Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Trauma okuli merupakan trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan
rongga orbita, kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu
fungsi mata sebagai indra penglihat. Trauma okuli merupakan salah satu penyebab
yang sering menyebabkan kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda,
karena kelompok usia inilah yang sering mengalami trauma okuli yang parah.
Dewasa muda (terutama laki-laki) merupakan kelompok yang paling sering
mengalami trauma okuli. Penyebabnya dapat bermacam-macam, diantaranya
kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan, cedera olahraga, dan kecelakaan lalu
lintas.
Prealensi kebutaaan akibat trauma okuli secara nasional belum diketahui
dengan pasti, namun pada !urey "esehatan #ndra Penglihatan dan Pendengaran
pada tahun $%%&-$%%' didapatkan bahwa trauma okuli dimasukkan ke dalam
penyebab kebutaan lain-lain sebesar (,$)* dari jumlah total kebutaan nasional
yang berkisar $,)*. Trauma okuli juga bukan merupakan $( besar penyakit mata
yang menyebabkan kebutaan.
!ecara umum trauma okuli dibagi menjadi dua yaitu trauma okuli
perforans dan trauma okuli non perforans. !edangkan klasifikasi trauma okuli
berdasarkan mekanisme trauma terbagi atas trauma mekanik (trauma tumpul dan
trauma tajam), trauma radiasi (sinar inframerah, sinar ultraiolet, dan sinar +) dan
trauma kimia (bahan asam dan basa).
!ebagai seorang dokter harus memikirkan apakah kasus yang dihadapi
merupakan true emergency yang merupakan kasus sangat gawat dan harus
ditangani dalam hitungan menit atau jam, ataukah urgent case yang harus
ditangani dalam hitungan jam atau hari. !ehingga membutuhkan diagnosa dan
pertolongan cepat dan tepat. Trauma okuli merupakan kedaruratan mutlak di
bidang ocular emergency. ,eberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat trauma
okuli adalah erosi kornea, iridoplegia, hifema, iridosiklitis, subluksasi lensa,
luksasi lensa anterior, luksasi lensa posterior, edema retina dan koroid, ablasi
retina, ruptur koroid, serta aulsi papil saraf optik.
-ifema merupakan keadaan dimana terjadi perdarahan pada bilik mata
depan dapat terjadi akibat trauma tumpul pada mata. Darah ini berasal dari iris
atau badan siliar yang robek. .enurut Duke /lder ($%)0), hifema disebabkan oleh
robekan pada segmen anterior bola mata yang kemudian dengan cepat akan
berhenti dan darah akan diabsorbsi dengan cepat. -al ini disebut dengan hifema
primer. ,ila oleh karena sesuatu sebab misalnya adanya gerakan badan yang
berlebihan, maka timbul perdarahan sekunder atau hifema sekunder yang
pengaruhnya akan lebih hebat karena perdarahan lebih sukar hilang.
1danya hifema memiliki beberapa konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan
intraokuler, kornea terkena darah, pembentukan sinekia posterior atau anterior,
dan katarak. 2leh karena hifema dapat menyebabkan penurunan penglihatan yang
signifikan, maka setiap dokter harus memperhatikan diagnosis, ealuasi, dan tata
laksana hifema.
I. 2. Rumusan Masalah
1. ,agaimana anatomi dan askularisasi bola mata3
4. 1pa saja etiologi terjadinya hifema3
&. ,agaimana klasifikasi hifema3
0. ,agaimana patofisiologi terjadinya hifema3
). ,agaimana penegakan diagnosis pada hifema3
'. ,agaimana penatalaksanaan hifema3
5. 1pa saja komplikasi yang terjadi akibat hifema3
6. ,agaimana prognosis hifema3
I. 3. Tujuan
$. .engetahui anatomi dan askularisasi bola mata.
4. .engetahui apa saja etiologi terjadinya hifema.
&. .engetahui klasifikasi hifema.
0. .engetahui patofisiologi terjadinya hifema.
). .engetahui penegakan diagnosis pada hifema.
'. .engetahui penatalaksanaan hifema.
5. .engetahui komplikasi yang terjadi akibat hifema.
6. .engetahui prognosis hifema.
I. . Man!aat
$. .enambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu
penyakit mata pada khususnya.
4. !ebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit mata.
BAB II
TIN"AUAN PU#TA$A
2.1. Anat%m& B%la Mata
.ata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga
lapisan. Dari luar ke dalam, lapisan7lapisan tersebut adalah 8 ($) sklera9kornea, (4)
koroid9badan siliaris9iris, dan (&) retina. !ebagian besar mata dilapisi oleh jaringan
ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih
mata.
,ola mata terbenam dalam corpus adiposum orbitae, namun terpisah
darinya oleh selubung fascia bola mata. ,ola mata terdiri atas tiga lapisan dari
luar ke dalam, yaitu 8
1. Tun&'a (&)r%sa
Tunica fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opa:ue atau sklera dan
bagian anterior yang transparan atau kornea. !klera merupakan jaringan ikat
padat fibrosa dan tampak putih. Daerah ini relatif lemah dan dapat menonjol
ke dalam bola mata oleh perbesaran caum subarachnoidea yang mengelilingi
nerus opticus. ;ika tekanan intraokular meningkat, lamina fibrosa akan
menonjol ke luar yang menyebabkan discus menjadi cekung bila dilihat
melalui oftalmoskop.
!klera juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang terkait
yaitu .orticosae. !klera langsung tersambung dengan kornea di depannya
pada batas limbus. "ornea yang transparan, mempunyai fungsi utama
merefraksikan cahaya yang masuk ke mata. Tersusun atas lapisan-lapisan
berikut ini dari luar ke dalam sama dengan8 ($) epitel kornea (epithelium
anterius) yang bersambung dengan epitel konjungtia. (4) substansia propria,
terdiri atas jaringan ikat transparan. (&) lamina limitans posterior dan (0)
endothel (epithelium posterius) yang berhubungan dengan a:ueous humour.
2. Lam&na *as'ul%sa
Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan 8 ($) choroidea
(terdiri atas lapis luar berpigmen dan lapis dalam yang sangat askular) (4)
corpus ciliare (ke belakang bersambung dengan choroidea dan ke anterior
terletak di belakang tepi perifer iris) terdiri atas corona ciliaris, procesus
ciliaris dan musculus ciliaris (&) iris (adalah diafragma berpigmen yang tipis
dan kontraktil dengan lubang di pusatnya yaitu pupil) iris membagi ruang
diantara lensa dan kornea menjadi bilik mata depan dan bilik mata belakang,
serat-serat otot iris bersifat inolunter dan terdiri atas serat-serat sirkuler dan
radier.
,ilik mata depan terletak antara persambungan kornea perifer dengan
iris. Pada bagian ini, terdapat jalinan trabekula yang dasarnya mengarah ke
badan siliar. ,agian dalam jalinan ini yang menghadap ke bilik mata depan
dikenal sebagai jalinan uea. ,agian luar jalinan ini yang terletak dekat
kanalis schlemm dikenal sebagai jalinan korneoskleral. !erat-serat
longitudinal otot siliaris menyisip ke dalam jalinan trabekula tersebut. "anal
schlemn merupakan kapiler yang dimodifikasi yang mengelilingi kornea.
Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel. Pada dinding sebelah dalam terdapat
lubang 7 lubang sebesar 4 <, sehingga terdapat hubungan langsung antara
trabekula dan kanal schlemn. Dari kanal schlemn, keluar saluran kolektor, 4(
7 &( buah, yang menuju ke pleksus ena di dalam jaringan sclera dan
episkelera dan ena siliaris anterior di badan siliar.
1natomi ,ilik .ata Depan dan ;aringan !ekitar
3. Tun&'a sens%r&a +ret&na,
=etina terdiri atas pars pigmentosa luar dan pars nerosa di dalamnya.
Permukaan luarnya melekat pada choroidea dan permukaan dalamnya
berkontak dengan corpus itreum. Tiga perempat posterior retina merupakan
organ reseptornya. <jung anterior membentuk cincin berombak, yaitu ora
serrata, di tempat inilah jaringan syaraf berakhir. ,agian anterior retina
bersifat non-reseptif dan hanya terdiri atas sel-sel pigmen dengan lapisan
epitel silindris di bawahnya. ,agian anterior retina ini menutupi procesus
ciliaris dan bagian belakang iris.
-askular&sas& B%la Mata
Pemasok utama orbita dan bagian-bagiannya berasal dari arteri
ophtalmica, yaitu cabang besar pertama arteri karotis interna bagian intrakranial.
>abang ini berjalan di bawah nerus optikus dan bersamanya melewati kanalis
optikus menuju ke orbita. >abang intraorbital pertama adalah arteri sentralis
retina, yang memasuki nerus optikus sebesar 6-$) mm di belakang bola mata.
>abang-cabang lain arteri oftalmika adalah arteri lakrimalis, yang
memaskularisasi glandula lakrimalis dan kelopak mata atas, cabang-cabang
muskularis ke berbagai otot orbita, arteri siliaris posterior longus dan breis, arteri
palpebra medialis ke kedua kelopak mata, dan arteri supra orbitalis serta supra
troklearis.
?askularisasi pada ,ola .ata
1rteri siliaris posterior breis memaskularisasi koroid dan bagian nerus
optikus. "edua arteri siliaris longus memaskularisasi badan siliar,
beranastomosis satu dengan yang lain, dan bersama arteri siliaris anterior
membentuk sirkulus arteriosus major iris. 1rteri siliaris anterior berasal dari
cabang-cabang muskularis dan menuju ke muskuli rekti. 1rteri ini
memaskularisasi sklera, episklera, limbus, konjungtia, serta ikut membentuk
sirkulus arteriosus major iris.
Drainase ena-ena di orbita terutama melalui ena oftalmika superior dan
inferior, yang juga menampung darah dari ena erticoasae, ena siliaris anterior,
dan ena sentralis retina. ?ena oftalmika berhubungan dengan sinus kaernosus
melalui fisura orbitalis superior dan dengan pleksus enosus pterigoideus melalui
fisura orbitalis inferior.
?askularisasi pada !egmen 1nterior
2.2. De!&n&s&
-ifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata
depan, yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma
tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur
dengan humor a:ueus (cairan mata) yang jernih. Darah yang terkumpul di bilik
mata depan biasanya terlihat dengan mata telanjang. @alaupun darah yang
terdapat di bilik mata depan sedikit, tetap dapat menurunkan penglihatan.
-ifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma
tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. ,ila pasien duduk
hifema akan terlihat terkumpul dibawah bilik mata depan dan hifema dapat
memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.
Penglihatan pasien akan sangat menurun. "adang-kadang terlihat
iridoplegia dan iridodialisis. Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora
dan blefarospasme.
Aaya-gaya kontusif sering merobek pembuluh darah di iris dan merusak
sudut bilik mata depan. Darah di dalam a:ueous dapat membentuk suatu lapisan
yang dapat terlihat (hifema). Alaukoma akut terjadi bila anyaman trabekular
tersumbat oleh fibrin dan sel atau bila pembentukan bekuan darah menimbulkan
bokade pupil.
2.3. $las&!&kas&
a, ,erdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi8
$. -ifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yang
disebabkan pecahnya pembuluh darah iris dan badan silier akibat trauma
pada segmen anterior bola mata.
4. -ifema akibat tindakan medis (misalnya kesalahan prosedur
operasi mata).
&. -ifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan badan silier,
sehingga pembuluh darah pecah.
0. -ifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah (contohnya
juenile Banthogranuloma).
). -ifema akibat neoplasma (contohnya retinoblastoma).
), ,erdasarkan waktu terjadinya, hifema dibagi atas 4 yaitu8
$. -ifema primer, timbul segera setelah trauma hingga hari ke 4.
4. -ifema sekunder, timbul pada hari ke 4-) setelah terjadi trauma.
c) ,erdasarkan tampilan klinisnya dibagi menjadi beberapa grade (!heppard) 8
$. Arade # 8 darah mengisi kurang dari sepertiga >21 ()6*)
4. Arade ## 8 darah mengisi sepertiga hingga setengah >21
(4(*)
&. Arade ### 8 darah mengisi hampir total >21 ($0*)
0. Arade #? 8 darah memenuhi seluruh >21 (6*)
2.. Et&%l%g&
-ifema biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena
bola, batu, peluru senapan angin, dan lain-lain. !elain itu, hifema juga dapat
terjadi karena kesalahan prosedur operasi mata. "eadaan lain yang dapat
menyebabkan hifema namun jarang terjadi adalah adanya tumor mata (contohnya
retinoblastoma), dan kelainan pembuluh darah (contohnya juvenile
xanthogranuloma).
-ifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan
oleh kerusakan jaringan bagian dalam bola mata, misalnya terjadi robekan-
robekan jaringan iris, korpus siliaris dan koroid. ;aringan tersebut mengandung
banyak pembuluh darah, sehingga akan menimbulkan perdarahan. Pendarahan
yang timbul dapat berasal dari kumpulan arteri utama dan cabang dari badan
ciliar, arteri koroid, ena badan siliar, pembuluh darah iris pada sisi pupil.
Perdarahan di dalam bola mata yang berada di kamera anterior akan tampak dari
luar. Timbunan darah ini karena gaya berat akan berada di bagian terendah.
2... Pat%!&s&%l%g&
Trauma tumpul menyebabkan kompresi bola mata, disertai peregangan
limbus, dan perubahan posisi dari iris atau lensa. -al ini dapat meningkatkan
tekanan intraokuler secara akut dan berhubungan dengan kerusakan jaringan pada
sudut mata. Perdarahan biasanya terjadi karena adanya robekan pembuluh darah,
antara lain arteri-arteri utama dan cabang-cabang dari badan siliar, arteri
koroidalis, dan ena-ena badan siliar.
.ekanisme Perdarahan akibat Trauma Tumpul .ata
#nflamasi yang parah pada iris, sel darah yang abnormal dan kanker
mungkin juga bisa menyebabkan perdarahan pada >21. Trauma tumpul dapat
merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Aaya-gaya kontusif akan merobek
pembuluh darah iris dan merusak sudut >21. Tetapi dapat juga terjadi secara
spontan atau pada patologi askuler okuler. Darah ini dapat bergerak dalam ruang
>21, mengotori permukaan dalam kornea.
Perdarahan pada bilik mata depan mengakibatkan teraktiasinya
mekanisme hemostasis dan fibrinolisis. Peningkatan tekanan intraokular, spasme
pembuluh darah, dan pembentukan fibrin merupakan mekanisme pembekuan
darah yang akan menghentikan perdarahan. ,ekuan darah ini dapat meluas dari
bilik mata depan ke bilik mata belakang. ,ekuan darah ini biasanya berlangsung
hingga 0-5 hari. !etelah itu, fibrinolisis akan terjadi. !etelah terjadi bekuan darah
pada bilik mata depan, maka plasminogen akan diubah menjadi plasmin oleh
aktiator kaskade koagulasi. Plasmin akan memecah fibrin, sehingga bekuan
darah yang sudah terjadi mengalami disolusi. Produk hasil degradasi bekuan
darah, bersama dengan sel darah merah dan debris peradangan, keluar dari bilik
mata depan menuju jalinan trabekular dan aliran ueaskleral.
Perdarahan dapat terjadi segera sesudah trauma yang disebut perdarahan
primer. Perdarahan primer dapat sedikit dapat pula banyak. Perdarahan sekunder
biasanya timbul pada hari ke ) setelah trauma. Perdarahannya biasanya lebih
hebat daripada yang primer. 2leh karena itu seseorang dengan hifema harus
dirawat sedikitnya ) hari. Dikatakan perdarahan sekunder ini terjadi karena
resorpsi daribekuan darah terjadi terlalu cepat sehingga pembuluh darah tak
mendapat waktu yang cukup untuk regenerasi kembali.
Penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari >21 dalam bentuk sel
darah merah melalui sudut >21 menuju kanal schlem sedangkan sisanya akan
diabsorbsi melalui permukaan iris. Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya
enCim fibrinolitik di daerah ini.!ebagian hifema dikeluarkan setelah terurai dalam
bentuk hemosiderin. ,ila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk
ke dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning dan
disebut hemosiderosis atau imbibisi kornea, yang hanya dapat ditolong dengan
keratoplasti. #mbibisio kornea dapat dipercepat terjadinya oleh hifema yang penuh
disertai glaukoma.
1danya darah pada bilik mata depan memiliki beberapa temuan klinis
yang berhubungan. =esesi sudut mata dapat ditemukan setelah trauma tumpul
mata. -al ini menunjukkan terpisahnya serat longitudinal dan sirkular dari otot
siliar. =esesi sudut mata dapat terjadi pada 6) * pasien hifema dan berkaitan
dengan timbulnya glaukoma sekunder di kemudian hari. #ritis traumatik, dengan
sel-sel radang pada bilik mata depan, dapat ditemukan pada pasien hifema. Pada
keadaan ini, terjadi perubahan pigmen iris walaupun darah sudah dikeluarkan.
Perubahan pada kornea dapat dijumpai mulai dari abrasi endotel kornea hingga
ruptur limbus. "elainan pupil seperti miosis dan midriasis dapat ditemukan pada
$( * kasus. Tanda lain yang dapat ditemukan adalah siklodialisis, iridodialisis,
robekan pupil, subluksasi lensa, dan ruptur Conula Cinn. "elainan pada segmen
posterior dapat meliputi perdarahan itreus, jejas retina (edema, perdarahan, dan
robekan), dan ruptur koroid. 1trofi papil dapat terjadi akibat peninggian tekanan
intraokular.
2./. Penegakan D&agn%s&s
1danya riwayat trauma, terutama mengenai matanya dapat memastikan
adanya hifema. Pada gambaran klinik ditemukan adanya perdarahan pada >21
(dapat diperiksa dengan flashlight), kadang-kadang ditemukan gangguan isus.
Ditemukan adanya tanda-tanda iritasi dari conjunctia dan pericorneal, fotofobia
(tidak tahan terhadap sinar), penglihatan ganda, blefarospasme, edema palpebra,
midriasis, dan sukar melihat dekat, kemungkinan disertai gangguan umum yaitu
letargic, disorientasi atau somnolen.

-ifema pada $9& bilik mata depan -ifema pada D bilik mata depan
Pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan mata yang berair.
Penglihatan pasien akan sangat menurun. Terdapat penumpukan darah yang
terlihat dengan mata telanjang bila jumlahnya cukup banyak. ,ila pasien duduk,
hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah >21, dan hifema dapat
memenuhi seluruh ruang >21. 2tot sfingter pupil mengalami kelumpuhan, pupil
tetap dilatasi (midriasis), dapat terjadi pewarnaan darah (blood staining) pada
kornea, anisokor pupil.
1kibat langsung terjadinya hifema adalah penurunan isus karena darah
mengganggu media refraksi. Darah yang mengisi kamera okuli ini secara
langsung dapat mengakibatkan tekanan intraokuler meningkat akibat
bertambahnya isi kamera anterior oleh darah. "enaikan tekanan intraokuler ini
disebut glaukoma sekunder. Alaukoma sekunder juga dapat terjadi akibat massa
darah yang menyumbat jaringan trabekulum yang berfungsi membuang humor
a:ueous yang berada di kamera anterior. !elain itu akibat darah yang lama berada
di kamera anterior akan mengakibatkan pewarnaan darah pada dinding kornea dan
kerusakan jaringan kornea.
Pemer&ksaan Penunjang
a, Pemeriksaan ketajaman penglihatan8 menggunakan kartu mata !nellenE isus
dapat menurun akibat kerusakan kornea, a:ueous humor, iris dan retina.
), Fapangan pandang8 penurunan dapat disebabkan oleh patologi askuler
okuler, glaukoma.
', Pengukuran tonografi8 mengkaji tekanan intra okuler.
0, !lit Famp ,iomicroscopy8 untuk menentukan kedalaman >21 dan
iridocorneal contact, a:ueous flare, dan synechia posterior.
e, Pemeriksaan oftalmoskopi8 mengkaji struktur internal okuler.
!, Tes prookatif8 digunakan untuk menentukan adanya glaukoma bila T#2
normal atau meningkat ringan.
2.1. Penatalaksanaan
,iasanya hifema akan hilang sempurna. ,ila perjalanan penyakit tidak
berjalan demikian maka sebaiknya penderita dirujuk. @alaupun perawatan
penderita hifema traumatik ini masih banyak diperdebatkan, namun pada dasarnya
adalah 8
$)
.enghentikan perdarahan.
4)
.enghindarkan timbulnya perdarahan sekunder.
&)
.engeliminasi darah dari bilik depan bola mata dengan
mempercepat absorbsi.
0)
.engontrol glaukoma sekunder dan menghindari komplikasi yang
lain.
))
,erusaha mengobati kelainan yang menyertainya.
,erdasarkan hal tersebut di atas, maka cara pengobatan penderita dengan
traumatik hifema pada prinsipnya dibagi dalam 4 golongan besar yaitu perawatan
dengan cara konseratif9tanpa operasi, dan perawatan yang disertai dengan
tindakan operasi.
Pera2atan $%nser*at&!3Tan4a 54eras&
1. T&rah )ar&ng (bed rest total,
Penderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepala
diangkat (diberi alas bantal) dengan eleasi kepala &(G - 0)
o
(posisi semi fowler).
-al ini akan mengurangi tekanan darah pada pembuluh darah iris serta
memudahkan kita mengealuasi jumlah perdarahannya. 1da banyak pendapat dari
banyak ahli mengenai tirah baring sempurna ini sebagai tindakan pertama yang
harus dikerjakan bila menemui kasus traumatik hifema. ,ahkan beberapa
penelitian menunjukkan bahwa dengan tirah baring kesempurnaan absorbsi dari
hifema dipercepat dan sangat mengurangi timbulnya komplikasi perdarahan
sekunder. #stirahat total ini harus dipertahankan minimal ) hari mengingat
kemungkinan perdarahan sekunder. -al ini sering sukar dilakukan, terlebih-lebih
pada anak-anak, sehingga kalau perlu harus diikat tangan dan kakinya ke tempat
tidur dan pengawasan dilakukan dengan sabar.
2. Be)at mata
.engenai pemakaian bebat mata, masih belum ada persesuaian pendapat
di antara para ahli. Penggunaan bebat mata pada mata yang terkena trauma yaitu
untuk mengurangi pergerakan bola mata yang sakit.
3. Pemaka&an %)at6%)atan
Pemberian obat-obatan pada penderita dengan traumatik hifema tidaklah
mutlak, tapi cukup berguna untuk menghentikan perdarahan, mempercepat
absorbsinya dan menekan komplikasi yang timbul. <ntuk maksud di atas
digunakan obat-obatan seperti 8
$%agulans&a
Aolongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun
parenteral, berguna untuk menekan9menghentikan perdarahan, .isalnya 8
1naroBil, 1dona 1>, >oagulen, Transamin, it " dan it >. Pada hifema yang
baru dan terisi darah segar diberi obat anti fibrinolitik (di pasaran obat ini
dikenal sebagai transamine9 transamic acid) sehingga bekuan darah tidak
terlalu cepat diserap dan pembuluh darah diberi kesempatan untuk
memperbaiki diri dahulu sampai sembuh. Dengan demikian diharapkan
terjadinya perdarahan sekunder dapat dihindarkan. Pemberiannya 0 kali 4)(
mg dan hanya kira-kira ) hari jangan melewati satu minggu oleh karena dapat
timbulkan gangguan transportasi cairan >21 dan terjadinya glaukoma juga
imbibisio kornea. !elama pemberiannya jangan lupa pengukuran tekanan intra
okular.
M&0r&at&ka M&%t&ka
.asih banyak perdebatan mengenai penggunaan obat-obat golongan
midriatika atau miotika, karena masing-masing obat mempunyai keuntungan
dan kerugian sendiri-sendiri. .iotika memang akan mempercepat absorbsi,
tapi meningkatkan kongesti dan midriatika akan mengistirahatkan perdarahan.
Pemberian midriatika dianjurkan bila didapatkan komplikasi iridiocyclitis.
1khirnya beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberian midriatika dan
miotika bersama-sama dengan interal &( menit sebanyak dua kali sehari akan
mengurangi perdarahan sekunder dibanding pemakaian salah satu obat saja.
5'ular H74%tens&*e Drug
!emua para ahli menganjurkan pemberian acetaColamide (DiamoB)
secara oral sebanyak &B sehari bilamana ditemukan adanya kenaikan tekanan
intraokuler. ,ahkan Aombos dan Hasuna menganjurkan juga pemakaian
intraena urea, manitol dan gliserin untuk menurunkan tekanan intraokuler,
walaupun ditegaskan bahwa cara ini tidak rutin. Pada hifema yang penuh
dengan kenaikan tekanan intra okular, berilah diamoB, glyserin, nilai selama
40 jam. ,ila tekanan intra okular tetap tinggi atau turun, tetapi tetap diatas
normal, lakukan parasentesa yaitu pengeluaran drah melalui sayatan di kornea
,ila tekanan intra okular turun sampai normal, diamoB terus diberikan dan
diealuasi setiap hari. ,ila tetap normal tekanan intra okularnya dan darahnya
masih ada sampai hari ke )-% lakukan juga parasentesa.
$%rt&k%ster%&0 0an Ant&)&%t&ka
Pemberian hidrokortison (,)* secara topikal akan mengurangi
komplikasi iritis dan perdarahan sekunder dibanding dengan antibiotika.
Pera2atan 54eras&
Perawatan cara ini akan dikerjakan bilamana ditemukan glaukoma
sekunder, tanda imbibisi kornea atau hemosiderosis cornea. Dan tidak ada
pengurangan dari tingginya hifema dengan perawatan non-operasi selama & - )
hari. <ntuk mencegah atrofi papil saraf optik dilakukan pembedahan bila tekanan
bola mata maksimal I )( mm-g selama ) hari atau tekanan bola mata maksimal
I &) mm-g selama 5 hari. <ntuk mencegah imbibisi kornea dilakukan
pembedahan bila tekanan bola mata rata-rata I 4) mm-g selama ' hari atau bila
ditemukan tanda-tanda imbibisi kornea.
Tindakan operatif dilakukan untuk mencegah terjadinya sinekia anterior
perifer bila hifema total bertahan selama ) hari atau hifema difus bertahan selama
% hari. #nterensi bedah biasanya diindikasikan pada atau setelah 0 hari. Dari
keseluruhan indikasinya adalah sebagai berikut 8
$. /mpat hari setelah onset hifema total
4. .icroscopic corneal bloodstaining (setiap waktu)
&. Total dengan dengan Tekanan #ntra 2kular )( mm-g atau lebih selama 0
hari (untuk mencegah atrofi optic)
0. -ifema total atau hifema yang mengisi lebih dari J >21 selama ' hari
dengan tekanan 4) mm-g (untuk mencegah corneal bloodstaining)
). -ifema mengisi lebih dari D >21 yang menetap lebih dari 6-% hari (untuk
mencegah peripheral anterior synechiae)
'. Pada pasien dengan sickle cell disease dengan hifema berapapun ukurannya
dengan tekanan #ntra ocular lebih dari &) mm-g lebih dari 40 jam. ;ika
Tekanan #nta 2cular menetap tinggi )( mm-g atau lebih selama 0 hari,
pembedahan tidak boleh ditunda. !uatu studi mencatat atrofi optic pada )(
persen pasien dengan total hifema ketika pembedahan terlambat. >orneal
bloodstaining terjadi pada 0&* pasien. Pasien dengan sickle cell
hemoglobinopathi diperlukan operasi jika tekanan intra ocular tidak
terkontrol dalam 40 jam.
T&n0akan %4eras& 7ang 0&kerjakan a0alah 8
$. Parasentesis
Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan
cairan9darah dari bilik depan bola mata dengan teknik sebagai berikut 8
dibuat insisi kornea 4 mm dari limbus ke arah kornea yang sejajar dengan
permukaan iris. ,iasanya bila dilakukan penekanan pada bibir luka maka
koagulum dari bilik mata depan akan keluar. ,ila darah tidak keluar
seluruhnya maka bilik mata depan dibilas dengan garam fisiologis.
,iasanya luka insisi kornea pada parasentesis tidak perlu dijahut.
Parasentese dilakukan bila T#2 tidak turun dengan diamoB atau jika darah
masih tetap terdapat dalam >21 pada hari )-%.
4. .elakukan irigasi di bilik depan bola mata dengan larutan fisiologik.
&. Dengan cara seperti melakukan ekstraksi katarak dengan membuka
korneoscleranya sebesar $4(
(
2. 9. $%m4l&kas&
"omplikasi yang paling sering ditemukan pada traumatik hifema adalah
perdarahan sekunder, glaukoma sekunder dan hemosiderosis di samping
komplikasi dari traumanya sendiri berupa dislokasi dari lensa, ablatio retina,
katarak dan iridodialysis. ,esarnya komplikasi juga sangat tergantung pada
tingginya hifema.

1. Per0arahan sekun0er
"omplikasi ini sering terjadi pada hari ke & sampai ke ', sedangkan
insidensinya sangat berariasi, antara $( - 0(*. Perdarahan sekunder ini timbul
karena iritasi pada iris akibat traumanya, atau merupakan lanjutan dari perdarahan
primernya. Perdarahan sekunder biasanya lebih hebat daripada yang primer.
Terjadi pada $9& pasien, biasanya antara 4-) hari setelah trauma inisial dan selalu
berariasi sebelum 5 hari post-trauma.
2. :lauk%ma sekun0er
Timbulnya glaukoma sekunder pada hifema traumatik disebabkan oleh
tersumbatnya trabecular meshwork oleh butirbutir9gumpalan darah. #nsidensinya
4(* , sedang di =!8 Dr8 !oetomo sebesar$5,)*. 1danya darah dalam >21 dapat
menghambat aliran cairan bilik mata oleh karena unsur-unsur darah menutupi
sudut >21 dan trabekula sehingga terjadinya glaukoma.Alaukoma sekunder
dapat pula terjadi akibat kontusi badan siliar berakibat suatu reses sudut bilik mata
sehingga terjadi gangguan pengaliran cairan mata.
3. Hem%s&0er%s&s k%rnea
Pada penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari >21 dalam
bentuk sel darah merah melalui sudut >21 menuju kanal !chlemm sedangkan
sisanya akan diabsorbsi melalui permukaan iris. Penyerapan pada iris dipercepat
dengan adanya enCim fibrinolitik di daerah ini.!ebagian hifema dikeluarkan
setelah terurai dalam bentuk hemosiderin. ,ila terdapat penumpukan dari
hemosiderin ini, dapat masuk ke dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea
menjadi bewarna kuning dan disebut hemosiderosis atau imbibisio kornea, yang
hanya dapat ditolong dengan keratoplasti. #mbibisio kornea dapat dipercepat
terjadinya oleh hifema yang penuh disertai glaukoma. -emosiderosis ini akan
timbul bila ada perdarahan9perdarahan sekunder disertai kenaikan tekanan
intraokuler. Aangguan isus karenahemosiderosis tidak selalu permanen, tetapi
kadang-kadang dapat kembali jernih dalam waktu yang lama (4 tahun).
#nsidensinya K $(*.& Lat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis
bulbi yang bila didiamkan akan dapat menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan.
. #&nek&a P%ster&%r
!inekia posterior bisa timbul pada pasien traumatik hifema."omplikasi ini
akibat dari iritis atau iridocyclitis."omplikasi ini jarang pada pasien yang
mendapat terapi medikamentosa dan lebih sering terjadi pada pada pasien dengan
eakuasi bedah pada hifema.Peripheral anterior synechiae anterior synechiae
terjadi pada pasien dengan hifema pada >21 dalam waktu yang lama, biasanya %
hari atau lebih.Patogenesis dari sinekia anterior perifer berhubungan dengan iritis
yang lama akibat trauma atau dari darah pada >21. ,ekuan darah pada sudut
>21 kemudian bisa menyebabkan trabecular meshwork fibrosis yang
menyebabkan sudut bilik mata tertutup.
.. Atr%!& %4t&k
1trofi optik disebabkan oleh peningkatan tekanan intra okular.
/. U*e&t&s
Penyulit yang harus diperhatikan adalah glaukoma, imbibisio kornea,
ueitis. !elain dari iris, darah pada hifema juga datang dari badan siliar yang
mungkin juga masuk ke dalam badan kaca (corpus vitreum) sehingga pada
funduskopi gambaran fundus tak tampak dan ketajaman penglihatan menurunnya
lebih banyak.-ifema dapat sedikit, dapat pula banyak. ,ila sedikit ketajaman
penglihatan mungkin masih baik dan tekanan intraokular masih normal.
Perdarahan yang mengisi setengah >21 dapat menyebabkan gangguan isus dan
kenaikan tekanan intra okular sehingga mata terasa sakit oleh karena glaukoma.
;ika hifemanya mengisi seluruh >21, rasa sakit bertambah karena tekanan intra
okular lebih meninggi dan penglihatan lebih menurun lagi.
2.;. Pr%gn%s&s
Prognosis tergantung pada banyaknya darah yang tertimbun pada kamera
okuli anterior. ,iasanya hifema dengan darah yang sedikit dan tanpa disertai
glaukoma, prognosisnya baik (bonam) karena darah akan diserap kembali dan
hilang sempurna dalam beberapa hari. !edangkan hifema yang telah mengalami
glaukoma, prognosisnya bergantung pada seberapa besar glaukoma tersebut
menimbulkan defek pada ketajaman penglihatan. ,ila tajam penglihatan telah
mencapai $9'( atau lebih rendah maka prognosis penderita adalah buruk (malam)
karena dapat menyebabkan kebutaan.
BAB III
PENUTUP
-ifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata
depan, yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma
tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur
dengan humor a:ueus yang jernih.
-ifema biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena
bola, batu, peluru senapan angin, dan lain-lain. !elain itu, hifema juga dapat
terjadi karena kesalahan prosedur operasi mata. "eadaan lain yang dapat
menyebabkan hifema namun jarang terjadi adalah adanya tumor mata (contohnya
retinoblastoma), dan kelainan pembuluh darah (contohnya juvenile
xanthogranuloma).
Penegakan diagnosis hifema berdsarkan adanya riwayat trauma, terutama
mengenai matanya dapat memastikan adanya hifema. Pada gambaran klinik
ditemukan adanya perdarahan pada >21, kadang-kadang ditemukan gangguan
isus. Ditemukan adanya tanda-tanda iritasi dari conjunctia dan pericorneal,
fotofobia, penglihatan ganda, blefarospasme, edema palpebra, midriasis, dan sukar
melihat dekat, kemungkinan disertai gangguan umum yaitu letargic, disorientasi
atau somnolen.
Penatalaksanaan hifema pada prinsipnya dibagi dalam 4 golongan besar
yaitu perawatan dengan cara konseratif9tanpa operasi, dan perawatan yang
disertai dengan tindakan operasi. Tindakan ini bertujuan untuk 8 menghentikan
perdarahan, menghindarkan timbulnya perdarahan sekunder, mengeliminasi darah
dari bilik depan bola mata dengan mempercepat absorbsi, mengontrol glaukoma
sekunder dan menghindari komplikasi yang lain, dan berusaha mengobati
kelainan yang menyertainya.
DA(TAR PU#TA$A
- #lyas, !idarta. 4((%. Ikht&sar Ilmu Pen7ak&t Mata. ;akarta 8 M"<# press
- #lyas, !idarta. 4((%. Ilmu Pen7ak&t Mata, /disi ketiga. ;akarta 8 M"<#
press
- #lyas, !idarta. 4((4 Trauma Tumpul .ata 8 Ilmu Pen7ak&t Mata. ;akarta 8
!agung !eto, -al 8 4'&-'.
- ?aughan, Daniel, A. 4(((. Trauma 8 5!tam%l%g& Umum e0&s& ke61.
;akarta 8 @idya .edika. -al8 &6(,&60.
- Hanoff ., Duker ;!. 4((0. 54htalm%l%g7. 4nd ed, p. 0$'-0$%. !t Fouis,
.28 .osby
- Nurwasis, dkk. 4(('. Pe0%man D&agn%s&s 0an Tera4& #M( Ilmu
Pen7ak&t Mata8 H&!ema 4a0a Ru0a4aksa Tum4ul. -al $&5-$&%.
Penerbit8 M" <nair, !urabaya.
- !umarsono, <%ntus&% 5'ul&. 1ailable at
http899www.portalkalbe9kalbeO>ontusio2culi.html.
- !heppard ;, >rouch /. H74hema. 4((6. 1ailable at
http899emedicine.medscape.com9ophthalmologyPanterior.
- =ahman 1, 4((%. Trauma Tum4ul 5kul&. 1ailable at http899belibis-
a$5.com94((%9$(9$$9trauma-tumpul-okuli9.

Anda mungkin juga menyukai