Anda di halaman 1dari 18

PENGANTAR ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

Dr. Adrianto Gazali Mkes.


I. PENDAHULUAN
Dimasyarakat, kerap terjadi pelanggaran hukum yang
menyangkut tubuh manusia, spt: penganianyaan,
pembunuhan, perkosaan, peracunan dll. Untuk
menyelesaikan perkara diperlukan sistem/cara yang
dapat memberikan hukuman yang setimpal.
Dengan Kemajuan Iptek orang mendapatkan
pembuktian secara ilmiah yang disebut SAKSI DIAM
(silent witness), sehingga diperlukan peran ahli untuk
memeriksa BARANG BUKTI (Corpus Delici) secara
ilmiah.
1. PENDAHULUAN. (Lanjutan1)
Barang bukti dapat berupa : orang hidup, mayat, darah,
semen, rambut, sidik jari, peluru, larve lalat, surat, dll.
Kumpulan pengeth yg memeriksa brg bukti untk kepentingan
peradilan dikenal sbg Forensic Sciences, dibid kedokteran al
Kedokt Forensik (Forensic Medicine), Odontologi Forensik,
Psikiatri Forensik, Patologi Forensik, Antropologi Forensik.
Sejarah mencatat Anthitium, seorg dokter dizaman Romawi,
pd suatu Forum, semacam institusi peradilan, mengatakan
bhw dari 21 luka yg ditemukan dlm tubuh maharaja Julius
Caeser, hanya satu luka saja yg menembus sela iga ke-2 yg
merupakan luka yg mematikan. Nama Kedokt Forensik
dikatakan berasal dari kata Forum ini.
Forensic Science
Medicine Uang Palsu Kebakaran Kimia Forensic
-Kebidanan
- Bedah
- Syaraf
- Forensic
-Trace Evident
- Bercak darah
- Tulang
- Identifikasi DNA

2. PENGERTIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
Semula bernama Medicolegal Science.
Kemudian berkembang jadi Forensic Medicine.
- Forensic : asal kata Forum, tempat berlangsung
sidang dizaman Romawi
- Medicine : berarti kedokteran.
Di Indonesia :Paska kemerdekaan Medicolegal
diganti menjadi Ilmu Kedokteran Kehakiman.
- Sejak awal 1990, dipopulerkan menjadi
IlmuKedokteran Forensik




PENGERTIAN
Ilmu Kedokteran Forensik :
Cabang ilmu kedokteran yang menggunakan prinsip-
prinsip dan pengetahuan kedokteran untuk
membantu proses hukum, baik sipil maupun
kriminal (Jaising P Modi)

Penggunaan pengetahuan dan keterampilan dibidang
kedokteran kepentingan hukum dan peradilan
(Prof.DR.Amri Amir SpF(K),DFM,SH).
3. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan ilmu kedokteran Forensik
meliputi :
Pemeriksaan orang hidup maupun orang mati
Pemeriksaan bahan yang berasal dari tubuh manusia
spt. darah, urine, semen, rambut,kuku, dll untuk
kepentingan penyidikan dan peradilan
Penyidik
4.LINTAS DISIPLIN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
Dokter
Penuntut Umum
Hakim
korban
1
3
4
2
5+
6+ 6
5
7
KETERANGAN :
1 =Penyidik menemukan / mendapatkan laporan ada korban
2 = Penyidik mengirim permintaan VeR kepada dokter
3 = Dokter memeriksa korban
4 = VeR disampaikan kepada penyidik
5 = Penyidik mengirim berkas pemeriksaan termasuk VeR
kepada jaksa sebagai penuntut umum
5+= Jaksa mengembalikan berkas kepada penyidik untuk
diperbaiki
6 = Jaksa menuntut tersangka disidang pengadilan
6+= Hakim meminte jaksa untuk melengkapi berkas perkara
(termasuk VeR)
7 = Dokter diminta hadir disidang pengadilan
Tindak pidana terhadap tubuh dan nyawa manusia
Korban----------kasus?
Hidup
(konsultasi)
Mati
utuh Terpotong2
Bagian tubuh
RSU -bag. Kedokteran kehakiman
-instalasi penulasaraan jenazah
(Depkes)
Pem. Forensik ------ lab, dll
VER
Pelaku
Sistem
peradilan
pidana (SPP)
penyidik
jaksa
hakim
LP
5. ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN HUKUM
KESEHATAN
Hukum kedokteran atau Hukum Kesehatan adalah
cabang Ilmu yang mengatur tentang ketentuan2
hukum yang berhubungan dengan pemeliharaan dan
pelayanan kesehatan.
Titik berat penerapan ilmu kedokteran forensik
adalah penegakan hukum & Keadilan,
Titik berat penerapan hukum kesehatan adalah
kepentingan kesehatan dan pemakai jasa dibidang
kesehatan, agar pelayanan kesehatan berlangsung
dengan baik
6. KETERANGAN AHLI
Kewajiban dokter untuk membuat keterangan ahli telah
diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat (1) :
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, penganianyaan
atau mati diduga karena peristiwa tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli
kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.
6. KETERANGAN AHLI (LANJUTAN1)
Keterangan ahli ini akan dijadikan sebagai alat bukti
sah dipengadilan , diatur dalam KUHAP pasal 184
ayat (1):
Alat bukti yang syah adalah : - Keterangan saksi
- Keterangan ahli
- Surat
- Petunjuk
- Ket. terdakwa
6.1. PIHAK YANG BERWENANG MEMINTA
KETERANGAN AHLI
KUHAP ps 6 ayat(2) jo PP 27 Tahun 1983 ps ayat(1),
kategori penyidik adalah Pejabat Polisi Negara RI
yang diberi wewenang khusus oleh UU dgn pangkat
serendah-rendahnya Pembantu Letnan dua
(sekarang Ajun Inspektur Dua). Sedangkan penyidik
pembantu berpangkat serendah-rendahnya Sersan
dua (sekarang Brigadir dua). Bila suatu Kepolisian
Sektor tidak ada berpangkat bintara, maka dibawah
Pembantu letnan dua dikategorikan sebagai penyidik.
6.2. PIHAK YANG BERWENANG MEMBUAT
KETERANGAN AHLI
Men. KUHAP ps 133 ayat (1) :
Yang berwenang melakukan pemeriksaan forensik
yang menyangkut tubuh manusia dan membuat
keterangan ahli adalah :
- dokter ahli kedokteran kehakiman (forensik)
- dokter
- ahli lainnya.
Dokter ahli forensik Keterangan ahli
Dokter Keterangan
6.3. PROSEDUR MEMINTA KETERANGAN AHLI
KUHAP ps 133 ayat (2) :
Permintaan keterangan ahli sbgmana dimaksud ayat
(1), dilakukan secara tertulis, yang dalam srt tsb
disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka
atau pemerikasaan mayat atau bedah mayat.
Ayat (3) : Mayat yg dikirim kpd kedokteran
kehakiman atau dokter harus diperlakukan dengan
baik dgn penuh penghormatan thd mayat tsb dan
diberi label, dilak dan dengan diberi cap jabatan yg
dilekatkan pd ibu jari kaki atau bag lain badan mayat.
6.4. PENGGUNAAN KETERANGAN AHLI
Penggunaan keterangan ahli atau dimaksud visum et
repertum, adalah hanya untuk keperluan peradilan.
Dengan perkataan lain berkas hanya boleh
diserahkan kepada penyidik (instansi) yang meminta.
Keluarga korban, pengacaranya, pembela tersangka
pelaku pidana tidak dapat meminta keterangan ahli
langsung kpd dokter pemeriksa, melainkan harus
melalui aparat peradilan (penyidik, jaksa, hakim)

Anda mungkin juga menyukai