Anda di halaman 1dari 3

MENCARI MAKNA MARHABAN

Oleh: Zulfan Lubis



Bulan suci Ramadhan kian hari kian dekat. Semarak penyambutannya juga kian terasa di
tengah kehidupan sehari-hari. Para pengurus Badan Kemakmuran Masjid (BKM) bergegas
menyusun jadwal imam dan penceramah salat tarawih. Tidak lupa renovasi dan dekorasi masjid
juga dilakukan untuk menambah kesemarakan bulan suci Ramadhan. Spanduk iklan beberapa
produk makanan dan minuman mulai bertebaran di tepi jalan yang berisi ucapan atas kedatangan
bulan suci Ramadhan. Pihak pemerintah baik kota maupun provinsi juga ikut serta mengucapkan
selamat menunaikan ibadah puasa bulan Ramadhan.
Ada yang menarik untuk diperhatikan pada isi spanduk yang dipajang di tepi jalan
tersebut. Terdapat sebuah kalimat Marhaban Ya Ramadhan. Kalimat tersebut merupakan
ungkapan bahasa Arab yang bermakna Selamat datang bulan Ramadhan. Pada kalimat tersebut
kata marhaban diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi selamat datang, memang
penerjemahan kata tersebut tidak salah. Jika kita buka kamus bahasa Arab Al-Munawwir, maka
akan didapati bahwa kata marhaban berasal dari kata kerja rahiba-yarhabu yang berarti
luas, lapang, lebar, meluaskan, melapangkan dan menyambut. Dengan demikian maka
penerjemahan dan pemakaian kata marhaban yang bermakna selamat datang memang sudah
tepat, karena berfungsi sebagai ucapan penyambutan dan ketika menyambut memang dianjurkan
untuk saling melapangkan tempat.
Namun bagaimana pula makna dari kata marhaban pada kalimat seperti ini sudah bisa
dimulai marhabannya? atau pada kalimat sudah datang tim marhabannya?. Kedua kalimat
tersebut sering kita dengar ketika berada di suatu acara pesta pernikahan. Kalimat interogatif
tersebut sering dituturkan oleh seorang tamu undangan atau pihak keluarga kepada pembawa
acara atau tokoh masyarakat yang memandu pesta pernikahan. Jika kita memakai hasil
terjemahan marhaban yang bermakna selamat datang ke dalam kalimat interogatif tersebut,
maka akan terdengar sangat aneh. Maka kalimatnya akan menjadi seperti sudah bisa dimulai
selamat datangnya?. Atau seperti kalimat sudah datang tim selamat datangnya?.
Dengan begitu pemakaian kata marhaban terkesan membingungkan, bagaimana
sebenarnya pemakaian kata tersebut. Di satu sisi penerjemahannya menjadi selamat datang
sudah tepat. Namun ketika dipakai pada bentuk kalimat yang lain terjadi ketidaktepatan makna.
Kiranya penjelasannya adalah seperti berikut: Pertama sekali kita harus melihat konteks
penggunaan tuturan tersebut. Pemakaian kata marhaban yang diterjemahkan menjadi selamat
datang sudah sesuai dengan konteksnya yang memang dipakai untuk maksud mengungkapkan
suatu penyambutan. Dan kalimat Selamat Datang Bulan Ramadhan merupakan hasil dari
penerjemahan langsung ungkapan bahasa Arab Marhaban Ya Ramadhan.
Berbeda dengan kasus kebahasaan pada kalimat interogatif sudah bisa dimulai
marhabannya? atau seperti kalimat sudah datang tim marhabannya?. Pada kedua kalimat ini
sudah terjadi unsur penyerapan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Dengan kata lain
kata marhaban pada kedua kalimat interogatif tersebut adalah kata marhaban yang sudah
menjadi kata dalam bahasa Indonesia melalui proses penyerapan dari bahasa Arab. Dan bukan
lagi kata marhaban yang bermakna selamat datang dari proses penerjemahan. Satu hal lagi
yang harus dijelaskan bahwa kata marhaban pada kedua kalimat interogatif tersebut di dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai: 1. Kata seru (afektif) untuk menyambut atau
menghormati tamu(yang berarti selamat datang). 2. Lagu puji-pujian (yang dinyanyikan pada
perayaan Maulid Nabi Muhammad saw., dengan iringan rebana).
Dengan demikian, jika penutur bermaksud bahwa kata marhaban pada kalimat sudah
bisa dimulai marhabannya? atau sudah datang tim marhabannya?adalah sebagai lagu puji-
pujian, maka penggunaannya sudah tepat. Karena pada umumnya dalam setiap acara pesta
pernikahan selalu melantunkan lagu puji-pujian yang ditujukan kepada Allah swt dan kepada
Rasul-Nya. Lantunan lagu puji-pujian tersebut terangkum dalam kitab Al-Barzanji yaitu sebuah
prosa yang berisi puji-pujian kepada Nabi Muhammad saw karya Syekh Ja'far al-Barzanji bin
Hasan bin Abdul Karim. Ia lahir di Madinah tahun 1690 dan meninggal tahun 1766. Barzanji
berasal dari nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzinj. Sebenarnya judul prosa karya Syeikh
Jafar tersebut adalah Iqdul Jawahir yang berarti untain permata. Namun lebih terkenal dengan
sebutan Al-Barzanji yang dinisbatkan kepada marga suku penulisnya. Seiring perjalanan waktu
istilah Al-Barzanji kian meredup dan lebih dikenal dengan sebutan marhaban. Ini dikarenakan
pada gubahan prosa Al-Barzanji terdapat kata marhaban yang bermakna selamat datang dan
ditujukan terhadap kelahiran Nabi Muhammad saw. Tidak diketahui siapa yang menciptakan
nada tinggi ketika melantunkan kata marhaban pada syair Al-Barzanji ini. Sehingga kata
marhaban yang bernada tinggi ini lebih melekat di telinga pendengarnya. Dan pada akhirnya
kata marhaban ini pulalah yang lebih melekat dibenak masyarakat untuk mengungkapkan
maksud lagu puji-pujian yang ditujukan terhadap kelahiran Nabi Muhammad saw. Bahkan di
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tercatat bahwa definisi marhaban adalah lagu puji-
pujian. Di kota Medan juga sering kita dengar istilah kelompok marhaban ibu-ibu/omak-omak
dan kelompok marhaban laki-laki/ayah-ayah. Penulis menyarankan untuk tidak lagi memakai
kata marhaban yang dimaksudkan untuk lagu puji-pujian terhadap kelahiran Nabi Muhammad
saw. Seperti contoh kedua kalimat interogatif di atas. Namun menggantinya dengan pembacaan
Al-Barzanji. Seperti kalimat berikut ini sudah dimulai pembacaan Al-Barzanjinya?.

Anda mungkin juga menyukai