Anda di halaman 1dari 14

PERSIAPAN PREOPERATIF PENDERITA ASMA BRONKIALE

I.PENDAHULUAN
Asma adalah gangguan berupa peradangan kronis saluran nafas yang melibatkan
berbagai sel radang, yang mengakibatkan hipereaktiitas bronkus dengan berbagai
tingkat. Akibat hipereaktiitas bronkus timbul ge!ala yang biasanya berhubungan dengan
beratnya dera!at hipereaktiitas bronkus dan obstruksi nafas yang reersibel baik se"ara
spontan atau dengan pengobatan.
#$%
Asma menyerang semua tingkat umur, tersebar luas hampir di seluruh pelosok
dunia dan tidak bergantung pada sosial ekonomi tertentu. &ekerapan penyakit tersebut
berbeda'beda di setiap negara. Ada ke"enderungan peningkatan kekerapan penyakit asma
pada negara industri.
#$%
Asma merupakan salah satu penyebab kesakitan terbanyak di Indonesia setelah
penyakit infeksi. (urei &esehatan )umah *angga #(&)*% Departemen &esehatan )I
tahun $+,- menun!ukkan asma bersama dengan bronkitis kronis dan emfisema
menduduki peringkat kelima dari sepuluh penyakit terbanyak di Indonesia dan menurut
(&)* tahun $++. menduduki urutan kedelapan sebagai penyebab kematian di Indonesia.
Perkiraan kekerapan asma pada anak berkisar antara /'$- 0 sedangkan pada de1asa
antara 2'/ 0.
#$%
3e!ala asma seperti batuk produktif, mengi, sesak nafas dan dada berat sangat
berariasi. Penyakit ini dapat bersifat ringan, tetapi kadang dapat membahayakan atau
mengan"am !i1a !ika ter!adi serangan yang berat. Pada saat ter!adi serangan penderita
asma akan mengalami kesulitan untuk mempertahankan keseimbangan entilasi'perfusi,
$
dimana pada kondisi ini entilasi akan meningkat sementara perfusi biasanya tidak
terganggu, sehingga proses difusi men!adi tidak efektif, penderita akan !atuh kedalam
keadaan hipoksia. (erangan asma !ika ter!adi pada saat operasi berlangsung akan sangat
membahayakan oleh karena se"ara normal penderita yang mengalami pembedahan dan
anestesi akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen karena stres operasi dan
anestesi, sedangkan pada saat serangan asma ter!adi gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen. Dengan demikian akan ter!adi keadaan hipoksia dan !ika tidak segera
ditanggulangi dapat menyebabkan ter!adinya henti !antung.
4leh karena itu pada penderita yang mempunyai ri1ayat penyakit asma !ika akan
dilakukan operasi dan anestesi perlu dipersiapkan dengan baik, sehingga episode
serangan asma dapat di"egah.
II. DE5INI(I
Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan
banyak sel yang berperan khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit *. Pada orang yang
rentan inflamasi ini menyebabkan episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada
tertekan, dan batuk khususnya pada malam hari atau dini hari. 3e!ala ini biasanya
berhubungan dengan penyempitan !alan nafas yang luas namun berariasi, paling tidak
sebagian bersifat reersibel baik se"ara spontan maupun dengan pengobatan. Inflamasi
ini !uga berhubungan dengan hipereaktiitas !alan nafas terhadap berbagai rangsangan
.#.%
.
III.PA*45I(I4L43I
Patofisiologi asma adalah dilepaskannya berbagai ma"am mediator kimia di !alan
nafas, dan kemungkinan hiperaktiitas sistem saraf parasimpatis. 6at'7at yang terhisap
kedalam saluran nafas dapat menyebabkan bronkospasme melalui mekanisme respon
imun spesifik dan nonspesifik dengan ter!adinya degranulasi sel mast di bronkial. Pada
asma alergi yang klasik, antigen berikatan dengan imunoglobulin E #IgE% pada
permukaan sel mast yang kemudian menyebabkan degranulasi. 8ronkokonstriksi
merupakan hasil dari dilepaskannya histamin, bradikinin, leukotrien 9,D dan E, platelet
activating factor, P3E., P35., P3D., neutrophil dan eosinophil chemotactic factor.
(elain sel mast, sel lain yang !uga dapat melepaskan mediator adalah sel makrofag
aleolar, eosinofil, sel epitel saluran nafas, netrofil, trombosit, limfosit dan monosit.
Inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast intralumen, makrofag aleolar, nerus agus
dan mungkin !uga epitel saluran nafas. (erat saraf aferen agal pada bronkus sensitif
terhadap stimulasi histamin dan beberapa rangsangan termasuk udara dingin, gas iritatif,
dan instrumen # misal : intubasi endotra"heal %. Aktiasi reflek agal mengakibatkan
bronkokonstriksi yang diperantarai oleh peningkatan siklik guanosin monofosfat #"3;P%
intrasel.
#<,=%
&elainan fungsi paru penderita asma dipengaruhi oleh dua komponen utama yaitu
hipereaktiitas trakea dan bronkus dan perlambatan arus reseptor membran otot polos
yang menyebabkan kontraksi otot polos dan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga
ter!adi edema. Perlambatan arus udara ekspirasi ter!adi akibat proses inflamasi yang
men"akup bronkokonstriksi akut, edema, pembentukan mukus dan perubahan dinding
saluran nafas.
#$%
<
(elama serangan asma, ter!adinya bronkokonstriksi, edema mukosa dan sekresi
meningkatkan tahanan aliran udara pada semua leel saluran nafas bagian ba1ah.
Dengan akibat, ke"epatan aliran ekspirasi mengalami penurunan termasuk penurunan
tidal olume, tetapi selama resolusi serangan asma ke"epatan aliran ekspirasi mengalami
penurunan hanya pada olume paru bagian ba1ah. &apasitas total paru, olume residu,
dan kapasitas residu fungsional # functional residual capacity (FRC) % mengalami
peningkatan. Pada penderita akut, olume residu dan 5)9 sering meningkat masing'
masing lebih dari =>>0 dan $>>0. (erangan yang berat atau berkepan!angan ditandai
dengan peningkatan ker!a pernafasan dan otot pernafasan dapat mengalami kelelahan.
?umlah aleolus dengan rasio entilasi@perfusi # A@B % yang rendah mengalami
peningkatan, menyebabkan hipoksemia. *akipneu karena stimulasi reseptor bronkial
menyebabkan hipokapnia. Pa94. yang normal atau tinggi sering menandakan an"aman
gagal nafas.
#<%
Proses inflamasi pada asma merupakan suatu proses yang "ukup rumit yang
didahului adanya rangsangan # infeksi, alergen, 7at iritan % yang mengakibatkan
ter!adinya proses inflamasi sebagai akibat interaksi antara sel'sel inflamasi dan mediator
yang dihasilkannya. Apabila terdapat suatu rangsangan, primary effector cell # sel
inflamasi yang terdapat pada saluran nafas % seperti sel mast, makrofag, dan sel epitel
akan mengeluarkan mediator inflamasi yang akan mengakibatkan ter!adinya inflamasi
pada saluran nafas. Disamping itu mediator inflamasi !uga akan menarik dan
mengaktifkan secundary effector cell # sel inflamasi yang berasal dari sirkulasi seperti
eosinofil, neutrofil % dan sel'sel ini akan menghasilkan mediator inflamasi yang akhirnya
akan memperberat proses inflamasi yang telah ter!adi sebelumnya.
#<,=,2%
=
IA.PE)(IAPAN P)E4PE)A*I5
Pada persiapan operasi penderita asma hal yang penting untuk diperhatikan adalah
mempersiapkan kondisi optimal dari pasien sehingga layak untuk dioperasi. &ondisi
optimal dari pasien penderita asma adalah tidak adanya ge!ala sesak nafas, batuk ataupun
suara 1hee7ing pada pemeriksaan auskultasi dada, dan hal ini tentunya harus dilakukan
pemeriksaan yang teliti khususnya pada penderita yang baru sa!a mengalami serangan
asma. Penderita dengan spasme bronkus yang kronis dan frekuen dibuat keadaan men!adi
optimal dengan diberikan terapi obat'obat bronkodilator seperti adrenergik agonis dan
teofilin dosis terapi serta dipertimbangkan !uga pemberian glukokortikoid. *es fungsi
paru terutama pengukuran aliran udara ekspirasi seperti FEV ( forced expiratory volume )
dan PEFR ( peak expiratory flow rate ) digunakan untuk mengkonfirmasi keadaan klinis.
Nilai normal 5EA pada laki'laki adalah lebih dari < liter dan . liter pada perempuan.
Nilai normal PE5) melebihi .>> liter @ menit # pada laki'laki de1asa muda lebih dari 2>>
liter @ menit %. Nilai 5EA dan PE5) kurang dari 2> 0 nilai normal menun!ukkan keadaan
asma moderat sampai berat. 5oto ronsen torak digunakan untuk menilai air trapping, hasil
hiperinflasi pada diafragma yang mendatar, gambaran !antung yang ke"il, dan lapangan
paru yang hiperlusen.
#<%
Penderita asma dalam keadaan bronkospasme aktif yang akan dilakukan operasi
emergensi harus dilakukan pengobatan intensif. Penderita diberikan aminofillin per drip,
rehidrasi, dan diberikan obat simpatomimetik inhalasi atau parenteral, serta diberikan
premedikasi dengan obat ansiolitik dan H$ antagonis.
#<,-%
2
Pasien asma yang akan dilakukan operasi elektif memerlukan premedikasi sedasi
preoperatif terutama penderita yang mempunyai komponen emosional sebagai pen"etus
asma. 8iasanya digunakan golongan ben7odia7epin sebagai premedikasi. 4bat lain yang
digunakan adalah obat narkotik non histamin release, antikolinergik seperti atropin, dan
kortikosteroid.
#<,-,/%

4bat'obat simpatomimetik banyak digunakan untuk mengobati asma. 4bat ini
menyebabkan bronkodilatasi dengan melalui aktiitas . Cagonis. Aktiasi dari reseptor
. 'adrenergik pada otot polos bronkus dengan mengaktifkan en7im adenilat siklase,
dimana en7im ini beker!a dengan meningkatkan pembentukan siklik A;P # "A;P %
intrasel. &adar "A;P intrasel yang tinggi menyebabkan peningkatan relaksasi otot polos
bronkus. 4bat'obat ini biasanya diberikan dalam bentuk inhalasi. Penggunaan . Cagonis
selektif seperti terbutalin atau albuterol menurunkan insiden yang tidak diinginkan dari
efek kardiak $ Cagonis.
#<,,%
Aktiitas adrenergik
Agen $ .
Albuterol #Aentolin% D DDDD
8itolterol #*omalate% D DDDD
Epinephrine #Aarious% DDDD DD
Isoetharine #8ronkosol% DD DDD
Isoproterenol #Isuprel% DDDD DD
;etaproterenol #Alupent% D D
Pirbuterol #;aEair% D DDDD
(almetarol #(ereent% D DDDD
*erbutalin #8rethaire%
D DDD
*abel perbandingan obat'obat bronkodilator.
;etilEantin dapat menimbulkan bronkodilatasi melalui penghambatan en7im
fosfodiesterase, suatu en7im yang beker!a meme"ah "A;P. Efek yang tampak pada
-
pulmonal sangat kompleks seperti pelepasan katekolamin, blokade pelepasan histamin,
dan stimulasi diafragma. Preparat teofilin long a"ting peroral digunakan pada pasien
dengan ge!ala yang mun"ul malam hari. *eofilin mempunyai batas keamanan dosis terapi
yang sempit, therapeutic lood level sekitar $> C .> mi"rogram@ml. Namun, dengan dosis
rendah mungkin efektif.
#<%
3lukokortikoid digunakan untuk penanganan keadaan akut dan untuk terapi
pemeliharaan pasien asma. Efek dari glukokortikoid berupa antiinflamasi dan stabilisasi
membran sel mast. (ebagai antiinflamasi glukokortikoid beker!a melalui beberapa
mekanisme, yaitu :
- menghambat metabolisme asam arakidonat sehingga mempengaruhi leukotrien dan
prostaglandin,
- mengurangi kebo"oran mikroaskuler,
- men"egah migrasi langsung sel'sel inflamasi,
- menghambat produksi "ytokines,
- meningkatkan kepekaan reseptor pada otot polos bronkus.
8e"lomethasone, triam"inolone, flunisolide, dan budesonide adalah steroid sintetis yang
biasanya digunakan untuk terapi maintenen berbentuk inhaler. Hidrokortison dan
metilprednisolon intraena digunakan untuk serangan akut yang berat.
#<,=,+%
/
5osfolipid
&ortikosteroid '''''''''''' ;akrokortin
5osfolipase A. ''''''''''''''''''''''
'''''''''Asam arakidonat'''''''''
En7im (iklooksigenase '''' '''' En7im Lipooksigenase
Prostaglandin,Prostasiklin,*romboksan Leukotrien,
Penghambatan makrokortin terhadap fosfolipase A.
4bat antikolinergik dapat menimbulkan bronkodilatasi melalui aksi
antimuskarinik dan mungkin memblok reflek bronkokonstriksi. Ipratropium merupakan
antikolinergik yang dapat diberikan dalam bentuk inhaler atau aerosol, yang "ukup efektif
sebagai bronkodilator tanpa terlihat efek sistemik antikolinergik.
#<,$>%
,
A. )IN3&A(AN
Asma adalah gangguan berupa peradangan kronis saluran nafas yang melibatkan
berbagai sel radang, yang mengakibatkan hipereaktiitas bronkus dengan berbagai
tingkat. 3e!ala yang mun"ul berhubungan dengan beratnya dera!at hipereaktiitas
bronkus dan obstruksi nafas.
Pada persiapan preoperasi pasien asma, hal terpenting yang harus dilakukan adalah
mempersiapkan pasien dalam keadaan optimal, yaitu pasien harus bebas dari ge!ala
sesak nafas, batuk dan suara 1hee7ing pada pemeriksaan auskultasi dada.
8erma"am'ma"am obat dapat diberikan untuk mempersiapkan keadaan pasien asma
antara lain golongan . agonis, metilEantin, antikolinergik dan glukokortikoid. 4bat'
oabt bronkodilator tetap diberikan sampai men!elang operasi.

+
DA5*A) &EPU(*A&AAN
#$% )usmiati A,Funus 5. Asma ;alam. ;a!alah &edokteran Indonesia.$++,G=,:<+='+.
#.% &onsensus nasional asma anak. U&& Pulmonologi PP IDAI.?akarta .>>>.
#<% ;organ 3E, ;ikhail ;(. Anesthesia for Patients 1ith )espiratory Disease. Dalam:
9lini"al anesthesiology, .
nd
ed. (tamfort: Appleton H Lange,$++-G.<:==$'2..
#=% Funus 5. ;anfaat &ortikosteroid pada Asma 8ronkial. 9ermin Dunia &edokteran.
$++,G$.$:$>'2.
#2% (itumeang (. 5aktor'faktor yang ;empengaruhi &aliber (aluran Nafas. ?urnal
)espirologi Indonesia. ?uli $++-G$-: <'-.
#-% (toelting )&. (ympathomymeti"s. Dalam: Pharma"ology and Physiology in
Anestheti" Pra"ti"e. *hird ed. Philadelphia:Lippin"ott')aen Publisher.
$+++G$.:.2+'//.
#/% 3ilbert *?. Asthma. Dalam: De"ision ;aking in Anesthesiology. Philadelphia:8.9.
De"ker In". $+,/:$,=.
#,% 5ung D, (mith N*. Anestheti" 9onsideration in Asthmati" Patients. Dalam:
8ron"hial Asthma Prin"iples of Diagnosis and *reatment. .
nd
ed. 5lorida:3rune H
(tratton In". $+,-:.=G2.2'<+.
#+% (toelting )&. Hormones as Drugs. Dalam: Pharma"ology and Physiology in
Anestheti" Pra"ti"e. *hird ed. Philadelphia:Lippin"ot')aen Publisher. $+++G.<:=$,.
#$>% 9ollins A?. Anti"holinergi" Agents in Anesthesia. Dalam: Physiologi" and
Pharma"ologi" 8ases of Anesthesia. $++-G<-:-<2'=+.
$>
)E5E)A*
4&*48E) .>>$
PERSIAPAN PREOPERATIF PENDERITA ASMA BRONKIAL
4leh :
BAMBANG SUTANTO
PE(E)*A PPD( I ANE(*E(I4L43I DAN )EANI;A(I
5& U3; @ )(UP Dr. (A)D?I*4 F43FA&A)*A

Pembimbing : ;oderator :
Dr. FU(;EIN (p.An. Dr. ()I )AHA)D?4 (p.An.
(;5 Anestesiologi dan )eanimasi 5akultas &edokteran U3; @ )(UP Dr. (ard!ito
Fogyakarta
$$
PE)(IAPAN P)E4PE)A*I5 PENDE)I*A A(;A 8)4N&IAL
- Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel yang
berperan khususnya sel mast, eosinofil dan limfosit *, yang mengakibatkan
hipereaktiitas bronkus dengan berbagai tingkat.
- 3e!ala asma berupa mengi, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk. 3e!ala ini
sangat berariasi.
- Patofisiologi asma adalah dilepaskannya berbagai mediator kimia di !alan nafas dan
kemungkinan hiperaktiitas saraf parasimpatis.
PE)(IAPAN P)E4PE)A*I5
- ;empersiapkan kondisi optimal penderita dengan tidak adanya ge!ala sesak nafas,
batuk, suara 1hee7ing, sehingga layak untuk dioperasi.
- Pada penderita yang mengalami serangan asma yang akan dilakukan operasi
emergensi harus dilakukan pengobatan intensif.
- 4bat'obat yang digunakan untuk terapi asma adalah simpatomimetik terutama
.
C
agonis, metilEantin, glukokortikoid, dan obat antikolinergik.
- 4bat premedikasi berupa ansiolitik seperti golongan ben7odia7epin, antikolinergik,
analgetik narkotik non histamin release, kortikosteroid.
;ekanisme ker!a glukokortikoid :
- menghambat metabolisme as. Arakidonat
- mengurangi kebo"oran mikroaskuler
- men"egah migrasi langsug sel'sel inflamasi
- menghambat produksi "ytokines
- meningkatkan kepekaan reseptor pada otot polos bronkus.
$.
5osfolipid
&ortikosteroid '''''''''''' ;akrokortin
5osfolipase A. ''''''''''''''''''''''
'''''''''Asam arakidonat'''''''''
En7im (iklooksigenase '''' '''' En7im Lipooksigenase
Prostaglandin,Prostasiklin,*romboksan Leukotrien,
Penghambatan makrokortin terhadap fosfolipase A.
Antigen D IgE sel mast mukosa ''''''' ' histamin, prostaglandin, leukotrien
' PA5, bradikinin aktiator
faktor aktiasi non imunogenik ' substan kemotaksi eosinofil dan netrofil
sel target !alan nafas
agonis agonis kolinergik
A*P antikolinergik ''' 3*P
'''' adenilat siklase guanilat siklase '''''
siklik A;P relaksasi otot polos bronkial konstriksi siklik 3;P
inhibisi sel mast memper"epat
''''' fosfodiesterase
2I A;P 2I 3;P
metilEantin
$<
(;5 Anestesiologi dan )eanimasi 5akultass &edokteran U3; @ )(UP Dr. (ard!ito
Foryakarta
$=

Anda mungkin juga menyukai