Anda di halaman 1dari 270

PEMICU 3A-BLOK UROGENITAL

ASRI SYAFILLA NUR LESTARI


405100096
Anatomi Genitalia Laki-laki
Internal
Testis
Epididymis
Funiculus spermaticus
Ductus deferens
Vesicula seminalis beserta
salurannya
Ductus ejaculatorius
Prostata
Glandula bulbourethralis
Eksternal
Penis
Urethra
Scrotum

Testis
Lapisan-lapisan dalam ke luar : tn. Vaginalis testis,
Fascia spermatica interna, Fascia cremasterica, Fascia
spermatica externa, Tunica dartos, Kulit
Terdapat dalam scrotum
Bentuk : oval seperti almond
Ukuran : 5 cm x 3 cm x 2,5 cm
Tubuli seminiferus dalam lobuli testis
Tubuli seminiferi contorti + tubuli seminiferi recti =
parenchyma testis
Lapisan
TESTIS
Testis
Tubuli seminiferi recti dalam mediatinum testis
membentuk rete testis
Saluran-saluran kecil dari rete testis = ductuli
efferentes testis
PD: a. testicularis (cab. aorta abdominalis)
plexus pampiniformis v. Testicularis (dex et
sin) VCI (dex), v. renalis sinistra
Saraf : cab plexus aorticus dan plexus renalis
Limfe : nodi lymphoidei paraaortici
Epididymis
Saluran berkelok yang melekat pada bag posterior
testis
Bentuk : seperti tanda koma
Panjang : + 6 cm
Struktur : caput, corpus, cauda
Terdapat ductus epididymidis
Tonjolan atas caput appendix epididymidis
Ductus Deferens
Kelanjutan dari cauda epididymidis
Panjang : + 45 cm
Berkelok-kelok jarak total < 30 cm
Pada bagian atas testis, bergabung dengan jaringan
ikat longgar (PD + Saraf) funiculus spermaticus
PD : a. vesicalis inferior (memperdarahi juga v.
Seminalis, bag bawah ureter, VU)
Saraf : terutama asal plexus hypogastricus (simpatis)
Funiculus Spermaticus
5 unsur :
1. Ductus deferens beserta PD dan saraf
2. Arteria + vena testicularis beserta plexus
pampiniformis
3. Saluran-saluran limfe dari testis dan epididymis
4. Sejumlah nervus testis dan epididymis
5. tn funiculi spermatici dan lig vaginale
Lapisan-lapisan : fascia spermatica externa, fascia
cremasterica, fascia spermatica interna
Vesicula Seminalis
Sepasang (kanan + kiri)
Kelenjar berbentuk kantong memanjang (+ 5 cm) dan
berlubang-lubang
Letak : depan rectum, belakang VU
Batas-batas
1. medial : ductus deferens
2. Lateral : m. levator ani
PD : a. vesicalis inferior
Saraf : asal segmen lumbal atas (simpatis), parasimpatis - asal
segmen S2-S4 (melalui nn. pelvici splanchnici)
Kelenjar penghasil semen utama

Ductus Ejaculatorius
Saluran sempit dari penyatuan ductus deferens dan
ductus excretorius vesicula seminalis
2 saluran (ka + ki) menembus prostata dan bermuara
pada pars prostatica urethrae (ka-ki utriculus
prostaticus)
Prostata
Bangunan pucat + konsistensi keras
Sebagian berupa kelenjar dan sebagian berupa otot
Letak : tepat di bawah cervix VU pada bag awal urethra
Bentuk : seperti kerucut/chestnut
Ukuran : + 4 cm x 3 cm x 2 cm
Struktur : basis, apex, 3 permukaan (facies anterior,
posterior, lateralis)
Makroskopik : lobus dex et sin, lobus medius
Prostata
Potongan melintang : lobus lateralis (ka-ki), lobus
medius dan posterior
Ditembus : urethra dan ductus ejaculatorius
Depan : plexus prostaticus (vena)
PD : cab a. vesicalis inferior, a. rectalis media dan a.
pudenda interna
Saraf : asal plexus hypogastricus inferior
Limfe : aliran terkait aliran limfe dari v. seminalis dan
cervix VU
Glandula Bulbourethralis
= Glandula Cowperi, ada sepasang
Bentuk : bulat kecil
Letak : belakang atas pars membranacea urethrae
(antara fascia superior-inferior diaphragmatis
urogenitalis, tepat di atas bulbus penis)
Ductus (+ 2,5 cm) menembus membrana perinei lalu
memasuki bulbus penis dan bermuara pars
spongiosa urethrae
Penis
Struktur : radix corpus glans
Radix mengandung 1 bulbus, 2 crus penis
Ke depan, 1 bulbus + 2 crus penis = corpus penis (spongiosum
dan cavernosum)
Tempat masuk ujung buntu corpus cavernosa = glans penis
(corona collum basis)
Arteri :
1. Crura dan corpora cavernosa a. profunda penis dan a.
dorsalis penis (cab akhir a. pudenda interna)
2. Bulbus dan corpus spongiosum a. bulbi penis (cab a. pudenda
interna)
3. Kulit dan lapisan superfisial penis juga oleh a. dorsalis penis
Penis
Vena : plexus prostaticus secara langsung atau lewat v. dorsalis
penis dulu
Limfe : nodi lymphoidei inguinales superficiales
Saraf :
1. Parasimpatis asal segmen S2-S4; meliputi n. pudendus
beserta cabangnya dan n. dorsalis penis
2. Simpatis : n. ilioinguinalis (asal segmen L1)
3. Plexus nervosus pelvicus autonom
4. Kulit penis : n. Dorsalis penis, cab n. Perinealis, n.
Ilioinguinalis
5. Bagian erektil penis : serabut saraf asal plexus hypogastricus
(melalui plexus nervosus prostaticus)


Scrotum
Bentuk variasi akibat kontraksi/relaksasi tunica dartos
Letak scrotum kiri > rendah dari kanan
Ka-ki dipisahkan septum scroti
PD : aa. scrotales posteriores (cab a. pudenda interna)
dan anteriores (cab a. pudenda externa)
Saraf :
1. nn. scrotales posteriores (cab superfisial nn.
perineales)
2. rami perineales nervi cutanea femoris posterioris
3. nn. scrotales anteriores (cab n. ilioinguinalis)
Anatomi Genitalia Perempuan
Internal
Ovarium
Tuba uterina
Uterus
Vagina
Eksternal
Mons pubis
Labia majora et minora
Vestibulum vaginae
Clitoris
Bulbus vestibuli
Glandula vestibularis
major
Glandula mammae

Ovarium
Organ yang homolog dengan testis
Bentuk : bulat/lonjong, pipih ; konsistensi padat + permukaan
tidak rata
Letak : dekat kedua dinding lateral pelvis
Batas-batas
1. Bawah : ureter dan a. Uterina
2. Atas : iliaca externa
3. Belakang lateral (luar peritoneum) : ureter yang berjalan
sepanjang margo liber ovarii dan a. Iliaca interna + cabang
4. Depan : lig latum uteri
Ovarium
PD :
1. arteria ovarica (cab langsung aorta abdominalis)
2. vena-vena meninggalkan ovarium plexus
pampiniformis vena ovarica VCI (dextra), vena
renalis sinistra (sinistra)
Limfe : menuju nodi lymphoidei aortici laterales
Saraf : terutama plexus ovaricus (asal plexus
hypogastricus)
Tuba Uterina
= tuba Falopii/oviduct
Saluran terbentang lateral dari perbatasan fundus dan corpus
uteri
Panjang : + 10 cm
Fimbriae tubae uterinae pada ostium abdominale tubae
uterinae
Struktur : infundibulum ampulla isthmus
PD : cabang-cabang a. ovarica dan a. uterina; v. ovarica dan v.
uterina
Limfe : nodi lymphoidei aortici laterales nodi lymphoidei
lumbales
Saraf : cabang-cabang plexus ovaricus dan plexus hypogastricus
Uterus
Organ tempat berlangsungnya gestasi
Bentuk (gadis) : seperti buah pir, pipih dari depan ke
belakang
Letak : dalam rongga pelvis, antara VU-Rectum,
sedikit condong ke kiri
Ukuran : + 7,5 cm x 5 cm x 2,5 cm
Struktur : fundus corpus cervix
3 lapisan dinding uterus : perimetrium, myometrium,
endometrium

Uterus
PD :
1. Terutama oleh arteria uterina (cab a. Iliaca interna)
2. Venae uterinae plexus venosus v. iliaca interna
Limfe :
1. Fundus nodi lymphoidei aortici laterales; nodi
lymphoidei inguinales superficiales
2. Cervix nodi lymphoidei sacrales + semua nodi
lymphoidei iliaci
3. Corpus nodi lymphoidei iliaci externi
Saraf : asal plexus uterovaginalis
Vagina
Bagian akhir traktus genitalia perempuan
+ 9 cm, dalam rongga pelvis
Terdapat fornix vaginae (pars anterior, posterior, lateralis)
Dinding depan > pendek (7,5 cm)
Lapisan-lapisan dinding : tunika muskularis, lapisan jaringan
erektil, tunika mukosa
Hubungan
1. Anterior : fundus VU + urethra
2. Dorsal : excavatio rectouterina, ampulla recti, centrum
tendineum perinei
3. Lateral : pangkal lig latum uteri dan lig cardinale

Vagina
4. Bawah : m. Levator ani dan plexus venosus, glandula
vestibularis major, bulbus vestibuli
PD
1. Atas : cabang-cabang a. uterina
2. Tengah + bawah : a. vaginalis, a. vesicalis inferior, a. rectalis
media, a. pudenda interna (cabang-cabang a. iliaca interna)
3. Vv. uterinae, plexus venosus uterinus, plexus venosus
vesicalis v. iliaca interna
Limfe : nodi lymphoidei iliaci interni et externi (atas), nodi
lymphoidei inguinales superficiales (bawah)
Saraf : cabang-cabang plexus vesicalis dan plexus
uterovaginalis (simpatis) ; nn. sacrales (parasimpatis)

Mons Pubis
= mons veneris
Tonjolan membulat di depan atas symphysis
pubica
Penumpukan sejumlah jar lemak di bawah
kulit + ditumbuhi rambut pubes (pubertas)
Belakang : labia majora
Labium Majus Pudendi
Homolog dengan scrotum
2 tonjolan kulit longitudinal yang membulat pada sisi
kanan-kiri
Terbentang dari mons pubis ke pinggiran depan
perineum
PD : rami pudendi interni arteriae femoralis dan rami
labiales arteriae pudendae internae
Saraf : cabang-cabang n. ilioinguinales, n. pudendus,
rami perineales nervi cutanei femoris posterioris
Labium Minus Pudendi
2 lipatan kecil longitudinal yang tersembunyi dalam
labia major
Pars lateralis dan pars medialis
Pars medialis kanan-kiri frenulum clitoridis
Hub :
1. Lateral labia majora
2. Medial pasangannya
Vestibulum Vaginae
Tempat muara urethra, vagina, ductus glandulae
vestibularis majoris
Ostium urethrae externum tepat di depan vagina, +
2,5 cm di belakang clitoris
Bentuk ostium vaginae : sempit (hymen utuh), lebar
+ bulat (hymen robek)
Clitoris
Homolog dengan penis
Organ erektil yang sensitif
Letak : sebelah dalam commisura labiorum anterior
Struktur : corpus crus (ka-ki) glans
PD
1. Crura dan corpus : a. profunda clitoridis (cab a.
pudenda interna)
2. Glans : cabang-cabang a. dorsalis clitoridis
Saraf : asal plexus hypogastricus inferior dan n.
dorsalis clitoridis
Bulbus Vestibuli
Jaringan erektil; homolog dengan bulbus penis
Letak : samping ka-ki ostium vaginae
Ditutupi : m. bulbospongiosus (m. sphincter vaginae)
PD : a. bulbi vestibuli (cab a. pudenda interna)
Glandula Vestibularis Major
= glandula bartholini
Kelenjar homolog dengan glandula Cowperi
Letak : samping ka-ki ostium vaginae, sebelah dalam
bulbus vestibuli dan di bawah membrana perinei
Saluran keluar bermuara pada pinggir ostium vaginae
Fisiologi Alat Genitalia Pria
Organ reproduksi dalam
Testis
Saluran pengeluaran
Kelenjar aksesorius (vesikula seminalis, kelenjar
prostat dan kelenjar Cowper)
Organ reproduksi luar
Penis
Skrotum
Fungsi Testis
Testis berperan pada sistem reproduksi dan sistem
endokrin
Fungsi testis:
memproduksi sperma (spermatozoa)
memproduksi hormon seks pria seperti testosteron (sel
Leydig)
Kerja testis di bawah pengawasan hormon gonadotropik
dari kelenjar pituitari bagian anterior:
Luteinizing hormone (LH)
Follicle stimulating hormone (FSH)
Selama masa pubertas, testis berkembang untuk memulai
spermatogenesis
Ukuran testis bergantung pada produksi sperma (banyaknya
spermatogenesis), cairan intersisial, dan produksi cairan dari
sel Sertoli

Sawar Darah Testis
Molekul besar tidak dapat menembus ke lumen
(bagian dalam tubulus) melalui darah, karena adanya
ikatan yang kuat antar sel Sertoli. Fungsi dari sawar
darah testis adalah untuk mencegah reaksi auto-
imun. Tubuh dapat membuat antibodi melawan
spermanya sendiri, maka hal ini dicegah dengan
sawar. Bila sperma bereaksi dengan antibodi akan
menyebabkan radang testis dan menurunkan
kesuburan
Saluran Pengeluaran
Epididimis menghubungkan testis dengan saluran vas
deferens, memproduksi cairan yang banyak mengandung
enzym dan gizi yang fungsinya mematangkan /
menyempurnakan bentuk sperma .
Vas deferens tidak menempel pada testis dan ujung
salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Vas deferens
berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari
epididimis menuju vesikula seminalis
Ductus ejaculatorius merupakan saluran pendek yang
menghubungkan vesicula seminalis dengan uretra. Saluran ini
berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam
uretra.
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di
dalam penis. Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang
berasal dari vesicula seminalis dan saluran untuk membuang
urin dari kandung kemih
Kelenjar aksesorius
Vesikula seminalis Tempat untuk mengeluarkan cairan
yang sifatnya alkalis atau sedikit basa yang mengandung
fruktosa dan zat gizi yang merupakan sumber energi bagi
spermatozoa dan agar sperma lebih segar, kuat dan mudah
bergerak dalam mencapai ovum, Sebagai tempat
penyimpanan spermatozoa sebelum dikeluarkan melalui
kegiatan seksual .
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak
di bagian bawah kantung kemih. Kelenjar prostat
menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam dan
fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma.
Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan
kelenjar yang salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar
Cowper menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa) yang
membantu agar sperma lebih tahan hidup dan lebih
memungkinkan untuk bergerak dan memudahkan
pembuahan.

Penis
Fungsi penis secara biologi adalah sebagai organ ekskresi sisa
metabolisme berwujud cairan (urinasi) dan sebagai alat bantu
reproduksi
Pada pertumbuhan normal, penis dan testis mulai mengalami
perkembangan pada saat pubertas
Hormon testosteron berperan dalam perkembangan ini.
Proses inilah yang akan menentukan ukuran penis
Berdasarkan pengamatan terhadap ribuan contoh laki-laki
berusia 17-18 tahun tidak ditemukan perbedaan rata-rata
panjang penis antara usia 17 dan 19 tahun, sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa perkembangan penis berhenti pada
sekitar usia 17 tahun atau bahkan lebih awal

Fisiologi Genitalia Wanita
GENITALIA EKSTERNA

Mons Veneris, Berfungsi untuk melindungi alat genetalia dari masuknya
kotoran selain itu untuk estetika
Labia Mayora, Berfungsi untuk menutupi organ-organ genitalia di dalamnya
dan mengeluarkan cairan pelumas pada saat menerima rangsangan seksual
Labia Minora, Berfungsi untuk menutupi organ-organ genetalia di dalamnya
serta merupakan daerah erotik yang mengandung pembuluh darah dan saraf
Klitoris, Merupakan daerah erotik utama pada wanita yang akan membesar
dan mengeras apabila mendapatkan rangsangan seksual
Vestibulum, Berfungsi untuk mengeluarkan cairan apabila ada rangsangan
seksual yang berguna untuk melumasi vagina pada saat melakukan hubungan
seksual
Hymen, Merupakan lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dari introitus
vagina, membentuk lubang sebesar ibu jari sehingga darah haid maupun
sekret dan cairan dari genetalia interrnal dapat mengalir keluar

Fisiologi Genitalia Wanita
GENETALIA INTERNA

Vagina, saluran keluar untuk mengeluarkan darah waktu haid
dan sekret dari dalam uterus, organ untuk hubungan
seksual, jalan lahir bagi bayi waktu melahirkan
Uterus, tempat bersarangnya atau tumbuhnya janin di dalam
rahim pada saat hamil, memberi makanan pada janin melalui
plasenta yang melekat pada dinding rahim.
Tuba Fallopi, saluran yang membawa ovum yang dilepaskan
ovarium ke dalam uterus.
Ovarium, berfungsi memproduksi ovum
Ligamentum, mengikat atau menahan organ-organ reproduksi
wanita agar terfiksasi dengan baik pada tempatnya, tidak
bergerak dan berhubungan dengan organ sekitarnya.

Penis
Uretra
Kel. littre
Kulit
Corpus
spongios
um
Corpus cavernosum
Corpus cavernosum
Lakuna
Morgagni
Histologi Genitalia Laki-laki
Penis
Arteri
profunda
penis
Septum
pektiniforme
penis
Arteri
helisiana
Tunika
albuginea
V dorsalis
A dorsalis
penis
N dorsalis penis
Testis dan lapisan pembungkusnya
Tunika dartos
(otot polos+ skrotum)
M. cremaster
Tunika vaginalis parietalis
Kantong serosa
Tunika vaginalis visceralis
Tunika
albuginea testis
Tubuli seminiferi testis
Duktus
epididimis
Tubuli seminiferi testis
A. Jaringan
interlobular
1. Sel interstitial
leydig
B. Membrana
basalis
2. Spermatogoni
um
3. Sel sertoli
4. Spermatosit 1
5. Spermatid
6. Spermatozoa
Tubulus Seminiferus
Spermatogonia A & B :
Melekat pada membram basalis, bentuk bundar atau kuboid
Inti bundar, kromatin banyak dan granuler, besar sel 12 mikron
Spermatogonium A : anak inti melekat pada membram inti warna
gelap
Spermatogonium B : anak inti di tengah warna pucat
Spermatocyt I :
Spermatocyt I ukuran terbesar 17-19 mikron
Kromatin inti bervariasi (tergantung proses pembelahan)
Spermatocyt II :
Spermatocyt II ukuran lebih kecil dari Spermatocyt I
Aspek hampir sama dengan Spermatocyt I
Usia Pendek
Tubulus Seminiferus
Spermatid :
Diameter 9 mikron, inti bundar kromatin padat
Berkelompok dekat derah lumen dan sel sertoli
Kepala terbenam dalam sitoplasma sel sertoli, ekor
menjulur ke lumen

Spermatozoa :
Bentuk kecil inti padat, berflagel
Jarang terlihat karena langsung menuju d. epidydimis
A
B
Tubulus Seminiferus
Sel Sertoli :
Bentuk silindris/piramid dan irreguler
Melekat pada membran basalis
Inti oval/segitiga, pucat, kromatin halus, anak inti 1-2, asidofil
Pada bagian apikal terdapat banyak spermatid dan
spermatozoa
Mensekresikan estrogen dan sebagai blood-testis barier
Sel Leidig :
Terdapat pada jaringan ikat intertubular/interstitial
Bentuk oval, besar, foligonal atau fusiformis
Sitoplasma bergranuler, asidofil, mengandung butir lipid,
glikogen, pigmen, dan kristal protein
Sekresi testosteron dan estrogen
Saluran Kelamin Intratestis
Tubulus rectus
Rete Testis
Ductulus Eferentes
Tubulus Rectus Testis
Epitel Selapis kubus/torak
Membram basalis tipis
Tanpa lapisan otot polos

Rete Testis
Lanjutan dari tubulus rectus yang merupakan
jala-jala yang beranastomosa
Epitel selapis kubus / gepeng
Membram basalis tipis
Lamina propria sangat tipis
Ductus Efferentes
Tunika mukosa
o Epitel terdiri dari 2 macam sel :
Sel kubus bermikrovilli menghasilkan mucin
Sel torak dengan kinocilia
o Permukaan lumen bergelombang
o Membram basalis tipis
o Lamina propria tipis dengan banyak kapiler
Tunika muscularis : selapis sirkuler
Tunika adventitia
Duktus Ekskretorius Genital Pria
Epididymis
Ductus deferens
Urethra
Ductus Epidydimis
Tunika mukosa
o Epitel bertingkat berstereocilia yang terdiri dari sel
torak bersterocilia dan sel basal
o Sitoplasma sel torak berglanuler
o Membram basalis tipis
o Lamina propria tipis, banyak serat elastin
Tunika Muscularis : Sirkuler longitudinal-
sirkuler
Tunika adventitia

Ductus Deferens
Tunica mukosa
Epitel bertingkat berstereocillia, pada ampula ductus
deferens epitel selapis torak
Ada sel basal
Membram basalis tipis
Lamina propria tipis banyak serat elastin
Tunica muscularis : Long.-Sir.-Long.
Tunica adventitia : jaringan fibroelastik
Ductus Ejaculatorius
Tunica mukosa
Epitel selapis/bertingkat torak epitel transisional
Lamina propria mengandung serat elastin
Tunica muscularis
Pada pars prostatica diganti dengan jaringan
fibromuskuler
Corpus Cavernosum Urethra/
C.spongiosum
Urethra pars
Cavernosa
T.Albuginea
Tn. Mucosa
Epitel

M. Basalis
Lm. Propria
Tn. Musc.muc
Tn. Musc.
Tn. Adv
URETHRA PRIA : + 15-20 CM
3-4 cm
Transisional

Tipis
JI jarang & p.d.
-
-


Fibromusculer


-
Tn. submucosa
P. Membranacea
1 cm
Berlapis bertingkat
torak
+
JI Jarang
-
-


Fibromusculer
m. Sph Urethrae
(otot lurik)

-
P. Cavernosa
15 cm
Berlps torak-
bertingkat
+
JI Jarang
Lapisan otot<<
Lacunae venae,
fibroelastik, o.
polos long & sirk
Lacunae venae,
long & sirkuler.

JI fibrosa = Tn.
albuginea

P. Navicularis

Berlapis gepeng
+
JI Jarang
-
-


-


-
P. Kel Prostatica
Kelenjar Tambahan/Aksesoris
Vesicula seminalis
Kelenjar prostat
Kelenjar bulbourethral
Kelenjar Vesiculosa
Kelenjar tubulosaccular kompleks.
Tunica mukosa berlipat-lipat membentuk lipatan primer,
secunder, dan tertier.
Lipatan tersebut beranastomosa satu sama lain.
Epitel bertingkat kubus/torak.ada sel basal.
Sitoplasma mengandung sekret dan pigmen lipokrom.
Lamina propria mengandung serat elastin dan otot polos.
Tunika muscularis :
Lapisan dalam : sirkular-oblique
Lapisan luar : longitudinal
Kelenjar Prostat
Kelenjar tubuloalveolar kompleks bercabang
Kelanjar serosa dan apokrin
Dikelilingin jar fibri muskular
Epitel selapis/bertingkat torak
Sitoplasma mengandung granula secretori
atau lipid
Bisa terlihat adanya corpora amylacea
Kel. Bulbourethral
Sepasang, 4-5 mm
Di belakang Urethra pars membranacea
Simpai tipis sekat: serat elastin, otot
polos dan otot rangka
Kel. Tubuloalveolar complex
Ep. Selapis kubis / torak
Histologi Genitalia Perempuan
Ovarium
1. Epitel selapis kubus epitel germinal
2. Mesothelium
3. Tunica albuginea
4. Terdiri : korteks (stroma + folikel ovarii),
medula (JI longgar + PD)

Dinding Uterus
Perimetrium : terluar, sebagian besar lapisan serosa
dilapisi mesothelium; dan beberapa lapisan
adventisia
Myometrium : tertebal, disusun otot-otot polos
Endometrium : lamina propria/jar ikat stroma berisi
serat kolagen tipe III, epitel selapis torak bersilia
bersel sekretoris.
VAGINA
Labia
Minora
IMS
Penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui
hubungan seksual baik secara genito-genital, oro-
genital, atau ano-genital kelainan yang timbul
tidak terbatas hanya pada daerah genital saja
Ciri-ciri IMS
Penularan infeksi tidak selalu melalui hub seks
Infeksi dapat terjadi pada orang-orang yang belum
pernah berhub seks
No Organisme Penyebab Penyakit/Sindrom
1. Bakteri :
-Neisseria gonorrhoeae
-Treponema pallidum
-Donovania granulomatis
-Haemophilus ducreyi
-Gardnerella vaginalis
-Chlamydia trachomalis
-Chlamydia A
-Mycoplasma hominis
-Ureaplasma urealyticum

-Gonore
-Sifilis
-Granuloma inguinal
-Chancroid
-Vaginosis
-Infeksi genitalia noin-spesifik
-Limfogranuloma venereum (LGV)
-Uretritis non- spesifik
-Uretritis non - spesifik
2. Virus :
-Herpes simplex
-Human papiloma
-Molluscum contagiosum
-Hepatitis B
-HIV

-Herpes genital
-Kondiloma akuminata (kutil genital)
-Moluskum kontagiosum
-Hepatitis
-AIDS
3. Jamur :
- Candida albicans

- kandidosis, balanitis
4. Protozoa :
-Trichomonas vaginalis
-Giardia lamblia

-Trichomonas vaginitis, uretritis, balanopostitis
-giadiasis
5. Ektoparasit :
-Sarcoptes scabiei
-Phthirus pubis

-Skabies genital
-Pedikulosis pubis
BAKTERI
Neisseria gonorrhoeae Uretritis, epididimis, servisitis,
proktitis, faringitis, konjungtivitis,
bartholinitis
Chlamydia trachomatis,
Mycoplasma hominis, Ureaplasma
urealyticum
Uretritis, epididimitis, servisitis,
proktitis, salpingitis,
limfogranuloma venereum (hanya
C. trachomatis)
Treponema pallidum Sifilis
Gardnerella vaginalis Vaginitis
Donovania granulomatis Granuloma inguinale
HUBUNGAN ANTARA ETIOLOGI DAN IMS
VIRUS
Herpes simplex virus Herpes genitalis
Herpes B virus Hepatitis fulminan akut dan
kronik
Human papilloma virus Kondiloma akuminatum.
Papiloma laring pada bayi
Molluscum contagiosum
virus
Moluskum kontangiosum
HIV AIDS
LAIN-LAIN
Protozoa : T. vaginalis Vaginitis, uretritis
Fungi : C. albicans Vulvovaginitis, balanitis,
balanopostitis
Ektoparasit :
1. Phthirus pubis
2. Sarcoples scabiei var.
hominis

1. Pedikulosis pubis
2. Skabies
Faktor Risiko IMS
Perubahan demografik secara luar biasa :
1. peledakan jumlah penduduk
2. pergerakan masyarakat (pekerjaan, liburan,
pariwisata, seminar)
3. kemajuan sosial-ekonomi
Perubahan sikap dan tindakan terutama dalam
bidang moral dan agama
Kelalaian negara dalam memberi pendidikan
kesehatan dan pendidikan seks (utama)
Faktor Risiko IMS
Perasaan aman penderita karena pemakaian AB dan
kontrasepsi
Resistensi kuman terhadap AB akibat
penyalahgunaan AB
Fasilitas kesehatan kurang memadai (LAB, klinik,dll)
Banyak kasus asimtomatik
Kelompok Perilaku Risiko Tinggi IMS
Usia
1. 20-34 th laki-laki
2. 16-24 th wanita
3. 20-24 th kedua jenis kelamin
Pelancong
Pekerja seksual komersial/Wanita tua susila
Pecandu narkotik
Homoseksual
Anamnesis IMS
Keluhan dan riwayat penyakit saat ini
Keadaan umum yang dirasakan
Pengobatan yang telah diberikan, baik topikal maupun
sistemik, dengan penekanan pada AB
Riwayat seksual :
1. Kontak seksual dalam pernikahan/luar pernikahan (berganti
pasangan)
2. Kontak seksual dengan pasangannya setelah mengalami
gejala penyakit
3. Frekuensi dan jenis kontak seksual
4. Cara melakukan hub seks
5. Apakah pasangan juga merasakan keluhan/gejala yang sama
Anamnesis IMS
Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan
IMS/penyakit di daerah genital lain
Riwayat penyakit berat lainnya
Riwayat keluarga : dugaan IMS yang ditularkan lewat
ibu kepada bayinya
Keluhan lain yang mungkin berkaitan dengan
komplikasi IMS seperti erupsi kulit, nyeri sendi, dan
pada wanita tentang nyeri perut bawah, gangguan
haid, kehamilan dan hasilnya
Riwayat alergi obat
Pemeriksaan Fisik IMS pada Pria
1. Inspeksi dan palpasi
2. Daerah kelamin dan sekitarnya harus terbuka
3. Mula-mula inspeksi daerah inguinal dan raba
adakah pembesaran kelenjar
4. Catat konsistensi, ukuran, mobilitas, rasa nyeri,
tanda-tanda radang kulit.
5. Perhatikan daerah pubis dan kulit sekitarnya
adakah pedikulosis, folikulitis, atau lesi kulit lainnya
5. Inspeksi skrotum, apakah terdapat asimetri, eritema, lesi
superfisial dan palpasi isi skrotum (testis dan epididimis)
dengan hati-hati
6. Inspeksi dari dasar/pangkal hingga ujung, tarik prepusium,
inspeksi daerah subprepusium
7. Perhatian khusus untuk daerah sulcus coronarius
8. Inspeksi meatus uretra eksternus, adakah meatitis, lesi uretra
atau duh tubuh uretra serta kelainan kongenital (mis
hipospadia)
9. Kadang perlu memeriksa celana dalam untuk melihat adanya
bercak duh tubuh
10. Inspeksi daerah perineum dan anus, sebaiknya dalam posisi
bertumpu pada lutut-siku. Periksa ada kutil kelamin/kelainan
lain
11. Pada anus, diperiksa adakah ulkus, fisura, fistula, hemoroid.
Pemeriksaan Fisik IMS pada Perempuan
Mudah dalam posisi litotomi
= pria , namun perhatikan introitus juga
Bersihkan duh tubuh dengan kain kasa, dengan hati-
hati buka + periksa labia majora lalu labia minora
Palpasi kel bartholini, liat muara duktusnya, adakah
duh tubuh
Masukkan spekulum yang telah dibasahi air hangat
Lihat ektoserviks, adakah duh tubuh.
Pemeriksaan Fisik IMS pada Perempuan
Lihat dinding vagina, adakah lesi, bagaimana
kuantitas dan kualitas duh tubuh
Uretra diperiksa setelah spekulum dikeluarkan
Pemeriksaan bimanual untuk menilai ukuran, bentuk,
posisi, mobilitas, konsistensi dan kontur uterus serta
mendeteksi kelainan pada adneksa
Raba dan goyangkan serviks. Normal bila serviks
bebas dan tidak nyeri
Pemeriksaan Ulkus Genital Pria + Perempuan
Perhatikan ukuran, bentuk, jumlah dan posisi ulkus
pada atau sekitar genital
Catat pula adakah nyeri
Dasar ulkus harus diraba untuk mencari indurasi
Pemeriksaan Penunjang IMS
LAB : sediaan apus, kultur, pewarnaan gram,
serologi
Pemeriksaan mikroskopik
Uji resistensi dan beta-laktamase
Klasifikasi IMS
Menurut MO penyebab
1. Bakteri : gonore, infeksi genital non spesifik, sifilis,
ulkus molle, limfogranuloma venereum, vaginosis
bakterial
2. Virus : herpes genitalis, kondiloma akuminata,
infeksi HIV/AIDS, hepatitis B, moluskum
kontangiosum
3. Jamur : kandidiasis vulvovaginal
4. Protozoa : trikomoniasis
5. Ektoparasit : pedikulosis pubis, skabies
Gonore
Disebabkan : Neisseria Gonorrhoeae
Secara morfologik dibedakan :
tipe I dan II : mempunyai pili dan bersifat purulen
tipe III dan IV : tidak punya pili dan nonvirulen
Pili akan melekat pada mukosa epitel radang
Menyerang mukosa epitel kuboid / lapis gepeng
yang imatur vagina wanita sebelum pubertas
Menghasilkan : penisilinase (NGPP) / beta-
laktamase dapat merusak penisilin inaktif
Epidemiologi
Pertama ditemukan pertengahan tahun 1970an,
di Afrika barat dan timur tetap menjadi endemik
Filipina melaporkan 30-40% NGPP, terutama
ditemukan pada pekerja seks komersial
Di Indonesia dilaporkan 1980 di Jakarta sebanyak
40-60% NGPP
Di Amerika serikat 1985 dan Belanda 1988
pertama dilaporkan gonore resisten tetrasiklin
(TRNG)
Tahun 1989 di Belanda 42% NGPP ternyata juga
resisten terhadap tetrasiklin
Penularannya
Gonorrhea merupakan penyakit menular seksual
yang gampang menyebar.
penetrasi seksual
Oral seks
anal atau vaginal
Dapat menginfeksi area lain di tubuhnya dengan hanya
menyentuh area terinfeksi dan mentransfer ekskresi
Dapat menyebar di pakaian dan tempat cucian
infeksi anus dapat terjadi pada perempuan tidak hanya
karena penetrasi dari anus, namun juga bisa karena
senggama vagina, karena tak jarang sekresi cairan yang
terinfeksi bakteri ini dari vagina mengalir ke anus,
membuahkan infeksi berulang.
Gambaran Klinis Gonore
Masa tunas gonore sangat singkat, 2-5 hari pada pria,
pada wanita tidak diketahui
Pada pria lewat uretra uretritis
Paling sering uretritis anterior akuta proksimal
komplikasi lokal
Keluhan berupa :
Rasa gatal
Panas di bagian distal uretra dan disekitar orifisium
uretra externum
Disuria
Keluar duh tubuh mukopurulen
Dapat disertai nyeri waktu ereksi
Pemeriksaan Fisik Gonore
Orifisium uretra externum :
Kemerahan
Edema
Duh tubuh mukopurulen
Pada wanita jarang dijumpai kelainan objektive, karena
struktur anatomis yg berbeda. Biasa datang dengan
komplikasi
Pada mulanya hanya mengenai serviks uteri
Asimptomatik
Kadang nyeri pada panggul bawah
Cerviks
Merah dengan erosi
Sekret mukopurulen


Gambar Penderita Gonorrhea
Diagnosis + Pemeriksaan Penunjang
Ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis
dan penunjang :
1. Sediaan langsung dengan pewarnaan gram
2. Kultur
3. Tes definitif : tes oksidasi dan fermentasi
4. Tes beta-laktamase
5. Tes Thomson
Sediaan langsung
Pengecatan Gram Gonokok gram -, inta &
ekstra seluler
Duh tubuh
pria fosa navikularis
wanita uretra, muara kelenjar Bartholin,
endoserviks

Kultur (biakan)
Media yg dapat digunakan:
Media transpor
Media Stuart hny utk transpor aja shg perlu ditanam kembali ke
media pertumbuhan
Media Transgrow selektif & nutrif utk N. gonorrhoeae & N.
meningitidis, dpt bertahan 96 jam, bsa utk media tranpor & media
pertumbuhan
Media pertumbuhan
Media Thayer-Martin selektik utk mengisolasi gonokok, mgd
vankomisin utk menekan pertumbuhan bakteri gram +, kolemestat utk
menekan pertumbuhan bakteri gram -, nistatin utk menekan
pertumbuhan jamur
Modifikasi Thayer-Martin isinya ditambah trimetoprim utk
mencegah pertumbuhan Proteus spp.
Agar coklat Mc Leod dpt ditumbuhi kuman lain selain gonokok
Tes definitif
Tes oksidasi
Reagen oksidasi yg mgd larutan tetramil-p-
fenilendiamin hidroklorida 1% di+kan pd koloni
gonokok tersangka.
Semua Neisseria memberi reaksi + dg perubahan
warna koloni yg semula bening brubah mjd merah
muda sampai merah lembayung
Tes fementasi
tes oksidasi positif dilanjutkan dg tes fermentatif
memakai glukosa, maltosa, & sukrosa
Kuman gonokok hanya meragi glukosa
Tes Thomson
Berguna utk mengetahui sampai dimana
infeksi sudah berlangsung
Syarat
Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
Urin dibagi dalam 2 gelas
Tdk boleh menahan kencing dr gelak ke I ke gelas
ke II
Air seni HARUS 80 100 mL klo kurang hrs
menguras uretra bagian anterior
Hasil
Gelas I Gelas II Arti
Jernih Jernih Tidak ada infeksi
Keruh Jernih Infeksi uretritis anterior
Keruh Keruh Panuretritis
Jernih Keruh Tdk mungkin
FASILITAS LAB LENGKAP
Pengobatan
Sefalosporin
Sefalosporin generasi III : 250 mg i.m
Sefoperazon : 0.5-1gr i.m
Sefiksim : 400mg obat pilihan baru gol. Sefalosporm
dapat secara oral
Spektinomisin
2 gr i.m
I : alergi/gagal dengan penisilin, tersangka sifilis
Kanamisin
Dosis : 2 gr i.m
KI : kehamilan
Tiamfenikol : 2,5-3,5 gr oral. KI : kehamilan
Kuinolon
Ofloksasin 400mg,Siprofloksasin 500mg (oral)
KI : wanita hamil/menyusui dan anak < 17thn

Prognosis
Apabila ditangan secepat dan sedini mungkin, dapat
menghindari : penyempitan lumen urethra, sterilitas,
dll.


Pencegahan

Jangan gonta ganti pasangan
Setia
Jangan suka jajan
Kalo jajan pake proteksi

Komplikasi Gonore
Komplikasi pada pria
Tisonitis
Littritis
Prostatitis
Epididimitis
Trigonitis poliuria, disuria terminal, hematuria
Komplikasi pada wanita
Salpingitis
Penyakit radang panggul dapat mengakibatkan
jaringan parut pada tuba infertilitas/kehamilan
ektopik
Uretra parauretritis
Bartolinitis
Komplikasi Gonore
Komplikasi diseminata pada pria dan wanita
Artritis
Miokarditis
Endokarditis
Perikarditis
Meningitis
Dermatitis
Komplikasi akibat hub. kelamin
Infeksi nongenital
Orofaringitis
Proktitis
konjungtivitis

Infeksi Genital Non-spesifik
Definisi
Merupakan infeksi traktus genital yang disebabkan
oleh penyebab yang non spesifik.
Meliputi berbagai keadaan yaitu uretritis nonspesifik,
prokitis nonspesifik ( pria homoseksual)
Infeksi nonspesifik pada wanita
Uretritis non spesifik adalah
peradangan uretra yang penyebabnya dengan
pemeriksaab laboratorium sederhana tdk dapat
dipastikan atau diketahui

Etiologi
Organisme penyebab uretritis non spesifik adalah:
Chlamydia trachomatis ( 30-50%)
Ureaplasma urealycum (10-40%)
Lain-lain:
Trichomonas vaginalis
Ragi
Virus herpes simplex
Adenovirus
Haemophilus sp.
Bacteroides ureolyticus
Mycoplasma genitalium
Bakteri lain
Gambaran klinik
Pria :Penting ketahui
coitus suspectus, yg biasanya terjadi 1-5mg sebelum timbulnya
gejala
Apakah melakukan hubungan dengan istri saat keluhan sedang
berlangsung ( fenomena pingpong)
Keluhan :
Keluarnya duh tubuh uretra (berupa lendir jernih samapai
keruh) morning drops, tapi bisa juga hanya bercak di celana
Nyeri kencing atau disuri ( tidak sehebat pada gonore)
Gatal
Perasaan ingin kencing
Nokturia



Pemeriksaan klinis:
Muara uretra tampak tanda peradangan berupa
edema dan eritema dapat ringan berat
Sekret uretra umunya serosa, seromukous,
mukous dan kadang bercampur nanah( banyak,
sedikit atau hanya berupa bercak)
Bila tdk ditemukan sekret pengurutan saluran
uretra yg dimulai dari daerah proksimal sampai
distal

Wanita :
Gejala sering tidak khas, asimptomatik atau sangat
ringan. Bila ada keluhan berupa duh tubuh genital
yang kekuningan
Sering ditemukan pada wanita yg menjadi
pasangan pria dengan UNS (uretritis non spesifik)
Pemeriksaan klinis:
Kelainan serviks, misalnya terdapat eksudat
serviks mukopurulen, erosi serviks atau folikel-
folikel kecil
Laboratorium:
Dasar diagnosis apusan sekret uretra atau serviks
Pemeriksaan sekret uretra dengan pewarnaan gram
ditemukan leukosit >5 pada pemeriksaan mikroskop
dengan pembesaran 1000x
Pemeriksaan mikroskopik sekret serviks dengan
pewarnaan gram >30 leukosit per lapang pandang
Tidak dijumpai diplokokus negative gram
Pemeriksaan sediaan basah tidak ditemukan parasit
Trichomonas vaginalis
Diagnosis dengan memperhatikan
anamnesis, pemeriksaan klinis, dan
laboratorium adanya tanda uretritis serta
tidak ditemukan kuman penyebab yang
spesifik.
Tatalaksana farmakologi
Tetrasiklin
Dosis 500 mg x 4 kali
Selama 1 minggu atau lebih.
Eritromisin
Lebih efektif terhadap Ureaplasma
Dosis 500 mg x 4 kali
Selama 1 minggu atau lebih
Doksisiklin 100 mg x 2 kali
Azithromisin 1 gram sekali minum dosis tunggal
Definisi
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Treponema pallidum dan mempunyai beberapa sifat, yaitu :
- perjalanan penyakit sangat kronis
- dalam perjalanannya dapat menyerang semua organ tubuh
- dapat menyerupai macam-macam penyakit
- mempunyai masa laten
- dapat kambuh kembali (rekuren)
- dapat ditularkan dari ibu ke janinnya sehingga menimbulkan
kelainan kongenital
- dapat ditularkan melalui hubungan seksual, luka, transfusi dan
jarum suntik
Penyakit Menular Seksual
Sifilis
EPIDEMIOLOGI
Pada abad ke-15, sifilis merupakan wabah di Eropa,
teteapi sesudah tahun 1860, morbiditas penyakit ini
menurun dengan cepat (berhubungan dg perbaikan
sosial ekonomi)
Lebih sering menyerang usia muda dan lebih
sering daripada
Di Indonesia, insiden sifilis terlihat menurun, tetapi
2-3 tahun terakhir ini terlihat meningkat kembali
ETIOLOGI
Treponema pallidum
Spesies : Treponema
Famili : Spirochaetaceae
Ordo : Spirochaetales
Treponema pallidum sub species pallidum sifilis
Berbentuk spiral, Gram (-)
Panjang 11 m (6 20 m), 0.09 0.18 m
2 lapisan :
- Sitoplasma : mesosome, vakuol ribosom, nukleoid
- Lapisan luar : bahan mukoid (patogen)
KLASIFIKASI
Secara garis besar :
1. Sifilis kongenital
(bawaan) :
- dini (umur < 2 tahun)
- lanjut / tarda (umur >
2 tahun)
- Stigmata
2. Sifilis akuisita
(didapat)
Berdasarkan gambaran klinis
dan epidemiologis:
1. Sifilis primer (SI)
2. Sifilis sekunder (SII)
3. Sifilis Laten dini dan Sifilis
Laten Lanjut
4. Sifilis Tersier (Sifilis benigna
lanjut / SIII)
5. Sifilis Kardiovaskuler dan
Neurosifilis
PATOGENESIS
1. Tahap masuknya Treponema
2. Stadium I (S I)
3. Stadium II (S II)
4. Stadium Laten
5. Stadium Gumma
GAMBARAN KLINIS
STADIUM I (Sifilis Primer)
kuman masuk, masa inkubasi 2-4 minggu
Tukak (dimana saja di daerah genitalia eksterna) 3 minggu
setelah kontak, satu atau multipel
tidak nyeri (jika tdk ada infeksi bakteri lain)
Pada : pembesaran kel limfe inguinal medial unilateral /
bilateral
Pada : dg spekulum lesi (erosi / ulserasi) di serviks
Lesi primer di tempat lain : bibir, lidah, tonsil, putin susu, jari
dan anus
Tanpa pengobatan, sembuh spontan 4-6 minggu
GAMBARAN KLINIS
STADIUM II (Sifilis Sekunder)
timbul 6-8 minggu kemudian
Kelainan bersifat sistemik gejala prodormal (sakit di daerah otot atau
sendi, suhu badan subfebris, sukar menelan, malaise, anoreksia)

Kelainan kulit :
- makula berwarna merah terang, hampir seluruh tubuh, tanpa rasa gatal
- papula berbagai bentuk
- papulaskuamosa
- pustula (destruktif)

Kelainan pada selaput lendir
mucous patch (bulat, kemerahan) ulkus
biasanya pada mukosa bibir, pipi, laring, tonsil, mukosa genitalia

Kelainan pada kelenjar
pembesaran KGB superfisialis (limfadenopati generalisata)
GAMBARAN KLINIS
STADIUM REKUREN
Gejalanya sama dengan tahap S II tetapi lebih
setempat
STADIUM LATEN LANJUT, > 2 tahun sejak mulai infeksi
Tidak ditemukan tanda-tanda klinis
Tes S.T.S (+)
Sangat lama seumur hidup
STADIUM LATEN DINI, 2 tahun sejak mulai infeksi
Tidak ditemukan tanda-tanda klinis
Tes S.T.S (+)
Wanita hamil pada stadium ini dapat menularkan ke bayi
nya.

STADIUM III (Sifilis Tersier)
3-10 tahun sesudah stadium I
Ditemukan Lesi III sifilis lanjut
benigna yg dapat menyerang :
- struktur pembungkus badan :
kulit, mukosa, sub kutis
- struktur penyangga tubuh : tulang,
sendi, otot, ligamen, dll
Kelainan khas : Gumma infiltrat
sirkumskrip kronis yang cenderung
mengalami pengejuan (perlunakan)
dan bersifat destruktif Ulkus
Gummosum
Di alat dalam, paling sering
menyerang hepar hepar
lobatum
NEUROSIFILIS
Jarang ditemukan karena adanya pengobatan sifilis
dengan Penisilin
Lebih sering terjadi pada orang kulit putih dan pria
lebih sering daripada wanita
Gejala klinis terjadi setelah 5-25 tahun dari afek
primer / infeksi awal
Dibagi menjadi 3 jenis :
1. Neurosifilis asimtomatis
2. Neurosifilis meningovaskuler
3. Neurosifilis parenkimatosa
SIFILIS KARDIOVASKULER
Timbul 10-40 tahun setelah infeksi primer
Jarang ditemukan, dapat menyebabkan miokarditis
difus atau gumma pada jantung
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis, foto
sinar X, dan pemeriksaan pembantu lainnya
Dibagi menjadi 3 tipe :
1. Sifilis pada jantung
2. Sifilis pada pembuluh darah besar
3. Sifilis pada pembuluh darah sedang

PEMERIKSAAN
Untuk menegakkan diagnosa sifilis, perlu pemeriksaan laboratorium :
1. Pemeriksaan lapangan gelap dengan bahan pemeriksaan dari bagian
dalam lesi untuk menentukan T. pallidum Diagnosa Pasti :
a. pemeriksaan lapangan gelap (Dark field)
b. mikroskop fluoresensi
2. Penentuan antibodi di dalam serum :
a. tes yang menentukan antibodi nonspesifik :
- tes Wasserman
- tes Kahn
- tes VDRL
- tes RPR
- tes Automated reagin

b. antibodi terhadap kelompok antigen : tes RPCF (Reiter Protein
Complement Fixation)

c. tes menentukan antibodi spesifik :
- Tes TPI (Treponema Pallidum Immobilization)
- Tes FTA-ABS (Fluorescent Treponema Absorbed)
- Tes TPHA (Treponema Pallidum Haemagglutination Assay)
- Tes ELISA

PENATALAKSANAAN
Rekomendasi WHO/CDC
1. Pengobatan sifilis dini (primer, sekunder, dan laten dini tidak lebih dari 2
tahun) :
a. Penisilin G benzatin 2,4 juta unit 1x suntikan IM
b. Penisilin G prokain dalam akua 600.000 u IM selama 10 hari

Pengobatan terhadap sifilis dini yang alergi terhadap Penisilin :
a. Tetrasiklin hidroklorida 4 x 500 mg oral selama 30 hari
b. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 30 hari (bukan estolat)

2. Pengobatan sifilis lanjut
sifilis dengan waktu lebih dari 2 tahun, sifilis laten yang tidak diketahui
lama infeksi, atau lebih dari 2 tahun, sifilis kardiovaskuler, sifilis lanjut
benigna, kecuali neurosifilis :
a. Penisilin G benzatin 2,4 juta unit IM setiap minggu selama 3x berturut-
turut atau
b. dengan Pensilin G prokain 600.000 IM setiap hari selama 21 hari
PENATALAKSANAAN
Rekomendasi WHO/CDC untuk Neurosifilis
CDC menganjurkan pemberian 6-9 MU benzil penisilin
selama 3-4 minggu. Selanjutnya dianjurkan pemberian benzil
penisilin 2-4 MU secara IV setiap 4 jam selama 10 hari yang
diikuti dengan pemberian penisilin long acting sbb :
1. Penisilin G benzatin 2,4 juta unit IM sekali seminggu selama
3 minggu, atau
2. Penisilin G prokain 2,4 juta unit IM + prebensid 4 x 500
mg/hari selama 10 hari yang diikuti pemberian penisilin G
benzatin 2,4juta unit IM sekali seminggu selama 3 minggu
Ulkus mole / chancroid , ialah penyakit infeksi
genitalia akut , setempat, dapat inokulasi
sendiri
Etiologi haemophilus ducreyi , gram (-) ,
mereduksi nitrat menjadi nitrit
Ulkus Mole
Gambaran klinis
Pada pria
Masa inkubasi pria 2 35 hari (rata-rata 7 hr) , pada wanita
sering asimtomatis
Sering pada pria heteroseksual , sedikit laporan pada
homosex
Kuman masuk pada daerah yg luka
Dari erosi menjadi ulkus yg diliputi olek eksudat nekrotik ,
ulkus bersifat multipel , nyeri saat terkena pakaian atau urin
, tepi tidak rata dan bergaung , tepi rata dan dikelilingi
eritema ringan
Ulkus mole berukuran 2 3 cm
Uretritis non GO
Gambaran klinis
Pada wanita
Sering asimtomatik dan baru datang ketika sudah
menimbulkan komplikasi
Disuria , nyeri waktu defekasi ,duh vagina
Dapat terjadi lesi pada serviks dan perineum ,
anorektum dan orofaring
Lesi dapat terjadi pada tempat lain : mis :
payudara, jari , didalam mulut
Pada wanita ulkus dapat lebih banyak dan dalam
Ulcus
Mole
Variasi klinis
Giant chancroid
beberapa ulkus bergabung dan membentuk lesi tunggal yang
dapat meluas ketepinya
Ulkus mole serpiginosum
lesi yg membesar akibat perluasan sendiri dan bersifat
destruktif
Ulkus mole gangrenosum
disebabkan superinfeksi spirokhetosis
Transient chancroid
ulkus yg sembuh sendiri setelah beberapa hari
Ulkus mole folikularis
Ulkus mole papular
Komplikasi
Adenitis inguinal
Pimosis dan parafimosis
Disebabkan sikatrisasi pada preputium
Fisura uretra
disebabkan ulkus pada glans penis
Fistel rektovagina
Pada wanita

Dapat terjadi infeksi campuran : dgn organisme
vincent . Treponema pallidum , herpes
simpleks
Diagnosis
Pengecatan gram , bahan pemeriksaan dambil
dari ulkus yang bergaung
Kultur kuman
Penatalaksanaan
Pengobatan sistemik
seftriakson
Eritromisin
Amoksisilin
Siprofloksasin
Azitromisin
Pengobatan lokal
Kompres , irigasi dan rendam dengan larutan salin
menghilangkan debris nekrotik
Limfogranuloma venerum
IMS yg mengenai kelenjar dan pembuluh limfe,
terutama pada daerah inguinal, genital, anus dan
rektum
Etiologi : chlamydia trachomatis, merupakan
organisme mirip bakteri sebagian bersifat seperti
virus
Gambaran klinis
Lesi primer genital
Berbentuk erosi dan ulkus dangkal, papul2 pada pria sering
berlokasi di sulkus coronarius,frenulum, preputium, penis,
uretra dan skrotum
pada wanita lebih sering di dinding posterior vagina, portio,
bagian posterior serviks dan vulva
Lesi primer pada pria sering disertai limfangitis
Gambaran klinis
Sindrome inguinal
Terjadi setelah lesi primer menghilang
Pada pemeriksaan klinis sndrome inguinal didapatkan :
perbesaran KGB, nyeri dan teraba padat
Terjadi perlengketan antara kelenjar degan kelenjar dan kulit,
tampak merah kebiruan panas dan nyeri
Perlunakan kelenjar dan terbentuk abses
Abses pecah menjadi sinus atau fistel multipel pada 1/3 kasus
Komplikasi
Sindroma anorektal
perdarahan anus, duh anal yg purulent disertai
febris
Sindroma genital
edema vulva yg terjadi sepanjang klitoris sampai
anus (elefantiasis labia ), edema limfe di vulva
akibat peradangan
Diagnosis
Klinis
Tes GPR
Pegecatan giemsa dari pus bubo
Test frei
Test serologi
Kultur jaringan
Penatalaksanaan
Istirahat total dan pengobatan gejala sistemik
Kemoterapi
Pembedahan

Definisi
Suatu sindrom perubahan ekosistem vagina
Merupakan infeksi vagina yang tersering pada
wanita dengan seksual aktif
Vaginosis Bakterial
Patogenesis
Etiologi
Penyebab VB belum diketahui dengan pasti
Penyebab VB bukan organisme tunggal
4 jenis bakteri vagina yang berhubungan
dengan VB:
1. Gardnerella vaginalis
2. Bacteroides Spp
3. Mobiluncus Spp
4. Mycoplasma hominis
Etiologi
1. Gardnerella vaginalis
G. Vaginalis dapat diisolasi pada sekitar 95% wanita
dengan VB, 40-50% pada wanita tanpa gejala vaginitis/
penyebab vaginitis lainnya
G. Vaginalis berinteraksi melalui cara tertentu
dengan bakteri anaerob dan mycoplasma
menyebabkan VB

2. Mycoplasma hominis
Prevalensi tiap mikroorganisme ini meningkat pada
wanita dengan vaginosis bakterial
Organisme ini terdapat dengan konsentrasi 100-1000
kali lebih besar pada wanita dengan vaginosis bakterial
daripada wanita normal
Etiologi
3. Bakteri anaerob
Bacteroides Spp sebanyak 76%
Peptostreptococcus sebanyak 36%
Mobiluncus Spp sebanyak 85%
Pada wanita normal, ketiga tipe anaerob jarang
ditemukan
Penemuan species ini dihubungkan dengan laktat
dan suksinat dan asetat pada cairan vagina
Setelah terapi metronidazole, b.anaerob
ditemukan, laktat asam organik predominan
dalam cairan vagina
Pada wanita dengan
vaginosis bakterial
Manifestasi klinis
Bau vagina yang khas (bau ikan, t.u waktu
berhubungan seksual) adanya amin yang
menguap bila cairan vagina basa
Sekret homogen, tipis, dan cair
Sekret VB berwarna putih/ keabu-abuan
Tidak ditemukan adanya inflamasi pada vagina
dan vulva
Diagnostic Features and Management
feature Bacterial vaginosis
Etiology Associated with Gardnerella vaginalis,
various anaerobic and/or noncultured
bacteria, and mycoplasmas
Typical symptoms Malodorous, slightly increased
discharge
Discharge Amount Moderate
Color White or gray
Consistency Homogeneous, low viscosity; uniformly
coats vaginal walls
Inflammation of vulvar or vaginal
epithelium
None
Diagnostic Features and Management
feature Bacterial vaginosis
pH of vaginal fluid
b
Usually >4.5
Amine ("fishy") odor with 10% KOH Present
Microscopy
c


Clue cells; few leukocytes; no
lactobacilli or only a few outnumbered
by profuse mixed flora, nearly always
including G. vaginalis plus anaerobic
species on Gram's stain (Nugent's score
7)
Usual treatment Metronidazole, 500 mg PO bid for 7
days
Clindamycin, 2% cream, one full
applicator vaginally each night for 7
days

Usual management of sexual partner Examination for STD; no treatment if
normal
Diagnosis
1. Cairan vagina
Evaluasi cairan vagina sulit bila wanita tersebut baru mencuci
vaginanya atau baru melakukan hubungan seksual.
2. pH vagina
pH cairan vagina pada vaginosis bakterial umumnya berkisar 5-5,5
3. Odor/ bau
Bau amis seperti ikan pada vagina adalah gejala yang paling sering
dikeluhkan
4. Clue cells
Merupakan epitel vagina yang ditutupi oleh berbagai bakteri vagina
gambaran granular, batas sel kabur
Wanita yg mempunyai clue cell tapi tdk jelas memenuhi kriteria
lainnya kemungkinan akan menderita VB dalam waktu singkat
Leukosit tidak ada atau jarang
Rekomendasi Amsel et al dalam Diagnosis Klinik
Adanya 3 dari 4 tanda-tanda ini
1. Cairan vagina homogen, putih atau keabu-abuan,
melekat pada dinding vagina
2. pH vagina >4,5
3. Sekret vagina berbau seperti bau ikan
sebelum/setelah penambahan KOH 10% (Whiff test)
4. Adanya clue cells pada pemeriksaan mikroskop
Penatalaksanaan
Antibiotik merupakan pilihan pertama terapi VB
Regimen yang direkomendasikan oleh Centers for
Disease Control tahun 2006 adalah:
Metronidazol 500mg 2 kali sehari oral selama 7 hari /
Metronidazol 2gram dosis tunggal atau
Timidazol 2gram dosis tunggal
Regimen alternatif:
Kindamisin 300mg oral 2 kali sehari sleama 7 hari
Regimen yang direkomendasikan untuk wanita
hamil:
Metronidazol 500mg oral 2 kali sehari selama 7 hari /
Klindamisin 300mg oral 2 kali sehari selama 7 hari
Komplikasi
Korioamnionitis
Infeksi cairan amnion
Infeksi pada masa nifas
Penyakit radang panggul
Kelahiran prematur dan his prematur
HERPES GENITALIS
Definisi
Herpes genitalis adalah infeksi pada genital
yang disebabkan oleh Herpes simplex virus
(HSV) dengan gejala khas berupa vesikel yang
berkelompok dengan dasar eritema dan
bersifat rekurens
ETIOLOGI
Herpes genitalis disebabkan oleh herpes
simplek virus atau herpes virus hominis
HSV 2 rata rata baru terbentuk setelah
aktivitas seksual
Inkubasi 3-7 hr
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini tersebar kosmopolit dan
menyerang pria maupun wanita dengan
frekuensi yang tidak berbeda
HSV 1 biasanya dimulai pada usia anak anak
HSV 2 biasanya terjadi pada dekade II dan III
dan berhubungan dengan peningkatan
aktivitas seksual
PATOGENESIS
1. Episode I infeksi primer
Virus berasal dari luar masuk ke dalam tubuh hospes penggabungan
dengan DNA hospes di dalam tubuh hospes multifikasi / replikasi serta
menimbulkan kelainan pada kulit. Hospes belum ada antibodi spesifik lesi
pada daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat. Selanjutnya virus menjalar
melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional (ganlion sakralis) dan
berdiam disana serta bersifat laten
2. Episode I non infeksi
Infeksi sudah lama berlangsung tetapi belum menimbulkan gejala klinis,
tubuh sudah membentuk zat anti tidak seberat episode I infeksi primer
3. Infeksi rekurens
Bila ada faktor pencetus (trigger factor) , virus akan mengalami reaktivasi
dan multiplikasi kembali. Dalam tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik
kelainan yang timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi
primer
GEJALA KLINIS
Lesi berupa vesikel yang berkelompok dengan
dasar eritem
Rasa terbakar dan gatal di daerah lesi/vesikel
yang terjadi sebelum timbulnya lesi/vesikel
Malaise, demam, nyeri otot
Kelenjar limfe regional dapat membesar dan
nyeri pada perabaan (infeksi inisial)
DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik
Gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritem yang
bersifat rekuren
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan tes Tzank yang diwarnai dengan pengecatan giemsa atau
wright, terlihat sel raksasa berinti banyak. Sensitifitas dan spesifisitas
rendah
2. Mikroskop elektron tidak spesifik karena kelompok virus herpes tidak
dapat dobedakan
3. Kultur jaringan merupakan cara yang paling baik. Pertumbuhan virus
dalam sel ditunjukkan dengan terjadinya granulasi sitoplasmik,
degenerasi balon dan sel raksasa berinti banyak . Namun pemeriksaan
lama dan biaya mahal
4. Imunoperioksidase dan ELISA
PENATALAKSANAAN
Asiklovir
Valasiklovir
Famsiklovir
Lupidon H dan Lupidon G (mencegah
rekurens)
Levamisol dan isoprinosin (imunostimulator)
DD dan komplikasi
Impetigo vesiko bulosa
Ulkus durum
Ulkus mole
Ulkus mikstum
Hepatitis
Infeksi berat
Ensefalitis
Keratokonjungtivitis
Erupsi kulit vurupa
vesikel herpetiformis
Lahir mati pada bayi yg
ikut terinfeksi dari ibu
PENCEGAHAN
Penderita diberi penerangan tentang sifat penyakit
yang dapat menular terutama bila sedang terkena
serangan, karena itu sebaiknyaa melaksanakan
abstinensia
Proteksi individual. Dugunakan dua macam alat
perintang, yaitu kondom dan busa spermasidal ,diikuti
dengan pencucian alat kelamin memakai air dan sabun
setelah koitus
Faktor faktor pencetus sedapat mungkin dihindari
Konsultasi psikiatrik dapat membantu karena faktor
psikis mempunyai paranan untuk timbulnya serangan
PROGNOSIS
Meskipun kematian yang disebabkan jarang,
akan tetapi selama belum ada pengobatan
yang efektif, perkembangan penyakit sulit
diramalkan. Infeksi primer dini yang segera
diobati mempunyai prognosis lebih baik,
sedangkan infeksi rekuren dapat dibatasi
frekuensi kambuhnya
KONDILOMA AKUMINATA
DEFINISI
Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh
virus papiloma humanus (VPH) tipe tertentu
dengan kelainan berupa fibroepiteloma pada
kulit dan mukosa

Sinonim
Genital warts, kutil kelamin, penyakit jengger
ayam
Epidemiologi KA
Akhir-akhir ini mendapat perhatian lebih, mengingat
telah diketahui adanya hubungan antara penyebab KA
terutama HPV subtipe 16, 18 dengan lesi invasif atau
prakanker serviks, vagina, vulva, anus dan penis.
Epidemiologi KA analog dgn herpes genital, yaitu
prevalensi infeksi subklinis jauh lebih besar
dibandingkan infeksi klinis.
Dengan pemeriksaan penyaring didapat hasil prevalensi
KA sebesar 5-19% pada wanita yang datang di klinik KB
dan klinik universitas, serta 27% pada wanita yg datang
ke klinik IMS.
ETIOLOGI KA
VPH adalah virus DNA virus epiteliotropik
(menginfeksi epitel) dan tergolong dalam famili
Papovaviridae.
VPH tipe 6 dan tipe 11 paling sering ditemukan pada
KA yg eksofitik dan pada displasia derajat rendah(low
risk).
VPH tipe 16 dan 18 (sering) : displasia derajat tinggi
dan keganasan (high risk)
Manifestasi klinis KA
Masa inkubasi KA berlangsung antara 1-8 bulan (rata-rata 2-3
bln)
VPH masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit, shg
KA sering timbul di daerah yg mudah mengalami trauma pada
saat hub. Seksual
Pada pria tempat yg sering terkena: glans penis, sulkus
koronarius, frenulum dan batang penis,
Pada wanita: fourchette posterior, vestibulum
u/ kep.klinis, KA dibagi dalam 3 bentuk:
Bentuk akuminata
Bentuk papul
Bentuk datar (flat)
Namun sering juga ditemukan bentuk-bentuk peralihan
Tiga Bentuk KA
Bentuk akuminata
Terutama dijumpai pd daerah lipatan dan lembab. Terlihat
vegetasi bertangkai dengan permukaan yg berjonjot-jonjot
seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi
yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi
yg besar ini sering dijumpai pada wanita yg mengalami flour
albus dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas
terganggu
Bentuk papul
Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan
keratinisasi sempurna, spt batang penis, vulva bgn lateral,
daerah perianal, dan perineum. Kelainan berupa papul dgn
permukaan yg halus dan licin, multipel dan tersebar secara
diskret.
Bentuk datar
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sbg makula atau bahkan
sama sekali tidak tampak dgn mata telanjang (infeksi
subklinis), dan baru terlihat stlh dilakukan tes asam asetat.
Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sgt menolong.

Bentuk Lain
Giant candyloma Buschke-Lowenstein
Bentuk ini diklasifikasikan sbg karsinoma sel skuamosa dgn
keganasan derajat rendah
Hub. antara KA dgn giant candyloma diketahui dgn
ditemukannya VPH tipe 6 dan 11
Lokasi lesi yg paling sering adalah pada penis dan kadang
vulva dan anus
Klinis tampak sbg kondiloma yg besar, bersifat invasif lokal
dan tidak bermetastasis
Secara histologis giant condyloma tidak berbeda dgn KA
Giant condyloma umunya refrakter terhadap pengobatan
Giant condyloma Buschke - lowenstein

Papulosis Bowenoid
Secara klinis berupa papul berwarna coklat kemerahan
dapat berkonfluens menjadi plakat
Ada pula lesi yg berbentuk makula eritematosa dan lesi yg
mirip leukoplakia atau lesi subklinis
Umumnya lesi multipel dan kadang2 berpigmentasi
Berbeda dgn KA, permukaan lesi papulosis Bowenoid
biasanya halus atau hanya sedikit papilomatosa
Gambaran histopatologik mirip penyakit Bowen dgn inti
berkelompok, sel raksasa diskeratotik dan sebagian mitotik
atipik
Dalam perjalanan penyakitnya, papulosis Bowenoid jarang
menjadi ganas, dan cenderung u/ regresi spontan
Papulosis Bowenoid

DIAGNOSIS KA
Berdasarkan gejala klinis. Pada lesi yg meragukan dpt dilakukan
px.penunjang dgn:
TES ASAM ASETAT:
bubuhkan as.asetat 5% dgn lidi kapas pada lesi yg dicurigai. Dalam
beberapa menit lesi akan berubah warna menjadi putih (acetowhite).
Perubahan warna pada lesi di daerah perianal perlu waktu lebih lama
(15 menit)
KOLPOSKOPI:
merupakan tindakan yg rutin dilakukan di bag.kebidanan, namun
belum digunakan secara luas di bag.penyakit kulit. Px. ini terutama
berguna u/ melihat lesi KA subklinis, dan kdg dilakukan bersama dgn
tes asam asetat
Pemeriksaan histopatologi:
pada KA yg eksofitik, px dgn mikroskop cahaya akan memperlihatkan
gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges yg memanjang dan
menebal, parakeratosis dan vakuolisasi pada sitoplasma (koilositosis)
DD KA
Pearly penile papules
Kondiloma lata
Karsinoma sel skuamosa
Pearly penile papules

Condyloma lata

Karsinoma sel skuamosa

Prinsip umum pengendalian IMS
Tujuan utama:
Memutuskan rantai penularan IMS
Mencegah berkembangnya IMS dan komplikasinya

Dicapai melalui:
Mengurangi pajanan IMS dengan program penyuluhan untuk
menjauhkan masyarakat terhadap perilaku risiko tinggi
Mencegah infeksi dengan anjuran pemakaian kondom bagi yang
berperilaku risiko tinggi
Meningkatkan kemampuan diagnosis dan pengobatan serta
anjuran untuk mencari pengobatan yg tepat
Membatasi komplikasi dengan melakukan pengobatan dini dan
efektif baik untuk yg simtomatik maupun asimtomatik serta
pasangan seksualnya
PENATALAKSANAAN KA
Cara2 pengobatan KA: kemoterapi, tindakan
bedah & imunoterapi.
Pemilihan cara pengobatan yg dipakai
tergantung pada:
besar,
lokalisasi,
jenis dan jumlah lesi,
serta ketrampilan dokter yg melakukan
pengobatan

KEMOTERAPI PADA KA
Tinktura podofilin: 15-25%.
1. Setelah melindungi kulit di sekitar lesi dgn vaselin
agar tidak tjd iritasi, oleskan tinktura podofilin pada
lesi dan biarkan 4-6 jam, kemudian cuci.
2. Pemberian obat dilakukan seminggu 2x sampai lesi
hilang. Pada lesi yg hiperkeratotik, pemberian
podofilin tidak memberikan hasil yg memuaskan.
3. Setiap kali pemberian jgn melebihi 0,5 cc krn akan
diabsorpsi dan bersifat toksik. Obat ini tidak boleh
diberikan kpd wanita hamil.

KEMOTERAPI PADA KA
Podofilotoksin 0,5% (podofiloks):
1. zat aktif yg terdapat di dalam podofilin. Stlh
pemakaian podofiloks, dlm bbrp hari akan terjadi
destruksi pada jaringan KA.
2. Rx iritasi pada pemakaian podofiloks lebh jarang
terjadi drpd podofilin dan rx sistemik belum pernah
dilaporkan.
3. Obat ini dapat dioleskan sendiri o/ penderita
sebanyak 2x sehari selama 3 hari berturut2.
KEMOTERAPI PADA KA
Asam trikloroasetat 50%: pemberiannya adalah
seminggu 1x dan harus hati2 krn dpt menimbulkan
ulkus yg dalam. Dapat diberikan kpd wanita hamil.
Krim 5-fuorourasil 1-5%: obat ini terutama u/ KA yg
terletak di atas meatus uretra. Pemberiannya setiap
hari sampai lesi hilang. Sebaiknya penderita tdk miksi
selama 2 jam stlh pengobatan.
Tindakan bedah pada KA
Bedah skalpel
Bedah listrik
Bedah beku (N
2
cair,N
2
O cair)
Bedah laser (CO
2
laser)m
Interferon pada KA
Pemberiannya dlm bentuk suntikan (IM atau
intralesi) atau bentuk krim, dan dpt diberikan
bersama pengobatan yg lain. Secara klinis
terbukti interferon alfa, beta, dan gama
bermanfaat dalam pengobatan infeksi VPH.
Dosis IFN alfa yg diberikan adlh 4-6 x 10 mega IU
intramuskular, 3x seminggu selama 6 minggu. IFN
beta diberikan dgn dosis 2 x 10 mega IU
intramuskular selama 10 hari berturut2.
Imunoterapi pada KA
Pada penderita dgn lesi yg luas dan resisten
thd pengobatan dapat diberikan pengobatan
bersama imunomodulator.
Salah satu obat yg saat ini sering dipakai
adalah imiquimod.
Imiquimod dalam bentuk krim, dioleskan 3x
seminggu, paling lama 16 minggu. Dicuci
setelah 6-8 jam pemakaian
Kondiloma akuminata
di daerah vulva dan perineum
Kondiloma akuminata di
daerah glans penis
dan sulkus koronarium.
Tampak vegetasi yang
bertangkai maupun tidak
bertangkai
AIDS (acquired immune deficiency syndrome)
adalah sekumpulan gejala penyakit yang
menyerang tubuh manusia stl sistem kekebalan
dirusak oleh virus HIV (Human immunodeficiency
virus)
Penderita AIDS mudah terkena infeksi bakteri,
virus, jamur, parasit yg bersifat oportunistik
Dan sering menderita keganasan (sarkoma kaposi
dan limfoma)
Infeksi HIV/AIDS
Etiologi
HIV retro virus yg disebut
Lymphadenopathy Associated Virus (LAV) atau
Human T-Cell Leukemia Virus (HTLV-III) atau
juga disebut Human T-Cell Lymphotrophic
Virus (retrovirus)
Pertikel HIV terdiri dari 2 untaian RNA dlm inti
protein yg dilindungi envelop lipid adal sel
hospes
Cara Penularan
Patogenesis
Virus HIV ditemukan sejumlah besar dalam cairan
sperma dan darah, sedangkan dalam jumlah kecil pd
air liur dan air mata
HIV menginfeksi sistem imun terutama sel CD4
dapat menimbulkan destruksi sel tersebut
HIV laten dlm sel imun suatu saat aktiv kembali
menimbulkan infeksi
Virus HIV kematian sel, kematian linfosit yg tdk
terinfeksi, defisiensi imun, AIDS
Lama kelamaan, sel imun dikuasai oleh virus sel CD4
<100/l infeksi oportunistik & keganasan
Pembantu Diagnosis
Enzymelinked immunosorbent assay (ELISA),
(hasil positif-palsu dapat menimbulkan
dampak psikologis yang besar) uji ELISA
positif diulang keduanya positif uji
yang lebih spesifik, Western blot juga
dikonfirmasi dua kali
Pemeriksaan anti HIV baru reaktif stl 12
minggu sejak infeksi
Pengobatan
Obat anti virus : indinavir, retrovir, dan
lamivudin
Diberikan sbg kombinasi meningkatkan CD4
&menghilangkan HIV sampai tingkat
unmeasureable genes of HIV penggunaan
beberapa waktu HIV mutasi resisten dan
toksisitas obat akan muncul
Pencegahan
Kontak seksual dgn orang yg diketahui menderita AIDS
dan orang yg sering menggunakan obat bius IV
dihindari
Mitra seksual multiple / hub sex dengan org yang
punya banyak teman kencan seksual memperbesar
kemungkinan mendapatkan virus HIV
Hubungan sukseal yg dpt merusak selaput lendir rektal
memperbesar kemungkinan mendapatkan AIDS
Memberantas kebiasaan buruk menggunakan obat
bius IV dan memakai jarum suntik bersama
Orang yg berisiko tinggi AIDS tidak menjadi donor
Prognosis
10 tahun stl infeksi HIV 50% AIDS
prognosis buruk
Molluscum contagiosum
disebabkan virus moluskum kontangiosum,
klinis berupa papul, pd permukaannya terdpt
lekukan dan berisi badan moluskum.
Menyerang terutama pada anak2, dan dewasa
(digolongkan peny. Hub seksual)
Trasmisi kontak kulit dan otoinokulasi
Manifestasi klinis
Masa inkubasi 1 sampai bbrp minggu
Papul miliar, kadang lentikular bewrn putih
seperti lilin, dan di kubahnya terdapat lekukan
(delle)
Jk dipijat keluar massa seperti nasi
Lokalisasi muka, badan dan ekstremitas,
sdgkan pd dewasa di daerah pubis dan
genitalia eksterna.
Histopatologi badan moluskum yg
mengandung partikel virus
Pengobatan :
1. Mengeluarkan massa dg ekstraktor komedo
2. Elektrokateurisasi atau bedah beku
Prognosis dg menghilangkan semua lesi,
penyakit ini tidak atau jarang residif.
Moluskum kontangiosum pada muka MK pada ketiak
MK di kemaluan wanita
Definisi & Etiologi :
Infeksi vagina dan/atau vulva oleh candida,
khususnya C. Albicans (81%), atau kadang2 C.
Glabrata (16%).
Spesies lain (C. Tropicalis, C. Stellatoidea, C.
Pseudotropicalis, C. Krusei) jarang (3%)
Kandidosis Vulvovaginal
Faktor Predisposisi
o Faktor hormonal kehamilan, menstruasi, &
kontrasepsi hormonal
o Meningkatnya kadar karbohidrat (DM)
o Pemakaian antibiotika jangka panjang
o Meningkatnya suhu dan kelembaban (pakaian yg
ketat & oklusif)
o Imuno-supresi (pemakaian
steroid/imunosupresan, atau defek imunologis)
o Iritasi atau trauma
Gambaran Klinis
Keluhan panas, atau iritasi pada vulva dan keputihan yg tidak berbau
Terdapat vulvalitis, dengan eritema dan edema vulva, fisura perineal,
pseudomembran, dan lesi satelit papulopustular di sekitarnya
Vaginitis & eksoservisitis baik pd pemeriksaan langsung maupun
kolposkopik
Dapat terjadi koinfeksi dengan trikomoniasis maupun vaginosis bakterial
Vulvovaginitis kandida Vaginosis bakterial Trikomoniasis
Keputihan Tidak berbau
atau berbau asam
Tdk dijumpai tanda2
radang pd vagina dan/atau
vulva
Tes amin (sniff test) negatif
Keputihan dengan bau
busuk
Diagnosis
Dengan pemeriksaan mikroskopik dari sekret
vagina dengan sediaan basah NaCl fisiologis,
KOH 10%, atau dengan pewarnaan gram :
Blastospora bentuk lonjong
Sel ragi
Pseudohifa, seperti sosis panjang bersambung
Kadang2 hifa asli bersepta
Penatalaksanaan
Pengobatan KVV dengan obat anti kandida topikal
krem maupun tablet vaginal
Preparat azol lebih efektif daripada nistatin
Pengobatan menghasilkan penyembuhan 80
90%

Penatalaksanaan pasangan seks :
KVV tidak selalu didapat melalui sanggama
sehingga pasangan seks perlu diperiksa agar
mendapat pengobatan yang sama
Kehamilan :
Bisa terjadi selama kehamilan preparat azol topikal
Kebanyakan dianjurkan untuk memberi pengobatan selama 7
hari selama kehamilan

KVV pada penderita infeksi HIV :
Sering terjadi & biasanya lebih berat
Terapi sama dengan penderita KVV tanpa infeksi HIV, tapi
dengan waktu pengobatan yg lebih lama
Komplikasi
Imunokompeten jarang menimbulkan
komplikasi
KVV gestasional beresiko u/ neonatus
Dermatitis kandida didaerah diaper sering
terjadi
Komplikasi serius abses otak, dan
peritonitis (jarang)
KETERANGAN
Definisi Penyakit infeksi protozoa yg disebabkan oleh trichomonas vaginalis,
ditularkan melalui hubungan seksual dan sering menyerang traktus
urogenitalisbagian bawah pada pria maupun wanita
Etiologi Trichomonas Vaginalis
Satu2nya spesies Trichomonas yg bersifat patogen pada manusia
Berbentuk ovoid, ukuran: 10-20 m
Sedian basah pasien gejala hebat : ukurannya kecil.
Memiliki membran undulans yg pendek
Pada membran bsah mudah terlihat karena gerakan yg terhentak2\
Membelah secara longitudinal dan membentuk koloni trofozoit pada
wanita (permukaan sel epitel vagina dan uretra) dan pria (uretra,
kelenjar prostat dan vesikula seminalis)
Cepat mati bila mengering, terkena sinar matahari dan terpapar air 35-
40 mnt.
Bila higiene buruk penularan melalui handuk atau pakaian yg
terkontaminasi
Trichomonas Tenax pda rongga mulut
Pentatrichomonas hominis pada kolon dan tidak patogen.
Trikomoniasis
Prevalensi keluhan dan gejala klinis penderita wanita dengan Trikomoniasis
Keluhan dan Gejala Prevalensi (%)
Keluhan :
Tidak ada
Duh tubuh (discharge)
Berbau
Menimbulkan iritasi/gatal
Dispareunia
Disuria
Perasaan tidak enak pada perut bawah

Gejala :
Tidak ada
Eritema vulva yang difus
Duh tubuh berlebihan
kuning, hijau
berbusa
Inflamasi dinding vagina
Strawberry cervix
Pengamatan langsung
pengamatan dengan kolposkop



9-56
50-75
10-67
23-82
10-50
30-50
5-12


-15
10-37

5-42
8-50
20-75

1-2
-45
Keterangan
Gambaran klinis
pada pria
1. Pembawa kuman asimtomatik
10-50% penderita menunjukan adanya keluhan dan gejala infeksi
2. Gambaran klinis akut
Uretritis, prostatitis, epididimitis
3. Gambaran klinis ringan
Uretritis ringan
50-60% terdapat duh tubuh uretra (purulen, mukopurulun,
mukoid)
<1/4 kasus keluhannya : disuria dan perasaan gatal pada uretra
Balanopostitis o.k pria tdk disunat dan higiene buruk.
ditandai dgn : erosi yg nyeri pada glands dan preputium, kadang
disertai duh tubuh purulen
Diagnosis Setelah ditemukan T.vaginalis pada sediaan langsung atau pada biakan
duh tubuh penderita
Respon terhadap pengobatan
Responsif pada pengobatan metronidasol
Pemeriksaan Lab
Cara pengambilan spesimen :
Wanita : apusan forniks posterior dan anterior. Diambil dgn lidi
kapas atau sengkelit steril
Pria : mengerok (scraping) dinding uretra secara hati2
menggunakan sengkelit steril. Diambil sebelum BAK pertama.
Bila tidak ditemukan parasit ambil spesimen dari 20cc
pertama BAK pertama pagi.
Lalu lakukan pemeriksaan :
sediaan basah + garam fisiologis : lidi kapas dicelupkan ke dalam
1 cc gram fisiologis kocok 1 tetes lauran di gelas objek lalu
tutup. Bila menggunakan sengkelit spesimen di dimasukkan
pada 1 tts gram fisiologis yg ada di kaca objek. sediaan
dipanaskan utk meningkatan pergerakan T. Vaginalis.
Tdk ada mikroorganis me di sediaan langsung biakan pada
media Feinberg atau Kupferberg
Pemeriksaan Lab
Pewarnaan
Diwarnai dgn pewarnaan giemsa, papanicolaou,
Leishman, atau acridine orange.
Lebih sulit o.k proses fiksasi dan pengecatan
akan menyebabkan perubahan morfologis kuman.
Tes imunofluorecens
Tehnik ELISA immunofluorecent antibody, latex
agglutination sensitivitasnya 90%.
Keterangan
Pengobatan 1st line :
Yg dianjurkan Metronidazol 2gr oral dosis tunggal ,atau 5-nitroimidazol
2gr oral dosis tunggal
Alternatif metronidazol 2x0,5 gram oral selama 7 hari.
Pengobatan metronidazol harus menghentikan minum alkhohol
Bila keluhan menetap pemeriksaan ulang 7 hari setelah pengobatan.
Bila pengobatan gagal, diberikan :
metronidazol 2x0,5 gram oral selama 7 hari.
Bila masih gagal, diberikan :
Metronidazol 2gr oral dosis tunggal selama 3-7hr + metronidazol tablet
vagina 0.5 gr malam hari selama 3-7 hr
Pengobatan mitra seksual
Utk mitra seksual pria dosis terbagi selama 7 hari
Pengobatan pada kehamilan
metronidasol bukan KI mutlak pda kehamilan trimester pertama.
Infeksi T.vaginalis pecahnya ketuban sebelum waktunya.
Infeksi pada neonatus
Bayi dgn Trikomoniasis simtomatik atau dgn kolonisasi T.vaginalis >4thn
metronidasol, 5mg/kg oral, 3x/hari selama 5 hari
Keterangan
Pengobatan Infeksi oleh galur resisten
Sbelum menyatakan galur T.vaginalis resisten terhadap metronidasol, hendaknya
singkirkan dahulu faktor2 yg dapat menimbulkan kegagalan pengobatan :
Konsentrasi metronidazol yg tidak mencukupi kurang patuhnya pasien
atau karena malabsorbsi
Inaktivasi metronidazol oleh bakteri dpt dgn dicoba antiiotik spektrum
luas
Konsentrasi seng dalam serum yg rendah
Reinfeksi
Contoh obat lain yg dapat digunakan nimorasol, tinidasol, ornidasol,
seknidasol atau karnidasol.
Vaksinasi
Dgn menggunakan vaksin Lactobacillus acidophilus namun kegagalan telah
dilaporkan
Pedikulosis Pubis
Dapat ditularkan melalui kontak fisik yang erat
biasanya pada saat berhubungan seks atau dari
orang tua kepada anaknya. Juga dapat ditularkan
melalui benda-benda yang dipakai bersama misalnya
pakaian, handuk dan sprei
Kutu phtirus pubis
panjangnya 1-22 mm

Berwarna coklat muda /tua

Mempunyai 3 pasang kaki
dengan ujung seperti cakar
yang digunakan untuk
mencengkram rambut, dan
kepalanya dimasukkan
kedalam folikel

Menyukai daerah apokrin

Manifestasi klinis
Gatal pada malam hari
Pruritus biasanya timbul 30 hari setelah pajanan awal
Akibat garukan terjadi eritrem, iritasi dan infeksi sekunder
Kadang pada tempat gigitan ada macula cerucae (berak
berdiameter <1 cm berwarna kebiruan dan tidak gatal
serta menghilang pada pemeriksaan diaskopi)

Diagnosis
ditegakkan berdasarkan riwayat keluhan dan pemeriksaan
seksama di daerah predileksi untuk mencari kutu dewasa
Penatalaksanaan
Pengelolaan umum
Harus dicari IMS lain yang mungkin menyertai karena
pedikulosis pubis sering diderita bersamaan dengan
IMS lain seperti gonore, trikomoniasis, skabies, dll
Perkecil kemungkinana reinfeksi, telur pada batang
ramut harus dibersihkan memakai sisir yang rapat
Pasangan seksdalam kurun waktu 1 bulan terakhir
harus diterapi secara simultan
Pakaian dalam, handuk, sprei, dicuci dengan air panas
dan disetrika atau jangan dipakai sedikitnya selama 72
jam
Bila tubuh penderita berbulu, obat harus dioleskan
sampai paha, badan dan aksila
Obat spesifik
Shampo gameksan 1% (Lindane)
Krim permethrin 1%
Pirethrin dengan piperonil butoksida
Bila mengenai bulu mata, pakailah salep mata oksklusif
dan salep mata fisostigmin
Evaluasi setelah seminggu.
SKABIES
Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitasi Sarcoptes scabies Var. Hominis
Etiologi
Sarcoptes scabies Var. Hominis
4 pasang kaki
Kecepatan gerak 2,5cm/mnt
Sarcoptes scabies

Patofisiologi
Sarcoptes betina dibuahi membuat terowongan
hidup di dalam 30hari 2-3 butir telur per hari
Telur menetas larva keluar terowongan
membuat terowongan baru nimfa dewasa
Proses telur larva = 3-4hari
Proses larva dewasa = 10-14hari
Sarcoptes jantan
Masa hidup pendek
Hidup di permukaan kulit


Gambaran Klinik
Pruritus pada malam hari (utama) saat kulit
lembab dan hangat
Lesi khas : Papul yang gatal sepanjang terowongan
berisis tungau
Predileksi tempat : sela jari tangan, fleksor siku
dan lutut, pergelangan tangan, areola mammae,
umbilikus, penis, aksila, abdomen bagian bawah,
dan bokong


Komplikasi
Infeksi sekunder
Lesi impetiginosa
Ektima
Furunkolitis
Selulitis
Infeksi sekunder sistemik
Stafilokok dan streptokok pielonefritis, abses
internal, pneumonia piogenik, dan septikimia
Pasien imunokompromais crusted scabies


Diagnosis
Kerokan Kulit
Mengambil tungau dengan jarum
Epidermal shave biopsy
Kuretasi terowongan
Tes tinta Burrow
Tetrasiklin topikal
Apusan kulit
Biopsi plong
Medika-mentosa
Gama benzen heksaklorid
Krotamiton
Sulfur
Bensil bensoat
Tiabendazol
Permetrin

KIE
Menghindari kontak kulit kulit dengan penderita
sama sekali
Jangan memakai pakaian, meniduri tempat tidur,
menduduki sofa yang sudah pernah dijamah oleh
penderita


DD Duh Tubuh
discharge can vary in:
Consistency (thick, pasty, thin)
Color (clear, cloudy, bloody, white, yellow, green)
Smell (normal, odorless, bad odor)
situations can increase the amount of normal vaginal discharge:
Emotional stress
Ovulation (the production and release of an egg from your
ovary in the middle of your menstrual cycle)
Pregnancy
Sexual excitement


DD Duh Tubuh
Abnormal vaginal discharge may be due to:
Atrophic vaginitis
Bacterial vaginosis
Cervical or vaginal cancer (rare)
Chlamydia
Desquamative vaginitis and lichen planus
Forgotten tampon or foreign body
Gonorrhea
Other infections and sexually transmitted infections (STIs)
Trichomoniasis
Vaginal yeast infection

Pengambilan + Pemeriksaan Duh Tubuh
Uretra Pasien Pria
1. Meatus dibersihkan dengan kain kasa bersih +
kering
2. Duh tubuh uretra diambil dengan sengkelit (alat
ini masuk dalam uretra sampai melewati fossa
navicularis)
3. Dioleskan pada gelas obyek bersih untuk
pewarnaan gram atau pada media kultur untuk
gonokokus
4. Bila duh sedikit, lakukan pengurutan uretra
Pengambilan + Pemeriksaan Duh Tubuh
Uretra Pasien Pria
5. Untuk Chlamydia trachomatis, diambil dengan lidi
kapas steril yang dimasukkan dalam uretra
beberapa cm masukkan dalam media transport
khusus
6. Untuk T. vaginalis, sengkelit dimasukkan 2 cm ke
dalam uretra dengan mengerok sedikit mukosanya
bahan dicampur dengan setetes larutan NaCl
fisiologis di atas gelas objek

Pengambilan + Pemeriksaan Duh Tubuh Genital
Pasien Perempuan
Dengan spekulum di dalam vagina, diambil cairan vagina
Dioleskan pada gelas objek untuk pewarnaan Gram
Diambil cairan forniks posterior, dicampur setetes larutan
salin di atas gelas objek (sediaan basah) T. vaginalis,
clue cells, sel ragi
Penentuan pH vagina dengan kertas pH (normal + 4,5),
hati-hati agar jangan bercampur dengan duh tubuh asal
serviks
Dicampur setetes larutan KOH 10% deteksi bau amis
seperti ikan, yang sering pada vaginosis bakterial (sniff
test)
Pengambilan + PemeriksaanDuh Tubuh Genital
Pasien Perempuan
Duh tubuh serviks dari endoserviks :
1. Dioleskan pada kaca objek bersih untuk pewarnaan
gram
2. Dioleskan di atas media kultur untuk gonokokus
3. Dengan lidi kapas khusus, untuk pemeriksaan C.
trachomatis
Pemeriksaan Rutin pada Pasien Pria
Duh tubuh uretra 1. Sediaan apus dengan pewarnaan gram : leukosit + MO
2. Sediaan basah T. vaginalis
3. Kultur gonokokus
4. Bila ada : pemeriksaan untuk C. trachomatis ,
Ureaplasma
Balanitis/balanopostitis 1. Sediaan apus dengan pewarnaan gram : leukosit, sel
ragi
2. Kultur Candida
3. Sediaan basah T. vaginalis
Dugaan infeksi rektum 1. Sediaan apus dengan pewarnaan gram : leukosit + MO
2. Kultur gonokokus
Dugaan infeksi
tenggorokan
Kultur gonokokus
Homoseksual, biseksual 1. Sediaan apus rektum, kultur gonokokus
2. Usapan tenggorokan untuk kultur gonokokus
SEMUA KASUS Pemeriksaan darah untuk tes serologi sifilis
Pemeriksaan Rutin pada Pasien Perempuan
Lokasi Pemeriksaan
Vagina 1. Sediaan apus dari dinding lateral : pewarnaan gram untuk ragi
dan kultur Candida
2. Sediaan basah dari forniks posterior : T. vaginalis, Clue cells
Ostium serviks 1. Sediaan apus dengan pewarnaan Gram untuk leukosit dan MO
2. Kultur gonokokus
3. Bila ada : Bila ada : pemeriksaan untuk C. trachomatis ,
Ureaplasma dan Mycoplasma
Meatus urethra 1. Sediaan apus dengan pewarnaan Gram : leukosit dan MO
2. Kultur gonokokus
Pada pasien yang kontak dengan pasien gonore :
Rektum 1. Sediaan apus dengan pewarnaan Gram : leukosit dan MO
2. Kultur gonokokus
Tenggorokan Kultur gonokokus setelah kontak orogenital
SEMUA KASUS Pemeriksaan darah untuk tes serologi sifilis
Pemeriksaan untuk Ulkus Genital
Bila ada kecurigaan ulkus karena sifilis :
1. Memakai sarung tangan pelindung
2. Ulkus dibersihkan dengan kain kasa yang telah dibasahi
dengan larutan salin fisiologis, keringkan
3. Tekan di antara telunjuk dan ibu jari, tunggu sampai
keluar cairan serum jernih
4. Bila ada darah, dibersihkan dulu, lalu serum diambil
dengan ujung kaca tutup
5. Ditutupkan di atas gelas objek yang telah ditetesi 1 tetes
larutan salin fisiologis
6. Diperiksa dengan mikroskop lapangan gelap
Pemeriksaan untuk Ulkus Genital
Pada ulkus mole :
1. Ulkus dibersihkan dengan kain kasa yang telah
dibasahi dengan larutan salin fisiologis
2. Eksudat serum diambil dengan ujung gelas objek
3. Dioleskan 1 arah pada gelas objek lain
4. Pewarnaan gram atau Unna Pappanheim
NB : bila hasil (-), pemeriksaan ini dilakukan selama 3
hari berturut-turut
Daftar pustaka
Daili dkk. 2009. Infeksi Menular Seksual. Edisi
keempat. Jakarta: Balai penerbit FKUI
Prof. Dr. dr. Adhi Djuanda dkk. 2010. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin. Edisi kelima.
Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai