Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
Permasalahan penyakit kusta ini bila dikaji secara mendalam merupakan permasalahan yang
sangat kompleks dan merupakan permasalahan kemanusiaan seutuhnya. Masalah yang dihadapi
pada penderita bukan hanya dari medis saja tetapi juga adanya masalah psikososial sebagai
akibat penyakitnya. Dalam keadaan ini warga masyarakat berupaya menghindari penderita.
Sebagai akibat dari masalah-masalah tersebut akan mempunyai efek atau pengaruh terhadap
kehidupan bangsa dan negara, karena masalah-masalah tersebut dapat mengakibatkan penderita
kusta menjadi tuna sosial, tuna wisma, tuna karya dan ada kemungkinan mengarah untuk
melakukan kejahatan atau gangguan di lingkungan masyarakat. Lepra adalah penyakit infeksi
kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. ama lainnya adalah lepra, Morbus
!ansen. Saraf primer sebagai afinitas pertama diikuti oleh kulit, mukosa traktus respiratorius dan
organ lain kecuali SSP. "ara penularannya tidak diketahui pasti, sebagian besar ahli berpendapat
bahwa penularan dapat terjadi melalui inhalasi dan kontak pada kulit yang erat dan lama serta
bukan merupakan penyakit keturunan. #uman dapat ditemukan di kulit, folikel rambut, kelenjar
keringat, dan $S%, namun jarang di urin. Sputum dapat banyak mengandung kuman dari traktus
respiratorius atas. Pada sebagian besar orang yang terinfeksi, penyakit bersifat asimptomatik.
Sebagian kecil terlambat didiagnosis dan terlambat diobati, memperlihatkan gejala klinis dan
mempunyai kecenderungan untuk menjadi cacat. &ejala tersebut antara lain berbentuk
lagoftalmus, gangguan sensibilitas kornea, hilangnya sensibilitas pada tangan dan kaki, kulit
yang kering dengan atau disertai ulkus. #adang ditemukan tangan dan kaki lunglai serta mutilasi
jari. #eadaan tersebut yang membuat timbulnya stigma terhadap penyakit kusta, Diagnosis
penyakit kusta biasanya tidak sukar ditegakkan. Pada sebagian besar kasus dapat didiagnosis
berdasarkan cara kon'ensional dengan pemeriksaan klinis, disertai pemeriksaan bakteriologis,
dan histopatologis. Pengobatan kusta disarankan memakai program Multi Drugs (herapy
)MD(*, yang direkomendasikan oleh +!, sejak -./-. (ujuan dari program MD( adalah0
mengatasi resistensi dapson yang semakin meningkat, menurunkan angka putus obat )drop-out
rate* dan ketidaktaatan penderita.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
%stilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kustha berarti kumpulan gejala-gejala kulit
secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus !ansen, sesuai dengan nama yang
menemukan kuman yaitu Dr. &erhard $rmauwer !ansen pada tahun -/12 sehingga penyakit ini
disebut Morbus !ansen. #usta merupakan penyakit infeksi yang kronik dan penyebab ialah
Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama,
lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali
susunan saraf pusat )#osasih, 3443*.
2.2 Epidemiologi
Penyakit ini diduga berasal dari $frika atau $sia (engah yang kemudian menyebar keseluruh
dunia lewat perpindahan penduduk ini disebabkan karena perang, penjajahan, perdagangan antar
benua dan pulau-pulau. Penyakit ini masuk ke %ndonesia diperkirakan pada abad ke %5-5 yang
diduga dibawa oleh orang-orang %ndia yang datang ke %ndonesia untuk menyebarkan agamanya
dan berdagang.
"ara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya. 6ang
diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir hidung.
(etapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah0
a. Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah
mengering, diluar masih dapat hidup 371 8 32 jam.
b. #ontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur -9 tahun, dan adanya
kontak yang lama dan berulang-ulang.
2
Menurut :ess )-.19* dapat ditarik kesimpulan bahwa penularan dan perkembangan penyakit
kusta hanya tergantung dari dua hal yakni jumlah atau keganasan Microbacterium leprae dan
daya tahan tubuh penderita. Disamping itu faktor-faktor yang berperan dalam penularan ini
adalah 0
- ;sia 0 $nak-anak lebih peka dari pada orang dewasa
- <enis kelamin 0 Laki-laki lebih banyak dijangkiti
- :as 0 =angsa $sia dan $frika lebih banyak dijangkiti
- #esadaran sosial 0;mumnya negara-negara endemis kusta adalah negara dengan tingkat sosial
ekonomi rendah
- Lingkungan 0 >isik, biologi, sosial, yang kurang sehat )?ulfikli, 344@*.
Di %ndonesia penderita anak-anak di bawah umur -2 tahun didapatkan A-@ B, tetapi anak di
bawah umur - tahun jarang sekali. >rekuensi tertinggi terdapat pada kelompok umur antara 39-
@9 tahun. #usta terdapat dimana-mana, tertama di $sia, $frika, $merika latin, daerah tropis dan
subtropics, serta masyarakat yang social ekonominya rendah.
Gama! 2.1 Pen"ea!an Lep!a di D#nia $ %H&' 2((2)
3
2.* E+iologi
#uman penyebabnya adalah Mycobacterium leprae yang ditemukan oleh &. $. !ansen pada
tahun -/12 di orwegia. M. leprae berbentuk basil dengan ukuran @-/ ;m 8 4,9 ;m, tahan asam
dan alkohol, serta positif 7 &ram. Sampai sekarang belum dapat dibiakkan dalam media
artifisial. Masa replikasi kuman memerlukan waktu yang sangat lama dibandingkan dengan
kuman lain, yaitu 3-3- hari. ,leh karena itu masa tunas menjadi lama, yaitu rata-rata 379 tahun
)#osasih, 3443*.
2., Pa+ogenesis
M. leprae berpredileksi di daerah-daerah tubuh yang relatif lebih dingin. #etidakseimbangan
antara derajat infeksi dan derajat penyakit disebabkan oleh respon imun yang berbeda yang
menyebabkan timbulnya reaksi granuloma setempat atau menyeluruh yang dapat sembuh sendiri
atau progresif. ,leh karena itu penyakit kusta dapat disebut sebagai penyakit imunologik. &ejala
klinisnya lebih sebanding dengan tingkat reaksi selularnya daripada intensitas infeksinya.
Meskipun cara masuk M. leprae ke dalam tubuh masih belum diketahui dengan pasti,
beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa yang tersering ialah melalui kulit yang lecet
pada bagian tubuh yang bersuhu dingin dan melalui mukosa nasal. Pengaruh, M leprae terhadap
kulit bergantung pada faktor imunitas seseorang, kemampuan hidup M. leprae pada, suhu tubuh
yang rendah, waktu regenerasi yang lama, serta sifat kuman yang a'irulens dan nontoksis.
M. leprae merupakan parasit obligat intraselular yang terutama terdapat pada sel makrofag di
sekitar pembuluh darah superfisial pada dermis atau sel Schwann di jaringan saraf. =ila kuman
M. leprae masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan bereaksi mengeluarkan makrofag )berasal
dari sel monosit darah, sel mononuklear, histiosit* untuk memfagositnya. Pada kusta tipe ((
kemarnpuan fungsi sistem imunitas selular tinggi, sehingga makrofag sanggup menghancurkan
kuman. Sayangnya, setelah semua kuman di fagositosis, makrofag akan berubah menjadi sel
epiteloid yang tidak bergerak aktif dan kadang-kadang bersatu membentuk sel datia Langhans.
=ila infeksi ini tidak segera diatasi, maka akan terjadi reaksi berlebihan dan massa epiteloid akan
menimbulkan kerusakan saraf dan jaringan di sekitarnya.
4
Sel Schwann merupakan sel target untuk pertumbuhan M. leprae. Sel Schwann memiliki
fungsi untuk demielinisasi dan hanya sedikit fungsinya sebagai fagositosis. <adi, bila terjadi
gangguan imunitas tubuh dalam sel Schwann, kuman dapat bermigrasi dan berakti'asi.
$kibatnya akti'itas regenerasi saraf berkurang dan terjadi kerusakan saraf yang progresif.
Sedangkan pada kusta tipe LL, terjadi kelumpuhan sistem-imunitas, dengan demikian
makrofag tidak mampu menghancurkan kuman sehingga kuman dapat bermultiplikasi dengan
bebas, yang kemudian dapat merusak jaringan )#osasih, 3443*.
Gama! 2.2 Pa+ogenesis Be!agai -ea.si Lep!a
2./ Ge0ala Klini.
Perbandingan gejala klinik Morbus-!ansen Pausibasilar dan Multibasilar disajikan dalam
tabel berikut0
P= )Pausibasilar* M= )Multibasilar*
Lesi kulit )macula yang
datar, papul yang
meninggi, infiltrate, plak
eritem, nocus*
--9 lesi
!ipopigmentasiCeritema
Distribusi tidak simetris
D9 lesi
Distribusi lebih simetris
#erusakan saraf
)menyebabkan hilangnya
sensasiCkelemahan otot
yang dipersarafi oleh
saraf yang terkena
!ilangnya sensasi yang jelas
!anya satu cabang saraf
!ilangnya sensasi kurang
jelas
=anyak cabang saraf
=($ egatif Positif
(ipe
%ndeterminate )%*, (uberkuloid )(*,
=orderline tuberkuloid )=(*
Lepromatosa )LL*,
=orderline lepromatous
)=L*, Mid borderline )==*
5
&ejala klinik Morbus-!ansen Pausibasilar
#arakteristik (uberkuloid =orderline
(uberkuloid
%ndeterminate
Lesi
(ipe Macula atau macula
dibatasi infiltrate
Macula dibatasi
infiltrat
Macula
<umlah Satu atau beberapa Satu dengan lesi
satelit
Satu atau beberapa
Distribusi (erlokasi dan
asimetris
asimetris =er'ariasi
Permukaan #ering,skuama #ering,skuama Dapat halus agak
berkilat
Sensibilitas hilang hilang $gak terganggu
BTA
Pada lesi kulit negatif egatif, atau -E =iasanya negatif
(es LeprominF Positif kuat )@E* Positif )3E* Meragukan
F(es Lipromin )Mitsuda* untuk membantu penentuan tipe, hasilnya baru dapat diketahui setelah
@minggu.
&ejala klinik Morbus-!ansen Multibasilar
#arakteristik Lepromatosa =orderline
Lepromatosa
Mid-borderline
Lesi
(ipe Macula, infiltrate difus,
papul, nodus
Macula, plak, papul Plak, lesi bentuk kubah,
lesi punched out
<umlah =anyak distribusi luas,
praktis tidak ada kulit
sehat
=anyak tapi kulit
sehat masih ada
=eberapa, kulit sehat )E*
Distribusi Simetris "enderung simetris $simetris
Permukaan !alus dan berkilap !alus dan berkilap Sedikit berkilap, beberapa
lesi kering
Sensibilitas (idak terganggu Sedikit berkurang =erkurang
BTA
Pada lesi
kulit
=anyak =anyak $gak banyak
Pada
hembusan
hidung
=anyak =iasanya tidak ada (idak ada
(es
LeprominF
egatif egatif =iasanya negatif
F(es Lipromin )Mitsuda* untuk membantu penentuan tipe, hasilnya baru dapat diketahui setelah
@minggu.
6
Perbedaan lepra tipe tuberculoid dan lepromatous ditunjukkan lewat skema berikut ini 0
$111.n2i.nlm.ni3.go4' 2((1)
7
Gama! 2.* 5o+o 6anifes+asi T#e!2#loid Lep!a di P#ngg#ng
Gama! 2., 5o+o 6anifes+asi T#e!2#loid Lep!a di %a0a3
2.7 Dasa! diagnosis
Sebagaimana laGimnya dalam bentuk diagnosis klinik, dimulai dengan inspeksi, palpasi, lalu
digunakan pemeriksaan yang menggunakan alat sederhana, yaitu jarum, kapas, tabung reaksi
masing-masing dengan air panas dan air dingin, pensil, dan sebagainya. #elainan kulit pada
penyakit kusta tanpa komplikasi dapat hanya berbentuk makula saja, infiltrat, saja atau
keduanya. #usta mendapat julukan The great imitator dalam penyakit kulit sehingga perlu
didiagnosa banding dengan penyakit-penyakit kulit yang lain. Diagnosa bandingnya antara lain
adalah0 dermatofitosis, tinea 'ersikolor, ptiriasis rosea, ptiriasis alba, dermatitis seboroika,
8
psoriasis, neurofibromatous, granuloma anulare, 8antomatosis, skleroderma, leukemia kutis,
tuberkulosis kutis 'erukosa dan birth mark )#osasih, 3443*.
#alau secara inspeksi mirip penyakit lain, ada tidaknya anestesia sangat banyak mebantu
penentuan diagnosis, meskipun tidak terlalu jelas. !al ini dengan mudah dilakukan dengan
menggunakan jarum terhadap rasa nyeri, kapas terhadap rasa raba, dan dapat juga dengan rasa
suhu, yaitu panas dan dingin dengan tabung reaksi. Perhatikan pula ada tidaknya dehidrasi di
daerah lesi yang dapat dipertegas dengan menggunakan pensil tinta )tanda &unawan*. "ara
menggoresnya mulai dari tengah lesi ke arah kulit normal. Dapat pula diperhatikan adanya
alopesia di daerah lesi )Siregar, 344@*.
Mengenai saraf perifer yang perlu diperhatikan ialah pembesaran, konsistensi, dan nyeri atau
tidak. !anya beberapa saraf superfisial yang dapat dan perlu diperiksa, yaitu . fasialis, .
aurikuralis magnus, . radialis, . ulnaris, . medianus, . poplitea lateralis, dan . tibialis
posterior. ;ntuk tipe lepramatosa kelainan saraf biasanya bilateral dan menyeluruh, sedang
untuk tipe tuberkuloid kelainan sarafnya lebih terlokalisasi mengikuti tempat lesinya.
Deformitas pada kusta, sesuai dengan patofisiologinya, dapat dibagi dalam deformitas primer
dan sekunder. Deformitas primer sebagai akibat lansung oleh granuloma yang terbentuk sebgai
reaksi terhadap M. leprae, yang mendesak dan merusak jaringan di sekitarnya, yaitu kulit,
mukosa traktus respiratorius atas, tulang-tulang jari, dan wajah. Deformitas sekunder terjadi
sebagai akibat kerusakan saraf, umumnya deformitas diakibatkan keduanya, tetapi terutama
karena kerusakan saraf. &ejala-gejala kerusakan saraf0
1. . ulnaris0 anestesia pada ujung jari anterior kelingking dan jari manis, clawing
kelingking dan jari manis, atrofi hipotenar dan oto interoseus serta kedua otot lumbrikalis
medial
2. . medianus0 anestesia pada ujung jari bagian anterior ibu jari, telunjuk, dan jari tengah,
tidak mampu aduksi ibu jari, clawing ibu jari, telunjuk, dan jari tengah, ibu jari
kontraktur, atrofi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis lateral
3. . radialis0 anestesia dorsum manus, serta ujumg proksimal jari telunjuk, tangan gantung
)wrist drop*, tak mampu ekstensi jari-jari atau pergelangan tangan
4. . poplitea lateralis0 anestesia tungkai bawah, bagian lateral dan dorsum pedis, kaki
gantung )foot drop*, kelemahan otot peroneus.
9
5. . tibialis posterior0 anestesia telapak kaki, claw toes, paralisis otot intristik kaki dan
kolaps arkus pedis
H. . fasialis0 lagoftalmus ) cabang temporal dan Gigomatik*, kehilangan ekspresi wajah dan
kegagalan mengaktupkan bibir )cabang bukal, mandibular dan ser'ikal*
1. . trigeminus0 anestesia kulit wajah, kornea dan konjungti'a mata.
Peme!i.saan pen#n0ang
-. Pemeriksaan bakterioskopik
Pemeriksaan bakterioskopik digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
pengamatan pengobatan. Sediaan dibuat dari kerokan jaringan kulit atau usapan dan kerokan
mukosa hidung yang diwarnai dengan pewarnaan terhadap basil tahan asam, antara lain dengan
pewarnaan ?iehl-eelsen. <umlah tempat yang diambil untuk pemeriksaan ruitn sebaiknya
minimal 2-H tempat, yaitu kedua cuping telinga bagian bawah dan 3-2 lesi lain yang paling aktif
)yang paling eritematosa dan infiltratif*.
"ara pengambilan bahan dengan menggunakan skapel steril. Setelah lesi tersebut didesinfeksi
kemudian dijepit antara ibu jari dan jari telunjuk agar menjadi iskemik, sehingga kerokan
jaringan mengandung sedikit mungkin darah. %risan yang dibuat harus sampai di dermis,
melampaui subepidermal clear zone agar mencapai jaringan yang diharapkan banyak
mengandung sel 5irchow )sel lepra* yang di dalamnya mengandung basil M.leprae. #erokan
jaringan itu dioleskan di gelas alas, difiksasi di atas api, kemudian diwarnai dengan pewarnaan
?iehl-eelsen )#osasih, 3443*.
Sediaan mukosa hidung diperoleh dengan cara nose blows, terbaik dilakukan pada pagi hari
yang ditampung pada sehelai plastik. "ara lain mengambil bahan kerokan mukosa hidung
dengan alat semacam skalpel kecil tumpul atau bahan olesan dengan kapas. Sediaan dari mukosa
hidung jarang dilakukan karena0 kemungkinan adanya M. Atipik dan M. leprae tidak pernah
positif jika pada kulit negatif.
M. leprae tergolong basil tahan asam )=($* akan tampak merah pada sediaan. Dibedakan
bentuk batang utuh )solid*, batang terputus )fragmented*, dan butiran )granular*. =entuk solid
adalah basil hidup, sedangkan fragmented dan granular merupakan bentuk mati. #epadatan =($
tanpa membedakan solid dan nonsolid pada sebuah sediaan dinyatakan dengan indeks bakteri
)%=* dengan nilai dari 4 sampai HE menurut :idley. 4 bila tidak ada =($ dalam -44 lapang
10
pandang )LP*, -E bila ---4 =($ dalam -44 LP, 3E bila ---4 =($ dalam -4 LP, @E bila ---4
=($ rata-rata dalam - LP, 2E bila ----44 =($ rata-rata dalam - LP, 9E bila -4---444 =($
rata-rata dalam - LP, HE bila D-444 =($ rata-rata dalam - LP. Pemeriksaan dengan
menggunakan mikroskop cahaya dengan minyak emersi pada pembesaran lensa obyektif -448.
%= seseorang adalah %= rata-rata semua lesi yang dibuat sediaan.
3. Pemeriksaan histopatologik
$danya massa epiteloid yang berlebihan dikellingi oleh limfosit yang disebut tuberkel akan
menjadi penyebab utama kerusakan jaringan dan cacat. Pada penderita dengan sistem imunitas
selular rendah atau lumpuh, histiosit tidak dapat menghancurkan M. leprae yang sudah ada di
dalamnya, bahkan dijadikan tempat berkembang biak dan disebut sel 5irchow atau sel lepra atau
sel busa.
&ranuloma adalah akumulasi makrofag dan atau deri'at-deri'atnya. &ambaran histopatologik
tipe tuberkuloid adalah tuberkel dan kerusakan saraf yang lebih nyata, tidak ada basil atau hanya
sedikit dan nonsolid. Pada tipe lepromatosa terdapat kelim sunyi subepidermal )subepidermal
clear zone*, yaitu suatu daerah langsung di bawah epidermis yang jarinagnnya tidak patologik
)#osasih, 3443*.
@. Pemeriksaan serologik
Pemeriksaan serologik kusta didasarkan atas terbentuknya antibodi pada tubuh seseorang yang
terinfeksi oleh M. leprae. $ntibodi yang terbentuk dapat bersifat spesifik terhadap M. leprae,
yaitu antibodi anti phenolic glycolipid-1 )P&L--* dan antibodi antiprotein -H kD serta @9 kD.
Sedangkan antibodi yang tidak spesifik antara lain antibodi anti-lipoarabinomanan )L$M*, yamg
juga dihasilkan oleh kuman M. tuberculosis. Macam-macam pemeriksaan serologik kusta ialah0
;ji MLP$ )M. leprae Particle Aglutination*
;ji IL%S$
ML dipstick )M. leprae dipstick*

2.8 -ea.si K#s+a
:eaksi kusta adalah interupsi dengan episode akut pada perjalan penyakit yang sebenarnya
kronik. #lasifikasi yang sering dipakai adalah0
I..L )eritema nodusum leprosum*
:eaksi reversal atau upgrading
11
I..L terutama timbul pada tipe lepramatosa polar dan dapat pula pada =L, berarti makin tinggi
tingkat multibasilarnya makin besar kemungkinan timbulnya I..L. Secara imunopatologis
I..L termasuk respons imun humoral, berupa fenomena kompleks imun akibat reaksi antara
antigen M. eprae E antibodi )%gM, %g &* E komplemen kompleks imun. #adar
immunoglobulin penderita kusta lepramatosa lebih tinggi daripada tuberkuloid. !al ini terjadi
oleh karena pada tipe lepramatosa jumlah basil jauh lebih banyak daripada tipe tuberkuloid.
I..L lebih banyak terjadi pada pengobatan tahun kedua. !al ini dapat terjadi karena pada
pengobatan, banyak basil lepra yang mati dan hancur, yang berarti banyak antigen yang
dilepaskan dan bereaksi dengan antibodi, serta mengaktifkan sistem komplemen. #ompleks
imun tersebut terus beredar dalam sirkulasi darah yang akhirnya dapat melibatkan berbagai
organ.
Pada kulit akan timbul gejala klinis yang berupa nodus eritema, dan nyeri dengan tempat
predileksi di lengan dan tungkai. =ila mengenai organ lain dapat menimbulkan gejala seperti
iridosiklitis, neuritis akut, limfadenitis, artritis, dan nefritis akut dengan adanya proteinuria.
:eaksi reversal hanya dapat terjadi pada tipe borderline )Li, =L, ==, =(, (i* sehingga disebut
juga reaksi borderline. 6ang memegang peranan utama dalam hal ini adalah S%S, yaitu terjadi
peningkatan mendadak S%S. Meskipun faktor pencetusnya belum diketahui pasti diperkirakan
ada hubungannya dengan reaksi hipersensitifitas tipe lambat. ;munya terjadi pada pengobatan H
bulan pertama. euritis akut dapat menyebabkan kerusakan saraf secara mendadak sehingga
memerlukan pengobatan yang memadai )#osasih, 3443*.
(ipe lepra yang termasuk borderline ini dapat bergerak bebas ke arah (( atau LL dengan
mengikuti naik turunnya S%S, sebab setiap perubahan tipe selalu disertai perubahan S%S pula.
=egitu pula reaksi re'esal, terjadi peningkatan S%S, hanya bedanya terjadi secara cepat dan
mendadak. %sitilah downgrading untuk menunjukkan pergeseran ke arah lepromatosa.
&ejala klinik reaksi re'ersal ialah umunya sebagian atau seluruh lesi yang telah ada
bertambah aktif dan atau timbul lesi baru dalam waktu yang realtif singkat. $rtinya lesi
hipopigmentasi menjadi eritema, lesi eritema menjadi makin eritematosa, lesi makula menjadi
infiltrat, lesi infiltrat makin infiltratif dan lesi lama menjadi bertambah luas.
#alau diperhatikan kembali reaksi I..L dan reversal secara klinis, I..L dengan lesi
eritema nodusum sedangkan reversal tanpa nodus sehingga disebut reaksi lepra nodular,
sedangkan reaksi reversal adalah reaksi non nodular.
12
2.9 Pena+ala.sanaan
Pengobatan kusta disarankan memakai program Multi Drugs (herapy )MD(*, yang
direkomendasikan oleh +!, sejak -./-. (ujuan dari program MD( adalah0 mengatasi
resistensi dapson yang semakin meningkat, menurunkan angka putus obat )drop-out rate* dan
ketidaktaatan penderita )#osasih, 3443*.
+!, mengklasifikasikan kusta menjadi 3 berdasarkan atas adanya kuman tahan pada
pemeriksaan bakterioskopis untuk pemilihan rejimen MD( 0
-. #usta Pausibasilar )P=*
#usta dengan basil tahan asam )=($* negatif pada sediaan hapus, yaitu 0 tipe %
)%nterminate*, (( )(uberculoid* dan =( )=orderline tuberculoid*.
3. #usta Multibasilar )M=*
#usta dengan =($ positf pada sediaan hapus, yaitu 0 == )=orderline*, =L )=orderline
lepromatous* dan LL )Lepromatosa*.
&a+ oa+ dalam !e0imen 6DT:%H&
-. Dapson
Sifat dan >armakologi 0 ,bat ini bersifat bakteriostatik dengan menghambat enGim
dihidrofolat sintetase. Dapson bekerja sebagai anti metabolit P$=$. %ndeks morfologi
kuman penderita LL yang diobati dengan Dapson biasanya menjadi nol setelah 9 sampai
H bulan.
Dosis 0 Dosis tunggal yaitu 94--44 mgChari untuk dewasa atau 3 mgCkg berat badan
untuk anak-anak.
Ifek samping 0 Irupsi obat, anemia hemolitik, leukopenia, insomnia, neuropatia,
nekrolisis epidermal toksik, hepatitis dan methemoglobinemia. Ifek samping tersebut
jarang dijumpai pada dosis laGim.
3. :ifampisin
Sifat dan >armakologi 0 :ifampisin merupakan bakterisidal kuat pada dosis laGim dan
merupakan obat paling ampuh untuk kusta saat ini. :ifampisin bekerja menghambat
enGim polimerase :$ yang berikatan secara irre'ersibel. amun obat ini harganya
mahal dan telah dilaporkan adanya resistensi.
13
Dosis 0 Dosis tunggal H44 mgChari )atau 9--9 mgCkg==* mampu membunuh kuman kira-
kira ....B dalam waktu beberapa hari.
Ifek samping 0 hepatotoksik, nefrotoksik, gejala gastrointestinal dan erupsi kulit.
@. #lofaGimin
Sifat dan >armakologi 0 ,bat ini bersifat bakteriostatik setara dengan dapson. =ekerjanya
diduga melalui gangguan metabolisme radikal oksigen. ,bat ini juga mempunyai efek
anti inflamasi sehingga berguna untuk pengobatan reaksi kusta.
Dosis 0 94 mgChari atau -44 mg tiga kali seminggu dan untuk anak-anak - mgCkg==Chari.
Selain itu dosis bulanan @44 mg juga diberikan setiap bulan untuk mengurangi reaksi tipe
% dan 3.
Ifek samping 0 !anya terjadi pada dosis tinggi berupa gangguan gastrointestinal )nyeri
abdomen, diare, anoreksia dan 'omitus*.
2. Itionamid dan Protionamid
#edua obat ini merupakan obat anti tuberkulosis dan hanya sedikit dipakai pada
pengobatan kusta. ,bat ini bekerja bakteriostatik, cepat menimbulkan resistensi, lebih
toksik, harganya mahal serta hepatotoksik, oleh karenanya sekarang tidak dianjurkan lagi
pada rejimen pengobatan kusta.
&a+ K#s+a Ba!#
Pada pelaksanaan program MD(-+!, masalah-masalah yang timbul yaitu 0 adanya
resistensi kuman terhadap rifampisin dan lamanya pengobatan terutama pada kusta M=. Pada
penderita kusta P= timbul masalah yaitu masih menetapnya lesi kulit setelah H bulan pengobatan
dan Late :e'ersal :eaction )L5:* yang timbul justru setelah selesai MD(.
Maka diperlukan obat-obat baru yang memenuhi syarat antara lain 0 =ersifat bakterisidal kuat
terhadap M. leprae, tidak anatagonis terhadap obat yang sudah ada, aman dan akseptabilitas
penderita baik, dapat diberikan per oral dan sebaiknya diberikan tidak lebih dari sehari sekali.
,bat-obat yang sudah terbukti efektif tersebut adalah 0 ofloksasin, minosiklin dan klaritomisin.
$. ,floksasin
,floksasin merupakan obat turunan fluorokuinolon yang paling efektif terhadap M.
leprae, dibandingkan dengan siprofloksaisn dan pefloksasin. #erjanya melalui hambatan
pada enGim girase D$ mikobakterium.
14
=. Minosiklin
Minosiklin merupakan turunan tetrasiklin yang bersifat lipofilik sehingga mampu
menembus dinding M. leprae. Minosiklin bekerja dengan menghambat sintesis protein
melakui mekanisme yang berbeda dengan obat anti kusta yang lain.
". #laritromisin
#laritromisin merupakan golongan makrolid yang mempunyai akti'itas bakterisidal
dengan menghambat suntesis protein melalui mekanisme yang lain dari minosiklin.
S.ema -e0imen 6DT:%H&
+!, membuat klasifikasi program rejimen MD(-+!, karena fasilitas bakterioskopik
tidak selalu tersedia sehingga klasifikasi untuk rejimen ini juga didasarkan lesi kulit dan jumlah
saraf yang terkena. #lasifikasi kusta untuk kepentingan rejimen MD( oleh +!, )-..1* terbagi
dalam @ grup 0
-. :ejimen P= dengan lesi kulit 3-9 buah.
:ejimen terdiri dari 0 :ifampisin H44 mg sebulan sekali, dibawah pengawasan, ditambah
dapson -44 mgChari )--3 mgCkg==* swakelola selama H bulan.
3. :ejimen M= dengan lesi kulit lebih dari 9 buah
:ejimen terdiri atas kombinasi rifampisin H44 mg sebulan sekali di bawah pengawasan,
dapson -44 mgChari swakelola, ditambah klofaGimin @44 mg sebulan sekali diawasi dan
94 mgChari swakelola. Lama pengobatan - tahun.
@. :ejimen P= dengan lesi tunggal
:ejimen terdiri atas rifampisin H44 mg ditambah ofloksasin 244 mg dan minosiklin -44
mg dosis tunggal.
Dosis tersebut merupakan dosis dewasa, untuk anak-anak disesuaikan dengan berat-badan ) lihat
tabel* )Pramesemara, 344.*.
Tael &a+ dan Dosis -e0imen 6DT:PB
Dapson -ifampisin
Dewasa -44 mgChari H44 mgCbulan diawasi
$nak-anak -4--2
tahunF 94 mgChari 294 mgCbulan diawasi
FSesuaikan dosis bagi anak-anak yang lebih kecil dari -4 tahun. Misalnya dapson 39 mgChari dan
rifampisin @44 mgCbulan diawasi.
15
Tael &a+ dan Dosis -e0imen 6DT:6B
Dapson -ifampisin Klofami;in
Dewasa -44
mgChari
H44 mgCbulan
diawasi
94 mgChari dan @44 mgCbulan diawasi
$nak-anak -4--2
tahunF
94
mgChari
294 mgCbulan
diawasi
94 mg selang sehari dan -94 mgCbulan
diawasi
FSesuaikan dosis bagi anak-anak yang lebih kecil dari -4 tahun. Misalnya dapson 39 mgChari dan
rifampisin @44 mgCbulan diawasi, klofaGimin 94 mg 38 seminggu, dan klofaGimin -44 mgCbulan
diawasi.
Tael &a+ dan Dosis -e0imen 6DT:PB lesi +#nggal
Dapson &flo.sasin 6inosi.lin
Dewasa H44 mg 244 mg -44 mg
$nak-anak 9--2
tahunF @44 mg 344 mg 94 mg
)dosis tunggal dan dimakan bersama-sama*
F (idak direkomendasikan pada wanita hamil dan anak-anak lebih kecil dari 9 tahun.
Pengoa+an pada si+#asi .3#s#s
A. Pende!i+a "ang +ida. dapa+ ma.an !ifampisin
Situasi ini mungkin disebabkan karena alergi, hepatits kronis atau resisten terhadap obat ini.
Tael -e0imen #n+#. pende!i+a "ang +ida. dapa+ ma.an !ifampisin
Lama pengoa+an Jenis oa+ Dosis
H bulan Klofa;imin 94 mgChari
&flo.sasin 244 mgChari
6inosi.lin -44 mgChari
Diikuti dengan Klofa;imin dengan 94 mgChari
-/ bulan &flo.sasin A+a# 244 mgChari
6inosi.lin -44 mgChari
B. Pende!i+a "ang menola. .lofa;imin
Situasi ini disebabkan pasien yang khawatir akan pewarnaan kulit. Pengobatan diganti dengan
ofloksasin 244 mgChari selama -3 bulan atau minosiklin -44 mgChari selama -3 bulan.
Pengoa+an .#s+a selama .e3amilan dan men"#s#i
#usta sering eksaserbasi pada saat hamil oleh sebab itu obat MD( harus tetap diberikan.
+!, menyatakan obat MD( standar aman dipakai selama kehamilan dan menyusui, bagi ibu
dan bayinya, sehingga tidak perlu mengubah dosis. ,bat dapat keluar melalui $S% dalam junlah
kecil tetapi tidak ada laporan efek samping obat pada bayi kecuali pewarnaan kulit akibat
klofaGimin. ,bat dosis tunggal bagi bercak tunggal ditunggu pemakaiannya sampai bayinya
lahir.
16
Penanganan -ea.si K#s+a
Prinsip penanganan reaksi kusta 0
-. Mengatasi neuritis untuk mencegah agar tidak berkelanjutan menjadi paralisis atau
kontraktur
3. Secepatnya dilakukan tindakan agar tidak terjadi kebutaan
@. Membunuh kuman penyebab agar penyakitnya tidak meluas
2. Mengatasi rasa nyeri
Pengobatan I..L0
,bat yang paling sering dipakai ialah tablet kortikosteroid, antara lain prednison. Dosisnya
bergantung pada berat ringannya reaksi, biasanya prednison -9-@4 mg sehari, kadang-kadang
lebih. Seseuai dengan perbaikan reaksi, dosinya diturunkan secara bertahap sampai berhenti
sama sekali.
,bat lain yang dianggap sebagai pilihan utama adalah thalidomide, tetapi harus berhati-hati
karena mempunyai efek teratogenik jadi tidak boleh diberikan kepada ibu hamil atau masa subur.
Di %ndonesia obat ini tidak didapat dan sudah tidak diproduksi lagi.
#lofaGimin kecuali sebagai obat antikusta dapat juga dipakai sebagai anti-reaksi I..L tetapi
dengan dosis yang lebih tinggi. <uga bergantung pada berat ringannya reaksi, makin berat makin
tinggi dosisnya, biasanya antara 344-@44 mg sehari. #euntungan klofaGimin dapat dipakai
sebagai usaha untuk lepas dari ketergantungan kortikosteroid. Salah satu efek samping yang
tidak diinginkan adalah kulit menjadi berwarna merah kecoklatan terutama pada pemberian dosis
tinggi.
Pengobatan reaksi reversal 0
Perlu diperhatikan, apakah reaksi ini disertai neuritis atau tidak. Sebab kalau tanpa neuritis
akut tidak perlu diberi pengobatan tambahan. #alau ada neuritis akut, obat pilihan pertama
adalah kortikosteroid yang dosisnya disesuaikan dengan berat ringannya neuritis. =iasanya
diberikan prednison 24-H4 mg sehari lalu diturunkan secara perlahan. $nggota gerak yang
terkena neuritis harus diistirahatkan. $nalgetik dan sedati'a kalau diperlukan dapat diberikan.
#lofaGimin untuk reaksi reversal kurang efektif, oleh karena itu jarang dipakai, atau tidak pernah
dipakai )#osasih, 3443*.
17
BAB III
KESI6PULAN
Lepra adalah penyakit kronis yang sebabkan oleh bakteri yang menyerang kulit, syaraf tepi.
Dan pada penderita dengan tipe lepromatosa menyerang saluran pernapasan bagian atas.
Manifestasi klinis dari penyakit ini sangat ber'ariasi dengan spektrum yang berada diantara dua
bentuk klinis dari lepra yaitu bentuk lepromatosa dan tuberkuloid. Pada lepra bentuk lepromatosa
kelainan kulit berbentuk nodula, papula, makula dan infiltrat yang difus tersebar simetris
bilateral dan biasanya ekstensif dan dalam jumlah banyak. (erkenanya daerah hidung dapat
membentuk krusta, tersumbatnya jalan napas dan dapat terjadi epistaksis. (erserangnya mata
dapat menimbulkan iritis dan keratitis. Pada lepra tipe tuberkuloid, lesi kulit biasanya tunggal
dan jarang, batas lesi tegas, mati rasa atau hipoetesi asimitris bilateral. (erserangnya syaraf
biasanya cenderung lebih berat. Lepra bentuk borderline mempunyai gambaran dari kedua tipe
lepra dan lebih labil. Mereka cenderung menjadi tipe lepromatosa jika penderita tidak diobati
dengan benar dan menjadi tipe tuberkuloid pada penderita yang diobati dengan benar. =entuk
awal dari lepra ditandai dengan munculnya macula hipopigmentasi dengan batas lesi yang tegas
yang dapat berkembang menjadi bentuk tuberkuloid, borderline atau bentuk lepromatosa. &ejala
klinis dari lepra dapat juga berupa Jreaksi kustaK yaitu dengan episode akut dan berat. :eaksi
kusta ini dibagi menjadi erythema nodosum leprosum pada penderita tipe lepromatosa dan
reversal reaction pada lepra borderline.
Diagnosa klinis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan kulit secara lengkap dengan
menemukan tanda-tanda terserangnya syaraf tepi berupa gejala hipestasia, anesthesia, paralysis
pada otot dan ulkus tropikum. Dilakukan tes terhadap sensasi kulit dengan rabaan halus, ditusuk
dengan jarum pentul, diskriminasi suhu. (imbulnya gejala terserangnya saraf dan ditemukannya
bakteri tahan asam merupakan gejala patognomonis lepra.
Pengobatan lepra disarankan memakai program Multi Drugs (herapy )MD(*, yang
direkomendasikan oleh +!, sejak -./-. (ujuan dari program MD( adalah0 mengatasi
resistensi dapson yang semakin meningkat, menurunkan angka putus obat )drop-out rate* dan
ketidaktaatan penderita. Prognosis penyakit ini dengan adanya obat-obLat kombinasi, menjadi
lebih baik, dan pengobatannya menjdi lebih sederhana. amun jika sudah terdapat kontraktur
dan ulkus kronik, prognosis menjadi kurang baik.
18
DA5TA- PUSTAKA
$. #osasih. #usta. 3443. %n0 %lmu Penyakit #ulit dan #elamin. Idisi ke-@. =agian %lmu Penyakit
#ulit dan #elamin >akultas #edokteran ;ni'ersitas %ndonesia. =alai Penerbit >akultas
#edokteran ;ni'ersitas %ndonesia. <akarta. !al -@.--23
Pramesemara. 344.. Pelaksanaan #usta di %ndonesia. http0CCpramareola-2.wordpress.com C
344.C-3C4.Cpenatalaksanaan-kusta-di-indonesia. Diunduh tanggal0 39 Mei 34-4.
Siregar, :.S. 3442. #usta )lepra*. Dalam0 Saripati Penyakit #ulit. Idisi ke-3. I&". <akarta. hal
-2---23.
?ulfikli. 344@. Penyakit #usta dan Masalah yang ditimbulkannya. http0CCjowofile.jw.ltCebookC
files/CPenyakitB34#ustaB34DanB34MasalahB346angB34DitimbulkannyaMt8t.t8t.
>akultas #esehatan Masyarakat. ;ni'ersitas Sumatera ;tara. Diunduh tanggal0 39 Mei 34-4.
19

Anda mungkin juga menyukai