Testis Lapisan-lapisan dalam ke luar : tn. Vaginalis testis, Fascia spermatica interna, Fascia cremasterica, Fascia spermatica externa, Tunica dartos, Kulit Terdapat dalam scrotum Bentuk : oval seperti almond Ukuran : 5 cm x 3 cm x 2,5 cm Tubuli seminiferus dalam lobuli testis Tubuli seminiferi contorti + tubuli seminiferi recti = parenchyma testis Lapisan TESTIS Testis Tubuli seminiferi recti dalam mediatinum testis membentuk rete testis Saluran-saluran kecil dari rete testis = ductuli efferentes testis PD: a. testicularis (cab. aorta abdominalis) plexus pampiniformis v. Testicularis (dex et sin) VCI (dex), v. renalis sinistra Saraf : cab plexus aorticus dan plexus renalis Limfe : nodi lymphoidei paraaortici Epididymis Saluran berkelok yang melekat pada bag posterior testis Bentuk : seperti tanda koma Panjang : + 6 cm Struktur : caput, corpus, cauda Terdapat ductus epididymidis Tonjolan atas caput appendix epididymidis Ductus Deferens Kelanjutan dari cauda epididymidis Panjang : + 45 cm Berkelok-kelok jarak total < 30 cm Pada bagian atas testis, bergabung dengan jaringan ikat longgar (PD + Saraf) funiculus spermaticus PD : a. vesicalis inferior (memperdarahi juga v. Seminalis, bag bawah ureter, VU) Saraf : terutama asal plexus hypogastricus (simpatis) Funiculus Spermaticus 5 unsur : 1. Ductus deferens beserta PD dan saraf 2. Arteria + vena testicularis beserta plexus pampiniformis 3. Saluran-saluran limfe dari testis dan epididymis 4. Sejumlah nervus testis dan epididymis 5. tn funiculi spermatici dan lig vaginale Lapisan-lapisan : fascia spermatica externa, fascia cremasterica, fascia spermatica interna Vesicula Seminalis Sepasang (kanan + kiri) Kelenjar berbentuk kantong memanjang (+ 5 cm) dan berlubang-lubang Letak : depan rectum, belakang VU Batas-batas 1. medial : ductus deferens 2. Lateral : m. levator ani PD : a. vesicalis inferior Saraf : asal segmen lumbal atas (simpatis), parasimpatis - asal segmen S2-S4 (melalui nn. pelvici splanchnici) Kelenjar penghasil semen utama
Ductus Ejaculatorius Saluran sempit dari penyatuan ductus deferens dan ductus excretorius vesicula seminalis 2 saluran (ka + ki) menembus prostata dan bermuara pada pars prostatica urethrae (ka-ki utriculus prostaticus) Prostata Bangunan pucat + konsistensi keras Sebagian berupa kelenjar dan sebagian berupa otot Letak : tepat di bawah cervix VU pada bag awal urethra Bentuk : seperti kerucut/chestnut Ukuran : + 4 cm x 3 cm x 2 cm Struktur : basis, apex, 3 permukaan (facies anterior, posterior, lateralis) Makroskopik : lobus dex et sin, lobus medius Prostata Potongan melintang : lobus lateralis (ka-ki), lobus medius dan posterior Ditembus : urethra dan ductus ejaculatorius Depan : plexus prostaticus (vena) PD : cab a. vesicalis inferior, a. rectalis media dan a. pudenda interna Saraf : asal plexus hypogastricus inferior Limfe : aliran terkait aliran limfe dari v. seminalis dan cervix VU Glandula Bulbourethralis = Glandula Cowperi, ada sepasang Bentuk : bulat kecil Letak : belakang atas pars membranacea urethrae (antara fascia superior-inferior diaphragmatis urogenitalis, tepat di atas bulbus penis) Ductus (+ 2,5 cm) menembus membrana perinei lalu memasuki bulbus penis dan bermuara pars spongiosa urethrae Penis Struktur : radix corpus glans Radix mengandung 1 bulbus, 2 crus penis Ke depan, 1 bulbus + 2 crus penis = corpus penis (spongiosum dan cavernosum) Tempat masuk ujung buntu corpus cavernosa = glans penis (corona collum basis) Arteri : 1. Crura dan corpora cavernosa a. profunda penis dan a. dorsalis penis (cab akhir a. pudenda interna) 2. Bulbus dan corpus spongiosum a. bulbi penis (cab a. pudenda interna) 3. Kulit dan lapisan superfisial penis juga oleh a. dorsalis penis Penis Vena : plexus prostaticus secara langsung atau lewat v. dorsalis penis dulu Limfe : nodi lymphoidei inguinales superficiales Saraf : 1. Parasimpatis asal segmen S2-S4; meliputi n. pudendus beserta cabangnya dan n. dorsalis penis 2. Simpatis : n. ilioinguinalis (asal segmen L1) 3. Plexus nervosus pelvicus autonom 4. Kulit penis : n. Dorsalis penis, cab n. Perinealis, n. Ilioinguinalis 5. Bagian erektil penis : serabut saraf asal plexus hypogastricus (melalui plexus nervosus prostaticus)
Scrotum Bentuk variasi akibat kontraksi/relaksasi tunica dartos Letak scrotum kiri > rendah dari kanan Ka-ki dipisahkan septum scroti PD : aa. scrotales posteriores (cab a. pudenda interna) dan anteriores (cab a. pudenda externa) Saraf : 1. nn. scrotales posteriores (cab superfisial nn. perineales) 2. rami perineales nervi cutanea femoris posterioris 3. nn. scrotales anteriores (cab n. ilioinguinalis) Anatomi Genitalia Perempuan Internal Ovarium Tuba uterina Uterus Vagina Eksternal Mons pubis Labia majora et minora Vestibulum vaginae Clitoris Bulbus vestibuli Glandula vestibularis major Glandula mammae
Ovarium Organ yang homolog dengan testis Bentuk : bulat/lonjong, pipih ; konsistensi padat + permukaan tidak rata Letak : dekat kedua dinding lateral pelvis Batas-batas 1. Bawah : ureter dan a. Uterina 2. Atas : iliaca externa 3. Belakang lateral (luar peritoneum) : ureter yang berjalan sepanjang margo liber ovarii dan a. Iliaca interna + cabang 4. Depan : lig latum uteri Ovarium PD : 1. arteria ovarica (cab langsung aorta abdominalis) 2. vena-vena meninggalkan ovarium plexus pampiniformis vena ovarica VCI (dextra), vena renalis sinistra (sinistra) Limfe : menuju nodi lymphoidei aortici laterales Saraf : terutama plexus ovaricus (asal plexus hypogastricus) Tuba Uterina = tuba Falopii/oviduct Saluran terbentang lateral dari perbatasan fundus dan corpus uteri Panjang : + 10 cm Fimbriae tubae uterinae pada ostium abdominale tubae uterinae Struktur : infundibulum ampulla isthmus PD : cabang-cabang a. ovarica dan a. uterina; v. ovarica dan v. uterina Limfe : nodi lymphoidei aortici laterales nodi lymphoidei lumbales Saraf : cabang-cabang plexus ovaricus dan plexus hypogastricus Uterus Organ tempat berlangsungnya gestasi Bentuk (gadis) : seperti buah pir, pipih dari depan ke belakang Letak : dalam rongga pelvis, antara VU-Rectum, sedikit condong ke kiri Ukuran : + 7,5 cm x 5 cm x 2,5 cm Struktur : fundus corpus cervix 3 lapisan dinding uterus : perimetrium, myometrium, endometrium
Uterus PD : 1. Terutama oleh arteria uterina (cab a. Iliaca interna) 2. Venae uterinae plexus venosus v. iliaca interna Limfe : 1. Fundus nodi lymphoidei aortici laterales; nodi lymphoidei inguinales superficiales 2. Cervix nodi lymphoidei sacrales + semua nodi lymphoidei iliaci 3. Corpus nodi lymphoidei iliaci externi Saraf : asal plexus uterovaginalis Vagina Bagian akhir traktus genitalia perempuan + 9 cm, dalam rongga pelvis Terdapat fornix vaginae (pars anterior, posterior, lateralis) Dinding depan > pendek (7,5 cm) Lapisan-lapisan dinding : tunika muskularis, lapisan jaringan erektil, tunika mukosa Hubungan 1. Anterior : fundus VU + urethra 2. Dorsal : excavatio rectouterina, ampulla recti, centrum tendineum perinei 3. Lateral : pangkal lig latum uteri dan lig cardinale
Vagina 4. Bawah : m. Levator ani dan plexus venosus, glandula vestibularis major, bulbus vestibuli PD 1. Atas : cabang-cabang a. uterina 2. Tengah + bawah : a. vaginalis, a. vesicalis inferior, a. rectalis media, a. pudenda interna (cabang-cabang a. iliaca interna) 3. Vv. uterinae, plexus venosus uterinus, plexus venosus vesicalis v. iliaca interna Limfe : nodi lymphoidei iliaci interni et externi (atas), nodi lymphoidei inguinales superficiales (bawah) Saraf : cabang-cabang plexus vesicalis dan plexus uterovaginalis (simpatis) ; nn. sacrales (parasimpatis)
Mons Pubis = mons veneris Tonjolan membulat di depan atas symphysis pubica Penumpukan sejumlah jar lemak di bawah kulit + ditumbuhi rambut pubes (pubertas) Belakang : labia majora Labium Majus Pudendi Homolog dengan scrotum 2 tonjolan kulit longitudinal yang membulat pada sisi kanan-kiri Terbentang dari mons pubis ke pinggiran depan perineum PD : rami pudendi interni arteriae femoralis dan rami labiales arteriae pudendae internae Saraf : cabang-cabang n. ilioinguinales, n. pudendus, rami perineales nervi cutanei femoris posterioris Labium Minus Pudendi 2 lipatan kecil longitudinal yang tersembunyi dalam labia major Pars lateralis dan pars medialis Pars medialis kanan-kiri frenulum clitoridis Hub : 1. Lateral labia majora 2. Medial pasangannya Vestibulum Vaginae Tempat muara urethra, vagina, ductus glandulae vestibularis majoris Ostium urethrae externum tepat di depan vagina, + 2,5 cm di belakang clitoris Bentuk ostium vaginae : sempit (hymen utuh), lebar + bulat (hymen robek) Clitoris Homolog dengan penis Organ erektil yang sensitif Letak : sebelah dalam commisura labiorum anterior Struktur : corpus crus (ka-ki) glans PD 1. Crura dan corpus : a. profunda clitoridis (cab a. pudenda interna) 2. Glans : cabang-cabang a. dorsalis clitoridis Saraf : asal plexus hypogastricus inferior dan n. dorsalis clitoridis Bulbus Vestibuli Jaringan erektil; homolog dengan bulbus penis Letak : samping ka-ki ostium vaginae Ditutupi : m. bulbospongiosus (m. sphincter vaginae) PD : a. bulbi vestibuli (cab a. pudenda interna) Glandula Vestibularis Major = glandula bartholini Kelenjar homolog dengan glandula Cowperi Letak : samping ka-ki ostium vaginae, sebelah dalam bulbus vestibuli dan di bawah membrana perinei Saluran keluar bermuara pada pinggir ostium vaginae Fisiologi Alat Genitalia Pria Organ reproduksi dalam Testis Saluran pengeluaran Kelenjar aksesorius (vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar Cowper) Organ reproduksi luar Penis Skrotum Fungsi Testis Testis berperan pada sistem reproduksi dan sistem endokrin Fungsi testis: memproduksi sperma (spermatozoa) memproduksi hormon seks pria seperti testosteron (sel Leydig) Kerja testis di bawah pengawasan hormon gonadotropik dari kelenjar pituitari bagian anterior: Luteinizing hormone (LH) Follicle stimulating hormone (FSH) Selama masa pubertas, testis berkembang untuk memulai spermatogenesis Ukuran testis bergantung pada produksi sperma (banyaknya spermatogenesis), cairan intersisial, dan produksi cairan dari sel Sertoli
Sawar Darah Testis Molekul besar tidak dapat menembus ke lumen (bagian dalam tubulus) melalui darah, karena adanya ikatan yang kuat antar sel Sertoli. Fungsi dari sawar darah testis adalah untuk mencegah reaksi auto- imun. Tubuh dapat membuat antibodi melawan spermanya sendiri, maka hal ini dicegah dengan sawar. Bila sperma bereaksi dengan antibodi akan menyebabkan radang testis dan menurunkan kesuburan Saluran Pengeluaran Epididimis menghubungkan testis dengan saluran vas deferens, memproduksi cairan yang banyak mengandung enzym dan gizi yang fungsinya mematangkan / menyempurnakan bentuk sperma . Vas deferens tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis menuju vesikula seminalis Ductus ejaculatorius merupakan saluran pendek yang menghubungkan vesicula seminalis dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra. Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari vesicula seminalis dan saluran untuk membuang urin dari kandung kemih Kelenjar aksesorius Vesikula seminalis Tempat untuk mengeluarkan cairan yang sifatnya alkalis atau sedikit basa yang mengandung fruktosa dan zat gizi yang merupakan sumber energi bagi spermatozoa dan agar sperma lebih segar, kuat dan mudah bergerak dalam mencapai ovum, Sebagai tempat penyimpanan spermatozoa sebelum dikeluarkan melalui kegiatan seksual . Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah kantung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma. Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa) yang membantu agar sperma lebih tahan hidup dan lebih memungkinkan untuk bergerak dan memudahkan pembuahan.
Penis Fungsi penis secara biologi adalah sebagai organ ekskresi sisa metabolisme berwujud cairan (urinasi) dan sebagai alat bantu reproduksi Pada pertumbuhan normal, penis dan testis mulai mengalami perkembangan pada saat pubertas Hormon testosteron berperan dalam perkembangan ini. Proses inilah yang akan menentukan ukuran penis Berdasarkan pengamatan terhadap ribuan contoh laki-laki berusia 17-18 tahun tidak ditemukan perbedaan rata-rata panjang penis antara usia 17 dan 19 tahun, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan penis berhenti pada sekitar usia 17 tahun atau bahkan lebih awal
Fisiologi Genitalia Wanita GENITALIA EKSTERNA
Mons Veneris, Berfungsi untuk melindungi alat genetalia dari masuknya kotoran selain itu untuk estetika Labia Mayora, Berfungsi untuk menutupi organ-organ genitalia di dalamnya dan mengeluarkan cairan pelumas pada saat menerima rangsangan seksual Labia Minora, Berfungsi untuk menutupi organ-organ genetalia di dalamnya serta merupakan daerah erotik yang mengandung pembuluh darah dan saraf Klitoris, Merupakan daerah erotik utama pada wanita yang akan membesar dan mengeras apabila mendapatkan rangsangan seksual Vestibulum, Berfungsi untuk mengeluarkan cairan apabila ada rangsangan seksual yang berguna untuk melumasi vagina pada saat melakukan hubungan seksual Hymen, Merupakan lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dari introitus vagina, membentuk lubang sebesar ibu jari sehingga darah haid maupun sekret dan cairan dari genetalia interrnal dapat mengalir keluar
Fisiologi Genitalia Wanita GENETALIA INTERNA
Vagina, saluran keluar untuk mengeluarkan darah waktu haid dan sekret dari dalam uterus, organ untuk hubungan seksual, jalan lahir bagi bayi waktu melahirkan Uterus, tempat bersarangnya atau tumbuhnya janin di dalam rahim pada saat hamil, memberi makanan pada janin melalui plasenta yang melekat pada dinding rahim. Tuba Fallopi, saluran yang membawa ovum yang dilepaskan ovarium ke dalam uterus. Ovarium, berfungsi memproduksi ovum Ligamentum, mengikat atau menahan organ-organ reproduksi wanita agar terfiksasi dengan baik pada tempatnya, tidak bergerak dan berhubungan dengan organ sekitarnya.
Penis Uretra Kel. littre Kulit Corpus spongios um Corpus cavernosum Corpus cavernosum Lakuna Morgagni Histologi Genitalia Laki-laki Penis Arteri profunda penis Septum pektiniforme penis Arteri helisiana Tunika albuginea V dorsalis A dorsalis penis N dorsalis penis Testis dan lapisan pembungkusnya Tunika dartos (otot polos+ skrotum) M. cremaster Tunika vaginalis parietalis Kantong serosa Tunika vaginalis visceralis Tunika albuginea testis Tubuli seminiferi testis Duktus epididimis Tubuli seminiferi testis A. Jaringan interlobular 1. Sel interstitial leydig B. Membrana basalis 2. Spermatogoni um 3. Sel sertoli 4. Spermatosit 1 5. Spermatid 6. Spermatozoa Tubulus Seminiferus Spermatogonia A & B : Melekat pada membram basalis, bentuk bundar atau kuboid Inti bundar, kromatin banyak dan granuler, besar sel 12 mikron Spermatogonium A : anak inti melekat pada membram inti warna gelap Spermatogonium B : anak inti di tengah warna pucat Spermatocyt I : Spermatocyt I ukuran terbesar 17-19 mikron Kromatin inti bervariasi (tergantung proses pembelahan) Spermatocyt II : Spermatocyt II ukuran lebih kecil dari Spermatocyt I Aspek hampir sama dengan Spermatocyt I Usia Pendek Tubulus Seminiferus Spermatid : Diameter 9 mikron, inti bundar kromatin padat Berkelompok dekat derah lumen dan sel sertoli Kepala terbenam dalam sitoplasma sel sertoli, ekor menjulur ke lumen
Spermatozoa : Bentuk kecil inti padat, berflagel Jarang terlihat karena langsung menuju d. epidydimis A B Tubulus Seminiferus Sel Sertoli : Bentuk silindris/piramid dan irreguler Melekat pada membran basalis Inti oval/segitiga, pucat, kromatin halus, anak inti 1-2, asidofil Pada bagian apikal terdapat banyak spermatid dan spermatozoa Mensekresikan estrogen dan sebagai blood-testis barier Sel Leidig : Terdapat pada jaringan ikat intertubular/interstitial Bentuk oval, besar, foligonal atau fusiformis Sitoplasma bergranuler, asidofil, mengandung butir lipid, glikogen, pigmen, dan kristal protein Sekresi testosteron dan estrogen Saluran Kelamin Intratestis Tubulus rectus Rete Testis Ductulus Eferentes Tubulus Rectus Testis Epitel Selapis kubus/torak Membram basalis tipis Tanpa lapisan otot polos
Rete Testis Lanjutan dari tubulus rectus yang merupakan jala-jala yang beranastomosa Epitel selapis kubus / gepeng Membram basalis tipis Lamina propria sangat tipis Ductus Efferentes Tunika mukosa o Epitel terdiri dari 2 macam sel : Sel kubus bermikrovilli menghasilkan mucin Sel torak dengan kinocilia o Permukaan lumen bergelombang o Membram basalis tipis o Lamina propria tipis dengan banyak kapiler Tunika muscularis : selapis sirkuler Tunika adventitia Duktus Ekskretorius Genital Pria Epididymis Ductus deferens Urethra Ductus Epidydimis Tunika mukosa o Epitel bertingkat berstereocilia yang terdiri dari sel torak bersterocilia dan sel basal o Sitoplasma sel torak berglanuler o Membram basalis tipis o Lamina propria tipis, banyak serat elastin Tunika Muscularis : Sirkuler longitudinal- sirkuler Tunika adventitia
Ductus Deferens Tunica mukosa Epitel bertingkat berstereocillia, pada ampula ductus deferens epitel selapis torak Ada sel basal Membram basalis tipis Lamina propria tipis banyak serat elastin Tunica muscularis : Long.-Sir.-Long. Tunica adventitia : jaringan fibroelastik Ductus Ejaculatorius Tunica mukosa Epitel selapis/bertingkat torak epitel transisional Lamina propria mengandung serat elastin Tunica muscularis Pada pars prostatica diganti dengan jaringan fibromuskuler Corpus Cavernosum Urethra/ C.spongiosum Urethra pars Cavernosa T.Albuginea Tn. Mucosa Epitel
M. Basalis Lm. Propria Tn. Musc.muc Tn. Musc. Tn. Adv URETHRA PRIA : + 15-20 CM 3-4 cm Transisional
Tipis JI jarang & p.d. - -
Fibromusculer
- Tn. submucosa P. Membranacea 1 cm Berlapis bertingkat torak + JI Jarang - -
Fibromusculer m. Sph Urethrae (otot lurik)
- P. Cavernosa 15 cm Berlps torak- bertingkat + JI Jarang Lapisan otot<< Lacunae venae, fibroelastik, o. polos long & sirk Lacunae venae, long & sirkuler.
JI fibrosa = Tn. albuginea
P. Navicularis
Berlapis gepeng + JI Jarang - -
-
- P. Kel Prostatica Kelenjar Tambahan/Aksesoris Vesicula seminalis Kelenjar prostat Kelenjar bulbourethral Kelenjar Vesiculosa Kelenjar tubulosaccular kompleks. Tunica mukosa berlipat-lipat membentuk lipatan primer, secunder, dan tertier. Lipatan tersebut beranastomosa satu sama lain. Epitel bertingkat kubus/torak.ada sel basal. Sitoplasma mengandung sekret dan pigmen lipokrom. Lamina propria mengandung serat elastin dan otot polos. Tunika muscularis : Lapisan dalam : sirkular-oblique Lapisan luar : longitudinal Kelenjar Prostat Kelenjar tubuloalveolar kompleks bercabang Kelanjar serosa dan apokrin Dikelilingin jar fibri muskular Epitel selapis/bertingkat torak Sitoplasma mengandung granula secretori atau lipid Bisa terlihat adanya corpora amylacea Kel. Bulbourethral Sepasang, 4-5 mm Di belakang Urethra pars membranacea Simpai tipis sekat: serat elastin, otot polos dan otot rangka Kel. Tubuloalveolar complex Ep. Selapis kubis / torak Histologi Genitalia Perempuan Ovarium 1. Epitel selapis kubus epitel germinal 2. Mesothelium 3. Tunica albuginea 4. Terdiri : korteks (stroma + folikel ovarii), medula (JI longgar + PD)
Dinding Uterus Perimetrium : terluar, sebagian besar lapisan serosa dilapisi mesothelium; dan beberapa lapisan adventisia Myometrium : tertebal, disusun otot-otot polos Endometrium : lamina propria/jar ikat stroma berisi serat kolagen tipe III, epitel selapis torak bersilia bersel sekretoris. VAGINA Labia Minora IMS Penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual baik secara genito-genital, oro- genital, atau ano-genital kelainan yang timbul tidak terbatas hanya pada daerah genital saja Ciri-ciri IMS Penularan infeksi tidak selalu melalui hub seks Infeksi dapat terjadi pada orang-orang yang belum pernah berhub seks No Organisme Penyebab Penyakit/Sindrom 1. Bakteri : -Neisseria gonorrhoeae -Treponema pallidum -Donovania granulomatis -Haemophilus ducreyi -Gardnerella vaginalis -Chlamydia trachomalis -Chlamydia A -Mycoplasma hominis -Ureaplasma urealyticum
-Skabies genital -Pedikulosis pubis BAKTERI Neisseria gonorrhoeae Uretritis, epididimis, servisitis, proktitis, faringitis, konjungtivitis, bartholinitis Chlamydia trachomatis, Mycoplasma hominis, Ureaplasma urealyticum Uretritis, epididimitis, servisitis, proktitis, salpingitis, limfogranuloma venereum (hanya C. trachomatis) Treponema pallidum Sifilis Gardnerella vaginalis Vaginitis Donovania granulomatis Granuloma inguinale HUBUNGAN ANTARA ETIOLOGI DAN IMS VIRUS Herpes simplex virus Herpes genitalis Herpes B virus Hepatitis fulminan akut dan kronik Human papilloma virus Kondiloma akuminatum. Papiloma laring pada bayi Molluscum contagiosum virus Moluskum kontangiosum HIV AIDS LAIN-LAIN Protozoa : T. vaginalis Vaginitis, uretritis Fungi : C. albicans Vulvovaginitis, balanitis, balanopostitis Ektoparasit : 1. Phthirus pubis 2. Sarcoples scabiei var. hominis
1. Pedikulosis pubis 2. Skabies Faktor Risiko IMS Perubahan demografik secara luar biasa : 1. peledakan jumlah penduduk 2. pergerakan masyarakat (pekerjaan, liburan, pariwisata, seminar) 3. kemajuan sosial-ekonomi Perubahan sikap dan tindakan terutama dalam bidang moral dan agama Kelalaian negara dalam memberi pendidikan kesehatan dan pendidikan seks (utama) Faktor Risiko IMS Perasaan aman penderita karena pemakaian AB dan kontrasepsi Resistensi kuman terhadap AB akibat penyalahgunaan AB Fasilitas kesehatan kurang memadai (LAB, klinik,dll) Banyak kasus asimtomatik Kelompok Perilaku Risiko Tinggi IMS Usia 1. 20-34 th laki-laki 2. 16-24 th wanita 3. 20-24 th kedua jenis kelamin Pelancong Pekerja seksual komersial/Wanita tua susila Pecandu narkotik Homoseksual Anamnesis IMS Keluhan dan riwayat penyakit saat ini Keadaan umum yang dirasakan Pengobatan yang telah diberikan, baik topikal maupun sistemik, dengan penekanan pada AB Riwayat seksual : 1. Kontak seksual dalam pernikahan/luar pernikahan (berganti pasangan) 2. Kontak seksual dengan pasangannya setelah mengalami gejala penyakit 3. Frekuensi dan jenis kontak seksual 4. Cara melakukan hub seks 5. Apakah pasangan juga merasakan keluhan/gejala yang sama Anamnesis IMS Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan IMS/penyakit di daerah genital lain Riwayat penyakit berat lainnya Riwayat keluarga : dugaan IMS yang ditularkan lewat ibu kepada bayinya Keluhan lain yang mungkin berkaitan dengan komplikasi IMS seperti erupsi kulit, nyeri sendi, dan pada wanita tentang nyeri perut bawah, gangguan haid, kehamilan dan hasilnya Riwayat alergi obat Pemeriksaan Fisik IMS pada Pria 1. Inspeksi dan palpasi 2. Daerah kelamin dan sekitarnya harus terbuka 3. Mula-mula inspeksi daerah inguinal dan raba adakah pembesaran kelenjar 4. Catat konsistensi, ukuran, mobilitas, rasa nyeri, tanda-tanda radang kulit. 5. Perhatikan daerah pubis dan kulit sekitarnya adakah pedikulosis, folikulitis, atau lesi kulit lainnya 5. Inspeksi skrotum, apakah terdapat asimetri, eritema, lesi superfisial dan palpasi isi skrotum (testis dan epididimis) dengan hati-hati 6. Inspeksi dari dasar/pangkal hingga ujung, tarik prepusium, inspeksi daerah subprepusium 7. Perhatian khusus untuk daerah sulcus coronarius 8. Inspeksi meatus uretra eksternus, adakah meatitis, lesi uretra atau duh tubuh uretra serta kelainan kongenital (mis hipospadia) 9. Kadang perlu memeriksa celana dalam untuk melihat adanya bercak duh tubuh 10. Inspeksi daerah perineum dan anus, sebaiknya dalam posisi bertumpu pada lutut-siku. Periksa ada kutil kelamin/kelainan lain 11. Pada anus, diperiksa adakah ulkus, fisura, fistula, hemoroid. Pemeriksaan Fisik IMS pada Perempuan Mudah dalam posisi litotomi = pria , namun perhatikan introitus juga Bersihkan duh tubuh dengan kain kasa, dengan hati- hati buka + periksa labia majora lalu labia minora Palpasi kel bartholini, liat muara duktusnya, adakah duh tubuh Masukkan spekulum yang telah dibasahi air hangat Lihat ektoserviks, adakah duh tubuh. Pemeriksaan Fisik IMS pada Perempuan Lihat dinding vagina, adakah lesi, bagaimana kuantitas dan kualitas duh tubuh Uretra diperiksa setelah spekulum dikeluarkan Pemeriksaan bimanual untuk menilai ukuran, bentuk, posisi, mobilitas, konsistensi dan kontur uterus serta mendeteksi kelainan pada adneksa Raba dan goyangkan serviks. Normal bila serviks bebas dan tidak nyeri Pemeriksaan Ulkus Genital Pria + Perempuan Perhatikan ukuran, bentuk, jumlah dan posisi ulkus pada atau sekitar genital Catat pula adakah nyeri Dasar ulkus harus diraba untuk mencari indurasi Pemeriksaan Penunjang IMS LAB : sediaan apus, kultur, pewarnaan gram, serologi Pemeriksaan mikroskopik Uji resistensi dan beta-laktamase Klasifikasi IMS Menurut MO penyebab 1. Bakteri : gonore, infeksi genital non spesifik, sifilis, ulkus molle, limfogranuloma venereum, vaginosis bakterial 2. Virus : herpes genitalis, kondiloma akuminata, infeksi HIV/AIDS, hepatitis B, moluskum kontangiosum 3. Jamur : kandidiasis vulvovaginal 4. Protozoa : trikomoniasis 5. Ektoparasit : pedikulosis pubis, skabies Gonore Disebabkan : Neisseria Gonorrhoeae Secara morfologik dibedakan : tipe I dan II : mempunyai pili dan bersifat purulen tipe III dan IV : tidak punya pili dan nonvirulen Pili akan melekat pada mukosa epitel radang Menyerang mukosa epitel kuboid / lapis gepeng yang imatur vagina wanita sebelum pubertas Menghasilkan : penisilinase (NGPP) / beta- laktamase dapat merusak penisilin inaktif Epidemiologi Pertama ditemukan pertengahan tahun 1970an, di Afrika barat dan timur tetap menjadi endemik Filipina melaporkan 30-40% NGPP, terutama ditemukan pada pekerja seks komersial Di Indonesia dilaporkan 1980 di Jakarta sebanyak 40-60% NGPP Di Amerika serikat 1985 dan Belanda 1988 pertama dilaporkan gonore resisten tetrasiklin (TRNG) Tahun 1989 di Belanda 42% NGPP ternyata juga resisten terhadap tetrasiklin Penularannya Gonorrhea merupakan penyakit menular seksual yang gampang menyebar. penetrasi seksual Oral seks anal atau vaginal Dapat menginfeksi area lain di tubuhnya dengan hanya menyentuh area terinfeksi dan mentransfer ekskresi Dapat menyebar di pakaian dan tempat cucian infeksi anus dapat terjadi pada perempuan tidak hanya karena penetrasi dari anus, namun juga bisa karena senggama vagina, karena tak jarang sekresi cairan yang terinfeksi bakteri ini dari vagina mengalir ke anus, membuahkan infeksi berulang. Gambaran Klinis Gonore Masa tunas gonore sangat singkat, 2-5 hari pada pria, pada wanita tidak diketahui Pada pria lewat uretra uretritis Paling sering uretritis anterior akuta proksimal komplikasi lokal Keluhan berupa : Rasa gatal Panas di bagian distal uretra dan disekitar orifisium uretra externum Disuria Keluar duh tubuh mukopurulen Dapat disertai nyeri waktu ereksi Pemeriksaan Fisik Gonore Orifisium uretra externum : Kemerahan Edema Duh tubuh mukopurulen Pada wanita jarang dijumpai kelainan objektive, karena struktur anatomis yg berbeda. Biasa datang dengan komplikasi Pada mulanya hanya mengenai serviks uteri Asimptomatik Kadang nyeri pada panggul bawah Cerviks Merah dengan erosi Sekret mukopurulen
Gambar Penderita Gonorrhea Diagnosis + Pemeriksaan Penunjang Ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis dan penunjang : 1. Sediaan langsung dengan pewarnaan gram 2. Kultur 3. Tes definitif : tes oksidasi dan fermentasi 4. Tes beta-laktamase 5. Tes Thomson Sediaan langsung Pengecatan Gram Gonokok gram -, inta & ekstra seluler Duh tubuh pria fosa navikularis wanita uretra, muara kelenjar Bartholin, endoserviks
Kultur (biakan) Media yg dapat digunakan: Media transpor Media Stuart hny utk transpor aja shg perlu ditanam kembali ke media pertumbuhan Media Transgrow selektif & nutrif utk N. gonorrhoeae & N. meningitidis, dpt bertahan 96 jam, bsa utk media tranpor & media pertumbuhan Media pertumbuhan Media Thayer-Martin selektik utk mengisolasi gonokok, mgd vankomisin utk menekan pertumbuhan bakteri gram +, kolemestat utk menekan pertumbuhan bakteri gram -, nistatin utk menekan pertumbuhan jamur Modifikasi Thayer-Martin isinya ditambah trimetoprim utk mencegah pertumbuhan Proteus spp. Agar coklat Mc Leod dpt ditumbuhi kuman lain selain gonokok Tes definitif Tes oksidasi Reagen oksidasi yg mgd larutan tetramil-p- fenilendiamin hidroklorida 1% di+kan pd koloni gonokok tersangka. Semua Neisseria memberi reaksi + dg perubahan warna koloni yg semula bening brubah mjd merah muda sampai merah lembayung Tes fementasi tes oksidasi positif dilanjutkan dg tes fermentatif memakai glukosa, maltosa, & sukrosa Kuman gonokok hanya meragi glukosa Tes Thomson Berguna utk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung Syarat Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi Urin dibagi dalam 2 gelas Tdk boleh menahan kencing dr gelak ke I ke gelas ke II Air seni HARUS 80 100 mL klo kurang hrs menguras uretra bagian anterior Hasil Gelas I Gelas II Arti Jernih Jernih Tidak ada infeksi Keruh Jernih Infeksi uretritis anterior Keruh Keruh Panuretritis Jernih Keruh Tdk mungkin FASILITAS LAB LENGKAP Pengobatan Sefalosporin Sefalosporin generasi III : 250 mg i.m Sefoperazon : 0.5-1gr i.m Sefiksim : 400mg obat pilihan baru gol. Sefalosporm dapat secara oral Spektinomisin 2 gr i.m I : alergi/gagal dengan penisilin, tersangka sifilis Kanamisin Dosis : 2 gr i.m KI : kehamilan Tiamfenikol : 2,5-3,5 gr oral. KI : kehamilan Kuinolon Ofloksasin 400mg,Siprofloksasin 500mg (oral) KI : wanita hamil/menyusui dan anak < 17thn
Prognosis Apabila ditangan secepat dan sedini mungkin, dapat menghindari : penyempitan lumen urethra, sterilitas, dll.
Komplikasi Gonore Komplikasi pada pria Tisonitis Littritis Prostatitis Epididimitis Trigonitis poliuria, disuria terminal, hematuria Komplikasi pada wanita Salpingitis Penyakit radang panggul dapat mengakibatkan jaringan parut pada tuba infertilitas/kehamilan ektopik Uretra parauretritis Bartolinitis Komplikasi Gonore Komplikasi diseminata pada pria dan wanita Artritis Miokarditis Endokarditis Perikarditis Meningitis Dermatitis Komplikasi akibat hub. kelamin Infeksi nongenital Orofaringitis Proktitis konjungtivitis
Infeksi Genital Non-spesifik Definisi Merupakan infeksi traktus genital yang disebabkan oleh penyebab yang non spesifik. Meliputi berbagai keadaan yaitu uretritis nonspesifik, prokitis nonspesifik ( pria homoseksual) Infeksi nonspesifik pada wanita Uretritis non spesifik adalah peradangan uretra yang penyebabnya dengan pemeriksaab laboratorium sederhana tdk dapat dipastikan atau diketahui
Etiologi Organisme penyebab uretritis non spesifik adalah: Chlamydia trachomatis ( 30-50%) Ureaplasma urealycum (10-40%) Lain-lain: Trichomonas vaginalis Ragi Virus herpes simplex Adenovirus Haemophilus sp. Bacteroides ureolyticus Mycoplasma genitalium Bakteri lain Gambaran klinik Pria :Penting ketahui coitus suspectus, yg biasanya terjadi 1-5mg sebelum timbulnya gejala Apakah melakukan hubungan dengan istri saat keluhan sedang berlangsung ( fenomena pingpong) Keluhan : Keluarnya duh tubuh uretra (berupa lendir jernih samapai keruh) morning drops, tapi bisa juga hanya bercak di celana Nyeri kencing atau disuri ( tidak sehebat pada gonore) Gatal Perasaan ingin kencing Nokturia
Pemeriksaan klinis: Muara uretra tampak tanda peradangan berupa edema dan eritema dapat ringan berat Sekret uretra umunya serosa, seromukous, mukous dan kadang bercampur nanah( banyak, sedikit atau hanya berupa bercak) Bila tdk ditemukan sekret pengurutan saluran uretra yg dimulai dari daerah proksimal sampai distal
Wanita : Gejala sering tidak khas, asimptomatik atau sangat ringan. Bila ada keluhan berupa duh tubuh genital yang kekuningan Sering ditemukan pada wanita yg menjadi pasangan pria dengan UNS (uretritis non spesifik) Pemeriksaan klinis: Kelainan serviks, misalnya terdapat eksudat serviks mukopurulen, erosi serviks atau folikel- folikel kecil Laboratorium: Dasar diagnosis apusan sekret uretra atau serviks Pemeriksaan sekret uretra dengan pewarnaan gram ditemukan leukosit >5 pada pemeriksaan mikroskop dengan pembesaran 1000x Pemeriksaan mikroskopik sekret serviks dengan pewarnaan gram >30 leukosit per lapang pandang Tidak dijumpai diplokokus negative gram Pemeriksaan sediaan basah tidak ditemukan parasit Trichomonas vaginalis Diagnosis dengan memperhatikan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan laboratorium adanya tanda uretritis serta tidak ditemukan kuman penyebab yang spesifik. Tatalaksana farmakologi Tetrasiklin Dosis 500 mg x 4 kali Selama 1 minggu atau lebih. Eritromisin Lebih efektif terhadap Ureaplasma Dosis 500 mg x 4 kali Selama 1 minggu atau lebih Doksisiklin 100 mg x 2 kali Azithromisin 1 gram sekali minum dosis tunggal Definisi Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum dan mempunyai beberapa sifat, yaitu : - perjalanan penyakit sangat kronis - dalam perjalanannya dapat menyerang semua organ tubuh - dapat menyerupai macam-macam penyakit - mempunyai masa laten - dapat kambuh kembali (rekuren) - dapat ditularkan dari ibu ke janinnya sehingga menimbulkan kelainan kongenital - dapat ditularkan melalui hubungan seksual, luka, transfusi dan jarum suntik Penyakit Menular Seksual Sifilis EPIDEMIOLOGI Pada abad ke-15, sifilis merupakan wabah di Eropa, teteapi sesudah tahun 1860, morbiditas penyakit ini menurun dengan cepat (berhubungan dg perbaikan sosial ekonomi) Lebih sering menyerang usia muda dan lebih sering daripada Di Indonesia, insiden sifilis terlihat menurun, tetapi 2-3 tahun terakhir ini terlihat meningkat kembali ETIOLOGI Treponema pallidum Spesies : Treponema Famili : Spirochaetaceae Ordo : Spirochaetales Treponema pallidum sub species pallidum sifilis Berbentuk spiral, Gram (-) Panjang 11 m (6 20 m), 0.09 0.18 m 2 lapisan : - Sitoplasma : mesosome, vakuol ribosom, nukleoid - Lapisan luar : bahan mukoid (patogen) KLASIFIKASI Secara garis besar : 1. Sifilis kongenital (bawaan) : - dini (umur < 2 tahun) - lanjut / tarda (umur > 2 tahun) - Stigmata 2. Sifilis akuisita (didapat) Berdasarkan gambaran klinis dan epidemiologis: 1. Sifilis primer (SI) 2. Sifilis sekunder (SII) 3. Sifilis Laten dini dan Sifilis Laten Lanjut 4. Sifilis Tersier (Sifilis benigna lanjut / SIII) 5. Sifilis Kardiovaskuler dan Neurosifilis PATOGENESIS 1. Tahap masuknya Treponema 2. Stadium I (S I) 3. Stadium II (S II) 4. Stadium Laten 5. Stadium Gumma GAMBARAN KLINIS STADIUM I (Sifilis Primer) kuman masuk, masa inkubasi 2-4 minggu Tukak (dimana saja di daerah genitalia eksterna) 3 minggu setelah kontak, satu atau multipel tidak nyeri (jika tdk ada infeksi bakteri lain) Pada : pembesaran kel limfe inguinal medial unilateral / bilateral Pada : dg spekulum lesi (erosi / ulserasi) di serviks Lesi primer di tempat lain : bibir, lidah, tonsil, putin susu, jari dan anus Tanpa pengobatan, sembuh spontan 4-6 minggu GAMBARAN KLINIS STADIUM II (Sifilis Sekunder) timbul 6-8 minggu kemudian Kelainan bersifat sistemik gejala prodormal (sakit di daerah otot atau sendi, suhu badan subfebris, sukar menelan, malaise, anoreksia)
Kelainan kulit : - makula berwarna merah terang, hampir seluruh tubuh, tanpa rasa gatal - papula berbagai bentuk - papulaskuamosa - pustula (destruktif)
Kelainan pada selaput lendir mucous patch (bulat, kemerahan) ulkus biasanya pada mukosa bibir, pipi, laring, tonsil, mukosa genitalia
Kelainan pada kelenjar pembesaran KGB superfisialis (limfadenopati generalisata) GAMBARAN KLINIS STADIUM REKUREN Gejalanya sama dengan tahap S II tetapi lebih setempat STADIUM LATEN LANJUT, > 2 tahun sejak mulai infeksi Tidak ditemukan tanda-tanda klinis Tes S.T.S (+) Sangat lama seumur hidup STADIUM LATEN DINI, 2 tahun sejak mulai infeksi Tidak ditemukan tanda-tanda klinis Tes S.T.S (+) Wanita hamil pada stadium ini dapat menularkan ke bayi nya.
STADIUM III (Sifilis Tersier) 3-10 tahun sesudah stadium I Ditemukan Lesi III sifilis lanjut benigna yg dapat menyerang : - struktur pembungkus badan : kulit, mukosa, sub kutis - struktur penyangga tubuh : tulang, sendi, otot, ligamen, dll Kelainan khas : Gumma infiltrat sirkumskrip kronis yang cenderung mengalami pengejuan (perlunakan) dan bersifat destruktif Ulkus Gummosum Di alat dalam, paling sering menyerang hepar hepar lobatum NEUROSIFILIS Jarang ditemukan karena adanya pengobatan sifilis dengan Penisilin Lebih sering terjadi pada orang kulit putih dan pria lebih sering daripada wanita Gejala klinis terjadi setelah 5-25 tahun dari afek primer / infeksi awal Dibagi menjadi 3 jenis : 1. Neurosifilis asimtomatis 2. Neurosifilis meningovaskuler 3. Neurosifilis parenkimatosa SIFILIS KARDIOVASKULER Timbul 10-40 tahun setelah infeksi primer Jarang ditemukan, dapat menyebabkan miokarditis difus atau gumma pada jantung Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis, foto sinar X, dan pemeriksaan pembantu lainnya Dibagi menjadi 3 tipe : 1. Sifilis pada jantung 2. Sifilis pada pembuluh darah besar 3. Sifilis pada pembuluh darah sedang
PEMERIKSAAN Untuk menegakkan diagnosa sifilis, perlu pemeriksaan laboratorium : 1. Pemeriksaan lapangan gelap dengan bahan pemeriksaan dari bagian dalam lesi untuk menentukan T. pallidum Diagnosa Pasti : a. pemeriksaan lapangan gelap (Dark field) b. mikroskop fluoresensi 2. Penentuan antibodi di dalam serum : a. tes yang menentukan antibodi nonspesifik : - tes Wasserman - tes Kahn - tes VDRL - tes RPR - tes Automated reagin
b. antibodi terhadap kelompok antigen : tes RPCF (Reiter Protein Complement Fixation)
PENATALAKSANAAN Rekomendasi WHO/CDC 1. Pengobatan sifilis dini (primer, sekunder, dan laten dini tidak lebih dari 2 tahun) : a. Penisilin G benzatin 2,4 juta unit 1x suntikan IM b. Penisilin G prokain dalam akua 600.000 u IM selama 10 hari
Pengobatan terhadap sifilis dini yang alergi terhadap Penisilin : a. Tetrasiklin hidroklorida 4 x 500 mg oral selama 30 hari b. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 30 hari (bukan estolat)
2. Pengobatan sifilis lanjut sifilis dengan waktu lebih dari 2 tahun, sifilis laten yang tidak diketahui lama infeksi, atau lebih dari 2 tahun, sifilis kardiovaskuler, sifilis lanjut benigna, kecuali neurosifilis : a. Penisilin G benzatin 2,4 juta unit IM setiap minggu selama 3x berturut- turut atau b. dengan Pensilin G prokain 600.000 IM setiap hari selama 21 hari PENATALAKSANAAN Rekomendasi WHO/CDC untuk Neurosifilis CDC menganjurkan pemberian 6-9 MU benzil penisilin selama 3-4 minggu. Selanjutnya dianjurkan pemberian benzil penisilin 2-4 MU secara IV setiap 4 jam selama 10 hari yang diikuti dengan pemberian penisilin long acting sbb : 1. Penisilin G benzatin 2,4 juta unit IM sekali seminggu selama 3 minggu, atau 2. Penisilin G prokain 2,4 juta unit IM + prebensid 4 x 500 mg/hari selama 10 hari yang diikuti pemberian penisilin G benzatin 2,4juta unit IM sekali seminggu selama 3 minggu Ulkus mole / chancroid , ialah penyakit infeksi genitalia akut , setempat, dapat inokulasi sendiri Etiologi haemophilus ducreyi , gram (-) , mereduksi nitrat menjadi nitrit Ulkus Mole Gambaran klinis Pada pria Masa inkubasi pria 2 35 hari (rata-rata 7 hr) , pada wanita sering asimtomatis Sering pada pria heteroseksual , sedikit laporan pada homosex Kuman masuk pada daerah yg luka Dari erosi menjadi ulkus yg diliputi olek eksudat nekrotik , ulkus bersifat multipel , nyeri saat terkena pakaian atau urin , tepi tidak rata dan bergaung , tepi rata dan dikelilingi eritema ringan Ulkus mole berukuran 2 3 cm Uretritis non GO Gambaran klinis Pada wanita Sering asimtomatik dan baru datang ketika sudah menimbulkan komplikasi Disuria , nyeri waktu defekasi ,duh vagina Dapat terjadi lesi pada serviks dan perineum , anorektum dan orofaring Lesi dapat terjadi pada tempat lain : mis : payudara, jari , didalam mulut Pada wanita ulkus dapat lebih banyak dan dalam Ulcus Mole Variasi klinis Giant chancroid beberapa ulkus bergabung dan membentuk lesi tunggal yang dapat meluas ketepinya Ulkus mole serpiginosum lesi yg membesar akibat perluasan sendiri dan bersifat destruktif Ulkus mole gangrenosum disebabkan superinfeksi spirokhetosis Transient chancroid ulkus yg sembuh sendiri setelah beberapa hari Ulkus mole folikularis Ulkus mole papular Komplikasi Adenitis inguinal Pimosis dan parafimosis Disebabkan sikatrisasi pada preputium Fisura uretra disebabkan ulkus pada glans penis Fistel rektovagina Pada wanita
Dapat terjadi infeksi campuran : dgn organisme vincent . Treponema pallidum , herpes simpleks Diagnosis Pengecatan gram , bahan pemeriksaan dambil dari ulkus yang bergaung Kultur kuman Penatalaksanaan Pengobatan sistemik seftriakson Eritromisin Amoksisilin Siprofloksasin Azitromisin Pengobatan lokal Kompres , irigasi dan rendam dengan larutan salin menghilangkan debris nekrotik Limfogranuloma venerum IMS yg mengenai kelenjar dan pembuluh limfe, terutama pada daerah inguinal, genital, anus dan rektum Etiologi : chlamydia trachomatis, merupakan organisme mirip bakteri sebagian bersifat seperti virus Gambaran klinis Lesi primer genital Berbentuk erosi dan ulkus dangkal, papul2 pada pria sering berlokasi di sulkus coronarius,frenulum, preputium, penis, uretra dan skrotum pada wanita lebih sering di dinding posterior vagina, portio, bagian posterior serviks dan vulva Lesi primer pada pria sering disertai limfangitis Gambaran klinis Sindrome inguinal Terjadi setelah lesi primer menghilang Pada pemeriksaan klinis sndrome inguinal didapatkan : perbesaran KGB, nyeri dan teraba padat Terjadi perlengketan antara kelenjar degan kelenjar dan kulit, tampak merah kebiruan panas dan nyeri Perlunakan kelenjar dan terbentuk abses Abses pecah menjadi sinus atau fistel multipel pada 1/3 kasus Komplikasi Sindroma anorektal perdarahan anus, duh anal yg purulent disertai febris Sindroma genital edema vulva yg terjadi sepanjang klitoris sampai anus (elefantiasis labia ), edema limfe di vulva akibat peradangan Diagnosis Klinis Tes GPR Pegecatan giemsa dari pus bubo Test frei Test serologi Kultur jaringan Penatalaksanaan Istirahat total dan pengobatan gejala sistemik Kemoterapi Pembedahan
Definisi Suatu sindrom perubahan ekosistem vagina Merupakan infeksi vagina yang tersering pada wanita dengan seksual aktif Vaginosis Bakterial Patogenesis Etiologi Penyebab VB belum diketahui dengan pasti Penyebab VB bukan organisme tunggal 4 jenis bakteri vagina yang berhubungan dengan VB: 1. Gardnerella vaginalis 2. Bacteroides Spp 3. Mobiluncus Spp 4. Mycoplasma hominis Etiologi 1. Gardnerella vaginalis G. Vaginalis dapat diisolasi pada sekitar 95% wanita dengan VB, 40-50% pada wanita tanpa gejala vaginitis/ penyebab vaginitis lainnya G. Vaginalis berinteraksi melalui cara tertentu dengan bakteri anaerob dan mycoplasma menyebabkan VB
2. Mycoplasma hominis Prevalensi tiap mikroorganisme ini meningkat pada wanita dengan vaginosis bakterial Organisme ini terdapat dengan konsentrasi 100-1000 kali lebih besar pada wanita dengan vaginosis bakterial daripada wanita normal Etiologi 3. Bakteri anaerob Bacteroides Spp sebanyak 76% Peptostreptococcus sebanyak 36% Mobiluncus Spp sebanyak 85% Pada wanita normal, ketiga tipe anaerob jarang ditemukan Penemuan species ini dihubungkan dengan laktat dan suksinat dan asetat pada cairan vagina Setelah terapi metronidazole, b.anaerob ditemukan, laktat asam organik predominan dalam cairan vagina Pada wanita dengan vaginosis bakterial Manifestasi klinis Bau vagina yang khas (bau ikan, t.u waktu berhubungan seksual) adanya amin yang menguap bila cairan vagina basa Sekret homogen, tipis, dan cair Sekret VB berwarna putih/ keabu-abuan Tidak ditemukan adanya inflamasi pada vagina dan vulva Diagnostic Features and Management feature Bacterial vaginosis Etiology Associated with Gardnerella vaginalis, various anaerobic and/or noncultured bacteria, and mycoplasmas Typical symptoms Malodorous, slightly increased discharge Discharge Amount Moderate Color White or gray Consistency Homogeneous, low viscosity; uniformly coats vaginal walls Inflammation of vulvar or vaginal epithelium None Diagnostic Features and Management feature Bacterial vaginosis pH of vaginal fluid b Usually >4.5 Amine ("fishy") odor with 10% KOH Present Microscopy c
Clue cells; few leukocytes; no lactobacilli or only a few outnumbered by profuse mixed flora, nearly always including G. vaginalis plus anaerobic species on Gram's stain (Nugent's score 7) Usual treatment Metronidazole, 500 mg PO bid for 7 days Clindamycin, 2% cream, one full applicator vaginally each night for 7 days
Usual management of sexual partner Examination for STD; no treatment if normal Diagnosis 1. Cairan vagina Evaluasi cairan vagina sulit bila wanita tersebut baru mencuci vaginanya atau baru melakukan hubungan seksual. 2. pH vagina pH cairan vagina pada vaginosis bakterial umumnya berkisar 5-5,5 3. Odor/ bau Bau amis seperti ikan pada vagina adalah gejala yang paling sering dikeluhkan 4. Clue cells Merupakan epitel vagina yang ditutupi oleh berbagai bakteri vagina gambaran granular, batas sel kabur Wanita yg mempunyai clue cell tapi tdk jelas memenuhi kriteria lainnya kemungkinan akan menderita VB dalam waktu singkat Leukosit tidak ada atau jarang Rekomendasi Amsel et al dalam Diagnosis Klinik Adanya 3 dari 4 tanda-tanda ini 1. Cairan vagina homogen, putih atau keabu-abuan, melekat pada dinding vagina 2. pH vagina >4,5 3. Sekret vagina berbau seperti bau ikan sebelum/setelah penambahan KOH 10% (Whiff test) 4. Adanya clue cells pada pemeriksaan mikroskop Penatalaksanaan Antibiotik merupakan pilihan pertama terapi VB Regimen yang direkomendasikan oleh Centers for Disease Control tahun 2006 adalah: Metronidazol 500mg 2 kali sehari oral selama 7 hari / Metronidazol 2gram dosis tunggal atau Timidazol 2gram dosis tunggal Regimen alternatif: Kindamisin 300mg oral 2 kali sehari sleama 7 hari Regimen yang direkomendasikan untuk wanita hamil: Metronidazol 500mg oral 2 kali sehari selama 7 hari / Klindamisin 300mg oral 2 kali sehari selama 7 hari Komplikasi Korioamnionitis Infeksi cairan amnion Infeksi pada masa nifas Penyakit radang panggul Kelahiran prematur dan his prematur HERPES GENITALIS Definisi Herpes genitalis adalah infeksi pada genital yang disebabkan oleh Herpes simplex virus (HSV) dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar eritema dan bersifat rekurens ETIOLOGI Herpes genitalis disebabkan oleh herpes simplek virus atau herpes virus hominis HSV 2 rata rata baru terbentuk setelah aktivitas seksual Inkubasi 3-7 hr EPIDEMIOLOGI Penyakit ini tersebar kosmopolit dan menyerang pria maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda HSV 1 biasanya dimulai pada usia anak anak HSV 2 biasanya terjadi pada dekade II dan III dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual PATOGENESIS 1. Episode I infeksi primer Virus berasal dari luar masuk ke dalam tubuh hospes penggabungan dengan DNA hospes di dalam tubuh hospes multifikasi / replikasi serta menimbulkan kelainan pada kulit. Hospes belum ada antibodi spesifik lesi pada daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat. Selanjutnya virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional (ganlion sakralis) dan berdiam disana serta bersifat laten 2. Episode I non infeksi Infeksi sudah lama berlangsung tetapi belum menimbulkan gejala klinis, tubuh sudah membentuk zat anti tidak seberat episode I infeksi primer 3. Infeksi rekurens Bila ada faktor pencetus (trigger factor) , virus akan mengalami reaktivasi dan multiplikasi kembali. Dalam tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik kelainan yang timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi primer GEJALA KLINIS Lesi berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar eritem Rasa terbakar dan gatal di daerah lesi/vesikel yang terjadi sebelum timbulnya lesi/vesikel Malaise, demam, nyeri otot Kelenjar limfe regional dapat membesar dan nyeri pada perabaan (infeksi inisial) DIAGNOSIS Pemeriksaan fisik Gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritem yang bersifat rekuren Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan tes Tzank yang diwarnai dengan pengecatan giemsa atau wright, terlihat sel raksasa berinti banyak. Sensitifitas dan spesifisitas rendah 2. Mikroskop elektron tidak spesifik karena kelompok virus herpes tidak dapat dobedakan 3. Kultur jaringan merupakan cara yang paling baik. Pertumbuhan virus dalam sel ditunjukkan dengan terjadinya granulasi sitoplasmik, degenerasi balon dan sel raksasa berinti banyak . Namun pemeriksaan lama dan biaya mahal 4. Imunoperioksidase dan ELISA PENATALAKSANAAN Asiklovir Valasiklovir Famsiklovir Lupidon H dan Lupidon G (mencegah rekurens) Levamisol dan isoprinosin (imunostimulator) DD dan komplikasi Impetigo vesiko bulosa Ulkus durum Ulkus mole Ulkus mikstum Hepatitis Infeksi berat Ensefalitis Keratokonjungtivitis Erupsi kulit vurupa vesikel herpetiformis Lahir mati pada bayi yg ikut terinfeksi dari ibu PENCEGAHAN Penderita diberi penerangan tentang sifat penyakit yang dapat menular terutama bila sedang terkena serangan, karena itu sebaiknyaa melaksanakan abstinensia Proteksi individual. Dugunakan dua macam alat perintang, yaitu kondom dan busa spermasidal ,diikuti dengan pencucian alat kelamin memakai air dan sabun setelah koitus Faktor faktor pencetus sedapat mungkin dihindari Konsultasi psikiatrik dapat membantu karena faktor psikis mempunyai paranan untuk timbulnya serangan PROGNOSIS Meskipun kematian yang disebabkan jarang, akan tetapi selama belum ada pengobatan yang efektif, perkembangan penyakit sulit diramalkan. Infeksi primer dini yang segera diobati mempunyai prognosis lebih baik, sedangkan infeksi rekuren dapat dibatasi frekuensi kambuhnya KONDILOMA AKUMINATA DEFINISI Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh virus papiloma humanus (VPH) tipe tertentu dengan kelainan berupa fibroepiteloma pada kulit dan mukosa
Sinonim Genital warts, kutil kelamin, penyakit jengger ayam Epidemiologi KA Akhir-akhir ini mendapat perhatian lebih, mengingat telah diketahui adanya hubungan antara penyebab KA terutama HPV subtipe 16, 18 dengan lesi invasif atau prakanker serviks, vagina, vulva, anus dan penis. Epidemiologi KA analog dgn herpes genital, yaitu prevalensi infeksi subklinis jauh lebih besar dibandingkan infeksi klinis. Dengan pemeriksaan penyaring didapat hasil prevalensi KA sebesar 5-19% pada wanita yang datang di klinik KB dan klinik universitas, serta 27% pada wanita yg datang ke klinik IMS. ETIOLOGI KA VPH adalah virus DNA virus epiteliotropik (menginfeksi epitel) dan tergolong dalam famili Papovaviridae. VPH tipe 6 dan tipe 11 paling sering ditemukan pada KA yg eksofitik dan pada displasia derajat rendah(low risk). VPH tipe 16 dan 18 (sering) : displasia derajat tinggi dan keganasan (high risk) Manifestasi klinis KA Masa inkubasi KA berlangsung antara 1-8 bulan (rata-rata 2-3 bln) VPH masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit, shg KA sering timbul di daerah yg mudah mengalami trauma pada saat hub. Seksual Pada pria tempat yg sering terkena: glans penis, sulkus koronarius, frenulum dan batang penis, Pada wanita: fourchette posterior, vestibulum u/ kep.klinis, KA dibagi dalam 3 bentuk: Bentuk akuminata Bentuk papul Bentuk datar (flat) Namun sering juga ditemukan bentuk-bentuk peralihan Tiga Bentuk KA Bentuk akuminata Terutama dijumpai pd daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan yg berjonjot-jonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yg besar ini sering dijumpai pada wanita yg mengalami flour albus dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas terganggu Bentuk papul Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi sempurna, spt batang penis, vulva bgn lateral, daerah perianal, dan perineum. Kelainan berupa papul dgn permukaan yg halus dan licin, multipel dan tersebar secara diskret. Bentuk datar Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sbg makula atau bahkan sama sekali tidak tampak dgn mata telanjang (infeksi subklinis), dan baru terlihat stlh dilakukan tes asam asetat. Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sgt menolong.
Bentuk Lain Giant candyloma Buschke-Lowenstein Bentuk ini diklasifikasikan sbg karsinoma sel skuamosa dgn keganasan derajat rendah Hub. antara KA dgn giant candyloma diketahui dgn ditemukannya VPH tipe 6 dan 11 Lokasi lesi yg paling sering adalah pada penis dan kadang vulva dan anus Klinis tampak sbg kondiloma yg besar, bersifat invasif lokal dan tidak bermetastasis Secara histologis giant condyloma tidak berbeda dgn KA Giant condyloma umunya refrakter terhadap pengobatan Giant condyloma Buschke - lowenstein
Papulosis Bowenoid Secara klinis berupa papul berwarna coklat kemerahan dapat berkonfluens menjadi plakat Ada pula lesi yg berbentuk makula eritematosa dan lesi yg mirip leukoplakia atau lesi subklinis Umumnya lesi multipel dan kadang2 berpigmentasi Berbeda dgn KA, permukaan lesi papulosis Bowenoid biasanya halus atau hanya sedikit papilomatosa Gambaran histopatologik mirip penyakit Bowen dgn inti berkelompok, sel raksasa diskeratotik dan sebagian mitotik atipik Dalam perjalanan penyakitnya, papulosis Bowenoid jarang menjadi ganas, dan cenderung u/ regresi spontan Papulosis Bowenoid
DIAGNOSIS KA Berdasarkan gejala klinis. Pada lesi yg meragukan dpt dilakukan px.penunjang dgn: TES ASAM ASETAT: bubuhkan as.asetat 5% dgn lidi kapas pada lesi yg dicurigai. Dalam beberapa menit lesi akan berubah warna menjadi putih (acetowhite). Perubahan warna pada lesi di daerah perianal perlu waktu lebih lama (15 menit) KOLPOSKOPI: merupakan tindakan yg rutin dilakukan di bag.kebidanan, namun belum digunakan secara luas di bag.penyakit kulit. Px. ini terutama berguna u/ melihat lesi KA subklinis, dan kdg dilakukan bersama dgn tes asam asetat Pemeriksaan histopatologi: pada KA yg eksofitik, px dgn mikroskop cahaya akan memperlihatkan gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges yg memanjang dan menebal, parakeratosis dan vakuolisasi pada sitoplasma (koilositosis) DD KA Pearly penile papules Kondiloma lata Karsinoma sel skuamosa Pearly penile papules
Condyloma lata
Karsinoma sel skuamosa
Prinsip umum pengendalian IMS Tujuan utama: Memutuskan rantai penularan IMS Mencegah berkembangnya IMS dan komplikasinya
Dicapai melalui: Mengurangi pajanan IMS dengan program penyuluhan untuk menjauhkan masyarakat terhadap perilaku risiko tinggi Mencegah infeksi dengan anjuran pemakaian kondom bagi yang berperilaku risiko tinggi Meningkatkan kemampuan diagnosis dan pengobatan serta anjuran untuk mencari pengobatan yg tepat Membatasi komplikasi dengan melakukan pengobatan dini dan efektif baik untuk yg simtomatik maupun asimtomatik serta pasangan seksualnya PENATALAKSANAAN KA Cara2 pengobatan KA: kemoterapi, tindakan bedah & imunoterapi. Pemilihan cara pengobatan yg dipakai tergantung pada: besar, lokalisasi, jenis dan jumlah lesi, serta ketrampilan dokter yg melakukan pengobatan
KEMOTERAPI PADA KA Tinktura podofilin: 15-25%. 1. Setelah melindungi kulit di sekitar lesi dgn vaselin agar tidak tjd iritasi, oleskan tinktura podofilin pada lesi dan biarkan 4-6 jam, kemudian cuci. 2. Pemberian obat dilakukan seminggu 2x sampai lesi hilang. Pada lesi yg hiperkeratotik, pemberian podofilin tidak memberikan hasil yg memuaskan. 3. Setiap kali pemberian jgn melebihi 0,5 cc krn akan diabsorpsi dan bersifat toksik. Obat ini tidak boleh diberikan kpd wanita hamil.
KEMOTERAPI PADA KA Podofilotoksin 0,5% (podofiloks): 1. zat aktif yg terdapat di dalam podofilin. Stlh pemakaian podofiloks, dlm bbrp hari akan terjadi destruksi pada jaringan KA. 2. Rx iritasi pada pemakaian podofiloks lebh jarang terjadi drpd podofilin dan rx sistemik belum pernah dilaporkan. 3. Obat ini dapat dioleskan sendiri o/ penderita sebanyak 2x sehari selama 3 hari berturut2. KEMOTERAPI PADA KA Asam trikloroasetat 50%: pemberiannya adalah seminggu 1x dan harus hati2 krn dpt menimbulkan ulkus yg dalam. Dapat diberikan kpd wanita hamil. Krim 5-fuorourasil 1-5%: obat ini terutama u/ KA yg terletak di atas meatus uretra. Pemberiannya setiap hari sampai lesi hilang. Sebaiknya penderita tdk miksi selama 2 jam stlh pengobatan. Tindakan bedah pada KA Bedah skalpel Bedah listrik Bedah beku (N 2 cair,N 2 O cair) Bedah laser (CO 2 laser)m Interferon pada KA Pemberiannya dlm bentuk suntikan (IM atau intralesi) atau bentuk krim, dan dpt diberikan bersama pengobatan yg lain. Secara klinis terbukti interferon alfa, beta, dan gama bermanfaat dalam pengobatan infeksi VPH. Dosis IFN alfa yg diberikan adlh 4-6 x 10 mega IU intramuskular, 3x seminggu selama 6 minggu. IFN beta diberikan dgn dosis 2 x 10 mega IU intramuskular selama 10 hari berturut2. Imunoterapi pada KA Pada penderita dgn lesi yg luas dan resisten thd pengobatan dapat diberikan pengobatan bersama imunomodulator. Salah satu obat yg saat ini sering dipakai adalah imiquimod. Imiquimod dalam bentuk krim, dioleskan 3x seminggu, paling lama 16 minggu. Dicuci setelah 6-8 jam pemakaian Kondiloma akuminata di daerah vulva dan perineum Kondiloma akuminata di daerah glans penis dan sulkus koronarium. Tampak vegetasi yang bertangkai maupun tidak bertangkai AIDS (acquired immune deficiency syndrome) adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia stl sistem kekebalan dirusak oleh virus HIV (Human immunodeficiency virus) Penderita AIDS mudah terkena infeksi bakteri, virus, jamur, parasit yg bersifat oportunistik Dan sering menderita keganasan (sarkoma kaposi dan limfoma) Infeksi HIV/AIDS Etiologi HIV retro virus yg disebut Lymphadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukemia Virus (HTLV-III) atau juga disebut Human T-Cell Lymphotrophic Virus (retrovirus) Pertikel HIV terdiri dari 2 untaian RNA dlm inti protein yg dilindungi envelop lipid adal sel hospes Cara Penularan Patogenesis Virus HIV ditemukan sejumlah besar dalam cairan sperma dan darah, sedangkan dalam jumlah kecil pd air liur dan air mata HIV menginfeksi sistem imun terutama sel CD4 dapat menimbulkan destruksi sel tersebut HIV laten dlm sel imun suatu saat aktiv kembali menimbulkan infeksi Virus HIV kematian sel, kematian linfosit yg tdk terinfeksi, defisiensi imun, AIDS Lama kelamaan, sel imun dikuasai oleh virus sel CD4 <100/l infeksi oportunistik & keganasan Pembantu Diagnosis Enzymelinked immunosorbent assay (ELISA), (hasil positif-palsu dapat menimbulkan dampak psikologis yang besar) uji ELISA positif diulang keduanya positif uji yang lebih spesifik, Western blot juga dikonfirmasi dua kali Pemeriksaan anti HIV baru reaktif stl 12 minggu sejak infeksi Pengobatan Obat anti virus : indinavir, retrovir, dan lamivudin Diberikan sbg kombinasi meningkatkan CD4 &menghilangkan HIV sampai tingkat unmeasureable genes of HIV penggunaan beberapa waktu HIV mutasi resisten dan toksisitas obat akan muncul Pencegahan Kontak seksual dgn orang yg diketahui menderita AIDS dan orang yg sering menggunakan obat bius IV dihindari Mitra seksual multiple / hub sex dengan org yang punya banyak teman kencan seksual memperbesar kemungkinan mendapatkan virus HIV Hubungan sukseal yg dpt merusak selaput lendir rektal memperbesar kemungkinan mendapatkan AIDS Memberantas kebiasaan buruk menggunakan obat bius IV dan memakai jarum suntik bersama Orang yg berisiko tinggi AIDS tidak menjadi donor Prognosis 10 tahun stl infeksi HIV 50% AIDS prognosis buruk Molluscum contagiosum disebabkan virus moluskum kontangiosum, klinis berupa papul, pd permukaannya terdpt lekukan dan berisi badan moluskum. Menyerang terutama pada anak2, dan dewasa (digolongkan peny. Hub seksual) Trasmisi kontak kulit dan otoinokulasi Manifestasi klinis Masa inkubasi 1 sampai bbrp minggu Papul miliar, kadang lentikular bewrn putih seperti lilin, dan di kubahnya terdapat lekukan (delle) Jk dipijat keluar massa seperti nasi Lokalisasi muka, badan dan ekstremitas, sdgkan pd dewasa di daerah pubis dan genitalia eksterna. Histopatologi badan moluskum yg mengandung partikel virus Pengobatan : 1. Mengeluarkan massa dg ekstraktor komedo 2. Elektrokateurisasi atau bedah beku Prognosis dg menghilangkan semua lesi, penyakit ini tidak atau jarang residif. Moluskum kontangiosum pada muka MK pada ketiak MK di kemaluan wanita Definisi & Etiologi : Infeksi vagina dan/atau vulva oleh candida, khususnya C. Albicans (81%), atau kadang2 C. Glabrata (16%). Spesies lain (C. Tropicalis, C. Stellatoidea, C. Pseudotropicalis, C. Krusei) jarang (3%) Kandidosis Vulvovaginal Faktor Predisposisi o Faktor hormonal kehamilan, menstruasi, & kontrasepsi hormonal o Meningkatnya kadar karbohidrat (DM) o Pemakaian antibiotika jangka panjang o Meningkatnya suhu dan kelembaban (pakaian yg ketat & oklusif) o Imuno-supresi (pemakaian steroid/imunosupresan, atau defek imunologis) o Iritasi atau trauma Gambaran Klinis Keluhan panas, atau iritasi pada vulva dan keputihan yg tidak berbau Terdapat vulvalitis, dengan eritema dan edema vulva, fisura perineal, pseudomembran, dan lesi satelit papulopustular di sekitarnya Vaginitis & eksoservisitis baik pd pemeriksaan langsung maupun kolposkopik Dapat terjadi koinfeksi dengan trikomoniasis maupun vaginosis bakterial Vulvovaginitis kandida Vaginosis bakterial Trikomoniasis Keputihan Tidak berbau atau berbau asam Tdk dijumpai tanda2 radang pd vagina dan/atau vulva Tes amin (sniff test) negatif Keputihan dengan bau busuk Diagnosis Dengan pemeriksaan mikroskopik dari sekret vagina dengan sediaan basah NaCl fisiologis, KOH 10%, atau dengan pewarnaan gram : Blastospora bentuk lonjong Sel ragi Pseudohifa, seperti sosis panjang bersambung Kadang2 hifa asli bersepta Penatalaksanaan Pengobatan KVV dengan obat anti kandida topikal krem maupun tablet vaginal Preparat azol lebih efektif daripada nistatin Pengobatan menghasilkan penyembuhan 80 90%
Penatalaksanaan pasangan seks : KVV tidak selalu didapat melalui sanggama sehingga pasangan seks perlu diperiksa agar mendapat pengobatan yang sama Kehamilan : Bisa terjadi selama kehamilan preparat azol topikal Kebanyakan dianjurkan untuk memberi pengobatan selama 7 hari selama kehamilan
KVV pada penderita infeksi HIV : Sering terjadi & biasanya lebih berat Terapi sama dengan penderita KVV tanpa infeksi HIV, tapi dengan waktu pengobatan yg lebih lama Komplikasi Imunokompeten jarang menimbulkan komplikasi KVV gestasional beresiko u/ neonatus Dermatitis kandida didaerah diaper sering terjadi Komplikasi serius abses otak, dan peritonitis (jarang) KETERANGAN Definisi Penyakit infeksi protozoa yg disebabkan oleh trichomonas vaginalis, ditularkan melalui hubungan seksual dan sering menyerang traktus urogenitalisbagian bawah pada pria maupun wanita Etiologi Trichomonas Vaginalis Satu2nya spesies Trichomonas yg bersifat patogen pada manusia Berbentuk ovoid, ukuran: 10-20 m Sedian basah pasien gejala hebat : ukurannya kecil. Memiliki membran undulans yg pendek Pada membran bsah mudah terlihat karena gerakan yg terhentak2\ Membelah secara longitudinal dan membentuk koloni trofozoit pada wanita (permukaan sel epitel vagina dan uretra) dan pria (uretra, kelenjar prostat dan vesikula seminalis) Cepat mati bila mengering, terkena sinar matahari dan terpapar air 35- 40 mnt. Bila higiene buruk penularan melalui handuk atau pakaian yg terkontaminasi Trichomonas Tenax pda rongga mulut Pentatrichomonas hominis pada kolon dan tidak patogen. Trikomoniasis Prevalensi keluhan dan gejala klinis penderita wanita dengan Trikomoniasis Keluhan dan Gejala Prevalensi (%) Keluhan : Tidak ada Duh tubuh (discharge) Berbau Menimbulkan iritasi/gatal Dispareunia Disuria Perasaan tidak enak pada perut bawah
Gejala : Tidak ada Eritema vulva yang difus Duh tubuh berlebihan kuning, hijau berbusa Inflamasi dinding vagina Strawberry cervix Pengamatan langsung pengamatan dengan kolposkop
9-56 50-75 10-67 23-82 10-50 30-50 5-12
-15 10-37
5-42 8-50 20-75
1-2 -45 Keterangan Gambaran klinis pada pria 1. Pembawa kuman asimtomatik 10-50% penderita menunjukan adanya keluhan dan gejala infeksi 2. Gambaran klinis akut Uretritis, prostatitis, epididimitis 3. Gambaran klinis ringan Uretritis ringan 50-60% terdapat duh tubuh uretra (purulen, mukopurulun, mukoid) <1/4 kasus keluhannya : disuria dan perasaan gatal pada uretra Balanopostitis o.k pria tdk disunat dan higiene buruk. ditandai dgn : erosi yg nyeri pada glands dan preputium, kadang disertai duh tubuh purulen Diagnosis Setelah ditemukan T.vaginalis pada sediaan langsung atau pada biakan duh tubuh penderita Respon terhadap pengobatan Responsif pada pengobatan metronidasol Pemeriksaan Lab Cara pengambilan spesimen : Wanita : apusan forniks posterior dan anterior. Diambil dgn lidi kapas atau sengkelit steril Pria : mengerok (scraping) dinding uretra secara hati2 menggunakan sengkelit steril. Diambil sebelum BAK pertama. Bila tidak ditemukan parasit ambil spesimen dari 20cc pertama BAK pertama pagi. Lalu lakukan pemeriksaan : sediaan basah + garam fisiologis : lidi kapas dicelupkan ke dalam 1 cc gram fisiologis kocok 1 tetes lauran di gelas objek lalu tutup. Bila menggunakan sengkelit spesimen di dimasukkan pada 1 tts gram fisiologis yg ada di kaca objek. sediaan dipanaskan utk meningkatan pergerakan T. Vaginalis. Tdk ada mikroorganis me di sediaan langsung biakan pada media Feinberg atau Kupferberg Pemeriksaan Lab Pewarnaan Diwarnai dgn pewarnaan giemsa, papanicolaou, Leishman, atau acridine orange. Lebih sulit o.k proses fiksasi dan pengecatan akan menyebabkan perubahan morfologis kuman. Tes imunofluorecens Tehnik ELISA immunofluorecent antibody, latex agglutination sensitivitasnya 90%. Keterangan Pengobatan 1st line : Yg dianjurkan Metronidazol 2gr oral dosis tunggal ,atau 5-nitroimidazol 2gr oral dosis tunggal Alternatif metronidazol 2x0,5 gram oral selama 7 hari. Pengobatan metronidazol harus menghentikan minum alkhohol Bila keluhan menetap pemeriksaan ulang 7 hari setelah pengobatan. Bila pengobatan gagal, diberikan : metronidazol 2x0,5 gram oral selama 7 hari. Bila masih gagal, diberikan : Metronidazol 2gr oral dosis tunggal selama 3-7hr + metronidazol tablet vagina 0.5 gr malam hari selama 3-7 hr Pengobatan mitra seksual Utk mitra seksual pria dosis terbagi selama 7 hari Pengobatan pada kehamilan metronidasol bukan KI mutlak pda kehamilan trimester pertama. Infeksi T.vaginalis pecahnya ketuban sebelum waktunya. Infeksi pada neonatus Bayi dgn Trikomoniasis simtomatik atau dgn kolonisasi T.vaginalis >4thn metronidasol, 5mg/kg oral, 3x/hari selama 5 hari Keterangan Pengobatan Infeksi oleh galur resisten Sbelum menyatakan galur T.vaginalis resisten terhadap metronidasol, hendaknya singkirkan dahulu faktor2 yg dapat menimbulkan kegagalan pengobatan : Konsentrasi metronidazol yg tidak mencukupi kurang patuhnya pasien atau karena malabsorbsi Inaktivasi metronidazol oleh bakteri dpt dgn dicoba antiiotik spektrum luas Konsentrasi seng dalam serum yg rendah Reinfeksi Contoh obat lain yg dapat digunakan nimorasol, tinidasol, ornidasol, seknidasol atau karnidasol. Vaksinasi Dgn menggunakan vaksin Lactobacillus acidophilus namun kegagalan telah dilaporkan Pedikulosis Pubis Dapat ditularkan melalui kontak fisik yang erat biasanya pada saat berhubungan seks atau dari orang tua kepada anaknya. Juga dapat ditularkan melalui benda-benda yang dipakai bersama misalnya pakaian, handuk dan sprei Kutu phtirus pubis panjangnya 1-22 mm
Berwarna coklat muda /tua
Mempunyai 3 pasang kaki dengan ujung seperti cakar yang digunakan untuk mencengkram rambut, dan kepalanya dimasukkan kedalam folikel
Menyukai daerah apokrin
Manifestasi klinis Gatal pada malam hari Pruritus biasanya timbul 30 hari setelah pajanan awal Akibat garukan terjadi eritrem, iritasi dan infeksi sekunder Kadang pada tempat gigitan ada macula cerucae (berak berdiameter <1 cm berwarna kebiruan dan tidak gatal serta menghilang pada pemeriksaan diaskopi)
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat keluhan dan pemeriksaan seksama di daerah predileksi untuk mencari kutu dewasa Penatalaksanaan Pengelolaan umum Harus dicari IMS lain yang mungkin menyertai karena pedikulosis pubis sering diderita bersamaan dengan IMS lain seperti gonore, trikomoniasis, skabies, dll Perkecil kemungkinana reinfeksi, telur pada batang ramut harus dibersihkan memakai sisir yang rapat Pasangan seksdalam kurun waktu 1 bulan terakhir harus diterapi secara simultan Pakaian dalam, handuk, sprei, dicuci dengan air panas dan disetrika atau jangan dipakai sedikitnya selama 72 jam Bila tubuh penderita berbulu, obat harus dioleskan sampai paha, badan dan aksila Obat spesifik Shampo gameksan 1% (Lindane) Krim permethrin 1% Pirethrin dengan piperonil butoksida Bila mengenai bulu mata, pakailah salep mata oksklusif dan salep mata fisostigmin Evaluasi setelah seminggu. SKABIES Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi Sarcoptes scabies Var. Hominis Etiologi Sarcoptes scabies Var. Hominis 4 pasang kaki Kecepatan gerak 2,5cm/mnt Sarcoptes scabies
Patofisiologi Sarcoptes betina dibuahi membuat terowongan hidup di dalam 30hari 2-3 butir telur per hari Telur menetas larva keluar terowongan membuat terowongan baru nimfa dewasa Proses telur larva = 3-4hari Proses larva dewasa = 10-14hari Sarcoptes jantan Masa hidup pendek Hidup di permukaan kulit
Gambaran Klinik Pruritus pada malam hari (utama) saat kulit lembab dan hangat Lesi khas : Papul yang gatal sepanjang terowongan berisis tungau Predileksi tempat : sela jari tangan, fleksor siku dan lutut, pergelangan tangan, areola mammae, umbilikus, penis, aksila, abdomen bagian bawah, dan bokong
Diagnosis Kerokan Kulit Mengambil tungau dengan jarum Epidermal shave biopsy Kuretasi terowongan Tes tinta Burrow Tetrasiklin topikal Apusan kulit Biopsi plong Medika-mentosa Gama benzen heksaklorid Krotamiton Sulfur Bensil bensoat Tiabendazol Permetrin
KIE Menghindari kontak kulit kulit dengan penderita sama sekali Jangan memakai pakaian, meniduri tempat tidur, menduduki sofa yang sudah pernah dijamah oleh penderita
DD Duh Tubuh discharge can vary in: Consistency (thick, pasty, thin) Color (clear, cloudy, bloody, white, yellow, green) Smell (normal, odorless, bad odor) situations can increase the amount of normal vaginal discharge: Emotional stress Ovulation (the production and release of an egg from your ovary in the middle of your menstrual cycle) Pregnancy Sexual excitement
DD Duh Tubuh Abnormal vaginal discharge may be due to: Atrophic vaginitis Bacterial vaginosis Cervical or vaginal cancer (rare) Chlamydia Desquamative vaginitis and lichen planus Forgotten tampon or foreign body Gonorrhea Other infections and sexually transmitted infections (STIs) Trichomoniasis Vaginal yeast infection
Pengambilan + Pemeriksaan Duh Tubuh Uretra Pasien Pria 1. Meatus dibersihkan dengan kain kasa bersih + kering 2. Duh tubuh uretra diambil dengan sengkelit (alat ini masuk dalam uretra sampai melewati fossa navicularis) 3. Dioleskan pada gelas obyek bersih untuk pewarnaan gram atau pada media kultur untuk gonokokus 4. Bila duh sedikit, lakukan pengurutan uretra Pengambilan + Pemeriksaan Duh Tubuh Uretra Pasien Pria 5. Untuk Chlamydia trachomatis, diambil dengan lidi kapas steril yang dimasukkan dalam uretra beberapa cm masukkan dalam media transport khusus 6. Untuk T. vaginalis, sengkelit dimasukkan 2 cm ke dalam uretra dengan mengerok sedikit mukosanya bahan dicampur dengan setetes larutan NaCl fisiologis di atas gelas objek
Pengambilan + Pemeriksaan Duh Tubuh Genital Pasien Perempuan Dengan spekulum di dalam vagina, diambil cairan vagina Dioleskan pada gelas objek untuk pewarnaan Gram Diambil cairan forniks posterior, dicampur setetes larutan salin di atas gelas objek (sediaan basah) T. vaginalis, clue cells, sel ragi Penentuan pH vagina dengan kertas pH (normal + 4,5), hati-hati agar jangan bercampur dengan duh tubuh asal serviks Dicampur setetes larutan KOH 10% deteksi bau amis seperti ikan, yang sering pada vaginosis bakterial (sniff test) Pengambilan + PemeriksaanDuh Tubuh Genital Pasien Perempuan Duh tubuh serviks dari endoserviks : 1. Dioleskan pada kaca objek bersih untuk pewarnaan gram 2. Dioleskan di atas media kultur untuk gonokokus 3. Dengan lidi kapas khusus, untuk pemeriksaan C. trachomatis Pemeriksaan Rutin pada Pasien Pria Duh tubuh uretra 1. Sediaan apus dengan pewarnaan gram : leukosit + MO 2. Sediaan basah T. vaginalis 3. Kultur gonokokus 4. Bila ada : pemeriksaan untuk C. trachomatis , Ureaplasma Balanitis/balanopostitis 1. Sediaan apus dengan pewarnaan gram : leukosit, sel ragi 2. Kultur Candida 3. Sediaan basah T. vaginalis Dugaan infeksi rektum 1. Sediaan apus dengan pewarnaan gram : leukosit + MO 2. Kultur gonokokus Dugaan infeksi tenggorokan Kultur gonokokus Homoseksual, biseksual 1. Sediaan apus rektum, kultur gonokokus 2. Usapan tenggorokan untuk kultur gonokokus SEMUA KASUS Pemeriksaan darah untuk tes serologi sifilis Pemeriksaan Rutin pada Pasien Perempuan Lokasi Pemeriksaan Vagina 1. Sediaan apus dari dinding lateral : pewarnaan gram untuk ragi dan kultur Candida 2. Sediaan basah dari forniks posterior : T. vaginalis, Clue cells Ostium serviks 1. Sediaan apus dengan pewarnaan Gram untuk leukosit dan MO 2. Kultur gonokokus 3. Bila ada : Bila ada : pemeriksaan untuk C. trachomatis , Ureaplasma dan Mycoplasma Meatus urethra 1. Sediaan apus dengan pewarnaan Gram : leukosit dan MO 2. Kultur gonokokus Pada pasien yang kontak dengan pasien gonore : Rektum 1. Sediaan apus dengan pewarnaan Gram : leukosit dan MO 2. Kultur gonokokus Tenggorokan Kultur gonokokus setelah kontak orogenital SEMUA KASUS Pemeriksaan darah untuk tes serologi sifilis Pemeriksaan untuk Ulkus Genital Bila ada kecurigaan ulkus karena sifilis : 1. Memakai sarung tangan pelindung 2. Ulkus dibersihkan dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan larutan salin fisiologis, keringkan 3. Tekan di antara telunjuk dan ibu jari, tunggu sampai keluar cairan serum jernih 4. Bila ada darah, dibersihkan dulu, lalu serum diambil dengan ujung kaca tutup 5. Ditutupkan di atas gelas objek yang telah ditetesi 1 tetes larutan salin fisiologis 6. Diperiksa dengan mikroskop lapangan gelap Pemeriksaan untuk Ulkus Genital Pada ulkus mole : 1. Ulkus dibersihkan dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan larutan salin fisiologis 2. Eksudat serum diambil dengan ujung gelas objek 3. Dioleskan 1 arah pada gelas objek lain 4. Pewarnaan gram atau Unna Pappanheim NB : bila hasil (-), pemeriksaan ini dilakukan selama 3 hari berturut-turut Daftar pustaka Daili dkk. 2009. Infeksi Menular Seksual. Edisi keempat. Jakarta: Balai penerbit FKUI Prof. Dr. dr. Adhi Djuanda dkk. 2010. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi kelima. Jakarta: FKUI