Anda di halaman 1dari 6

Tugas Tematik

Nama: Naila Sekar K/ 4A


GUDEG
Gudeg

Nasi gudeg
Informasi
Asal Indonesia
Daerah Yogyakarta, Jawa Tengah
Gudeg (bahasa Jawa gudheg) adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat
dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat
masakan ini. Warna coklat biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan. Gudeg
dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tahu
dan sambal goreng krecek.
Ada berbagai varian gudeg, antara lain:
Gudeg kering, yaitu gudeg yang disajikan dengan areh kental, jauh lebih kental daripada
santan pada masakan padang.
Gudeg basah, yaitu gudeg yang disajikan dengan areh encer.
Gudeg Solo, yaitu gudeg yang arehnya berwarna putih.













Naila Sekar khadijah
Kelas 4A
Rendang
Rendang

Rendang daging sapi yang tengah dihidangkan dengan ketupat
Informasi
Nama lain Rendang Padang
Asal Indonesia
Daerah Sumatera Barat
Pencipta Orang Minangkabau
Penyajian dan bahan
Tahapan Utama
Disajikan Panas atau suhu ruangan
Bahan Daging sapi, santan kelapa, cabai, bumbu
Variasi Rendang ayam, rendang itik (bebek), rendang hati sapi
Rendang atau randang adalah masakan daging bercita rasa pedas yang menggunakan campuran
dari berbagai bumbu dan rempah-rempah. Masakan ini dihasilkan dari proses memasak yang
dipanaskan berulang-ulang dengan santan kelapa. Proses memasaknya memakan waktu berjam-
jam (biasanya sekitar empat jam) hingga kering dan berwarna hitam pekat. Dalam suhu ruangan,
rendang dapat bertahan hingga berminggu-minggu. Rendang yang dimasak dalam waktu yang
lebih singkat dan santannya belum mengering disebut kalio, berwarna coklat terang keemasan.
Rendang dapat ditemukan di Rumah Makan Padang di seluruh dunia. Masakan ini populer di
kalangan masyarakat Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia,
Singapura, Brunei, Filipina, dan Thailand. Di daerah asalnya, Minangkabau, rendang disajikan
dalam berbagai upacara adat dan perhelatan istimewa. Meskipun rendang merupakan masakan
tradisional Minangkabau secara umum, masing-masing daerah di Minangkabau memiliki teknik
memasak dan penggunaan bumbu yang berbeda.
Pada tahun 2011, rendang dinobatkan sebagai hidangan peringkat pertama dalam daftar World's
50 Most Delicious Foods (50 Hidangan Terlezat Dunia) yang digelar oleh CNN International.
[1]


Kandungan bahan dan cara memasak
Rendang adalah masakan yang mengandung bumbu rempah yang kaya. Selain bahan dasar
daging, rendang menggunakan santan kelapa (karambia), dan campuran dari berbagai bumbu
khas yang dihaluskan di antaranya cabai (lado), serai, lengkuas, kunyit, jahe, bawang putih,
bawang merah dan aneka bumbu lainnya yang biasanya disebut sebagai pemasak. Keunikan
rendang adalah penggunaan bumbu-bumbu alami, yang bersifat antiseptik dan membunuh
bakteri patogen sehingga bersifat sebagai bahan pengawet alami. Bawang putih, bawang merah,
jahe, dan lengkuas diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang kuat.
[2]
Tidak mengherankan
jika rendang dapat disimpan satu minggu hingga empat minggu.
Proses memasak rendang asli dapat menghabiskan waktu berjam-jam (biasanya sekitar empat
jam), karena itulah memasak rendang memerlukan waktu dan kesabaran.
[3]
Potongan daging
dimasak bersama bumbu dan santan dalam panas api yang tepat, diaduk pelan-pelan hingga
santan dan bumbu terserap daging.
[4]
Setelah mendidih, apinya dikecilkan dan terus diaduk
hingga santan mengental dan menjadi kering. Memasak rendang harus sabar dan telaten
ditunggui, senantiasa dengan hati-hati dibolak-balik agar santan mengering dan bumbu terserap
sempurna, tanpa menghanguskan atau menghancurkan daging. Proses memasak ini dikenal
dalam seni kuliner modern dengan istilah 'karamelisasi'. Karena menggunakan banyak jenis
bumbu, rendang dikenal memiliki citarasa yang kompleks dan unik.

Proses awal memasak rendang sambil diaduk pelan-pelan, kandungan santannya masih
banyak.

Proses memasak rendang, mulai berminyak dan kandungan cairan dalam santannya mulai
berkurang.

Rendang hampir siap, santan telah mengering dan warna daging menggelap.

Rendang siap disajikan.


Makna budaya
Rendang adalah salah satu hidangan hantaran dalam upacara adat Minang.
Rendang memiliki posisi terhormat dalam budaya masyarakat Minangkabau. Rendang memiliki
filosofi tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatera Barat,
[5]
yaitu musyawarah dan mufakat,
yang berangkat dari empat bahan pokok yang melambangkan keutuhan masyarakat Minang,
yaitu:
1. Dagiang (daging sapi), merupakan lambang dari "Niniak Mamak" (para pemimpin Suku adat)
2. Karambia (kelapa), merupakan lambang "Cadiak Pandai" (kaum Intelektual)
3. Lado (cabai), merupakan lambang "Alim Ulama" yang pedas, tegas untuk mengajarkan syariat
agama
4. Pemasak (bumbu), merupakan lambang dari keseluruhan masyarakat Minangkabau.
Dalam tradisi Minangkabau, rendang adalah hidangan yang wajib disajikan dalam setiap
perhelatan istimewa, seperti berbagai upacara adat Minangkabau, kenduri, atau menyambut tamu
kehormatan.
Dalam tradisi Melayu, baik di Riau, Jambi, Medan atau Semenanjung Malaya, rendang adalah
hidangan istimewa yang dihidangkan dalam kenduri khitanan, ulang tahun, pernikahan, barzanji,
atau perhelatan keagamaan, seperti Idul Fitri dan Idul Qurban.
Sejarah

Rumah Makan Padang mempopulerkan rendang ke seluruh penjuru Nusantara.
Asal-usul rendang ditelusuri berasal dari Sumatera, khususnya Minangkabau. Bagi masyarakat
Minang, rendang sudah ada sejak dahulu dan telah menjadi masakan tradisi yang dihidangkan
dalam berbagai acara adat dan hidangan keseharian. Sebagai masakan tradisi, rendang diduga
telah lahir sejak orang Minang menggelar acara adat pertamanya. Kemudian seni memasak ini
berkembang ke kawasan serantau berbudaya Melayu lainnya; mulai dari Mandailing, Riau,
Jambi, hingga ke negeri seberang di Negeri Sembilan yang banyak dihuni perantau asal
Minangkabau. Karena itulah rendang dikenal luas baik di Sumatera dan Semenanjung Malaya.
Sejarawan Universitas Andalas, Prof. Dr. Gusti Asnan menduga, rendang telah menjadi masakan
yang tersebar luas sejak orang Minang mulai merantau dan berlayar ke Malaka untuk berdagang
pada awal abad ke-16. Karena perjalanan melewati sungai dan memakan waktu lama, rendang
mungkin menjadi pilihan tepat saat itu sebagai bekal.
[6]
Hal ini karena rendang kering sangat
awet, tahan disimpan hingga berbulan lamanya, sehingga tepat dijadikan bekal kala merantau
atau dalam perjalanan niaga.
Rendang juga disebut dalam kesusastraan Melayu klasik seperti Hikayat Amir Hamzah yang
membuktikan bahwa rendang sudah dikenal dalam seni masakan Melayu sejak 1550-an
(pertengahan abad ke-16).
Kelahiran rendang tak luput dari pengaruh beberapa negara, misalnya bumbu-bumbu dari India
yang diperoleh melalui para pedagang Gujarat, India. Karena diaduk terus-menerus, rendang
identik dengan warna hitam dan tidak memiliki kuah.
Rendang kian termahsyur dan tersebar luas jauh melampaui wilayah aslinya berkat budaya
merantau suku Minangkabau. Orang Minang yang pergi merantau selain bekerja sebagai
pegawai atau berniaga, banyak di antara mereka berwirausaha membuka Rumah Makan Padang
di seantero Nusantara, bahkan meluas ke negara tetangga hingga Eropa dan Amerika. Rumah
makan inilah yang memperkenalkan rendang serta hidangan Minangkabau lainnya secara
meluas.
Rendang juga menjadi makanan yang disajikan khusus untuk hari raya Idul Adha. Banyaknya
daging kurban membuat masyarakat Padang berlomba-lomba memasak rendang.
Jenis

Rendang disajikan bersama daun singkong, telur dadar, dan kuah gulai dalam sajian Nasi Ramas Padang.
Dalam memasak daging berbumbu dalam kuah santan, jika ditinjau dari kandungan cairan
santan, sebenarnya terdapat tiga tingkat tahapan, mulai dari yang terbasah berkuah hingga yang
terkering: Gulai Kalio Rendang.
[9]
Dari pengertian ini rendang sejati adalah rendang yang
paling rendah kandungan cairannya. Akan tetapi secara umum dikenal ada dua macam jenis
rendang: rendang kering dan basah.
Rendang kering
Rendang kering adalah rendang sejati dalam tradisi memasak Minang. Rendang ini dimasak
dalam waktu berjam-jam lamanya hingga santan mengering dan bumbu terserap sempurna.
Rendang kering dihidangkan untuk perhelatan istimewa, seperti upacara adat, kenduri, atau
menyambut tamu kehormatan. Rendang kering biasanya berwarna lebih gelap agak coklat
kehitaman. Jika dimasak dengan tepat, rendang kering dapat tahan disimpan dalam suhu ruangan
selama tiga sampai empat minggu, bahkan dapat bertahan hingga lebih dari sebulan jika
disimpan di kulkas, dan enam bulan jika dibekukan. Beberapa kalangan berpendapat bahwa
citarasa rendang asli Minang adalah yang paling lezat dan tiada dua jauh berbeda dengan
rendang di sejumlah kawasan Melayu lainnya.
[6]

Rendang basah atau Kalio

Rendang di Belanda adalah kalio yang masih basah berkuah.
Rendang basah, atau lebih tepatnya disebut kalio, adalah rendang yang dimasak dalam waktu
yang lebih singkat, santan belum begitu mengering sempurna, dan dalam suhu ruangan hanya
dapat bertahan dalam waktu kurang dari satu minggu. Rendang basah berwarna coklat terang
keemasan dan lebih pucat.
Rendang juga dikenal di negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. Rendang yang
ditemukan di Malaysia lebih mirip kalio, berwarna lebih pucat dan basah dengan citarasa yang
tidak begitu kuat. Rendang Malaysia yang disebut rendang kelantan dan rendang negeri sembilan
memiliki perbedaan dengan rendang Indonesia. Proses memasak rendang di Malaysia, lebih
singkat dan melakukan pengentalan bumbu dengan dicampur kerisik (kelapa parut yang
disangrai), bukan dengan proses pemasakan dengan api kecil dalam waktu yang lama. Karena
keterkaitan sejarah melalui kolonialisasi, rendang juga dapat ditemukan di Belanda, juga dalam
bentuk kalio, tetapi umumnya disajikan sebagai salah satu bagian dari lauk-pauk Rijsttafel.
Variasi

Rendang hati sapi
Rendang umumnya menggunakan daging sapi, tetapi dikenal pula berbagai jenis bahan daging
lainnya yang dimasak sesuai bumbu dan cara membuat rendang. Variasi rendang antara lain:
[6]

1. Rendang daging (Randang dagiang): rendang daging sapi, kerbau, kambing atau domba. Adalah
jenis rendang yang paling lazim ditemukan.
2. Rendang ayam: Rendang yang terbuat dari daging ayam
3. Rendang bebek (Randang itiak): Rendang yang terbuat dari daging bebek
4. Rendang hati: Rendang yang terbuat dari hati sapi
5. Rendang telur (Randang talua): Rendang yang terbuat dari telur ayam, khas Payakumbuh
6. Rendang paru: Rendang yang terbuat dari paru-paru sapi, khas Payakumbuh
7. Rendang ikan tongkol: Rendang yang terbuat dari ikan tongkol
8. Rendang suir: Rendang khas Payakumbuh yang dibuat dari daging ayam atau sapi yang serat
dagingnya disuir atau diurai kecil-kecil. Rendang suir mirip abon, akan perbedaannya adalah
serat dagingnya lebih besar dan bumbu rendang keringnya yang khas.

Anda mungkin juga menyukai