgesik : Asam mefenamat 500gr 3x1 jika perlu

8. PROGNOSIS : Ad vitam Ad sanationam Ad fungsionam Ad kosmetikam : bonam : bonam : bonam : bonam

9. KIE : Pasien diberitahu bahwa pasien mengalami infeksi pada liang telinga. Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin terjadi pada pasien. pasien harus menjaga agar telinganya selalu kering.jika perlu, menggunakan alcohol encer secara rutin tiga kali seminggu. Pasien diingatkan agar tidak menggaruk/membersihkan telinga dengan cotton bud terlalu sering.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

A.

Definis Pomfoliks adalah suatu ekzema endogen yang ditandai dengan erupsi vesikula

menonjol, bersifat menahun dimana lepuhan-lepuhan yang terasa gatal timbul di telapak tangan dan pinggiran jari-jari tangan, juga bisa ditemukan di telapak kaki. Lepuhan ini seringkali bersisik, berwarna merah dan berair. Pomfoliks kadang disebut dishidrosis. Karena lokalisasinya di tempat yang banyak keringat (hiperhidrosis), diduga keringat sebagai penyebabnya (dishidrotik). Secara histologik dijumpai vesikula yang penuh berisi cairan, di epidermis.1

B.

Etiologi Karena lokalisasinya di tempat yang banyak berkeringat (hiperhidrosis), diduga

keringat sebagai penyebabnya (dishidrotik). Penderita juga mempunyai riwayat kecenderungan atopi (eksema, asma, hay fever dan rinitis alergika).3 Penyebab Dyshidrotic Eczema belum diketahui dengan pasti. Dyshidrotic Eczema sering timbul bersamaan dengan penyakit kulit lain misalnya dermatitis atopik, dermatitis kontak, alergi terhadap bahan metal, infeksi dermatofita, infeksi bakteri, lingkungan dan stres. Ada beberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan yaitu :2 Faktor genetik : Kembar monozigot dapat secara serentak dipengaruhi oleh Dyshidrotic Eczema. Atopi : Sebanyak 50% pasien dengan Dyshidrotic Eczemadilaporkan baik secara personal maupun keluarga mempunyai atopi diatesis (eksema, asma, hay fever, rinitis alergika) - Serum IgE akan meningkat, sekalipun pasien dan keluarga tidak mempunyai riwayat atopi.

- Dyshidrotic Eczema bisa merupakan manifestasi awal dari diatesis atopi. Sensitif terhadap nikel : Ini mungkin faktor yang signifikan dalam Dyshidrotic Eczema namun mempunyai jumlah yang rendah,

sedangkan dalam beberapa studi lain dilaporkan adanya peningkatan terhadap sensitifitas terhadap nikel. Diet rendah nikel : Hal ini dilaporkan dapat menurunkan frekuensi dan keparahan dari Dyshidrotic Eczema. Reaksi id : Timbulnya Dyshidrotic Eczematidak selalu berhubungan dengan paparan bahan kimia yang peka atau metal (misalnya kromium, kobalt, karbomix, fragande mix, diaminodiphenylmethana, parfum, fragrances dan balsem dari Peru). Infeksi jamur. Stres emosi : Merupakan faktor yang paling memungkinkan menyebabkan Dyshidrotic Eczema. Banyak pasien melaporkan adanya Pompholyx berulang selama periode stres. Perbaikan Dyshidrotic Eczema menggunakan biofeedback untuk mengurangi stres. Faktor lain : Faktor yang dilaporkan bisa menyebabkan dyshidrotic eczema antara lain rokok, kontrasepsi oral, aspirin dan implan metal.

C.

Patofisiologi Mekanisme mengenai terjadinya dermatitis dishidrosis sendiri masih belum

jelas. Hipotesis paling awal mengemukakan bahwa lesi-lesi vesikel yang timbul pada dermatitis dishidrosis disebabkan oleh ekskresi keringat yang berlebihan ( excessive sweating). Namun sekarang hipotesis ini sudah tidak digunakan lagi karena lesi-lesi vesikular yang timbul pada dermatitis dishidrosis tidak berkaitan dengan saluran kelenjar keringat. Walaupun demikian, hiperhidrosis (keringat berlebihan) merupakan salah satu tanda yang terlihat secara khas pada 40% penderita dermatitis dishidrosis (istilah dishidrosis datang dari gejala berkeringat banyak / salah berkeringat).2

Dermatitis dishidrosis dikaitkan dengan riwayat atopia, di mana sekitar 50% penderita dermatitis dishidrosis juga menderita dermatisis atopik.2 Faktor-faktor eksogen seperti kontak terhadap nikel, balsam, kobalt, sensitivitas terhadap besi yang teringesti, infeksi oleh dermatofita dan infeksi bakteri juga dapat memicu dermatitis dishidrosis. Antigen-antigen ini dapat bertidak sebagai hapten dengan afinitas spesifik terhadap protein di stratum lucidum daerah palmar dan plantar. Ingesti ion metal seperti kobalt akan menginduksi hipersensitivitas tipe 1 dan 4, serta mengaktivasi limfosit T melalui jalur independen antigen leukosit. Pengikatan hapten tersebut terhadap reseptor jaringan dapat menginisiasi munculnya vesikel-vesikel di daerah palmar/plantar.2 Faktor lain, seperti stres emosional dan faktor lingkungan (pergantian musim, temperatur dan kelembaban) juga dapat memperburuk dermatitis dishidrosis. Pemberian imunoglobulin intravena dilaporkan dapat memicu dermatitis dishidrosis (dyshidroticlike eczematous).2 Pada beberapa pasien, infeksi jamur dapat menyebabkan dermatitis dishidrosis di daerah palmar. Sebuah studi mengungkapkan sepertiga kasus dermatitis dishidrosis dapat diatasi setelah penanganan untuk penyakit tinea pedis (kutu air), suatu penyakit di sela jari dan telapak kaki akibat infeksi jamur.2

D.

Gejala Klinik Pada stadium akut dijumpai banyak vesikula, yang berisi cairan, terasa sangat

gatal dan munculnya tiba-tiba. Vesikula tersebut kadang-kadang dapat berkelompok dan kemudian membentuk bula yang besar. Pada stadium subakut atau kronis, kulit kering dan berskuama. Pada 80% penderita, mengenai telapak tangan, bagian lateral jari-jari dan hanya 12% yang mengenai telapak kaki.2 Erupsinya simetris, dan sering rekuren.3 Kadang-kadang terdapat pustula dan bula yang kemudian lebih sering sembuh dengan mengering daripada memecah.

Umumnya bisa menjadi infeksi sekunder dan sesudah itu kulit menjadi kering atau terpecah-pecah dan deskuamasi.4 Sering didapatkan pada orang-orang yang banyak berkeringat pada tangan dan kaki. Beberapa faktor yang digali dari anamnesis dapat terkait dengan dermatitis dishidrosis, antara lain stress emosional, riwayat atopik diri sendiri atau keluarga, pajanan terhadap antigen tertentu (seperti kobalt, nikel, balsam, krom, dll), riwayat pengobatan dengan terapi imunoglobulin intravena, atau riwayat penyakit HIV.2

E.

Diagnosis Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang ditemukan, kultur

bakteri dan sensitivitas, uji tempel, dan histopatologi (adanya spongiosis disertai infiltrasi limfosit dan/atau bula/vesikel intraepidermal).

F.

Penatalaksanaan Tatalaksana dapat berupa kompres basah untuk bula dan pemberian kortikosteroid

sistemik dan topikal yang berfungsi sebagai antiinflamatorik dan mempengaruhi sistem imun tubuh.2 a. Kompres dingin Kompres dingin dilakukan sebanyak 4 kali dalam sehari selama 15 menit. Ini akan membuat bulla/vesikel menjadi kering. Kompres dingin tidak boleh dilakukan pada ekzem yang kering.2 b. Emolien pada lesi kulit yang kering Emolien ini berfungsi untuk menjaga kulit tetap lembab/lembut.2 c. Steroid topikal Steroid topikal sebaiknya digunakan pada malam hari. Steroid topikal berguna untuk mengurangi peradangan dan rasa gatal. Steroid cream digunakan pada kulit yang melepuh dan mengeluarkan cairan. Steroid ointment digunakan untuk kulit yang kering.2 d. Kortikosteroid sistemik Kortikosteroid sistemik hanya perlu pada kasus yang berat. Biasanya diberikan dalam bentuk tablet atau injeksi. Keadaan akan membaik secara perlahan tetapi dapat kambuh kembali bila pengobatan dihentikan. Pengobatan dengan kortikosteroid dalam waktu yang lama jarang dianjurkan karena efek sampingnya yang berat.2

e. Antibiotik Antibiotik diberikan apabila dicurigai adanya infeksi sekunder, misalnya Flucloxacillin, Tiamfenikol dan lain-lain. Dyshidrotic Eczema dapat disembuhkan dengan :1 Krim kortikosteroid Asam salisilat 5% dalam alkohol Krim vioform 3% memberi hasil yang baik Bila madidans : kompres dengan KMnO4 1 : 5000 Pada kasus-kasus yang berat diberikan kortikosteroid sistemik seperti : prednison, prednisolon atau tiamsinolon

G.

Komplikasi

komplikasi dari Dyshidrotic Eczema:2 Infeksi bakteri sekunder dari vesikel atau bula bisa menyebabkan selulitis, limfadenitis dan septikemia. Perubahan susunan dan bentuk kuku tampak gambaran seperti garis melintang, menebal, perubahan warna dan kuku yang berlubang.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada kasus dari anamnesis diperoleh pasien datang dengan keluhan berupa muncul bintil pada tangan dan kiri. Dari pemeriksaan fisik pada predileksi manus dextra diperoleh lesi berupa deep vesikel, multipel dengan erosi dan eksoriasi, lokal, asimetris. Diagnosis banding dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut adalah Pomfoliks, Pemfigus bulosa, Psoriasi pustulosa palmoplantar. Sedangkan diagnosis kerja untuk kasus ini adalah Pomfoliks. Sedangkan treatment pada kasus ini diberikan Kloderma Cream, Prohistin, Sagestam Cream. Pomfoliks merupakan varian dari dermatitis yang ditandai oleh adanya vesikel dan bula pada telapak tangan, telapak kaki dan pada permukaan lateral jari tangan yang bersifat rekuren, akut dan kronis, di mana etiologinya belum diketahui secara pasti. Dermatitis dishidrosis disebut juga pompholyx. Dyshidrotic Eczemasemula diduga sebagai tanda gangguan pengeluaran keringat, namun sekarang beberapa penyebab telah ditemukan yaitu antara lain dermatitis kontak (nikel pada wanita), reaksi id yang menyebar akibat infeksi jamur atau bakteri, erupsi akibat obat, dermatofitid dan penyebab lain yang tidak diketahui. Bisa juga karena stres emosi, makanan atau obat-obatan. Banyak menyerang pada orang dewasa dengan frekuensi yang sama antara wanita dan pria. Diagnosis Dyshidrotic Eczema biasanya ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis semata dan mudah untuk didiagnosis karena cenderung tidak menyerupai keadaan lainnya. Pemeriksaan kultur bakteri dan sensitifitas dilakukan jika curiga adanya infeksi sekunder. Sedangkan tes darah biasanya tidak diusulkan, tapi biasanya IgE-nya meningkat. Dapat juga dilakukan uji tempel (Patch Test) bila dicurigai adanya dermatitis kontak alergi. Pada kasus ini pasien diberikan Kloderma Cream yang merupakan kortikosteroid topikal, yang bertujuan untuk menekan peradangan, dan dihentikan setelah hasil pengobatan tercapai. Prohistin tab 10 mg merupakan antihistamin, dapat sebagai antipruritus. Sagestam Cream merupakan antibiotik topikal, pada kasus ini Sagestam

Cream diberikan pada bagian lesi yang basah, bermanfaat untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder. Pada pasien ini lesi yang basah tidak diberikan KMnO4 1 : 5000 karena telah diberikan Sagestam Cream, tujuan pemberian KMnO4 1 : 5000 adalah sabagai disinfektan, hal ini dapat digantikan dengan pemberian Sagestam Cream.

DAFTAR PUSTAKA

Siregar, R.S. 1996, Atlas Berwarna SARIPATI PENYAKIT KULIT, EGC, Jakarta

Burdick, A.E. 2004, Dyshidrotic Eczema, Department of Dermatology, University of Miami School of Medicine, http ://www.eMedicine.com

Harahap, H. 2000, Ilmu Penyakit Kulit, Hipokrates, Jakarta

Wilkinson, J.D., Shaw, S. dan Fenton, D.A. 1994, Atlas Bantu DERMATOLOGI, Hipokrates, Jakarta

Djuwanda, Adhi, dkk. 2005,Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Balai, Penerbitan FK UI : Jakarta

Steigleder, G.K. dan Maibach, H.I. 1995, Atlas Saku PENYAKIT KULIT, Binarupa aksara, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai