Anda di halaman 1dari 41

1

ANALISIS KUALITAS AIR TANAH DENGAN PARAMETER FISIKA


DAN KIMIA
Pada beberapa rumah makan di Pesanggrahan, sekitar wilayah kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Kimia Lingkungan










Disusun oleh:
Chitta Putri Noviani
109096000007

PROGRAM STUDI KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
2011 M / 1433 H

2

ABSTRAK
Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang
seksama dan cermat. Karena untuk mendapatkan air yang bersih, sesuai dengan
standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak
tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah
dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan
lainnya.
Dilakukan analisis terhadap parameter air tanah, uji sifat fisik dan kimia.
Uji sifat fisik, yaitu pH pada sampel 5B menunjukkan bahwa nilai pH sampel
berada dibawah batas yang diperbolehkan. Sedangkan uji sifat fisik temperature
semua sampel berada pada temperature yang sesuai. Uji sifat kimia, yaitu kadar
fosfat dengan metode asam askorbat dan ammonia dengan metode Phenat, semua
sampel menunjukkan masih dibawah batas maksimum yang yang diperbolehkan.
Sedangkan untuk uji Fe pada sampel 2A, 2B, 3B, 4A, 4B, 6A, 6B konsentrasinya
melebihi kadar maksimum dan uji Mn pada semua sampel kecuali 1B, 5A dan 6A
telah melebihi batas kadar maksimum yang diperbolehkan.
Kata Kunci : air tanah, pH, temperature, fosfat, ammonia, Fe, Mn, metode Asam
Askorbat, metode Phenat








3

ABSTRAC
Today the water becomes a problem that needs careful attention and
scrutiny. Because to get clean water, according to certain standards, is now an
expensive item because it has a lot of water polluted by a variety of waste from
human activities, both of the activities of house hold waste, waste from industrial
activities and other activities.
Conducted an analysis of ground water parameters, test of physical and
chemical properties. Test the physical properties, namely pH on the sample 5B
show that the sample pH value is below the exposure limits. While testing the
physical properties of temperatures of all samples are at the appropriate
temperature. test chemical properties, namely levels of phosphate by the method
of ascorbic acid and ammonia with Phenat method, all samples show still below
the maximum limit allowed. As for the test Fe on the sample
2A, 2B, 3B, 4A, 4B, 6A, 6B, that concentration exceed the maximum limit and
test Mn levels in all samples except for 1B, 5A and 6A have exceeded them
maximum allow able levels.
Key words: groundwater, pH, temperature, phosphate, ammonia,Fe, Mn, ascorbic
acid method, the Phenat method








4

DAFTAR ISI
Abstrak
Daftar Isi ............................................................................................................. i
Daftar Tabel ....................................................................................................... iii
Daftar Gambar .................................................................................................... iv
Kata Pengantar ................................................................................................... v
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ....................................................................... 2
C. Manfaat Penelitian ..................................................................... 2
D. Pembatasan Masalah .................................................................. 2
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Air ............................................................................................. 3
1. Pengertian Air ...................................................................... 3
2. Sifat Fisik dan Kimia Air ..................................................... 3
B. Air Tanah ................................................................................... 4
1. Pengertian Air Tanah ........................................................... 4
2. Pencemaran Air Tanah ......................................................... 7
C. Standar Kualitas Air ................................................................... 7
D. Sampling air ............................................................................... 8
E. Parameter Analisis ..................................................................... 10
F. Metode Penentuan Kualitas Air Tanah ...................................... 12
1. Metode Asam Askorbat ........................................................ 12
2. Metode Phenat ...................................................................... 13
G. Instrumentasi .............................................................................. 13
1. Spektrofotometer UV-Vis .................................................... 13
2. Atomic Absorption Spectrophotometre (AAS) .................... 14
BAB III Metodologi Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 15
2. Bahan dan Alat Penelitian ..................................................... 15
3. Prosedur Penelitian ................................................................ 15
BAB IV Hasil dan Pembahasan ...................................................................... 21
5

BAB V Penutup
A. Kesimpulan ................................................................................ 31
B. Saran ........................................................................................... 32
Daftar Pustaka



























6

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Lokasi Sampling .................................................................................. 21
Tabel 2. Hasil Analisa Uji Fisik Sampel ............................................................ 22
Tabel 3. Absorbansi Larutan Standar Fosfat ....................................................... 23
Tabel 4. Konsentrasi Fosfat dalam Sampel ......................................................... 24
Tabel 5. Konsentrasi Ammonia dalam Sampel ................................................... 26
Tabel 6. Absorbansi Larutan Standar Fe ............................................................. 28
Tabel 7. Nilai Absorbansi dan Konsentrasi Fe Sampel....................................... 28
Tabel 8. Absorbansi Larutan Standar Mn ........................................................... 29
Tabel 9. Nilai Absorbansi dan Konsentrasi Mn Sampel ..................................... 30
















7

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sumber Air Tanah ............................................................................. 5
Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fosfat............................................ 24
Gambar 3. Reaksi Pembentukan Kompleks Indofenol ....................................... 25
Gambar 4. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Ammonia...................................... 26
Gambar 5. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fe ................................................. 28
Gambar 6. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Mn ............................................... 29















8

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah
ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Kimia
Lingkungan di bawah bimbingan dosen, Ir. Etyn Yunita, M.Si dan Nita Rosita,
S.Si. Selain itu, makalah ini juga disusun agar saya dan teman mahasiswa prodi
Kimia 2009 Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat
lebih memahami prinsip sampling dan analisis air tanah serta dapat mengetahui
kadar pencemar air tanah pada beberapa rumah makan di Pesanggrahan, sekitar
wilayah kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu
hasil karya ini tidak mungkin luput dari kekurangan. Dengan upaya dan semangat
peningkatan pemahaman Islam, saya senantiasa mengharapkan kontribusi
pemikiran Anda, baik berupa saran, maupun kritik demi penyempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Ciputat, 24 Desember 2011


Penulis




9

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air mempunyai manfaat yang sangat vital bagi kehidupan, karenanya tidak
ada makhluk yang dapat bertahan hidup tanpa air. Suplai air di alam tidak akan
habis karena air mengalami siklus yang terus menerus sebagaimana digambarkan
dalam siklus hidrologis. Kualitas air dapat turun ke tingkat dimana air tidak
berguna lagi, membahayakan atau bahkan mematikan. Meskipun secara global
kuantitas air di alam tidak pernah berubah,tetapi kualitasnya terus mengalami
penurunan jika tidak dijaga dengan ketat melalui kontrol kualitas.

Manfaat air macam-macam misalnya untuk diminum, untuk zat makanan
pada tumbuhan, zat pelarut, pembersih dan sebagainya.Oleh karena itu
penyediaan air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk
kelangsungan hidupnya dan menjadi faktor penentu dalam kesehatan dan
kesejahteraan manusia. Air yang bersih mutlak diperlukan, kerena air merupakan
salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit, terutama penyakit-
penyakit perut. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan, bahwasanya penduduk
yang menggunakan air bersih mempunyai kecenderungan lebih kecil untuk
menderita sakit dibandingkan dengan penduduk yang menggunakan air yang tidak
bersih.
Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang
seksama dan cermat. Karena untuk mendapatkan air yang bersih, sesuai dengan
standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak
tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah
dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan
lainnya. Oleh karena itu, analisis air sangat diperlukan untuk mengetahui apakah
air yang digunakan oleh kegiatan manusia, khususnya untuk konsumsi secara
tidak langsung, masih layak digunakan atau tidak.
10

B. Tujuan Penelitian
1. Dapat melakukan pengambilan sampel air untuk pengujian kualitas air
2. Dapat melakukan uji fisik kualitas air
3. Mengetahui kadar bahan pencemar air tanah pada beberapa rumah makan
di Pesanggrahan
4. Meningkatkan dan menambah pengetahuan kepada mahasiswa dalam hal
kualitas lingkungan


C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan informasi kepada
mahasiswa khususnya, dan masyarakat pada umumnya, kelayakan air tanah
pada beberapa rumah makan di Pesanggrahan, sekitar wilayah kampus UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Batasan Masalah
Dalam laporan ini peneliti hanya melakukan uji pH, temperatur,
menentukan kadar fosfat, ammonia, dan logam besi (Fe) dan mangan (Mn)
dalam sampel air tanah pada beberapa rumah makan di Pesanggrahan, sekitar
wilayah kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari (makan, minum, mencuci sayuran, dll).










11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Air
1. Pengertian Air
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan
yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air
menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer
kubik (330 juta mil) tersedia di bumi.

Air merupakan sesuatu yang berbentuk cair yang bisa
menyesuaikan bentuk sesuai dengan wadahnya. Air juga merupakan salah
satu kebutuhan manusia yang sangat penting karena digunakan untuk
minum, masak, dan mencuci. Tetapi tidak semua air baik digunakan
karena air yang baik mempunyai ciri-ciri khusus yang menerangkan bahwa
kualitas air itu baik.

2. Sifat Fisik dan Kimia Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H
2
O: satu molekul
air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu
atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau
pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur
273,15 K (0 C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting,
yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya,
seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam
molekul organik.
Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu berbentuk gas,
sebagaimana hidrogen sulfida. Dengan memperhatikan tabel periodik,
terlihat bahwa unsur-unsur yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen,
flor, dan fosfor, sulfur dan klor. Semua elemen-elemen ini apabila
12

berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas pada temperatur dan
tekanan normal. Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen
membentuk fasa berkeadaan cair, adalah karena oksigen lebih bersifat
elektronegatif ketimbang elemen-elemen lain tersebut (kecuali flor).
Tarikan atom oksigen pada elektron-elektron ikatan jauh lebih kuat dari
pada yang dilakukan oleh atom hidrogen, meninggalkan jumlah muatan
positif pada kedua atom hidrogen, dan jumlah muatan negatif pada atom
oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap atom tersebut membuat molekul
air memiliki sejumlah momen dipol. Gaya tarik-menarik listrik antar
molekul-molekul air akibat adanya dipol ini membuat masing-masing
molekul saling berdekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan yang
pada akhirnya menaikkan titik didih air. Gaya tarik-menarik ini disebut
sebagai ikatan hidrogen.
Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan
banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase
cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk
ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H
+
) yang
berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH
-
).
B. Air Tanah
1. Pengertian Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau
bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu
sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat
mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan.
Menurut Herlambang (1996) air tanah adalah air yang bergerak di
dalam tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang
meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang
disebut akifer. Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan
permeable, seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan
13

lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan impermeable, seperti
lapisan lempung atau geluh. Lapisan yang dapat menangkap dan
meloloskan air disebut akuifer. Menurut Krussman dan Ridder (1970)
dalam Utaya (1990) bahwa macam-macam akifer sebagai berikut:

Gambar 1. Sumber Air Tanah
Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai peranan
yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan
ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga (domestik)
maupun untuk kepentingan industri. Dibeberapa daerah, ketergantungan
pasokan air bersih dan air tanah telah mencapai 70%.
Air tanah adalah bagian air yang berada pada lapisan permukaan
tanah. Kedalaman air tanah tidak sama ada setiap tempat tergantung pada
tebal-tipisnya lapisan permukaan di atasnya dan kedudukan lapian air
tanah tersebut. Permukaan yang merupakan bagian atas dari tubuh air
disebut permukaan preatik. Volume air yang meresap ke dalam tanah
tergantung pada jenis lapisan batuannya. Terdapat dua jenis lapisan dalam
tanah yaitu lapisan kedap air (impermeable) dan lapisan tak kedap air
(permeable).
Kadar pori lapisan kedap sangat kecil sehigga kemampuan untuk
meneruskan air juga kecil. Kadar pori adalah jumlah ruang di celah butir-
butir tanah yang dinyatakan dalam bilangan persen. Sedangka pori kadar
lapisan tak kedap air cukup besar. Oleh karena itu kemampuan untuk
14

meneruskan air juga besar. Air hujan yang jatuh di daerah ini akan terus
meresap ke bawah sampai berhenti di suatu tempat setelah tertahan oleh
lapisan yang kedap. Contoh lapisan tembus air ialah pasir, padas, kerikil
dan kapur. Lapisan-lapisan ini merupakan tempat-tempat persediaan air
yang baik karena merupakan tempat berkupulnya air sehingga pada
lapisan-lapisan tersebut terbentuk tubuh air.
Selain lapisan kedap dan lapisan tak kedap juga terdapat lapisan
peralihan yang merupakan variasi dari kedua jenis lapisan tersebut.
Tekanan air yang timbul dari air tanah tak bebas tergantung pada
perbedaan tinggi antara suatu tempat dengan daerah tangkapan hujannya.
Pada daerah yang letak air tanahnya lebih rendah dari permukaan air
tanahpada daerah tangkapan hujannya, ir akan memancar keluar dari
sumur yang di bor atau biasa disebut sumur artesis. Air artesis ini biasanya
sangat penting bagi daerah yang kondisi tanahnya kering, air artesis ini
dapat memberikan air sebanyak 8.000.000 m
3
perhari.
Lapisan tanah kaitannya dengan kemampuan menyimpan dan meloloskan
air dibedakan atas empat lapisan yaitu:

1. Aquifer, adalah lapisan yag dapat menyipan dan mengalirkan air dalam
jumlah besar. Lapisan batuan ini bersifat permeable seperti kerikil, pasir
dll.
2. Aquiclude, adalah lapisan yang dapat menyimpan air tetapi tidak dapat
mengalirkan air dalam jumlah besar, seperti lempung, tuff halus dan silt.
3. Aquifuge, adalah lapisan yang tidak dapat menyimpan dan mengalirkan
air, contohnya batuan granit dan batuan yang kompak.
4. Aquifard, adalah lapisan atau ormasi batuan yang dapat menyimpan air
tetapi hanya dapat melooskan air dalam jumlah yang terbatas.



15

2. Pencemaran Air Tanah
Pencemaran air dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu:
sumber langsung dan sumber tidak langsung. Sumber sumber langsung
adalah buangan yang berasal dari sumber pencemarnya yaitu limbah hasil
pabrik atau suatu kegiatan dan limbah domestik berupa buangan tinja dan
buangan air bekas cucian,serta sampah. Pencemaran terjadi karena
buangan ini langsung di buang ke dalam badan air, (system) seperti sungai,
kanal, parit atau selokan. Sedangkan sumber sumber tidak langsung
adalah kontaminan yang masuk melalui air tanah akibat adanya
pencemaran pada air permukaan baik dari limbah industri maupun dari
limbah domestic.

C. Standar Kualitas Air
Sifat fisika dan komposisi kimia air tanah yang menentukan mutu air tanah
secara alami sangat dipengaruhi oleh jenis litologi penyusun akuifer, jenis
tanah/batuan yang dilalui air tanah, serta jenis air asal air tanah. Mutu tersebut
akan berubah manakala terjadi intervensi manusia terhadap air tanah, seperti
pengambilan air tanah yang berlebihan, pembuangan libah, dll Air tanah
dangkal rawan (vulnerable) terhadap pencemaran dari zat-zat pencemar dari
permukaan. Namun karena tanah/batuan bersifat melemahkan zat-zat
pencemar, maka tingkat pencemaran terhadap air tanah dangkal sangat
tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis zat pencemar, serta jenis
tanah/batuan di zona takjenuh, serta batuan penyusun akuifer itu sendiri.
Mengingat perubahan pola imbuhan, maka air tanah dalam di daerah-daerah
perkotaan yang telah intensif pemanfaatan air tanahnya, menjadi sangat rawan
pencemaran, apabila air tanah dangkalnya di daerah-daerah tersebut sudah
tercemar. Air tanah yang tercemar adalah pembawa bibit-bibit penyakit yang
berasal dari air (water born diseases).
16

Dalam menjamin bahwa air itu aman, higienis dan baik serta dapat
digunakan untu konsumsi baik secara langsung ataupun tidak langsung, maka
harus terpenuhi syarat- syarat berikut :
1. Syarat Fisika
Syarat fisika air adalah harus bersih, tidak berwarna, tidak berasa,
dan tidak berbau. Adanya perubahan sifat fisika dapat diketahui sejauh
mana kualitas air tersebut, tetapi bukan berarti bila sifat fisiknya baik,
maka kualitas air tersebut baik juga, tetapi harus dilakukan pengujian
parameter lainnya. Yang termasuk ke dalam parameter fisika adalah bau,
warna, rasa, temperatur, padatan terlarut, padatan tersuspensi dan
kekeruhan.
2. Syarat Kimia
Air minum yang baik harus tidak mengandung unsur-unsur kimia
yang jumlahnya melebihi batas standar air. Parameter ini merupakan
pengujian yang lebih kuat daripada parameter fisika dalam penentuan
kualitas air. Yang termasuk ke dalam parameter kimia adalah kesadahan,
alkalinitas, besi, mangan, klorida, zat organik, sulfat, fosfat, logam berat
dan nitrogen (nitrat, nitrit dan amonia).

D. Sampling Air
Pengambilan sampel atau sampling adalah mendapatkan bagian yang
mewakili parameter dalam air yang akan diambil sampelnya. Pengambilan
sampel air dilakukan sesuai dengan ketentuan dan tujuan penggunaannya.
Sampel-sampel harus menggambarkan kondisi yang sebenarnya pada titik
pengambilan sampel. Volume dan frekuensi pengambilan sampel harus cukup.
Setiap sampel ditempatkan pada tempat tertutup, dan tidak mempengaruhu
parameter dalam air dan diberi label.

Pengambilan sampel berbeda-beda untuk setiap jenis sampel; ada sampel
sesaat, sampel gabungan waktu, dan sampel gabungan tempat. Sampel sesaaat
17

(Ram Sample) adalah sampel yang mewakili keadaan air pada suatu saat dari
suatu lokasi. Sampel Gabungan Waktu (Composite Sample) adalah campuarn
sampel-sampel sesaat yang diambil dari lokasi yang berbeda. Sampel
gabungan tempat (Integrated Sampel) adalah campuran sampel-sampel sesaat
yang diambil dari lokasi yang berbeda pada waktu yang sama.

Cara kerja pengambilan sampel sesaat dapat digunakan untuk pengambilan
sampel air dari sumur, danau, parit, sungai, laut, saluran pipa, bak
penampungan generator uap, kolam, menara, dan saringan air yang
bertekanan. Sampel digunakan untuk analisa kimia, fisika, bakteriologis, dan
radioaktivitas. Bubuhkan bahan-bahan kimia sebagai pengawet pada sampel
air untuk analisa kimia, fisika, radioaktivitas sesuai dengan unsure-unsur yang
akan diperiksa dan cara ujinya. Batasan waktu antara pengambilan dan analisa
sampel, harus sesingkat mungkin. Beri label atau penandaan pada masing-
masing sampel seperti: 1). Nomor sampel; 2). Tanggal dan waktu
pengambilan sampel; 3). Sumber sampel; 4). Titik lokasi; 5). Sehu dan
kecepatan alir; 6). Tipe dan jumlah sampel; 7). Hasil analisa lapangan; 8).
Tanda tangan pengambil sampel.

Cara kerja pengambilan sampel gabungan waktu dapat digunakan untuk
pengambilan sampel dari suatu persediaan aliran air atau sumber air yang
bertekanan. Sampel digunakan untuk analisa kimia dan fisika. Bahan-bahan,
pereaksi dan volume pengambilan sampel sesuai dengan pengambilan sampel
sesaat.

Cara kerja pengambilan sampel gabungan tempat dapat diperguanakan
untuk pengambilan sampel air sungai, danau laut, dan bak penampung.
Sampel digunakan untuk analisa kimia, fisika, dan radioaktivitas. Bahan-
bahan, pereaksi, dan volume pengambilan sampel sesuai dengan pengambilan
sampel sesaat.

18

E. Parameter Analisis Air
a. pH
pH air merupakan parameter yang penting karena dapat
mengetahui kemampuan air untuk membentuk kerak (suasana basa) atau
menyebabkan korosi (suasana asam) dan untuk menyokong kehidupan
mikroorganisme. Prinsip dasar pengukuran pH adalah secara elektrometri.
Pengukuran pH ini memanfaatkan hubungan antara konsentrasi ion H
+

dengan besarnya potensial sel.
b. Suhu
Temperature adalah salah satu parameter yang menentukan
kelayakan suatu sumber air dapat dikonsumsi, karena suhu sangat berperan
dalam reaksi-reaksi kimia dan pertumbuha mikroba dalam air. Mikroba
yang merugikan bagi makhluk hidup dapat hidup pada temperature
tertentu sehingga jika kita menaikkan atau menurunkan temperature, maka
pertumbuhan mikroba tersebut terganggu.

c. Phospat (PO
4
3-
)
Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa
ortofosfat, polifosfat dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut
terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel
organisme dalam air. Di daerah pertanian ortofosfat berasal dari bahan
pupuk yang masuk ke dalam sungai melalui drainase dan aliran air hujan.
Keberadaan senyawa fosfat dalam air sangat berpengaruh terhadap
keseimbangan ekosistem perairan. Bila kadar fosfat dalam air rendah,
seperti pada air alam (< 0,01 mg P/L), pertumbuhan dan ganggang akan
terhalang.
d. Ammonia (NH
4
+
)
Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH
3
. Biasanya
senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau
amonia). Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan
19

nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak
kesehatan. Keberadaannya dalam air dapat mempengaruhi perubahan sifat
fisik air dan kesehatan manusia yang mengkonsumsi air tersebut.

e. Besi (Fe
3+
) Mangan (Mn
2+
)
Mineral yang sering terkandung dalam air dengan jumlah besar
adalah Fe. Apabila Fe tersebut berada dalam jumlah yang banyak, maka
akan muncul berbagai gangguanlingkungan. Kadar Fe dalam air tanah di
wilayah Jakarta semakin meningkat. Beberapa sumur memiliki kadar Fe
yang melebihi standar baku mutu. Intake Fe dalam dosis besar pada
manusia bersifat toksik karena besi Fe
2+
bisa bereaksi dengan peroksida
dan menghasilkan radikal bebas.
Mangan (Mn) adalah logam berwarna abu-abu keputihan,
memiliki sifat yang mirip dengan besi (Fe), merupakan logam keras,
mudah retak, dan mudah teroksidasi. Logam Mn merupakan salah satu
logam dengan jumlah sangat besar di dalam tanah, baik dalam bentuk
oksida maupun hidroksida. Logam Mn bereaksi dengan air dan larut dalam
larutan asam. Kadar Mn meningkat sejalan dengan meningkatnya aktivitas
manusia dan industri, yaitu berasal dari pembakaran bahan bakar.
Mangan yang bersumber dari aktivitas manusia dapat masuk kelingkungan
air, tanah, udara, dan makanan. Kadar mangan dalam dosis tinggi bersifat
toksik.
Kandungan besi atau mangan dalam air berbahaya bagi kesehatan.
Jika zat tersebut berada dalam air maka dapat menyebabkan rasa tidak
enak dan noda. Kelebihan zat besi (Fe) bisa menyebabkan keracunan
dimana terjadi muntah, kerusakan usus, penuaan dini hingga kematian
mendadak, mudah marah, radang sendi, cacat lahir, gusi berdarah, kanker,
cardiomyopathies, sirosis ginjal, sembelit, diabetes, diare, pusing, mudah
lelah, kulit kehitam hitaman, sakit kepala, dan gagal hati. ubuh manusia
20

mengandung Mn sekitar 10 mg dan banyak ditemukan di liver, tulang, dan
ginjal. Kelebihan Mn dapat menimbulkan racun yang lebih kuat dibanding
besi. Toksisitas Mn hampir sama dengan nikel dan tembaga.

F. Metode Penentuan Kualitas Air Tanah
1. Metode Asam Askorbat untuk Pengukuran Fosfat pada Air
Fosfat yang berasal dari air atau air limbah alami biasanya
berbentuk sebagai senyawa fosfat saja. Senyawa fosfat dapat
diklasifikasikan sebagai orthofosfat, fosfat yang terkondensasi (pyro,
metha, polifosfat lainnya), dan senyawa fosfat yang terikat secara
organic.
Senyawa-senyawa fosfat yang dapat dideteksi dengan cara
colometri tanpa hidrolisis atau oksidasi dengan pemanasan sampel
disebut sebagai fosfor reaktif atau ortho fosfat. Hidrolisis asam pada
titik didih air mengubah fosfat terlarut atau fosfat partikulat yang
terkondensasi menjadi orthofosfat terlarut. Istilah fosfat yang
terhidrolisis asam lebih disukai daripada fosfat terkondensasi.
Fraksi-fraksi senyawa fosfat yang terkonversi menjadi orthofosfat
hanya oleh proses oksidasi yang destruktif dari zat-zat organic disebut
sebagai fosfat organic. Total fosfat seperti juga fraksi fosfat yang
terlarut atau tersuspensi dapat dibagi secara analitik menjadi 3 bagian
seperti tersebut diatas.
Metode ini menggunakan teknik oksidasi perssulfat untuk
membebaskan/ menetapkan fosfat organic. Metode colometrik yang
dipergunakan adalah metode asam askorbat. Ammonium molibdat dan
potassium antimonil fosfomolibdat yang teredeuksi menjai
molybdenum yang berwarna biru oleh asam askorbat.
Metode asam askorbat dapat dipergunakan untuk penetapan
bentuk-bentuk fosfat tertentu di dalam air minum, air permukaan, air
payau, air limbah rumah tangga, dan limbah industry. Cara uji ini
digunakan untuk penentuan kadar fosfat yang terdapat dalam air atau
21

air limbah antara 0.01-1.0 mg/L PO
4
-P dengan menggunakan metode
asam askorbat dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
880nm.

2. Metode Phenat untuk Pengukuran Ammonia (NH
3
-N) dalam Air
Ammonia dan hipoklorit dengan katalis sodium nitroprusside
akan menghasilkan intensitas senyawa biru dari indofenol yang diukur
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 640nm. Cara uji ini
digunakan untuk penentuan kadar ammonia (NH3-N) dalam sampel
aair dengan metode Phenat yaitu dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 640nm dan dengan
konsentrasi NH3-N antara 0.1 mg/L sampai 0.6 mg/L

G. Instrumentasi
1. Spektrofotometer UV-VIS
Spektrofotometri ialah suatu analisis berdasarkan pengukuran
intensitas cahaya yang dipancarkan (It) dan secara tidak langsung
cahaya yang diabsorb (Ia) yang tergantung oleh warna dari suatu zat.
Sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya
tersebut disebut Spektrofotometer. Hukum yang berlaku pada
spektrofotometer adalah Lambert-Beer. Persamaannya :
A = .c.t
Dimana : A = absorbansi
= epsilon (tetapan)
C = konsentrasi
t = tebal cuvet

Pada Spektrofotometer terbagi dalam 4 bagian penting, yaitu:
a. Sumber cahaya (sinar)
22

b. Monokromator
c. Cuvet
d. Detektor

2. Atomic Absorption Spectrophotometre (AAS)
Spektrofotometer serapan atom adalah metode analisis
berdasarkan pada pengukuran radiasi cahaya yang diserap oleh atom
bebas. Analisis mengunakan spektrofotometer serapan atom ini
mempunyai keuntungan berupa analisisnya sangat peka dan cepat,
pengerjaanya relative sederhana.
Prinsip dasar SSA yang didasarkan pada proses penyerapan
energy radiasi dari sumber nyala atom-atom yang berada pada tingkat
energy dasar akan memberikan energy menjadi bacaan absorbans yang
sebanding dengan konsentrasi.
Komponen-komponen utama yang menyusun spektrofotometer
serapan atom adalah sumber cahaya, atomizer, monokromator,
detektor dan penampilan data.











23

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lingkungan Pusat
Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak 27 September
2011 sampai 17 Oktober 2011.

2. Bahan dan Alat Penelitian
Sampel yang digunakan adalah air tanah dari rumah makan di
Pesanggrahan, sekitar wilayah kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bahan yang digunakan adalah Air suling H
2
SO
4
5N, Kalium antimonil
tartrat, Ammonium molibdat, Asam askorbat Larutan Fenol (C
6
H
5
OH),
Natrium Nitroprusida (C
5
FeN
6
Na
2
O) 0,5 %, Larutan Alkalin Sitrat (C
6
H
5-
Na
3
O
7
), Natrium Hipoklorit (NaOCl) 5%, Larutan Pengoksidasi, Larutan
induk Ammonia 1000 mg/L, Larutan baku Ammonia 100 mg/L, Larutan baku
Ammonia 10 mg/L, Larutan induk Fe 1000 ppm, Larutan induk Mn 1000
ppm, HNO
3
pekat, Sampel Standar 1,0 ppm; 3,0 ppm; dan 6.0 ppm.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah UV-VIS
Spektrofotometer, Timbangan analitik, Labu Erlenmeyer 125 mL, Labu ukur
100 mL; 250 mL; dan 1000 mL, Gelas ukur 25 mL dan 50 mL, Pipet
volumetric 2 mL; 5 mL; 10 mL; 20 mL; dan 25 mL, Gelas piala 1000 mL,
Neraca analitik, Erlenmeyer 50 mL, Pipet tetes, AAS ( Atomic Absorption
Spectrophotometer ), Gelas ukur 100 mL, Beker glass 100 mL, Pipet mikro,
3. Prosedur Penelitian
1. Persiapan wadah sampel
Untuk analisa kimia, dibutuhkan wadah penyimpan sampel yang
bersih dari kontaminan, yang dapat mengganggu hasil analisis. Pertama
dibersihkan dan dicuci botol sampel dengan sabun atau deterjen, kemudian
24

dibilas botol tersebut dengan air suling hingga bersih. Lalu dibilas wadah
tadi menggunakan larutan HNO
3
. Setelah itu, dibilas lagi botol tadi
menggunakan air suling hingga bersih. Kemudian dikeringkan dengan cara
membalikkan botol sampel.
2. Pengambilan air sampel
Untuk analisis kimia dan fisika dari sampel air, pengambilan
sampel memiliki beberapa langkah. Dalam pengambilan sampel pada
aliran di bawah tekanan, diatur laju air 500ml/menit. Pengambilan sampel
air dari kran atau klep, digunakan pipa sambungan yang masuk ke dalam
botol. Dialirkan sampel air beberapa saat hingga air meluap sampai 10 kali
volume botol sampel. Ditutup botol sampel dengan segera, dihindari
kontaminasi dengan udara.
3. Analisa Uji Fisik
Parameter yang diuji pada uji fisik ini ada dua, yaitu nilai pH dan
temperatur dari sampel air minum isi ulang. Kedua uji ini dilakukan
bersamaan dengan menggunakan alat pH-meter, yaitu dengan cara
menyiapkan sampel dalam suatu wadah. Dibersihkan pH-meter
menggunakan aquades. Kemudian dikalibrasi menggunakan larutan pH
standard. Kemudian dibersihkan kembali dengan aquades, lalu dicelupkan
pH-meter pada sampel hingga nilai pH dan temperatur yang terbaca stabil.

4. Analisis Kadar Fosfat
1) Pembuatan Larutan
a) Larutan H
2
SO
4
5 N
Dimasukkan dengan hati-hati 70 mL asam sulfat pekat ke
dalam gelas piala yang berisi 300 mL air suling dan diletakkan
pada penangas es. Larutan diencerkan dengan air suling sampai
500 mL lalu dihomogenkan.
25

b) Larutan kalium antimonil tartrat
Sebanyak 1.3715 g kalium antimonil tartrat dilarutkan
dengan 400 mL air suling dalam labu ukur 500 mL yang kemudian
ditambahkan air suling hingga tepat tanda tera dan dihomogenkan.
c) Larutan ammonium molibdat
Sebanyak 20 g ammonium molibdat dilarutkan ke dalam
500 mL air suling kemudian dihomogenkan.
d) Larutan Asam Askorbat
Sebanyak 1.76 g asam askorbat dilarutkan ke dalam 100
mL air suling.
e) Larutan Campuran
Dicampurkan secara berturut-turut 50 mL H
2
SO
4
5N, 5 mL
larutan kalium antimonil tartrat, 15 mL larutan ammonium
molibdat dan 30 mL larutan asam askorbat.
2) Pembuatan Kurva Kalibrasi
Dibuat deret standar dengan memipet 0; 1; 2; 3; 4; 5 larutan
baku fosfat yang mengandung 10 mg P/L dan dimasukkan masing-
masing ke dalam labu ukur 50 mL. ditambahkan air suling sampai
tepat tanda tera kemudian dihomogenkan sehingga diperoleh kadar
fosfat 0.0 mg P/L; 0.2 mg P/L; 0.4 mg P/L; 0.8 mg P/L; 1.0 mg P/L. Di
optimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk
pengujian kadar fosfat. Dipipet larutan kerja dan dimasukkan masing-
masing ke dalam Erlenmeyer. Setelah itu ditambahkan 1 tetes indicator
fenolftalin. Jika terbentuk warna merah muda, ditambahkan tetes demi
tetes H
2
SO
4
5N sampai warna hilang. Kemudian ditambahkan 8 mL
larutan campuran dan dihomogenkan. Larutan tersebut dimasukkan
kedalam kuvet pada alat spektrofotometer, lalu dibaca dan dicatat
serapan masuknya pada panjang gelombang 880 nm dalam kisaran
waktu antara 10-30 menit.
3) Pengukuran Sampel
26

Dipipet 25 mL sampel uji secara duplo dan dimasukkan
masing-masing ke dalam Erlenmeyer. Ditambahkan 1 tetes indicator
fenolftalin. Jika terbentuk warna merah muda, ditambahkan tetes demi
tetes H2SO4 5N sampai warna hilang. Setelah itu ditambahkan 8 mL
larutan campuran kemudian dihomogenkan. Dimasukkan larutan
tersebut kedalam kuvet pada alat spektrofotometer, lalu dibaca dan
dicatat serapan masuknya pada panjang gelombang 880 nm dalam
kisaran waktu antara 10-30 menit.

5. Analisis Kadar Ammonia (NH
4
+
)
1) Pembuatan larutan
a) Larutan Fenol (C
6
H
5
OH)
Dicampurkan 11.1 mL Fenol yang dicairkan (kadar Fenol
89 %) dengan etil alcohol 95 % didalam labu ukur 100 mL.
Diencerkan dengan aquades hingga batas tanda tera dan
dihomogenkan
b) Larutan Nitroprusida (C
5
FeN
6
Na
2
O) 0.5 %
Dilarutkan 0.5 gram Natrium Nitroprusida dalam 100 mL
air suling lalu dihomogenkan.
c) Larutan hipoklorit (NaOCl) 5 %
Catatan : larutan yang tersedia di pasaran berkonsentrasi 5 %, larutan ini akan
terdekomposisi setelah segel dilepas, oleh karena itu ganti larutan setelah 2 bulan.
d) Larutan pengoksidasi
Dicampurkan 100 mL larutan alkalin sitrat dengan 25 mL
larutan NaOCl 5 %. Larutan ini harus disiapkan setiap kali sebelum
pengujian.
e) Larutan induk Ammonia 1000 mg/L
Dilarutkan 3.819 g NH
4
Cl (yang sudah dikeringkan pada
100
o
C dengan 100 ml aquades dalam labu ukur 1 L. Diencerkan
hingga batas tanda tera dengan aquades Setiap 1 mL larutan ini
mengandung 1 mg N /L = 1 mg NH
3
/L.
27

2) Kalibrasi
Dipipet 0.0 mL; 1 mL; 2 mL; 3 mL dan 5 mL larutan baku
ammonia 10 mg N /L dan masukan dimasing-masing ke dalam labu
ukur 100 mL. Ditambahkan air suling sampai tepat tanda tera sehingga
diperoleh kadar ammonia 0.0 mg N /L; 0.1 mg N/L; 0.2 mg N/L; 0.3
mg N/L; 0.5 mg N/L. Alat spektrofotometer dioptimalkan sesuai
petunjuk alat pengujian kadar ammonia. Dipipet 25 mL larutan
standard dan dimasukkan masing-masing ke dalam Erlenmeyer 25 mL.
Ditambahkan 1 mL larutan Fenol, dihomogenkan. Ditambahkan 1 mL
larutan Natrium Nitroprusida, dihomogenkan. Ditambahkan 2.5 mL
larutan pengoksidasi, dihomogenkan. Ditutup Erlenmeyer dengan
paraffin. Dibiarkan selama 1 jam untuk pembentukan warna. Diukur
absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 640 nm.
3) Pengukuran Sampel
Dipipet 25 mL sampel dan dimasukkan masing-masing
kedalam erlenmeyer 25 mL. Ditambahkan 1 mL larutan Fenol,
dihomogenkan. Ditambahkan 1 mL larutan Natrium Nitroprusida,
dihomogenkan. Ditambahkan 2.5 mL larutan pengoksidasi,
dihomogenkan. Ditutup Erlenmeyer dengan paraffin atau aluminum
foil. Dibiarkan selama 1 jam untuk pembentukan warna. Diukur
absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 640 nm.

6. Analisis Kadar Besi (Fe
2+
) dan Mangan (Mn
2+
)
Tahap pertama adalah tahap preparasi di mana ketiga sampel
ditambahkan HNO
3
1 ml (1 % dari volume sampel). Larutan Induk Fe dan
Mn 1000 ppm diencerkan menjadi 100 ppm dan10 ppm dalam 100 ml
larutan. Apabila sampel agak keruh, dilakukan penyaringan dengan kertas
saring atau centrifuge. Selanjutnya buat larutan standar Fe dan Mn dari
larutan induk Fe dan Mn dengan konsentrasi 1,0 ppm, 3,0 ppm, dan 6,0
ppm. Nilai absorbansinya diukur dengan menggunakan spektrofotometer
serapan atom (AAS) dengan panjang gelombang 248,3 nm dan 279,5 nm.
28

Kemudian dilakukan uji pengukuran sampel air, pertama-tama
lampu katoda dari logam yang akan dianalisa dipasang pada AAS,
kemudian alat AAS beserta komputer dan kompresor dihidupkan. Lalu
kran udara pada kompresor yang menuju AAS dibuka dan kran asetilensor
yang menuju AAS dibuka. Tombol ignisi ditekan sehingga nyala menjadi
kebiru-biruan. Kemudian pipa kapiler pada nebulizer dicelupkan pada
larutan yang akan dianalisis dimulai dari larutan blanko, standar lalu
sampel uji untuk kemudian dibaca absorbansinya.















29

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Sampling dan Uji Sifat Fisik Air
Pengambilan sampel air tanah pada tanggal 27 September 2011 sampai
17 Oktober 2011 pukul 05.30 07.00 WIB di beberapa titik sampling, yaitu
pada beberapa rumah makan di Pesanggrahan, sekitar wilayah kampus UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dilakukan untuk mengetahui kadar fosfat,
amoniak, Fe dan Mn pada sampel tersebut. Disamping itu dilakukan uji sifat
fisik air, seperti pH dan suhu air. Berikut adalah data lokasi pengambilan
sampel:
No Nama Tempat Lokasi Penggunaan Air
Kedalaman
Sumur
1
A. RM Kedai Mami Jl. Pesanggrahan No. 31 telp
021-7493406
Untuk mencari sayur 50 meter
B. RM Manda Jl. Pesanggrahan No. 39 kec.
Cempaka putih kec. Ciputat,
Tangerang
Untuk memasak 50 meter
2
A. Warung Makan
Sederhana
Jl. Semanggi 2 dekat aula HMI
untuk mencuci beras,
minum dan memasak
-
B. Rumah Padang
Triaga
Jl. Pesanggrahan untuk mencuci
sayuran
12 meter
3
A. Warteg Jaya
Abadi
Jl. Semanggi 2 depan aula HMI
Untuk memasak dan
minum
-
B. Warung Sunda Jl. Semanggi 2 samping masjid Al
Husna
untuk memasak dan
minum
18 meter
4
A. May Caf Jl. Pesanggrahan Rt 003/03 kel.
Cempaka putih, kec. Ciputat,
Tangerang
Untuk mencuci buah
untuk jus, kuah soto
25-30
meter
B. Cafe Siang
Malam
Jl. Pesanggrahan Rt 003/03 kel.
Cempaka putih, kec. Ciputat,
Tangerang
untuk mencuci buah
dan memasak
21 meter
5
A. RM Pojok Jl. Semanggi 3 Rt 003/03 kec.
Cempaka putih, kec. Ciputat
Timur
untuk mencuci
sayuran
9 meter
30


Table 1. Lokasi Sampling
Pada percobaan ini dilakukan uji derajat keasaman dan suhu dari
sampel air tanah yang dianalisa. Penentuan ini dilakukan dengan
menggunakan pH-meter yang dapat memberikan data nilai pH dan temperatur
sekaligus. Didapat datanya adalah sebagai berikut:
ID Sampel pH sampel Suhu Sampel (
O
C)
1A 6,19 27
1B 6,55 27,5
2A 6,48 27,5
2B 6,81 27
3A 6,97 27
3B 7,20 27
4A 6,40 27,5
4B 7,04 27,5
5A 7,05 27
5B 5,49 27
6A 6,63 27
6B 7,06 27
Tabel 2. Hasil Analisa Uji Fisik Sampel
Berdasarkan tabel di atas, terdapat dua parameter yang diukur untuk
menguji fisik sampel air yaitu derajat keasaman (pH) dan temperature. pH
paling rendah didapat pada sampel 5B, yaitu 5, 49 berada dibawah range nilai
pH yang ditetapkan pemerintah pada peraturan pemerintah No. 82 tahun 2001
mengenai pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air untuk air
kelas 1 tentang klasifikasi dan kriteria mutu air yaitu 6-9. Namun demikian pH
pada sampel lain masih dalam kisaran normal, yaitu 6,5-7,5. Begitu pula
dengan suhu sampel tidak berbeda jauh dengan suhu lingkungan pada saat itu,
B. RM Serba
Nikmat
Jl. Ir. H. Juanda No. 91 Ciputat,
Tangerang telp. 7401527
untuk mencuci beras,
sayuran, dan minum
-
6
A. Warteg Bu Mus Jl. Pesanggrahan centra no. 36
ciputat
untuk keperluan
memasak dan minum
-
B. Mie Ayam
Bangka bu Dalimah
Jl. Pesanggrahan Rt 02/02
Ciputat
untuk mencuci
sayuran dan buah
12 meter
31

dimana suhu udara 3
o
C sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:
416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan
Kualitas Air.
2. Analisis Kadar Fosfat dengan Metode Asam Askorbat
Penentuan kadar fosfat dalam sampel air tanah yang dianalisa
dilakukan dengan metode asam askorbat, yaitu dengan cara colometrik.
Pertama, sampel dihidrolisis oleh asam, H
2
SO
4
hingga fosfat yang terlarut
dalam air berubah menjadi orthofosfat terlarut. Kemudian ditambahkan larutan
campuran yang mengandung ammonium molibdat dan kalium antimonil
tartrat dalam media asam. Dimana campuran larutan tersebut akan bereaksi
dengan orthofosfat terlarut membentuk heteropoli-asam fosfomolibdat yang
akan tereduksi menjadi molybdenum yang berwarna biru oleh asam askorbat.
Pada percobaan uji fosfat dengan metode asam askorbat, dilakukan
pengukuran kadar fosfat dengan alat spektrofotometer dengan panjang
gelombang 880nm pada rentang konsentrasi 0.01-1.0 (mg/L) PO
4
-P. Perlu
dilakukan pembuatan kurva kalibrasi dengan konsentrasi standar fosfat
sebesar 0,00 mg/L; 0,20 mg/L; 0,40 mg/L; 0,80 mg/L; dan 1,00 mg/L.
sehingga dihasilkan kurva kalibrasi dari hubungan antara absorbansi yang
terukur tehadap konsentrasi fosfat. Hal ini bertujuan untuk menghitung
kandungan fosfat dalam sampel. Berikut nilai absorbansinya:
Konsentrasi (mg/L) Absorbansi
0,0 0,00
0,2 0,1232
0,4 0,242
0,8 0,4888
1,0 0,6144
Tabel 3. Absorbansi Larutan Standar Fosfat
Dari tabel 3 dibuat kurva kalibrasinya yang menyatakan hubungan
antara konsentrasi dengan aborbansi untuk larutan standar.
32


Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fosfat
Kemudian sampel diukur, dan didapat datanya sebagai berikut:
ID Sampel Konsentrasi (mg/L)
1 A 0,0153
1 B ND
2 A ND
2 B ND
3 A ND
3 B ND
4 A ND
4 B ND
5 A ND
5 B ND
6 A ND
6 B ND
Tabel 4. Konsentrasi Fosfat dalam Sampel
Berdasarkan table hasil diatas, dapat diketahui bahwa pada sampel 1A
didapat kadar fosfat 0,0153 (mg/L). Sedangkan untuk sampel yang lain tidak
dapat terdeteksi oleh alat / ND (Not Detected) / <0.01. Untuk nilai kadar fosfat
pada sampel 1A masih dibawah batas maksimum yang yang ditetapkan oleh
pemerintah pada peraturan pemerintah No. 82 tahun 2001 mengenai
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air untuk air kelas 1
tentang klasifikasi dan kriteria mutu air yaitu 0.2 mg/L.
33

Adanya kandungan fosfat ini, dikarenakan pada limbah domestik
berupa sampah organik dan sampah anorganik serta diterjen. Sampah organic
contohnya sisa-sisa sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan. Sedangkan
sampah anorganik seperti kertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan,
logam, karet, dan kulit. Sampah organik yang dibuang ke sungai menyebabkan
berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena sebagian besar digunakan
bakteri untuk proses pembusukannya. Apabila sampah anorganik yang
dibuang ke sungai, cahaya matahari dapat terhalang dan menghambat proses
fotosintesis dari tumbuhan air dan alga, yang menghasilkan oksigen. Dan
akhirnya dapat mencemari sumur-sumur atau air tanah pemukiman
disekitarnya.
Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah
deterjen yaitu terdapat fosfat berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit
kanker (karsinogenik). Proses penguraian deterjen akan menghasilkan sisa
benzena yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk senyawa
klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat
mungkin terjadi pada pengolahan air minum, mengingat digunakannya kaporit
(dimana di dalamnya terkandung klor) sebagai pembunuh kuman pada proses
klorinasi.
3. Analisis Kadar Ammonia dengan Metode Phenat
Penentuan kadar amoniak (NH
3
) terlarut dalam sampel uji ditentukan
dengan metode Phenat. Pertama, sampel air tanah ditambahkan larutan fenol
dan larutan pengoksidasi, yang mengandung natrium hipoklorit yang akan
bereaksi dalam suasana basa membentuk komplek indofenol berwarna biru
yang dikatalis oleh sodium nitroprusside.
O H +
NH
3
OH +
NaOCl
Na
2
Fe(CN)
5
NO.2H
2
O
Na N O
O
senyawa indofenol
Gambar 3. Reaksi pembentukan kompleks indofenol
34

Larutan inilah yang diukur dalam spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 640nm dengan konsentrasi NH
3
-N antara 0.1 0.6 mg/L.
sebelumnya dibuat kurva kalibrasinya sebagai berikut:


Gambar 4. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Ammonia
Kemudian dilakukan pengukuran terhadap sampel, berikut di dapat
datanya sebagai berikut:
ID Sampel Konsentrasi (mg/L)
1 A ND
1 B ND
2 A ND
2 B 0,4647
3 A ND
3 B ND
4 A ND
4 B ND
5 A ND
5 B ND
6 A ND
6 B ND
Tabel 5. Konsentrasi Ammonia dalam Sampel
Dapat dilihat dari table diatas bahwa pada sampel 2B kadar amonianya
adalah 0,4647 (mg/L). Jika penggunaanya sebagai air minum, nilai ini masih
35

dibawah batas maksimum yang ditentukan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum, yaitu 1.5 mg/L. Sedangkan untuk sampel
lain tidak terdeteksi dengan menggunakan metode ini ( <0.1).
Keberadaan ammonia dalam air dapat menyebabkan perubahan fisik
air seperti timbulnya bau gas ammoniak dan perubahan warna jika kandungan
ammonia terlalu tinggi dan menyebabkan penyakit batu ginjal, sesak nafas dan
paru-paru.

4. Analisis Kadar Fe
2+
dan Mangan
2+

Pertama sampel ditambahkan dengan HNO
3
bertujuan untuk
mengawetkan sampel air tanah. Selain itu agar logam-logam yang ada pada
sampel dapat terlarut dalam bentuk logam nitrat.
Kemudian dibuat larutan standar Fe dan larutan standar Mn dengan
konsentrasi yang berbeda-beda yang dihasilkan dari pengenceran larutan
induk, akan dianilisis absorbansinya untuk menghasilkan konsentrasi larutan
sampel yang belum diketahui.
Pada percobaan ini kadar logam diukur dengan spektrofotometer
serapan atom. Spektrofometri serapan atom merupakan salah satu metode
analisis yang dipergunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan
keberadaan ion logam baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam semua
jenis materi dan larutan. metode spektrofotometri serapan atom ini untuk
sampel yang memiliki kadar logam yang rendah jika terlalu tinggi harus
diencerkan sampai pembacaannya optimal. Selain itu sampel juga harus jernih,
jika tidak jernih maka harus dilakukan penyaringan sampai didapat sampel
yang jernih.
Untuk praktikum kali ini sistem atomasi yang digunakan adalah flame
yaitu sistem pengatoman dengan menggunakan api atau pembakaran. Bahan
bakar yang digunakan adalah gas asetilen dengan laju alir 10 L/menit.
Berikut adalah data absorbansi larutan standar Fe:
36

Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0,00 0,0000
1,00 0,0315
3,00 0,0873
6,00 0,1717
Tabel 6. Absorbansi Larutan Standar Fe
Setelah didapatkan absorbans dari larutan standar, maka dibuat grafik
hubungan antara konsentrasi dengan absorbans yang kemudian dihasilkan
regresi linear. Nilai regresi linear (R) dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi larutan sampel. Regresi linear yang mendekati 1, maka absorbans
yang dihasilkan sudah cukup baik (mendekati kebenaran). Berikut kurva
kalibrasinya:


Gambar 5. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fe
Kemudian dilakukan pengukuran terhadap sampel, berikut di dapat
datanya sebagai berikut:
ID Sampel Absorbansi Konsentrasi (ppm) Fp
1 A 0,004 0,148 -
1 B 0,003 0,098 -
2 A 0,015 0,523 -
2 B 0,033 1,156 -
3 A 0,005 0,191 -
3 B 0,022 0,779 -
4 A 0,028 0,942 -
y = 0.0284x + 0.0015
R = 0.9997
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0 2 4 6 8
Series1
Linear (Series1)
37

4 B 0,018 0,597 -
5 A 0,001 ND -
5 B 0,013 0,446 -
6 A 0,042 1,419 -
6 B 0,171 5,804 -
Tabel 7. Nilai Absorbansi dan Konsentrasi Fe Sampel
Dari table hasil diatas dapat dilihat bahwa pada sampel 2A, 2B, 3B,
4A, 4B, 6A, 6B nilai konsentrasinya melebihi dari 0.3 mg/L dimana 0.3 mg/L
adalah nilai kadar maksimum yang diperbolehkan berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.416/MenKes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat Air
Bersih, dan Keputusan Mentri Kesehatan RI No.907/MENKES/SK/VII/2002
tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
Kemudian dibuat larutan standar Mn dengan variasi konsentrasi dan
didapat absorbansinya adalah sebagai berikut:
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0,00 0,0000
1,00 0,0750
3,00 0,2154
6,00 0,3971
Tabel 8. Absorbansi Larutan Standar Mn
Setelah didapat absorbansinya, dibuat kurva kalibrasinya sebagai
hubungan antara konsentrasi dan absorbansi. Kurva kalibrasi untuk standar
Mn adalah sebagai berikut:

Gambar 8. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Mn
y = 0.066x + 0.007
R = 0.9979
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0 2 4 6 8
Series1
Linear
(Series1)
38

Diukur konsentrasi sampel dan didapat datanya adalah sebagai berikut:
ID Sampel Absorbansi Konsentrasi (ppm) Fp
1 A 0,026 0,389 -
1 B 0,016 0,242 -
2 A 0,025 0,375 -
2 B 0,297 4,395 -
3 A 0,133 1,971 -
3 B 0,062 0,919 -
4 A 0,021 0,312 -
4 B 0,119 1,748 -
5 A 0,010 0,154 -
5 B 0,089 1,303 10
6 A 0,018 0,258 -
6 B 0,045 0,655 -
Tabel 9. Nilai Absorbansi dan Konsentrasi Mn Sampel
Dapat dilihat pada table hasil bahwa pada sampel 5B dilakukan
pengenceran, dimana factor pengencerannya adalah 10 kali, sehingga
konsentrasi Mn sebenarnya pada sampel 5B adalah 13,03.
Konsentrasi Mn pada semua sampel kecuali 1B, 5A dan 6A telah
melebihi batas kadar maksimim yang diperbolehkan, yaitu 0.1 mg/L menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MenKes/Per/IX/1990 tentang Syarat-
syarat Air Bersih, dan Keputusan Mentri Kesehatan RI
No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum.





39

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil analisis uji sifat fisik, yaitu pH pada sampel 5B menunjukkan
bahwa nilai pH sampel berada dibawah batas yang diperbolehkan menurut
peraturan menteri kesehatan RI No.416/MENKES/PER/IX/1990 lampiran
II mengenai daftar persyaratan kualitas air bersih.
2. Dari hasil analisis uji sifat fisik, yaitu temperature semua sampel berada
pada temperature yang sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:
416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan
Kualitas Air.
3. Uji fosfat pada sampel menunjukkan masih dibawah batas maksimum
yang yang ditetapkan oleh pemerintah pada Peraturan Pemerintah No. 82
tahun 2001 mengenai Pengelolaan Kualitas Air.
4. Uji amoniak pada semua sampel masih dibawah batas maksimum yang
ditentukan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.907/MENKES/SK/VII/2002.
5. Uji Fe pada sampel 2A, 2B, 3B, 4A, 4B, 6A, 6B konsentrasinya melebihi
kadar maksimum yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.416/MenKes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat Air Bersih, dan
Keputusan Mentri Kesehatan RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
6. Uji Mn pada semua sampel kecuali 1B, 5A dan 6A telah melebihi batas
kadar maksimum yang diperbolehkan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.416/MenKes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat Air
Bersih, dan Keputusan Mentri Kesehatan RI
No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum.

40

B. Saran
1. Pengambilan sampel uji lebih baik dilakukan sesuai dengan prosedur,
untuk menghindarkan kontaminasi terhadap sampel.
2. Pembuatan larutan standard dilakukan dengan lebih akurat untuk
mendapatkan kurva kalibrasi yang baik.
3. Instrumen yang digunakan untuk analisis sebaiknya sudah dikalibrasi
terlebih dahulu sehingga diperoleh data dengan presisi dan keakuratan
yang tinggi.
















41

DAFTAR PUSTAKA
Julianti Riza. Laporan Praktikum Pengujian Suhu, Warna, dan Bau pada Air
Limbah. Politeknik Negeri Jember.
Faisal Akbar, dkk. Pencemaran Air Tanah. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
http://bioryzacollage.blogspot.com/2011/06/laporan-praktikum-kimia-
lingkungan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Air
http://acehpedia.org/Air_Tanah
http://kapal-kimia.blogspot.com/2011/04/parameter-yang-diuji-dalam-analisa-
air.html
http://waterforgeo.blogspot.com/2011/01/air-tanah.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Air_tanah
http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_air
http://achmadinblog.wordpress.com/2010/03/24/pencemaran-air-tanah/
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/06/sifat-fisik-air.html

Anda mungkin juga menyukai