Anda di halaman 1dari 112

ASAM AMINO

Terdapat lebih kurang 20 macam asam L- amino yang menyusun


protein.
L- amino dibagi menjadi 7 golongan berdasar struktur rantai
samping (R)
1. Alifatik : glisin, alanin, valin, leusin,
isoleusin.
2. Gugus OH : serin, treonin .
3. Asam sulfur : sistein , metionin.
Gugus COOH atau C =O : aspartat, asparagin, glutamat,
NH
2
Glutamin.
5. Gugus NH
2
: arginin, lisin , hidroksilisin.
6. Cincin aromatik : histidin, fenilalanin, tirosin,
triptofan.
7. Asam amino : prolin, 4-hidroksiprolin.


Asam amino yang tidak terdapat dalam molekul protein tetapi penting :
a. alanin d. ornitin, sitrulin.
b. taurin e. tirosin
c. -amino butirat f. D-alanin , D-glutamat


Sifat-sifat asam amino
1. Kristal putih larut dalam air (kecuali sistein dan tirosin), asam kuat
dan basa kuat
2. (NH4)
2
SO
4
dan NaCl tidak mengendap.
3. Rasa : - Manis : glisin, serin, alanin , prolin .
- Tawar : triptofan, leusin.
- Pahit : arginin .
4. Atom C asimetris (kecuali glisin) menimbulkan keaktifan optis :
- + ( d )
- - ( l )
5. Amfoter : COO- , NH
3
+ .
6. Membentuk garam dengan alkali atau asam.
7. Pada pH tubuh (7,4) membentuk ZWITTER ION
8. Pada pH=pI, muatan + sama dengan muatan - sehingga diam
pada medan listrik







1
Reaksi kimia
Reaksi kimia asam amino membentuk senyawa berwarna yang dapat
digunakan untuk identifikasi asam amino secara kualitatif maupun
kuantitatif. Hal ini dapat terjadi oleh karena adanya :
- Gugus atau rantai samping (R) yang menimbulkan reaksi khusus.
- Gugus NH
2
dan COOH, positif untuk semua asam amino.
Contoh : Reaksi Ninhidrin
Ninhidrin + asam amino
(triketohidrinden hidrat)


O
OH
C
C
C
OH
O
H O
+ R C C

NH
2
OH





1.
H H

R C =N COOH

O
NH
3
+R C

COOH
O
R C +CO
2

H
Gasometris






2. H
2
O

3. Hidridantin + Ninhidrin
O O

C OH H H HO C
C + N + C
C H HO C
H
O O






















2



-3 H
2
O
O



O
C
C N =C
C C
C H
O
O




Senyawaberwarnamerah
+ NH
3





O NH
4
O

C C
C N =C
C C

O O








SENYAWA BERWARNA BIRU


KESIMPULAN
- Semua asam amino bereaksi dengan Ninhidrin dan hasilnya :
CO
2

NH
3

Aldehid yang lebih kecil 1 atom C
Terbentuk kompleks berwarna biru (prolin dan hidroksiprolin
membentuk warna kuning). Intensitas warna biru digunakan untuk
dasar pemeriksaan kuantitatif.
- Amina bereaksi dengan Ninhidrin membentuk kompleks biru, tidak
menghasilkan CO
2.
- NH
3
dan pepetida juga bereaksi dengan Ninhidrin walau lambat.









3

PEPTIDA



O O
R
1
C C R
2
- C - C

NH
2
OH NH
2
OH


H
2
O


O
R
1
- C C
R
2

N - C O
Ikatan peptida C
OH

2 asam amino : dipeptida
3 asam amino : tripeptida
4 asam amino : tetrapetida
8 asam amino : octapeptida
10 asam amino : decapeptida

Lebih kecil sama dengan 100 asam amino : polipeptida
Lebih besar 100 asam amino : protein.

NOMENKLATUR PEPTIDA
- Nama dimulai dengan residu asam amino dengan gugus NH
2

bebas.
- Semua residu asam amino diberi akhiran IL, kecuali yang terakhir.
Contoh :

O

CH
2
C

CH
2

C-NH
2
H
COOH
O
H H
N C - C

CH
2

SH

H
N CH
2
-COOH











Glutation : glutamil sisteinil- glisin
4


- Gramisidin S : 10 asam amino
- Tirosidin : 110 asam amino

REAKSI BIURET
Reaksi terhadap ikatan peptida
Biuret : zat yang terbentuk pada pemanasan urea sampai 180
O
C






+
+ NH
3


+

NH
2

C =O

NH

C =O

NH
2

NH
2

C =O

NH
2

NH
2

C =O

NH
2





2 molekul urea


dengan larutan CuSO
4
alkalis, biuret
memberi warna lembayung.


- Larutan CuSO
4
disebut pereaksi biuret.
- Reaksi dengan pereaksi biuret disebut test / reaksi Biuret.
- Semua zat dengan 2 atau lebih ikatan peptida memberi reaksi +
CSNH
2
, CNHNH
2
dan CRHNH
2
memberi reaksi sama.
- Dipeptida dan asam amino (kecuali histidin, serin dan treonin)
tidak memberi reaksi +.
- Merupakan reaksi umum protein.


Analisa larutan asam amino :
1. Kolorimetri
2. Kromatrografi : - kertas saring
- thin layer kromatografi
- ion exchange kromatografi
3. Biologis




5
Asam amino dalam tubuh :
1. esensiil
2. non esensiil

Komposisi kimia protein
C : 50 55 %
H : 6 7,3 %
O : 19 24 %
N : 13 19 % ( =16 % untuk penetapan kadar protein dalam zat
makanan/ cairan biologis).
Unsur lain : S, P, Fe, Mn , I, Cu, Zn dsb).


PROTEIN

- Zat organik yang tersusun dari asam amino
- Zat organik yang merupakan makromolekul
- Asam amino asam amino terikat pada ikatan peptida disebut
polipeptida
O
- C N


Asam amino : R C - C - C =O

NH
2
OH
Basa

Dalam protein : L - - amino

Protein : asam amino-asam amino asam amino

H O H O H

- N - C - C - N - C - C - N - C -

R1 R2 R3

3 asam amino membentuk tripeptida, mempunyai 2 ikatan peptida.

Protein mempunyai struktur :
- primer
- sekunder 1 rantai polipeptida
- tertier
- kwartener mempunyai >dari satu rantai
polipetida

6
Kadar protein =kadar N x 6,25
Misal : 10 N Protein : 10 x 6,25 = 62,5 gram
100 gram protein = 100/ 6,25 N
= 16
Protein bersifat amfoter : - asam
ZWITTER ION
- basa lemah

R - C - COOH

NH
2


Dalam larutan: R - C - COO-

NH
3

Pada pH =pI : Muatan + dan - sama banyak ( netral )
mudah
Mengendap

pH < pI pH >PI
HCl NaOH

R - C - COOH PI R - C - COO Na
|
NHCl NH Cl
Muatan + muatan -

Larut mengendap larut

PADA ELEKTROFORESA
- pH > p I : protein bermuatan
bergerak ke anoda ( +)
- pH < p I : protein bermuatan +
bergerak ke katoda (-)
- pH = p I : muatan +=muatan
tidak bergerak

KESIMPULAN
- Protein pada pH =pI :
1. Protein : muatan +=muatan (tidak bermuatan)
2. Mudah mengendap.
3. Pada elektroforesa tidak bergerak
- Dalam darah : pH =7,4
pH albumin =4,7 (pI)
Albumin dalam darah bermuatan -.
- Test umum protein : TEST BIURET .

7
Protein membentuk larutan koloid ELMUSOID
(KOLOID HIDROFILIK).
Kelarutannya dipertahankan oleh : muatan dan mantel air

- Larutan koloid : larutan yang mempunyai fase dispersi antara 1
m - 200 m
- Larutan biasa : < 1 m
- Larutan suspensi : > 200 m

KLASIFIKASI PROTEIN
- Rumus bangun ; sukar
- Daya larut dan komposisi kimia
1. SIMPLE PROTEIN
a. albumin e. albuminoid ( skleroprotein)
b. globulin f. histon
c. glutelin g. protamin
d. prolamin
2. CONJ UGATED PROTEIN
a. nukleoprotein d. kromoprotein
b. glikoprotein e. lipoprotein
c. fosfoprotein

SIFAT -SIFAT UMUM PROTEIN
1. Makromolekul
Dalam larutan membentuk koloid liofil (emulsoid).
Koloid adalah larutan yang mempunyai fasa dispersi 1 - 200 m .
Besar partikel : antara partikel larutan biasa dan partikel suspesnsi

SIFAT -SIFAT LARUTAN KOLOID

- Tidak menembus membran semipermiabel. Dapat dipisahkan dari
larutan biasa dengan cara dialisa.
- Tidak mudah mengendap
- Diendapkan dengan cara khusus (ultarasentrifugasi).

KOLOID LIOFIL (EMULSOID)

- Mempunyai daya tarik yang kuat terhadap media dispersinya, tiap
partikel koloid
dilindungi oleh media dispersi tersebut.
- Tiap partikel mempunyai muatan listrik yang berlawanan dengan
muatan dispersinya.
- Stabil, partikel-partikel dengan muatan sama saling tolak menolak





8
Stabilitas koloid liofil oleh 2 faktor :
- lapisan media dispersi : >tidak mudah diendapkan oleh elektrolit
- muatan listrik :

Bila jumlah elektrolit di +cukup banyak, koloid liofil mengendap.
Elektroloit menghilangkan lapisan media dispersinya
SALTING OUT.
J uga pada penambahan alkohol / aseton pada larutan protein.

dehidrasi


hidrasi


emulsoid suspensoid
(koloid liofil) (koloid liofob)


dinetralkan oleh
suatu elektrolit


dehidrasi



elmusoid tidak endapan koloid
bermuatan


2. Hidrolisa protein
Menjadi asam L amino
Caranya : - Dengan asam HCl 6 N / H
2
SO
4
8 N disertai
pemanasan
sehingga asam amino banyak yang rusak.
- Dengan basa : asam amino banyak yang rusak.
- Enzim proteolitik :
- asam amino tidak rusak
- lambat dan kurang lengkap
- mudah terkontaminasi oleh kuman, oleh karena
suhunya 250 C - 400 C






9
Protein mengandung gugus asam dan basa

ZWITTER ION
punya pI


3. Molekul protein menurut bentuk : - globuler
- fibrous

Struktur protein : primer, sekunder, tertier, kwartener
Denaturasi protein: - Definisi
- Disebabkan oleh
- Akibat yang terjadi


PERCOBAAN TERHADAP PROTEIN


REAKSI BIURET:

Merupakan test umum untuk protein /ikatan peptida. Reaksi
biuret terjadi karena adanya molekul-molekul yang mengandung 2 atau
lebih gugus karbamil (-CONH
2
) yang berikatan langsung atau
melalui atom nitrogen (N) atau karbon (C).
Test ini juga positip untuk gugus-gugus -CSNH
2
, -C(NH)NH
2

atau - CH
2
NH
2

Protein akan memberikan hasil positip sebab mengandung
gugus -CONH.
Menurut Schiff reaksi akhir dari test Biuret tergantung pada
pembentukan kompleks tembaga-kalium-biuret.


OH NH
2



O=C. NH
2
-- Cu NH
2
. C =O C =O

NH NH NH

O= C. NH
2
K K NH
2
.C =O C =O

OH OH NH
2


Kompleks tembaga kalium-Biuret Biuret



10
Adanya magnesium sulfat yang cukup banyak mengganggu test
ini, sebab terbentuk endapan magnesium hidroksida. J ika terdapat
amonium sulfat cukup banyak, maka harus ditambahkan alkali
berlebih.

Cara :
a. Tambahkan setetes larutan CuSO
4
pada campuran 2 ml
larutan protein yang akan diperiksa. Kocok baik-baik sampai
timbul warna lembayung atau merah jambu. J ika belum
timbul warna,tambahkan lagi setetes CuSO
4
(maksimum 10
tetes )

b. Masukkan sedikit bubuk urea kedalam tabung reaksi.
Panaskan dengan api kecil sampai urea mencair dan timbul
gelembung-gelembung gas. Perhatikan bau gas tadi !
Larutkan isi tabung
dengan air dan kerjakan test Biuret seperti pada a !


REAKSI MILLON


Reaksi ini positif untuk protein yang mempunyai gugus hidroksifenil (-
C
6
H
4
OH) dan senyawa-senyawa fenolik seperti tirosin dan timol . Test
ini kurang positif dengan adanya garam-garam anorganik dalam
jumlah besar, sebab merkuri dari Millon akan diendapkan . J ika
larutan yang diperiksa bersifat alkalis, harus dinetralkan untuk
menghindarkan terbentuknya endapan kuning atau hitam dari merkuri
oksida. Oleh sebab itu test ini tak berguna untuk pemeriksaan urine.

Dasar reaksi :



Tyrosin (monofenol) mengalami nitrasi dan hasilnya akan
bereaksi dengan ion Hg
+
/ Hg
++
yang akan menghasilkan garam
berwarna merah.

Cara :
Campurkan 2 ml albumin dengan beberapa test larutan
Millon. Terbentuk endapan putih . Panaskan dengan hati-hati.
Test positif jika timbul warna merah. Lakukan hal yang sama
pada :
- larutan gelatin
- larutan kasein
- larutan fenol 2 %


11
Hasil : Albumin :
Gelatin :
Larutan fenol :

Kesimpulan :




REAKSI XANTHOPROTEIN
Reaksi ini positif untuk protein yang mengandung gugus fenil ( -
C6H5), yang dengan asam nitrat akan membentuk senyawa nitro.
Asam-asam amino yang memberikan reaksi positif dalam hal ini
adalah tirosin, triptofan dan fenil alanin.

Dasar :
Nitrasi inti benzen yang terdapat pada molekul protein yang
menghasilkan senyawa berwarna kuning.

Cara :
Tambahkan 1 ml HNO
3
pekat pada 2 ml larutan albumin 2 %.
Terbentuk endapan putih. Panaskan perlahan-l0ahan, endapan
larut lagi dan larutan menjadi kuning. Dinginkan dibawah
kran. Tambahkan tetes demi tetes larutan NaOH pekat atau
NH
4
OH pekat . Amati perubahan warnanya !
Lakukan percobaan yang sama untuk :
- larutan gelatin
- larutan kasein
- larutan fenol 2 %

Hasil :
Albumin : +
Casein : +
Gelatin : hampir -, oleh karena yang terbanyak aa glisin
Pepton : +
Phenol : merah coklat


Catatan : bila ditambahkan basa kuat ------------ maka protein menjadi
orange (suasana alkali).







12
TEST HOPKINS COLE

Test ini khusus untuk triptofan.
Pereaksi yang dipakai mengandung asam gliooxilat (CHO.COOH).
Test ini tidak berhasil bila terdapat oksidator kuat seperti nitrat,
chlorat. Asam sulfat yang digunakan harus sangat murni yang tidak
mengandung bahan-bahan yang dapat bertindak sebagai oksidator.


Dasar reaksi :
Triptofan diduga berkondensasi dengan asam glioksilat dan
dengan asam pekat membentuk kompleks berwarna ungu
(cincin ungu dari jenis asam 2.3.4.5 tetrahidro karbolin 4
karboksilat.)
Bila ada oksidator , maka glioksilat menjadi oksalat.


H H H

COOH
NH
H R

Asam 2.3.4.5 tetra hidro karbolin 4 karboksilat


Cara :
Tambahkan 2 ml larutan Hopkins Cole pada 2 ml larutan
albumin 2 %. Teteskan dengan hati-hati H
2
SO
4
pekat melalui
dinding tabung sampai terjadi dua lapisan cairan Setelah
didiamkan sebentar akan tampak cincin ungu pada perbatasan
kedua lapisan bila test positif.
Lakukan hal yang sama untuk : - larutan gelatin
- larutan kasein

Hasil :



Kesimpulan :








13
ZAT ZAT YANG MENGENDAPKAN PROTEIN :


1. Asam : pada pH =pI ; protein mudah mengendap.
Bila pH larutan lebih besar dari PI , maka pada
penambahan asam menyebabkan pH turun =pI maka
akan terjadi pengendapan. Pada penambahan asam yang
sangat berlebihan maka protein akan larut kembali
karena pH menjadi lebih kecil dari pI.

2. Basa : Bila pH larutan lebih besar dari pI, maka penambahan
basa tidak menimbulkan terjadinya endapan. Bila pH
larutan lebih kecil dari pI., pada penambahan basa ---
pH = pI, protein akan mengendap tetapi bila
penambahan basa berlebihan, protein akan mengendap
tetaapi bila penambahan basa berlebihan , protein akan
laarut kembali.
Selain itu basa dapat menyebabkan dekomposisi
(protein hancur) sehingga tidak terjadi endapan.
Pada penambahan asam nitrat (HNO
3
) berlebihan ,
endapan tidak larut kembali.
Ini merupakan dasar dari Test Heller, yaitu
pemeriksaan protein dalam urin .

3. Logam Berat :
Logam berat : Ag, Hg ,Pb, Au , As, Pt
Protein dapat mengendapkan logam berat , oleh sebab
itu dapat dipakai sebagai antidotum. Tetapi hal ini
hanya berguna bila racun (logam berat) masih dalam
lambung (kurang dari 2 jam ). Pasien diberi Emetik /
rangsangan yang menyebabkan refleks muntah.
Ikatan logam berat dengan protein tidak cukup kuat,
sehingga bila terhidrolisa di usus
Halus dapat pecah lagi dan logam berat ini diserap
kembali.


4. Alkaloidal reagens (pereaksi alkaloid) :
Reagens alkaloidal yaitu suatu reagens yang dipakai
untuk memisahkan protein dari alkaloid .
Alkaloid adalah zat organik yang biasanya mempunyai
sifat basa / alkalis dan terdapat dalam tumbuh-
tumbuhan , pada umumnya mempunyai aktivitas
farmakologik.




14
Yang termasuk reagens alkaloidal ialah ;
Asam tannat
Asam fosfotungstat
Asam fosfomoblidat
Asam sulfosalisilat
Asam pikrat jenuh
Asam Trichlorasetat
Reagens alkaloidal mengendapkan protein pada pH
dibawah pI , oleh sebab itu ditambah asam asetat.

5. Alkohol :
Alkohol 90 % mengendapkan protein terutama pada pH
=pI, karena alkohol hanya mengambil mantel air
(protein adalah suatu koloid liofil yang menpunyai
mantel air).
Prinsip ini dipakai pada desinfeksi dengan alkohol :
Microorganisme merupakan suatu protein.
Dengan alkohol mengendap. Desinfeksi dengan alkohol
ini memakan waktu sebab alkohol memerlukan waktu
untuk menembus dinding sel , plasma sel. Alkohol
membunuh kuman seluruhnya dalam 24 jam.
Yang efektif sebagai desinfektant adalah alkohol 70 % ,
karena alkohol yang lebih pekat dari 70 % akan meng-
gumpalkan dinding sel terlalu cepat & padat sehingga
alkohol tidak dapat masuk sampai
plasma sel bakteri mati

Daya difusi protein

Difusi terjadi bila besar molekul lebih kecil dari diameter pori-pori
membran. Albumin dan gelatin mempunyai molekul lebih besar dari
diameter pori-pori sehingga tidak berdifusi .
Dialisat dengan Biuret negatif.
Pepton karena meolkulnya kecil dapat berdifusi .
Dialisat dengan Biuret positif.

Daya difusi protein

Lakukan test daya difusi terhadap larutan albumin dan pepton.
Ambil 2 buah tabung koloidon. Kedalam kantong yang lain larutan
pepton Gantung tiap-tiap kantong dalam gelas kimia yang berisi air 2
% . Gantung tiap-tiap kantong dalam gelas kimia yang berisi air.
Setelah didiamkan selama lebih dari 30 menit, periksalah apakah telah
terjadi difusi . Periksalah dialisat (air didalam gelas kimia ) dengan test
biuret.



15
Dasar : difusi terjadi bila molekul zat yang didalam kantong selofan
lebih kecil dari diameter pori-pori membran.

Cara : Ambil 2 ml dari dialisat albumun dan pepton kedalam 2
buah
tabung reaksi dan tambahkan 2 ml Biuret kedalam masing-
masing tabung.

Hasil : Albumin :

Pepton :

Kesimpulan :




Titik koagulasi dan denaturasi :

Titik koagulasi adalah temperatur terendah dimana protein
mulai mengalami koagulasi. Titik koagulasi albumin : 68 o C.
Protein paling mudah /cepat terkoagulasi pada pH =pI.
Koagulasi adalah perubahan intramolekuler dari protein yang biasanya
disebabkan oleh pemanasan. Protein yang mengalami koagulasi
mempunyai sifat-sifat fisik yang berbeda dengan protein yang belum
terkoagulasi dalam sifat kelarutannya dengan asam . basa encer.


Protein yang terkoagulasi tidak larut dalam asam dan basa
encer.
Dalam praktek sering terjadi protein seakan-akan larut dalam basa
encer yang sebenarnya telah terjadi dekomposisi. Pada pH dibawah pI
bila protein dipanaskan akan mengalami denaturasi dan akan melanjut
menjadi flokulasi pada pH =pI.

Denaturasi dapat terjadi dengan :
- pemanasan di luar pI
- penyinaran/ radiasi
- pengocokkan / fibrasi
- pemberian : asam , basa, garam , logam berat.

Flokulum adalah gumpalan protein yang terjadi bila protein yang
mengalami flokulasi.
Flokulum : larut dalam asam dan basa encer
Koagulum : tidak larut dalam asam dan basa encer
Perubahan yang terjadi pada denaturasi : - ikatan S-S
- ikatan hidrogen
- bentuk molekul
16

Percobaan denaturasi, flokulasi dan koagulasi dari albumin telur

a. Sediakanlah 3 tabung reaksi, masing-masing berisi 9 ml larutan
jernih albumin telur yang bebas
garam.
Tabung 1 tambahkan 1 ml larutan HCl 0,1 N.
Tabung 2 tambahkan 1 ml larutan Na-asetat dan asam asetat
(pH =4,7).
Tabung 3 tambahkan 1 ml larutan NaOH 0,1 N

b. Panaskan ketiga tabung tersebut dalam penangas air mendidih
selama 15 menit , sambil diamati dalam tabung mana mulai
ada penggumpalan (koagulasi) . Perhatikan dan catat suhu
permulaan terjadi koagulasi . Suhu ini disebut titik koagulasi .
Setelah 15 menit angkat ketiga tabung dan dinginkan.

c. Pada tabung 1 dan 3 tambahkan 10 ml larutan buffer asetat pH
4,7 . Apa yang terjadi ?
Bila ada endapan , saring dan cuci endapan pada kertas saring
dengan air. Endapan ini disebut flokulum.

d. Presipitat dari tulang tabung-tabung 1 dan 3 yaitu albumin telur
yang terdenaturasi. Prespitat dai tabung 2 yaitu albumin telur
yang mengalami koagulasi.

e. Suspensikan setiap presipitat kedalam 10 ml air dan setiap
suspensi dibagi menjadi 3 bagian.
Bagian 1 tambahkan HCl encer tetes demi tetes. Apakah
endapannya larut ? Bagian II tambahkan NaOH encer tetes
demi tetes.
Larutkan endapannya . Panaskan bagian III dari suspensi
presipitat tabung 1 dan 3 dalam penangas air mendidih selama
15 menit. Dinginkan dan lakukan test kelarutan dalam asam
dan alkali encer. Apakah endapannya larut ?
Kesimpulan apakah yang dapat ditarik dari percobaan diatas
mengenai titik isoeletrik , pengaruh pemanasan protein pada
titik isoeletrik, diatasnya dan dibawahnya. Pengertian
denaturasi, flokulasi, koagulasi dan titik koagulasi.









17
A B C
Albumin + HCl 0,1 Albumin + buffer Albumin +NaOH
0,1 N



.? ..? ..?
+ buffer + buffer
saring saring saring

suspensi suspensi suspensi



Kesimpulan :
Titik isolelektrik ialah :




Pengaruh pemanasan pada titik isoelektrik :




Pengaruh pemanasan diatas titik isoelektrik :




Pengaruh pemanasan dibawah titik isoelektrik :



Denaturasi :



Flokulasi :









18
Koagulasi :




Titik koagulasi :


Perlukah air pada koagulasi dengan pemanasan ?


Masukkan sedikit bubuk albumin kedalam 2 tabung reaksi. Tambahkan
5 ml air pada salah satu tabung . Letakkan kedua tabung tersebut pada
penangas air mendidih sambil sering dikocok. Dinginkan kedua
tabung.
Tambahkan 5 ml air pada tabung yang berisi albumin kering,
kemudian kocok kedua tabung . Saring masing-masing tabung , lalu
lakukan test untuk protein pada filtrat. Pemanasan harus berlangsung
lama, supaya albumin mengalami koagulasi.

Cara :
Tabung A : bubuk albumin +air panaskan dalam penangas
air, sambil sering dikocok
Tabung B : bubuk albumin Dinginkan


Tabung A saring , pada filtrat masing-masing
Tabung B 2 ml air , kocok , lakukan test Biuret.

Hasil :
Tabung A :
Tabung B :


Kesimpulan :


Salting out protein

Campurkan bagian putih telur mentah dengan 4 bagian NaCl 1 % , lalu
saring . Gunakan filtratnya.
Pada sebagian filtratnya tambahkan larutan ammonium sulfat jenuh
dalam jumlah yang sama , apakah terbentuk endapan ? Encerkan
sebagian campuran ini dengan air sedikit. Apakah endapannya
reversibel ( larut kembali ) ?



19

Saringlah sisanya dan kerjakan :
a. test Millon untuk presipitat
b. test Biuret untuk filtrat. Untuk test ini tambahkan sedikit NaOH
padat untuk menguraikan (NH
4
)
2
SO
4
yang berlebih yang dapat
menghalangi pembentukan Biuret

Dasar reaksi : mengendapkan protein dengan larutan garam. Untuk
memisahkan fraksi-fraksi protein (secara Cohn).

Cara: lihat skema
Hasil : Endapan reversibel :
Endapan globulin +Millon :
Presipitat +Millon :
Filtrat +Biuret :

Kesimpulan :


Pada serum : (NH
4
)
2
SO
4
: jenuh mengendapkan globulin
jenuh mengendapkan albumin.

Pada plasma : (NH
4
)
2
SO
4
: jenuh mengendap kan fibrinogen
jenuh mengendapkan globulin
jenuh mengendapkan albumin

J ika plasma ditambahkan ammonium sulfat padat sampai jenuh.
Yang mengendap ialah : fibrinogen
globulin
albumin









20












21

Pengaruh alkohol pada protein
A. Campurkan 5 ml alkohol 95 % dengan 1 ml larutan albumin 2 %
Amati! J ika timbul endapan , apakah endapannya larut dalam air ?
Ulangi percobaan ini terhadap : - larutan gelatin 2 %
- larutan pepton 2 %

B. Sediakan 4 tabung reaksi kosong dan bersih.


No. tabung reaksi I II III IV
Larutan putih telur ( 1 : 4 ) 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml
HCL 0,1 N 1 ml - - -
NaOH 0,1 N - 1 ml - -
Buffer asetat pH 4,7 - - 1 ml -
H2O - - - 1 ml
Etanol 95 % 6 ml 6 ml 6 ml 6 ml


Amati apa yang terjadi pada masing-masing tabung !

Dasar: Alkohol mengendapkan protein dengan menarik mantel airnya
Cara : Lihat halaman sebelumnya


Hasil: Tabung I : pH .
Tabung II : pH
Tabung III : pH
Tabung IV : pH

Kesimpulan :

















22
LIPID


Definisi:
Segolongan senyawa organik yang terdapat di alam dan mempunyai
sifat-sifat:
1. Tidak larut dalam air, larut dalam pelarut lemak: eter, kloroform,
alkohol panas, dan benzene
2. Berhubungan erat dengan asam lemak
3. Dapat digunakan oleh organisme hidup

Klasifikasi:
1. Simple lipid: ester asam-asam lemak, macam-macam alkohol
- lemak netral dan minyak
- waxs

2. Compound lipid: - fosfolipid: * asam lemak
* gliserol / alkohol lain
* asam fosfat

contoh: - fosfatidil gliserol (asam
fosfatidat)
- fosfatidil kolin
- fosfatidil etanolamin
- fosfatidil inositol
- fosfatidil serin
- glikolipid

3. Derived lipid: bila dihidrolisa menghasilkan simple dan compound
lipid

Asam lemak : - rantai C jenuh
- rantai ada ikatan rangkap

Alkohol (BM tinggi ): - alifatik
- sterol
- ada cincin karoten: vit A

Hidrokarbon: - alifatik
- karotenoid
- skualene

contoh: Vit D ; vit E ; vit K



23
Sifat-sifat umum lemak
- Bila murni tidak mempunyai rasa, tidak berbau, dan
tidak bewarna
- Bentuk-bentuk kristal lemak tergantung asalnya
- Masing-masing punya titik lebur tergantung asalnya
- Asam lemak tidak jenuh mudah dioksidasi menjadi
zat yang berbau tengik (rancid). Untuk
mencegahnya ditambahkan anti oksidan
(hidrokuinon).
Asam lemak tidak jenuh dapat menghilangkan
warna yodium karena adisi yodium pada ikatan
rangkap sehingga bisa dipakai untuk menentukan
banyaknya ikatan rangkap di dalam sejumlah
tertentu lemak .

Angka yodium: jumlah gram yodium yang dapat
diadisi oleh 100 gram lemak.

I I


- C =C - + I
2
C - C

Cholesterol
Inti: siklo pentano perhidrofenantren atau sterol






OH

Yang intinya serupa adalah vitamin D dan asam empedu.
Kristalnya mirip ubin pecah

Asam lemak tidak jenuh
Sifat:
- Mudah mengalami oksidasi menjadi tengik (rancid). Asam
lemak yang tengik tidak dapat dicerna usus dan merupakan
racun. Untuk mencegah rancidity diberikan antioksidan
- Dapat menghilangkan warna iodium oleh daya adisi iodium
pada ikatan rangkap

Angka Iodium (Iodium number)
Gram iodium yang dapat diadisi dengan 100 gram lemak


24
Bilangan penyabunan
J umlah mg KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram
lemak

Acid number
J umlah mg KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam
lemak bebas

Polenske number
J umlah ml KOH 0,1 N yang dibutuhkan untuk menetralkan
asam lemak yang dapat larut yang terdapat dalam 5 gram lemak

Reichert-Meissl number
Menentukan asam lemak yang dapat larut (sesuai Polenske
number)

Acetyl number
J umlah mg KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan gugus
acetyl pada penyabunan 1 gram lemak setelah menjalani
asetilasi.

Test Kholesterol

a. Kristal kholesterol
Setetes larutan kholesterol padat dalam alkohol panas ditaruh pada kaca obyek
dan didiamkan sampai alkoholnya menguap.
Amati bentuk kristalnya dengan mikroskop !

b. Test Liebermann-Burchard
Alat-alat yang dipakai harus kering !

Dasar : reaksi warna

Cara : Campurkan 10 tetes asam asetat anhidrida dengan 2 ml
kholesterol 0,05 % dalam kholoroform. Kemudian
tambahkan dengan hati-hati 2 - 3 tetes asam sulfat
pekat.
Campuran dikocok perlahan-lahan dan amati warna yang terbentuk .
Akan terjadi perubahan warna dari merah-biru-hijau dan
perhatikan waktu perubahannya .

Hasil :


Kesimpulan :



25
c. Test Salkowski
Alat-alat yang dipakai harus kering benar.

Dasar : reaksi warna

Cara : Campurkan secara hati-hati 1 ml kholesterol 0,05 %
dalam kholoform dengan 1 ml asam sulfat pekat.
Dalam lapisan kholoroform akan tampak perubahan warna berturut-
turut dari merah-biru ungu , sehingga fluoresensi kuning akan
tampak pada lapisan asam.
Tabung jangan dikocok !

Hasil :


Kesimpulan :


Test Absorbsi iodium

Dasar : Adisi iodium pada ikatan rangkap asam lemak tidak jenuh

Cara : Larutkan 15 tetes minyak kelapa dalam 2,5 khloroform.
Tambahkan larutan Iodium Hubl tetes demi tetes pada saat
itu, sambil dikocok . Warna akan hilang jika terdapat asam-
asam lemak tidak jenuh. Hitung Banyaknya tetesan iodium
sampai warna tidak hilang setelah dikocok 1 menit. Lakukan
test yang sama terhadap minyak jagung, minyak kacang dan
minyak wijen.
Bagaimana hasilnya?
Minyak yang mana mempunyai ikatan rangkap terbanyak ?




Hasil :


Kesimpulan:









26
PERCOBAAN TERHADAP KARBOHIDRAT

TEST MOLISCH :

Test ini merupakan test umum untuk karbohidrat. Karbohidrat dalam
bentuk bebas atau terikat memberi hasil positip.
Dasarnya: Karbohidrat dengan asam pekat membentuk furfural. Ini
adalah akibat dehidrasi dengan asam pekat. Furfural ini
kemudian dengan alfa naftol membentuk senyawa
berwarna ungu.
Hasil negatip bearti tidak adanya karbohidrat.

Cara : 3 ml larutan yang akan diperiksa dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Kemudian tambahkan 3 tetes pereaksi
Molisch (mengandung naftol), Kocok supaya tercampur.
Tambahkan dengan hati-hati (tabung dimiringkan) 2 ml
asam sulfat pekat. Bila timbul cincin ungu di perbatasan
antara kedua lapisan cairan, berarti reaksi positip.


TEST BENEDICT

Larutan Benedict terdiri dari:
Cupri sulfat, Na sitrat dan Na carbonat (campuran ini bersifat
alkalis)

Dasarnya: Gugus aldehid / keton bebas dari gula dapat mereduksi
cupri oksida dalam larutan tembaga alkalis menjadi cupro
oksida yang bewarna merah (berupa endapan)

Caranya: Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan
Benedict (ambil dengan pipet Mohr 10 ml) dan 4 tetes
larutan yang akan diperiksa. Campur dan panaskan! Bila
dipakai api langsung maka pemanasan cukup 2 menit
dihitung pada saat mulai mendidih. Bila memakai penangas
air mendidih maka diperlukan waktu 5 menit. Kemudian
dinginkan perlahan-lahan.

Perhatikan apakah terbentuk endapan serta warna endapan
tersebut. Perubahan warna larutan tanpa endapan belum
dapat dianggap positip.

TEST IODIUM :

Ambil test plate. Letakkan sejumlah kecil pati dalam salah satu lekuk.
Tambahkan 1 tetes larutan Iodium . Akan terlihat warna biru.
Inulin (fruktosan ), selulosa dengan test Iodium tak berwarna.
Glikogen dengan test Iodium memberi warna merah

27

PATI (C
6
H
10
O
5
)
- Polisakarida tumbuh-tumbuhan.
- Cadangan makanan : gandum , kacang , umbi dsb.
- Dalam alam tidak larut dalam air.
- Dengan I
2
memberi warna biru.
- Tergantung sumber bentuk butir-butir pati secara
mikroskopis berlainan.
- Ada 2 bagian :
1 . Amilosa ( 15 - 20 %)
Rantai panjang tidak bercabang
Terdiri dari : D- glukopiranosa ikatan 1 - 4
2. Amilopektin ( 80 85 % )
Rantai bercabang : 24 30 molekul D glukopiranosa yang
bersambungan dengan ikatan 1 - 4 dan 1 - 6
- Berat molekul : 50.000- jutaan

asam encer
- Pati amilodekstrin + dengan Iod : biru


eritrodekstrin + dengan Iod : merah


achrodekstrin


maltosa dengan Iod tidak memberi
warna biru

glukosa

GLIKOGEN

Glikogen merupakan polisaksarida yang terdapat dalam hewan, oleh
sebab itu disebut animal starch . Molekulnya lebih kecil dari pati
dan merupakan struktur bercabang dengan unit rantai lurus 11-18
molekul -D-glukopiranosa (ikatan 1-4) dan bercabang dengan ikatan
1-6. Glikogen tidak mereduksi larutan Benedict dan memberi warna
merah dengan test Iodium.

Pada hidrolisa dengan asam dihasilkan glukosa sedangkan hidrolisa
dengan enzim amilase menghasilkan maltosa.

Glikogen bersifat larut dalam air dan akan membentuk larutan yang
opalescent dalam air panas. Glikogen juga larut dalam asam encer dan
larutan NaCl. Untuk mengendapkan glikogen dipakai alkohol 95%
atau larutan basa encer.
28

Dalam tubuh, glikogen ditemukan terutama di hati, otot, ginjal dan
lain-lain. Tidak ditemukan di otak. Pada penyakit Von Gierke, terjadi
penimbunan glikogen dalam sel-sel tubulus kontortus ginjal dan sel
hati karena kekurangan enzim glukosa 6- fosfatase.

Pada penyakit Mc Ardle terjadi penimbunan glikogen di otot karena
defisiensi enzim miofosforilase.

Cara membuat filtrat glikogen :
Kedalam sebuah kaserol masukkan 50 gr hati dan 100 ml air. Didihkan
diatas api langsung . Untuk mengendapkan protein, tambahkan sedikit
asam asetat encer. Aduk terus sampai volumenya tinggal separuhnya(
20 menit). Larutan akan menjadi keruh . Saringlah selagi panas.
Filtrat dibagi dua . Satu untuk percobaan A dan yang lain untuk
percobaan B.


A. 1. Uji filtrat dengan test Benedict !
Dasar reaksi :

Cara : Masukkan 2 ml larutan Benedict kedalam tabung
reaksi dan tambahkan 4 tetes filtrat yang mengandung
glikogen.
Campur dan panaskan dalam penangas air mendidih
selama 5 menit. Kemudian dinginkan .

Hasil :

Kesimpulan :

2. Kedalam tabung reaksi masukkan 1 ml filtrat dan tambahkan 1
tetes larutan lugol . apa yang terbentuk ?
Bandingkan dengan air yang diberi lugol . Agar test lebih
sensitif.Tambahkan 1 tetes larutan NaCl 10 % . teteskan lebih
banyak lugol.
Apa yang terjadi ? Panaskan tabung ! Perhatikan apa yang
terlihat .

Dasar reaksi:


Hasil:



Kesimpulan:

29


3. Ke dalam sebuah tabung reaksi masukkan 10 ml filtrat. Campur
dengan 10 tetes HCl pekat. Didihkan selama 15 menit.
Dinginkan, kemudian tambahkan 45 tetes NaOH encer untuk
menetralkannya. Uji hidrolisat dengan test Benedict ! Tuliskan
hasilnya.


Dasar reaksi:



Hasil:



Kesimpulan:





B. 20 ml filtrat ditambahkan alkohol 95% sebanyak 4 X volumenya
(80 ml). Glikogen sukar larut dalam alkohol. Oleh sebab itu akan
mengendap. Biarkan sampai seluruh glikogen mengendap,
kemudian buang larutan jernih di atasnya. Sisanya (endapannya)
disaring dengan kertas saring. Keringkan bubuk glikogen yang
didapat dengan kertas saring.
Lakukan test terhadap bubuk glikogen !

1. Iodium
Ke dalam salah satu lubang piring reaksi masukkan sedikit bubuk
glikogen.
Kemudian tambahkan 1 2 tetes larutan iodium. Warna apa yang
terjadi ?

Dasar:



Hasil:



Kesimpulan:


30

2. Dalam tabung reaksi lakukan test daya larut glikogen dalam:
a. air
b. asam encer
c. basa encer
d. NaCl 10%


Dasar :



Hasil :




Kesimpulan :



KIMIA JARINGAN


J aringan tubuh terdiri atas 5 macam:
1. J aringan vaskuler, yaitu darah
2. J aringan epitelial
3. J aringan penyambung / ikat non vaskuler
4. J aringan otot
5. J aringan saraf

EPITELIAL

1. KERATIN
Keratin adalah bagian terbesar dari epidermis kulit dan derivat
epidermis lainnya, misalnya rambut, kuku, tanduk dan bulu.
Sifat : - merupakan albuminoid
- sukar larut
- tak dapat dicerna (tahan enzim proteolitik )
- mengandung banyak asam amino S, misalnya sistin.

2. MELANIN
- merupakan pigmen kulit memberi warna pada
kulit
- merupakan derivat tirosin Millon (+)



31

J ARINGAN PENYAMBUNG :
Termasuk tulang, tulang rawan , gigi , jaringan fibrous .
Pembagian :
A. J aringan fibrous putih :
Misalnya tendo Achilles yang terdiri dari : 31,6 % kolagen
1,6 % elastin
0,5 % tendo mukoid
(glikoprotein & musin liur)

Kolagen :
- merupakan albuminoid
- mudah larut
- dapat dicerna oleh tripsin & pepsin
- asam amino terbanyak : glisin 29 %
prolin 16 %
OH-prolin 13 %
- tidak mengandung triptofan Hopkins Cole (-)
- dapat diubah menjadi gelatin dengan : direbus
penambahan asam >
merupakan perubahan
fisik

Perbedaan : kolagen keratin
- mudah larut - sukar larut
- dapat dicerna - tak dapat dicerna

B. J aringan elastik kuning :
Misalnya Ligamentum Nuchae (sapi) : 31,7 % elastin
7,2 % kolagen
0,5 % mucoid

Elastin : merupakan albuminoid
Sifat : - tidak larut dalam air
- dapat dicerna oleh enzim pepsin dan tripsin
- bila direbus tidak menjadi gelatin
- asam amino terbanyak : leusin, isoleusin , glisin,
prolin dan valin.

C. Tulang rawan :
Terdiri dari bahan organik & anorganik .
Organik : 1. chondro mukoid
2. chondro albuminoid
3. kolagen




32

ad. 1. Chondro mukoid :
Terdiri dari protein dan mukopolisakarida.
Mukopolisakarida terdiri dari :
- chondroitin sulfat A
- chondroitin sulfat B
- chondroitin sulfat C : pada tendon & tulang rawan
- chondroitin sulfat D

Chondroitin sulfat terdiri dari :
- N asetil heksosamin
- Asam uronat ( D glukuronat)

ad. 2. Chondro albuminoid :
merupakan elastin & keratin

chondro albuminoid keratin
S << S >>
larut dalam asam lambung tidak larut dalam asam
lambung

Mukopolisakarida lain diluar tulang rawan :
- heparin
- asam hialuronat (semen )
- mucoitin sulfuric acid (liur)

1. Percobaan terhadap kolagen jaringan :
Percobaan dilakukan terhadap larutan yang mengandung kolagen
yang telah diisolasi sebelumnya.

1. Lakukan test Biuret :
Dasar :


Cara : Ambil 1 potong kolagen dan tambahkan 1 ml Biuret.

Hasil :


Kesimpulan :


Test Xanthoprotein :


Dasar :


33


Cara : Tambahkan 1ml HNO
3
pekat pada 1 potong kolagen
dan tambahkan 1 ml air. Panaskan perlahan-lahan.
Dinginkan dibawah kran. Tambahkan tetes demi tetes
larutan NaOH pekat atau NH
4
OH pekat.
Amati perubahan warnanya.

Hasil :




Kesimpulan :


Test Hopkins Cole :
Dasar reaksi :



Tujuan :


Cara : Tambahkan 2 ml Hopkins Cole pada 1 potong kolagen yang
akan diperiksa . Teteskan dengan hati-hati H
2
SO
4
pekat
melalui dinding tabung sampai terjadi dua lapisan cairan .
Sesudah didiamkan sebentar akan tampak cincin ungu pada
perbatasan kedua lapisan , bila test positif.


Hasil :




Kesimpulan :


Test terhadap Belerang :
Masukkan 1 potong kolagen dalam tabung reaksi. Tambahkan 5 ml
larutan NaOH encer dan panaskan selama 5 menit dalam penangas air .
Kemudian tambahkan 1 atau 2 tetes larutan Pb asetat dan panaskan
sampai mendidih . Apa yang terjadi ?




34

Hasil :


Kesimpulan :



2. Pembentukan gelatin dari kolagen :
Masukkan kedalam sebuah kaserol /gelas kimia sedikit kolagen
yang disediakan, kemudian tambahkan air sampai dua pertiga
gelas tersebut . Tambahkan larutan HCl 4 N lebih kurang 1ml.
Didihkan kira-kira 1 jam sampai terbentuk cairan kental,
kemudian lakukan percobaan sebagai berikut :

Test Hopkins Cole
Dasar reaksi :


Tujuan :

Cara :


Hasil :


Kesimpulan :



Test Millon :
Dasar reaksi :


Tujuan :


Cara:


Hasil :


Kesimpulan :



35

II. Percobaan terhadap mukopolisakarida dari tulang rawan :

Masukkan 10 ml aquadest kedalam sebuah beker gelas 50 ml,
kemudian tambahkan 2 potong tulang rawan dan 1 ml HCl .
Panaskan diatas api langsung sampai volumenya tinggal separuh .
Dinginkan larutan ini , kemudian dibagi 2 bagian . Bagian pertama
ditambahkan BaCl
2
1 ml.

Hasil :


Kesimpulan :


Netralkan bagian kedua dengan larutan Na
2
CO
3
(dengan kertas
lakmus sebagai indikator) . Lakukan test Benedict.

Dasar reaksi :


Tujuan:



Cara:



Hasil:


Kesimpulan:


III. Percobaan terhadap keratin jaringan:

Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan bubuk yang berasal
dari tanduk. Lakukan reaksi-reaksi sebagai berikut:

Test Biuret: Masukkan ke dalam tabung reaksi sedikit tanduk dan
tambahkan 1 ml larutan Biuret.

Hasil:


Kesimpulan:


36

Test Millon: Masukkan tanduk ke dalam tabung reaksi dan
tambahkan 1 ml aquadest. Kemudian tambahkan 4
tetes larutan Millon dan panaskan.

Hasil:


Kesimpulan:


Test Xanthoprotein :
Cara :


Hasil :


Kesimpulan :

Test Hopkins Cole :
Cara :


Hasil :


Kesimpulan :


Test terhadap belerang :
- Masukkan sedikit tanduk kedalam tabung reaksi yang berisi 1 ml
air .
Tambahkan 5 ml larutan NaOH encer dan panaskan selama 5
menit . Kemudian tambahkan 3 tetes larutan Pb asetat dan
panaskan sampai mendidih.

Hasil :


Kesimpulan :


- Bakarlah sedikit bubuk tanduk didalam cawan penguapan (api
langsung).
Perhatikan bau khas belerang yang timbul.
Hal yang sama saudara lakukan terhadap potongan kuku
saudara sendiri!
37

Kesimpulan :


V I T A M I N

Vitamin A

Dasar : Reaksi pembentukan warna.

Cara :
I. Percobaan CARR PRICE
Kedalam tabung reaksi yang kering dituangkan 2 tetes
larutan minyak ikan dalam khloroform 20 %.
Tambahkan 2 ml larutan jenuh Antimontrikhlorida dalam
khloroform . Perhatikan perubahan perubahan warna yang
terjadi

II. Percobaan kualitatif dengan pereaksi asam Trichloroasetat
(TCA).
Tuangkan kedalam tabung reaksi 3 ml larutan jenuh
Trichloroasetat dalam khloroform . Teteskan 2 tetes minyak
ikan . Kocok dengan hati-hati dan perhatikan warna yang
timbul.

Hasil :
I.


II.


Kesimpulan :



Piridoksin

Dasar : Reaksi warna


Cara :
Pada 5 ml larutan yang hendak diperiksa, tambahkan secara
berurutan 2 ml Na-asetat 50 %, 1 ml aquadest, 0,5 ml garam
diazonium dan 1 ml Na-karbonat 5,5 %.
Kocok dan perhatikanlah warna yang timbul.

Hasil :
38

Kesimpulan :


NIASIN

Dasar :
Reaksi pembentukan warna yaitu niasin dan niasin-amida
bereaksi dengan sianogen-bromida dan amina primer /
sekunder meng-hasilkan senyawaan yang berwarna kuning
kehijauan (Reaksi KNIG).

Cara :
Pada 3 ml larutan asam nikotinat tambahkan 5 ml larutan Buffer
(pH 6,6). Tambahkan 3 ml sianogen bromida. Sepuluh menit
kemudian tambahkan 2-3 tetes aniline dan 2-3 tetes HCl pekat.
Perhatikan warna yang timbul.

Hasil :


Kesimpulan :


Vitamin C

1. Percobaan BENEDICT

Dasar: vitamin C mempunyai daya reduksi .


Cara : Lakukan percobaan kwalitatif BENEDICT terhadap larutan
asam askorbat 1 %

Hasil :


Kesimpulan :

2. Percobaan dengan buah apel dan pisang

Dasar : Melihat daya antioksidan vitamin C.

oksidasi
Fenol fenolat ( bintik hitam)
Adanya vitamin C, merupakan antioksidan , sehingga
fenol tidak dioksidasi menjadi fenolat.

39

Cara :
Ambil 2 potong apel yang masih segar. Sepotong
dimasukkan beker glass berisi air dan sepotong lagi
kedalam beker glass yang berisi larutan vitamin C 1 %.
Diamkan selama jam . Lakukan dengan cara yang sama
terhadap potongan pisang. Pada potongan apel / pisang
didalam air akan timbul bintik-bintik hitam sebagai akibat
oksidasi senyawa fenol., sedangkan pada potongan
apel/pisang didalam larutan vitamin C tidak akan timbul
bintik hitam.

Hasil :


Kesimpulan :

Vitamin D

Percobaan Carr Price

Dasar : Reaksi warna.
Mula-mula vitamin A yang terdapat dalam minyak ikan
dioksidasi oleh peroksidan dan pemanasan , sehingga tinggal
vitamin D yang akan ditest dengan pereaksi CARR-PRICE..

Cara :
Pada 1 ml minyak ikan tambahkan 1 ml larutan hidrogen
peroksida
5 % . Aduklah campuran ini secara hati hati sampai tidak ada
lagi keluar gelembung-gelembung gas.

Dinginkan isi tabung dibawah aliran air, lalu teteskan beberapa tetes
pereaksi CARR-PRICE pada campuran ini

Hasil :




Kesimpulan :







40
E N Z I M

Untuk percobaan enzim sebagai substrat dipakai susu.

Komponen dalam susu adalah :

1. Karbohidrat merupakan komponen terbanyak.
Karbohidrat dalam susu adalah laktosa

2. Protein berupa kasein dan enzim
Enzim dalam susu ialah :
1. peroksidase dan katalase
2. dehidrogenase (dalam susu sapi)
3. fosfatase alkali (rusak pada susu pasteur)
4. lipase
5. amilase

3. Lemak

4. Vitamin
Vitamin yang larut dalam lemak : A, D, dan E
Larut air : C, B
1 ,
B
2,
B
3,
B
6
, Folic acid , dsb

5. Anorganik
Terbanyak : kalsium
J uga terbanyak : P, K , Cl, Mg , S, Cu, Zn.

Pasteurisasi : adalah pemanasan pada 143 derajat F ( 61,7
O
C)
selama 30 menit dilanjutkan dengan
pemanasan pada 160 derajat F ( 71
O
C) 15
menit.

Dengan pasteurisasi , kuman patogen mati (mycobacterium
tuberculosa). Kerugiannya adalah bahwa enzim dalam
susu akan rusak.

I. PENGARUH SUHU

rennin
Dasar : Kasein Ca-parakaseinat
(menggumpal )
Ca
++

Cara :
Kedalam empat tabung reaksi isikan 5 ml susu ( A B C D ).
Kedalam empat tabung reaksi yang lain masukkan 1 ml rennin
0,5 % (abcd).
Tempatkan tabung A & a didalam beker glas ang berisi air es
tabung B & b didalam suhu ruangan
41
tabung C & c didalam penangas air bersuhu 37
40
O
C
tabung D & d didalam penangas air bersuhu 75
80
O
C

Setelah 3 menit campurkan rennin kedalam tabung reaksi yang
berisi susu.
Aduklah dan perhatikan waktunya.
Setiap satu menit tabung diperhatikan apakah telah terjadi
penggumpalan susu, catat waktu terjadinya perubahan .

Setelah 5 menit setiap tabung yang belum mengalami
penggumpalan diperhatikan
dengan interval tertentu untuk waktu jam .
Suhu manakah yang merupakan suhu optimal untuk bekerjanya
enzim ?

Hasil :


Kesimpulan :


Gambarkan grafik pengaruh suhu pada kerja enzim .
Gambar :




II. PENGARUH KONSENTRASI SUBSTRAT

Dasar :
Makin tinggi kadar substrat, makin besar kecepatan reaksi
enzimatik, sampai kecepatan maksimal.
Bila kecepatan reaksi enzimatis sudah maksimal, penambahan
substrat tidak akan menambah kecepatan reaksi.

Kecepatan
reaksi




Substrat

Cara :
Kedalam 3 tabung reaksi masukkan berturut-turut 10 ml, 8
ml dan 6 ml susu.
42
Tambahkan air secukupnya sehingga diperoleh volume 10
ml. Letakkan didalam penangas air 37
o
C . Setelah
beberapa saat tambahkan pada masing- masing tabung reaksi
2 ml larutan rennin 0,2 %. Perhatikan dan catatlah waktu
yang diperlukan untuk penggumpalan susu pada masing-
masing tabung.

Hasil :



Kesimpulan :




III. PENGARUH ANTISEPTIK

Dasar :
Antiseptik adalah suatu zat kimia yang berfungsi untuk
mencegah pertumbuhan kuman. Antiseptik juga
mempengaruhi kerja enzim.

Cara :
Pada 4 tabung reaksi ( A B C D ) yang berisikan 5 ml
susu , tambahkan 5 tetes A. toluen; B. Chloroform ; C.
phenol 5 % ; D. air.
Letakkan didalam penangas air 37
o
C . Setelah beberapa
saat, tambahkan pada masing-masing tabung 1 ml
larutan rennin 0,2 %. Perhatikan perubahan masing-
masing tabung setiap menit , dan bandingkan
terhadap tabung D selaku kontrol.


Hasil :


Pertanyaan : Antiseptik manakah yang paling sedikit
pengaruhnya terhadap kerja enzim ?



Kesimpulan :


ANALISA KUALITATIF DARAH

BERAT JENIS
Berat jenis suatu cairan dapat ditentukan dengan cara :
43

I. Menentukan Berat J enis dengan urinometer
Di dalam klinik biasanya berat jenis diukur dengan
menggunakan suatu macam hidrometer yang dinamakan
urinometer.
Urinometer ditera pada suhu tertentu. Suhu peneraan dapat dibaca pada
urinometer tersebut. Apabila berat jenis diukur pada suhu yang
berbeda dengan suhu penerapan , hasil yang didapat harus
dikoreksi lagi.

Koreksi dilakukan dengan jalan menambah 1 angka pada
angka ketiga dibelakang koma untuk setiap 3
O
C di atas
suhu peneraan dan dikurangi 1 angka pada angka ketiga di
belakang koma untuk setiap 3
O
C dibawah suhu peneraan .
Pembacaan dilakukan dengan melihat skala , angka yang
ditunjukkan oleh permukaan cairan yang diperiksa.

Tentukanlah berat jenis aqua destilat , air keran, larutan
NaCl 3 % dan larutan NaCl 5 %

II. Larutan Tembaga sulfat Phillips van Slyke untuk
menentukan Bj darah dan plasma (DEMOSNTRASI)

Prinsip
Berat jenis darah dan plasma dapat ditentukan dengan
meneteskan bahan yang akan diepriksa ke dalam suatu
larutan tembaga sulfat dengan berat jenis yang diketahui dan
melihat apakah tetes tersebut naik , turun atau melayang
dalam larutan tersebut.

Tiap tetes yang memasuki larutan akan terbungkus oleh suatu
selaput tembaga proteinat dan tidak akan mengalami
perubahan berat jenis selama 15 20 detik .
Berat tetesan yang dijatuhkan tidak mempengaruhi
penetapan.

Prosedur
Pertama-tama disiapkan bermacam-macam larutan tembaga
sulfat dengan bermacam-macam berat jenis, untuk penetapan
berat jenis yang teliti dan beda berat jenis antara satu larutan
yang lain haruslah 0,001. Untuk penetapan yang agak kasar
beda tersebut cukuplah 0,004 saja.

Setelah kecil darah atau plasma yang akan ditentukan berat
jenisnya dijatuhkan dari tinggi 1 cm ke dalam salah satu
larutan yang kira-kira mempunyai berat jenis sama dengan
bahan yang akan diperiksa. Untuk pekerjaan tadi dipakai
penetes obat atau alat penyuntik. Karena kecepatan jatuh ,
44
tetes tersebut akan menembus permukaan larutan dan turun
sampai 2 3 cm dibawah permukaan . Kecepatan jatuh akan
hilang dalam 5 detik. Selama10 detik setelah kecepatan jatuh
hilang, harusa ditentukan apakah tetes tersebut lebih berat ,
lebih ringan atau sama beratnya dengan larutan.

Setelah 10 detik , pemeriksaan akan tidak ada artinya lagi,
karena berat jenis tetesan akan berubah disebabkan difusi
melalui selaput tembaga proteinat.

Apabila berat jenis tetesan lebih kecil dari berat jenis larutan ,
dalam 10 detik itu tetesan akan naik (mungkin hanya
beberapa mm ) dan segera tenggelam lagi . Apabila berat
jenis tetesan sama dengan berat jenis larutan , tetesan akan
melayang dan kemudian tenggelam . Sedang kalau berat jenis
tetesan lebih besar dari berat jenis larutan , tetesan akan
terus tenggelam selama waktu 10 detik .

Konsentrasi hemoglobin dan protein plasma berhubungan
dengan berat jenis plasma dan darah . Dengan diketahuinya
berat jenis plasma dan darah, hemoglobin dan protein dapat
ditentukan. Lihat halaman 7

Hasil :


Kesimpulan:



III. METODE TETES J ATUH untuk menentukan Berat J enis
Darah . Plasma atau serum ( Falling Drop Method)
















45
A N A L I S A K U A L I T A T I F D A R A H

Hemolisa sel darah merah

A. Larutan hipotonis

Dasar : NaCl 0,9 % adalah larutan yang isotonis , sel
darah merah tidak Mengalami perubahan
bentuk.
Dalam larutan yang hipotonis, sel darah merah
mengalami hemolisa. Sedangkan dalam larutan
hipertonis sel darah merah akan mengkerut
(crenated)
Cara :
Sediakan sederetan tabung-tabung yang berisi
campuran sbb:
Air (ml) NaCl 2 % (ml ) % NaCl

10,0 0,0
9,0 1,0
8,0 2,0
7,5 2,5
7,0 3,0
6,5 3,5
6,0 4,0
5,5 4,5
5,0 5,0
4,5 5,5

Campur dengan baik dan pada tiap tabung tambahkan 2
tetes eritrosit yang telah dicuci. Kocok lagi, lalu
diamkan selama 1 jam. Catatlah derajat hemolisis pada
masing-masing tabung.

Pertanyaan : Berapakah resistensi osmotik minimum
dari sel darah merah?

J awab :


Hasil :



Kesimpulan :




46
B. Pengaruh zat-zat kimia
Dasar :Dinding sel darah merah adalah suatu
lipoprotein.
Dalam pelarut lemak., dinding ini akan larut
sehingga bila sel darah merah dimasukkan
dalam pelarut lemak akan terjadi hemolisis.

Cara : Isilah 6 tabung reaksi dengan 10 ml
NaCl 0,9 %.
Tabung pertama digunakan sebagai kontrol,
dan 10 tetes chloroform eter, aseton, toluen,
dan alkohol. Lalu tambahkan pada ke-6
tabung tersebut 2 tetes eritrosit yang telah
dicuci.
Kocok dan biarkanlah selama jam .
Bandingkan dengan tabung kontrol.

Hasil :


Kesimpulan :


DERIVAT HEMOGLOBIN

Salah satu fungsi darah adalah untuk transport oksigen dari paru-paru
ke jaringan ke paru-paru ( respirasi ) , ikatan antara hemoglobin
dengan oksigen merupakan suatu ikatan yang mudah terlepas.
Ikatan CO terhadap hemoglobin sangat kuat (20 kali ikatan oksigen
terhadap hemoglobin).

Dalam hemoglobin , Fe terdapat dalam bentuk ion fero.
Bila terdapat zat oksidator ( K-ferisianida, ozon, nitrit dsb), ion ferro
ini dapat dioksidasi menjadi feri ( Met-Hb ) dan warna larutan darah
yang mengandung met- Hb ini berubah menjadi merah coklat.

Derivat hemoglobin mempunyai warna berlainan, yaitu :
- Oksi hemoglobin merah terang (merah
kekuningan)
- Reduced hemoglobin (HHb) merah gelap

- CO- Hb merah karmin ( merah cherry)
- Met-Hb merah coklat

Bila dalam larutan darah dibubuhkan suatu larutan asam (HCl), akan
terbentuk hematin asam yang berwarna coklat. Ini merupakan dasar
penentuan kadar hemoglobin menurut cara Sahli.
47
Suatu hematin basa (coklat) terbentuk bila dalam darah dibubuhkan
larutan basa (NaOH).

Oksihemoglobin dan Reduced-hemoglobin
Cara :
Buatlah stok larutan pereduksi Stokes dengan cara :
Dalam sebuah tabung reaksi masukkan 2 ml pereaksi Stokes
(campuran asam tartrat dengan ferro sulfat).
Tambahkan 10 tetes NH 4OH untuk melarutkan presipitat
yang terbentuk .
Stok ini dipakai untuk semua percobaan yang menggunakan
pereaksi Stokes.

Encerkan 2 ml darah dengan 6 ml air dalam sebuah tabung
reaksi. Kocok baik-baik. Perhatikan warna merah terang dari
oksihemoglobin. Bagilah dua isi tabung , masing-masing3 ml.

Yang pertama digunakan sebagai kontrol.
Pada tabung ke-dua tambahkan 3 tetes pereaksi Stokes ( stok).
Akan terbentuk reduced-Hb. Bandingkanlah warnanya
dengan oksi-Hb.

Kocok tabung yang berisis reduced-Hb dengan membalik-
balik tabung. Akan terjadi oksigenisasi dengan oksigen dari
udara. Deoksigenasasi dapat terjadi bila diberi reduktor dan
reoksigenasasi bila dikocok kembali. Kejadian faal apakah
yang ditiru percobaan ini ?

Hasil :


Kesimpulan :











Karbonmonoksida- hemoglobin

Karbonmonoksida-Hb dibuat dengan cara mengalirkan gas dari keran
(mengandung CO) ke dalam satu tabung yang berisi larutan darah.

48
Cara:
1. Encerkan 1 ml larutan CO-Hb dengan 1 ml air.
Bandingkan warna dari larutan CO-Hb dengan larutan oksi
Hb. Catatlah warnanya.
2. Dalam tabung reaksi lain, tambahkan 3 tetes pereaksi
Stokes pada kira-kira 1 ml larutan CO-Hb. Bandingkan bila
pada 1 ml oksi Hb saudara.
Tambahkan 3 tetes pereaksi Stokes. Catatlah perubahan
pada masing-masing tabung.
3. Ulangi percobaan 2) dengan menambahkan pada tabung
yang berisi oksi-HB dan tabung yang berisi CO-Hb
masing-masing 2 tetes NaOH 10 %.


Hasil :



Kesimpulan :



Methemoglobin

Cara :
Encerkan 1 ml darah dengan 5 ml air. Campur
kemudian dibagi 3 tabung masing masing berisi 2 ml
larutan oksi-Hb.

Tabung pertama dipakai sebagai pembanding . Catat
warna larutannya.

Pada tabung yang kedua, tambahkan 2 tetes larutan K -
ferisianida 33 % .
Kocok lalu catatlah warnanya. Hemoglobin akan
dioksidasi menjadi met-Hb . Kemudian tambahkan 2
tetes pereaksi Stokes.
Apa yang terjadi ?

Bandingkan dengan tabung ketiga yang diberi 2 tetes
pereaksi Stokes.

Pada tabung lain, hangatkan 1 ml darah yang dicampur
dengan 1 ml air. Kemudian tambahkan 3 ml larutan K-
ferisianida 33 %. Campur dengan membalik-balikkan tabung
dan perhatikan gelembung oksigen yang terbentuk. Ini
merupakan dasar penetapan oksigen dalam darah.

49
Hasil :



Kesimpulan :




Pemeriksaan hemoglobin & derivatnya secara spektrokopis
(DEMONSTRASI)

Spektroskop adalah alat yang berguna dalam mempelajari pigmen
darah berdasarkan perbedaan absorpsi warna-warna tertentu dari
spektrum cahaya putih. Bila suatu larutan suatu larutan berisi suatu zat
berwarna diletakkan antara alat tersebut dan sumber cahaya, akan
terlihat daerah (pita) hitam pada bagian spektrum dimana terjadi
penyerapan warna tersebut. Dengan menentukan letak serta intensitas
pita-pita absorpsi ini, sering dapat ditentukan bermacam-macam
pigmen.
Pada alat yang tidak diperlengkapi dengan skala panjang gelombang
cahaya, letak pita absorpsi ini dibandingkan dengan garis-garis
Fraunhofer dari spektrum matahari.

Garis-garis Fraunhofer adalah garis-garis gelap, yang segera tampak
pada spektrum matahari disebabkan adanya elemen-elemen tertentu di
dalam uap yang mengelilingi matahari.
Seperti tampak pada gambar dibawah ini, garis garis tadi tampak
beserta panjang gelombangnya dalam perkiraan :
A. 667 m E. 517 m
B. 656 m F. 486 m
C. 589 m G. 431 m
D. 527 m















50

Panjang gelombang (u)
Diagram menunjukkan spektrum matahari
Tampak garis-garis Fraunhofer


Dalam percobaan ini akan diperlihatkan spektrum absorpsi dari
hemoglobin dan beberapa derivatnya. J elas tidaknya pita-pita absorpsi
itu tergantung dari pengenceran zat yang diperiksa.

a. Spektrum oksihemoglobin
Pemeriksaan ini dilakukan terhadap darah yang diencerkan 100
kali. Perhatikan 2 pita absorpsi, yang satu dekat garis D (578 u)
dan yang lain dekat garis E (542 u). Pita absorpsi yang dekat
garis D itu, yang terletak pada bagian kuning spektrum, lebih
sempit daripada pita yang terletak pada bagian hijau spektrum.
(Catatan: disamping itu terdapat pita absorpsi ketiga pada bagian
ungu
spektrum =415 m )

b. Spektrum reduced hemoglobin
Darah encer yang diperiksa tadi dibubuhkan beberapa tetes
pereaksi Stokes.Oksihemoglobin akan tereduksi menjadi
hemoglobin dan darah akan berubah warna dari merah menjadi
merah gelap. Terlihat bahwa pita absorpsi hemoglobin itu diganti
oleh salah satu pita yang lebih lebar dengan pusatnya pada 559
m. J ika larutan ini dikocok akan terbentuk oksihemoglobin
kembali dengan pita absorpsinya yang khas.

c. Spektrum karbon monooksida hemoglobin
Pada darah yang telah diencerkan 100 kali dialirkan gas dari keran
; akan terbentuk karbon monoksida hemoglobin. Dengan
spektroskop terlihat 2 buah pita absorpsi yang sangat mirip dengan
pita absorpsi oksi-hemoglobin yaitu pada 542 dan 570 m . Untuk
membedakannya dari oksihemoglobin , tambahkan pada larutan ini
beberapa tetes pereaksi Stokes. Akan terlihat bahwa pita absorpsi
itu tidak berubah.


d. Spektrum methemoglobin
Pada 10 ml darah yang telah diencerkan 40 kali bubuhkan 2 tetes
larutan K-ferisianida 33 %. Campur dan biarkan 10 menit.

Dengan spektroskop akan terlihat suatu pita absorpsi yang sangat gelap
disebelah kiri garis D (634 m ).

51
Disamping itu larutan yang cukup encer akan memperlihatkan pula 2
pita lain yang kurang nyata pada tempat yang hampir sama dengan
pita absorpsi oksihemoglobin.
Tambahkanlah beberapa tetes pereaksi Stokes pada larutan tersbut, akan
segera terlihat spektrum oksihemoglobin disusul oleh spektrum
reduced hemoglobin.

(Catatan: spektrum yang diperlihatkan ini adalah spektrum
methemoglobin netral ; methemoglobin alkalis mempunyai spektrum
yang berbeda).

Hasil :



TEST GUAIAC

Cara ini peka dan berguna untuk menyatakan adanya darah. J angan menggunakan
larutan guaiac yang terlampau pekat, sebab presipitasi bahan akan
menutupi warna biru yang terbentuk. Zat-zat lain seperti susu, nanah
dan liur juga memberi hasil positif. Tetapi setelah 15 20 detik zat-
zat ini tidak lagi memberi warna biru, sedangkan darah yang telah
dididihkan tetap memberi hasil positif.

Cara: Pada 5 ml darah encer, tambahkan tetes demi tetes larutan
guaiac 2 % dalam alkohol, sehingga timbul kekeruhan.
Tambahkan H
2
O
2
encer (3%) tetes demi tetes, akan terlihat
warna ungu.
Ulangi percobaan ini terhadap darah yang telah dididihkan 30
detik.
Ulangi juga dengan menggunakan darah yang lebih encer untuk
menentukan kepekaan test ini.

Hasil:



Kesimpulan:










52







































U R I N


Sifat-sifat urin

Volume: normal antara 600 - 2500 ml / 24 jam
Poliuria : bila volume urin meningkat
Oliguria : bila volume urin menurun
Anuria : bila tidak terbentuk urin sama sekali
53
Nokturia : bila urin malam hari jumlahnya meningkat
sehingga lebih banyak dari pada urin siang hari

Warna:
Normal bewarna kuning muda. Terutama disebabkan pigmen
urokrom yang bewarna kuning, dan sejumlah kecil urobilin
dan hematoporfirin.

Berat jenis :
Normal antara 1.003 1.030.
Biasa berat jenis berbanding terbalik dengan volume, kecuali
pada penyakit diabetes melitus volume urin besar dan berat
jenis tinggi sebab banyak glukosa.
Berat jenis berubah terutama pada penyakit ginjal.

Secara kasar penentuan total zat padat dalam urin dapat
ditentukan dengan mengalikan 2 angka terakhir BJ urin dengan
2,6 (koefisien Long).
Normal total zat padat dalam urin 24 jam 50 g.

Reaksi :
pH normal antara 4,7 8,0.
Bila urin didiamkan 24 jam akan bersifat asam, pH juga asam
bila
- banyak makan protein
- demam
- asidosis
Beberapa waktu sesudah makan urin bersifat netral, bahkan
alkalis disebut alkaline tide.
Bila didiamkan beberapa waktu urin bisa menjadi :
- asam karena acid fermentation . Urin mengandung asam
urat. Ca-oxalat, jamur dan senyawa yang mengandung
asam urat.
Basa karena amoniak fermentation . Ini karena bakteri.




Bau :
Khas, bau amoniak.
Pada ketosis urin berbau aseton.

Kekeruhan :
Urin segar akan jernih
Bila didiamkan beberapa lama bisa keruh karena ,
- nukleotprotein, mukoid dan sel epitel.
- pada urin alkalis karena endapan fosfat.
- Pada urin asam karena endapan urat.
54

Susunan urin normal
1. Urea paling banyak . J umlahnya kira-kira setengah dari jumlah
total zat padat pada urin.
Merupakan hasil akhir metabolisme protein.
Ekskresi urea meningkat pada
- diet tinggi protein
- katabolisme protein yang tinggi, misalnya pada
demam

2. Asam Urat, merupakan hasil akhir metabolisme purin
Eksresi meningkat pada makan banyak nukleoprotein ( daging ,
kelenjar dsb) lekemia, gout (pirai). Pada urin asam , asam urat
lebih mudah mengendap, sehingga pembentukan batu urat mudah
terjadi. Pemberian zat-zat yang menaikkan pH urin akan
memperbesar daya larut asam urat, sehingga terbentuknya batu
berkurang.

3. Kreatinin
Ekskresi melalui urin 1,0 - 1,8 g / 24 jam.
Asal dari kreatin didalam otot ( endogen).
Ekskresi akan menurun pada penyakit yang berhubungan dengan
atrofi dan kelemahan otot.
Ekskresi akan meningkat bila katabolisme kreatin di otot
meningkat.

Koefisien kreatinin = jumlah mg kreatinin yang diekskresi 24
jam Berat Badan ( Kg)

Laki-laki : 20 - 26 mg / kg BB/ 24 jam
Wanita : 14 22 mg / kg BB / 24 jam






4. Kreatin
J umlahnya kecil pada orang dewasa.


Banyak dalam jaringan otot dalam bentuk fosfokreatin.

5. Belerang (S)
Asal dari belerang dalam protein.
Ada 2 bentuk belerang di urin :
A . S tak teroksidasi ( S netral )
55
Termasuk senyawa gugus SH , -S dan SCN, misalnya asam
amino yang mengandung S, tiosulfat, tiosianat, sulfida , dll.
Merupakan 5-25 % dari total S. Sumbernya endogen , maka
ekskresi tak terkandung intake.

B. S teroksidasi (bagian terbesar S total)
a. Sulfat anorganik merupakan S terbanyak .
Asal dari metabolisme protein.
b. Sulfat etherial (conjugated sulfate)
Adalah asam sulfat dengan zat organik (indol, kresol,
fenol, dsb).
Zat organik berasal dari metabolisme protein dan
pembusukan protein.

6. Indikan
7. Amoniak
Merupakan hasil akhir metabolisme protein yang mengandung N,
Nomor 2 terbanyak sesudah urea

8. Chloride dalam bentuk NaCl (nomor 3)
9. Fosfat
10. Vitamin, hormon dan enzim

Zat patologik dalam urin
1. Glukosa : disebut glukosuria
Bisa : - fisiologik . Alimentary glukosuria
- patologik . DM , dsb
2. Protein: disebut proteinuria
3. Keton : disebut ketonuria
Yang termasuk zat keton: asam asetoasetat, beta hidroksibutirat,
dan aseton.
Berasal dari pemecahan asam lemak. Normal asam lemak dipecah
sempurna. Pada keadaan abnormal zat-zat keton ditimbun di darah
(ketonemia) dan bila keluar di urin (ketonuria). Contoh pada
ketosis
karena kelaparan atau DM yang tak terkontrol.

4. Nanah : disebut lipiuria
Karena radang ginjal / saluran urin

5. Darah disebut hematuria

6. Lemak disebut lipiduria

7. Asam amino disebut aminoasiduria

8. Pigmen empedu disebut bilirubinuria

56
9. Batu urin



ANALISA KUALITATIF URIN


Tiap mahasiswa harap mengumpulkan urin segar sebelum praktikum
dimulai !

1. Zat-zat anorganik:
Garam-garam amonium:
Berasal dari reabsorpsi dalam tubuli ginjal, dimana Na
+
digantikan
oleh NH

4
+


NH
4
Cl + NaOH

NH
4
OH + NaCl
NH
3
+ H
2
O

K
2
HgI
4
+ NH
3


(NH
4
)
2
HgI
4

J ingga kemerahan

Cara:
Bubuhkan kristal NaOH pada beberapa ml urin, sehingga
reaksinya menjadi alkalis. Kemudian panaskan!
Perhatikan bau yang timbul dan uji uapnya dengan kertas
lakmus yang telah dibasahi atau dengan setetes pereaksi
Nessler di atas kertas saring. Larutan Nessler akan berubah
menjadi jingga kemerahan oleh amoniak


Hasil:


Kesimpulan:


2. Belerang dalam urin:
a. Sulfat anorganik:
Pada 10 ml urin tambahkan sedikit HCL encer dan larutan
BaCl
2
. Presipitat putih adalah BaSO
4.
Saring campuran ini dan
uji filtratnya untuk sulfat etereal !

Hasil:

b. Sulfat etereal:
Zat ini merupakan kombinasi dari asam sulfat dengan zat-zat organik
seperti indol, fenol, dsb. Semuanya dapat diuraikan
57
pada pemanasan dengan asam. Panaskan filtrat dari a)
dan didihkan 10 menit. Bila tak ada presipitat
tambahkan lagi HCl dan panaskan lagi. Kemungkinan
perlu menambahkan BaCl
2
. Kekeruhan dari barium
sulfat menunjukkan adanya sulfat etereal.

Hasil:



c. Belerang yang tidak dioksidasi
Merupakan belerang netral, termasuk sulfida-sulfida sistin dsb.
Masukkan ke dalam tabung reaksi 10 ml urin, berikan sedikit
kristal seng dan sedikit HCl encer. Tutuplah mulut tabung
dengan sepotong kertas yang telah dibasahi dengan larutan Pb
asetat. Kehitaman pada kertas saring disebabkan oleh
terbentuknya Pb sulfida oleh adanya H
2
S.


Hasil:


Kesimpulan:


3. Asam urat:
Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin. Asam urat
bersifat mereduksi, sukar larut dalam air dan asam. Larut dalam
basa.

a. Test mureksida
Letakkan sedikit kristal asam urat dalam sebuah cawan
penguapan. Tambahkan 3 tetes asam nitrat pekat. Keringkan di
atas api. Perhatikan warna merah yang terbentuk. Setelah
dingin tambahkan 1 tetes NH
4
OH encer ( 1: 100 ). Terbentuk
warna merah keunguan (purplish red) karena terdapatnya
mureksida. Pada bercak yang lain tambahkan 1 tetes NaOH.
Terbentuk warna purplish violet.


Dasar: Asam urat dioksida oleh asam nitrat pekat membentuk asam dialurat
dan aloxan. Zat-zat ini berkondensasi dengan amoniak membentuk
mureksida (amonium purpurat) yang berwarna ungu kemerahan.


Hasil:


58
b. Test Benedict
Dasar: Asam urat akan mereduksi asam fosfotungstat
membentuk zat berwarna biru (oksida tungsten =
wolfram). NaCN gunanya untuk memperbesar daya
reduksi.

Cara : Pada piring reaksi letakkan setetes larutan Na karbonat
jenuh sedikit bubuk asam urat,setetes larutan NaCN 5
% dan 1 tetes pereaksi arsenofosfotungstat Benedict.
Terbentuk warna biru. Ulangi percobaan ini dengan
menggunakan urin saudara sebanyak 2 tetes sebagai
pengganti asam urat !

Hasil:
Asam urat:

Urin:

Kesimpulan:


4. Kreatinin
Kreatinin adalah hasil dehidrasi kreatin di otot tanpa enzim
(spontan)

Reaksi J affe:
Dasar reaksi: Suatu tautomerisasi / pergeseran.
Tautomer: rumus molekul sama rumus bangun
berbeda

Cara: Kedalam sebuah tabung reaksi masukkan 5 ml larutan
kreatinin
0,1 %. Kemudian tambahkan beberapa tetes asam pikrat
jenuh, serta beberapa tetes larutan NaOH 10%. Terbentuk
warna merah Tambahkan HCl, warna merah menjadi
kuning. Bandingkan juga percobaan ini terhadap larutan
glukosa yang ditambahkan asam pikrat alkalis. Apakah
senyawa yang terbentuk sama? J elaskan dalam kesimpulan
saudara!

Hasil: Kreatinin :


Glukosa:


Kesimpulan:

59

5. Protein:
a. Test Heller:
Dasar: Protein + asam nitrat endapan cincin
putih dan pada penambahan asam tidak larut kembali

Cara: Isilah sebuah tabung reaksi dengan 3 ml HNO
3
pekat.
Miringkan tabung dan masukkan dengan hati-hati 3
ml urin jernih, sehingga membentuk suatu lapisan di
atas asam. Terbentuknya cincin putih menyatakan
adanya protein. Supaya lebih jelas, gunakan dasar
yang jelas.
Lakukan juga test ini untuk urin yang patologis !

Hasil:


b. Test koagulasi:
Panaskan 3 ml urin jernih sehingga mendidih. Presipitat yang
terbentuk disebabkan oleh protein atau fosfat. Tambahkan 5
tetes asam asetat 2 %. Apakah presipitat hilang atau bertambah
? Fosfat larut pada pemanasan sedangkan protein tetap atau
bertambah.

Hasil: Urin sendiri:

Urin patologis:




c. Test asam sulfosalisilat:
Campurkan 3 ml asam sulfosalisilat 5 % dalam Na sulfat 20%
dengan 3 ml urin. Presipitat putih diantara kedua lapisan cairan
tersebut menyatakan adanya protein. Lakukan juga test ini
terhadap urin patologis.

Hasil:


d. Test Kalium ferro cyanida asam asetat
Dalam 3 ml urin jernih tambahkan 3 tetes asam asetat. Campur
kemudian tambahkan tetes demi tetes larutan kalium
ferrocyanida 10% . Bila terdapat protein akan terdapat
presipitat putih. K-ferrocyanida harus ditambahkan sedikit
demi sedikit karena bisa melarutkan kembali albumin. Test ini
sangat baik. Lakukan test ini terhadap urin patologis.

60
Hasil:


Kesimpulan:



6. Zat-zat keton
Aseton, asetoasetat, -hidroksi butirat

Test nitroprusida (Rotheal):

Cara:
Bubuhkan pada 3 ml urin kristal amonium sulfat sampai jenuh.
Tambahkan 3 tetes Na-nitroprusida 5 % yang baru dibuat, dan
1 ml ammonium hidroksida pekat. Warna permanganat
menunjukkan adanya aseton (kreatinin tak memberi warna
permanganat). Asetoasetat memberi warna merah jingga.
Kepekaan untuk aseton 1 : 20.000.

Hasil:


Kesimpulan:

Test lain untuk zat keton
- test nitroprusida (legal)
- test ferrichlorida (Gerhardt)




















61

E M P E D U


Empedu diproduksi oleh hati dan disimpan didalam kandung empedu.

Volume : 500 1000 ml

Volume akan meningkat pada perangsangan N. vagus dan
pengaruh diet.
Volume akan berkurang oleh adanya epinefrin.

Warna : kuning kehijauan dan agak kental

Bila didiamkan kena udara, warna akan berubah menjadi
hijau, biru dan
coklat, karena oksidasi bilirubin.

Berat J enis : antara 1.010 1.040

Empedu yang dihasilkan hepar mempunyai BJ 1.010 dan BJ ini akan
meningkat menjadi 1.040 pada empedu yang didalam
kandung empedu.

pH : alkalis

Isi : - asam empedu
- pigmen empedu
- konjugasi asam glukuronat dengan hormon ( tiroid dan
steroid )
- bahan anorganik ( Na, K , Cl , dsb)
- protein berupa musin dan enzim alkali fosfatase
- dan lain-lain

Asam empedu : merupakan hasil degradasi cholesterol





Siklo pentano perhidro phenantren

Pada manusia, yang termasuk asam empedu ialah :
1. cholic acid
2. chenodeoxycholic acid
3. deoxycholic acid
4. lithocholic acid

Garam empedu : bila asam empedu berikatan dengan Na atau K.
62
Fungsinya untuk membantu pencernaan lemak dan vitamin yang larut
dalam lemak, karena :
1. garam empedu menurunkan tegangan permukaan dan
membantu emulsifikasi lemak sehingga memudahkan
pencernaan.
2. garam empedu berikatan dengan asam lemak
membentuk kompleks
yang mudah larut dan diserap.


Pigmen empedu :

Berasal dari hasil penghancuran sel darah merah .
Pigmen yang terbanyak adalah bilirubin dan biliverdin. Bilirubin
berwarna merah/kuning coklat dan biliverdin hijau. Oksidasi
terhadap pigmen-pigmen menghasilkan sejumlah pigmen lain
dengan bermacam-macam warna.

1. SIFAT SIFAT FISIK

Perhatikan dan catat :
Warna empedu segar :

Bau empedu segar :

Konsistensi empedu segar :

Reaksi (pH) empedu segar :

Berat J enis :

2. PIGMEN EMPEDU

Dasar :
Oksidasi dari pigmen empedu oleh reagens yang dipakai menjadi
pigmen berwarna lain ; mesobilirubin ( kuning) ,
mesobiliverdin ( hijau kebiruan ) dan mesobilisianin (biru
keunguan) .

Test GMELIN
Cara :
Pada 2,5 ml asam nitrat pekat ( dari buret ) tambahkan dengan hati-
hati 5 ml empedu encer sehingga kedua cairan ini tidak
bercampur. Perhatikan warna yang terbentuk pada perbatasan
kedua cairan tersebut. Ujilah kepekaan test ini dengan
menggunakan empedu yang lebih encer.

Hasil :
63

Test SMITH
Cara :
Pada 2 ml empedu yang sangat encer tambahkan beberapa tetes
larutan iodium alkohol 0,5 % sebagai lapisan atas. J angan
kocok. Perhatikan cincin hijau tua /hijau kebiruan dibawah
lapisan iodium.

Hasil:




3. ASAM EMPEDU

Test PETTENKOFFER
Dasar:
Mirip test Molisch yaitu karbohidrat dengan asam pekat (asam
sulfat pekat) membentuk furfural. Ini akibat dehidrasi dengan
asam pekat. Furfural ini kemudian dengan naftol membentuk
senyawa warna ungu. Pada test Pettenkoffer, naftol diganti
oleh asam empedu.

Cara:
Pada 5 ml empedu encer tambahkan 5 tetes larutan sukrosa 5 % .
Tuang dengan hati-hati 3 ml asam sulfat pekat sehingga terbentuk
2 lapisan, caranya dengan memiringkan tabung. Terbentuknya
cincin berwarna ungu menyatakan adanya asam empedu.


Keterangan : Percobaan ini tergantung pada terbentuknya furfural
akibat hasil kerja
dari asam terhadap sukrosa.


Reaksi :


Hasil :








PENCERNAAN OLEH AIR LIUR

64

Air liur dihasilkan oleh 3 buah kelenjar liur yang besar yaitu
parotis, submaxillaris,
sublingualis dan kelenjar kecil yaitu labialis , lingualis, buccal dan
palatal.
Volume air liur per hari 1,0 1, 5 liter dan dipengaruhi oleh
keadaan fisiologis, keadaan fisik dan adanya zat kimia /makanan .
pH air liur biasanya sedikit asam, kira-kira 6,8

Komposisi air liur

Kira-kira 99,5 % air dan 0,5 % benda-benda padat.
Dua pertiga dari benda padat terdiri dari bahan organik, sedang
yang sepertiga terdiri bahan anorganik.

Bahan anorganik
- Kalium terbanyak
- Cl, Na , fosfat , tiosianat, Ca, Mg, CO
2
, HCO
3
-
.
Efek buffer dipengaruhi kadar HCO
3
-
dan fosfat.

Tiosianat meningkat kadarnya pada perokok.
Kalkulus gigi (tartar) mengandung Ca fosfat dan Ca karbonat yang
bercampur dengan bakteri. Kalkulus pada kelenjar saliva (
sialolithiasis) mempunyai komposisi sama dengan tartar.

Bahan organik
- paling banyak protein berupa musin, juga enzim.
- urea, kolesterol, vitamin dll.
- tidak terdapat glukosa.

Musin : adalah suatu mukoprotein yang berfungsi sebagai lubrican
( pelumas, sehingga makanan mudah ditelan ).

Enzim :
1. Amilase liur (ptialin )
amilase
Pati dan glikogen maltosa
Cl
-

2. Lisosim merupakan polisakaridase yang bisa merusak dinding
sel, sehingga bakteri bisa dibunuh. Lisosim ada juga didarah
dan air mata.
3. Asid fosfotase
4. Aldolase
5. Cholinesterase



65
Cara Mengumpulkan air liur

Cucilah mulut dengan cara berkumur 2-3 kali dengan air aquadest.
Kulumlah sepotong wax (lilin) sehingga lunak, kemudian dikunyah
kunyah. Gerakan mengunyah ini akan merangsang pengeluaran air liur
.
Kumpulkan sejumlah 50 ml air liur dalam beker glass yang sesuai.
Saringlah sebagian air liur dan lakukan percobaan dibawah ini.



Air liur yang tidak disaring
1. Tentukan pH air liur dengan menggunakan kertas indikator
lakmus dan indikator universal.

Hasil :


Kesimpulan :


2A. Test BIURET
Cara : Pada 1 ml air liur tambahkan tetes demi tetes pereaksi
Biuret sampai terbentuk warna lembayung atau
merah jambu ( max. 10 tetes).

Hasil :


Kesimpulan :


Test MILLON
Cara : Campurkan 1 ml liur dengan 2 3 tetes larutan Millon.
Terbentuk endapan putih. Panaskan dalam penangas air
mendidih 10 menit . J ika test positif timbul endapan
merah.

Hasil :


Kesimpulan :




Test MOLISCH
66
Cara : 1 ml air liur dimasukkan dalam tabung reaksi.
Tambahkan 1-2 tetes pereaksi Molisch (mengandung
alfa naftol). Kocok.
Tambahkan dengan hati-hati (tabung dimiringkan ) 1ml
asam sulfat pekat dari buret. Bila timbul cincin ungu
diperbatasan antara kedua lapisan cairan berarti reaksi
positif.

Hasil :



Kesimpulan :






3. Penentuan Chlorida
Cara : Ambillah 2 ml air liur , asamkan dengan 1-2 tetes asam
nitrat . Lalu
Tambahkan 2-3 tetes AgNO
3
.
Endapan putih menyatakan adanya chlorida.

Reaksi :



Hasil :


Kesimpulan :



4. Berat J enis
Cara : Untuk Bj dilakukan terakhir pada sisa air liur yang
masih ada. Sisa
air liur dari semua regu dikumpulkan dalam sebuah
gelas takar . Ukurlah
Bj liur dengan memakai urinometer.


Hasil :

67


Air liur yang disaring

1. Protein
Cara : Pada 1 ml air liur tambahkan 1 tetes asam asetat
encer .
Adanya endapan putih yang amorf menyatakan musin.

Hasil :



Kesimpulan :


2. Fosfat
Cara : Pada 1 ml air liur tambahkan 1 ml urea 10 % dan 10 ml
reagens molibdat khusus. Campur dengan membalik-
balikkan tabung. Kemudian tambahkan 1 ml larutan
ferro sulfat khusus. Terjadinya warna biru yang
semakin gelap bila dibiarkan menyatakan adanya
ortho-fosfat.

Hasil :


Kesimpulan :






3. Sulfat
Cara : Dua ml air liur diasamkan dengan larutan HCl
sebanyak 2-3 tetes , lalu tambahkan larutan BaCl
2
.
Terjadinya endapan putih menyatakan adanya sulfat.

Reaksi :


Hasil :


Kesimpulan :



68
4. Hidrolisa pati oleh amilase liur
Cara : Tuanglah 10 ml larutan kanji 1 % kedalam tabung
reaksi .
Tambahkan 2 ml air liur yang sudah disaring . Campur,
kemudian masukkan dalam penangas air 37
o
C.
Perhatikan perubahan yang terjadi dengan cara :

Sediakanlah piring reaksi yang lubangnya masing-
masing diisi 1 tetes larutan Iodium. Dengan
interval 1 menit ambillah 1 tetes larutan dari tabung
reaksi dan campur dengan tetesan Iodium dalam
piring reaksi . Lakukan test Iodium sampai
pencernaan lengkap ( campuran akan tidak
berwarna).
Catatlah waktunya.

Setelah pencernaan selesai, lakukan percobaan
BENEDICT

Dasar :

Amilase liur
Pati Maltosa


Pati dengan iodium berwarna biru
Maltosa +iodium tak berwarna


Hasil :



Kesimpulan :


PENGARUH PH PADA KERJ A AMILASE LIUR

Cara :
Kedalam 4 tabung reaksi tambahkan :
a) 2 ml HCl 0, 4 % pH
= 1
b) 2 ml asam laktat 0,1 % pH
= 5
c) 2 ml aquadest pH
= 7
d) 2 ml NaCO
3
1 % pH
= 9
69

Tambahkan kedalam masing-masing tabung reaksi 2 ml
larutan pati 1 % dan 2 ml air liur yang tidak disaring.
Campur baik-baik, kemudian letakkan didalam
penangas air 37
o
C selama 15 menit.
Angkat, lalu bagilah isi masing-masing tabung reaksi
menjadi 2 bagian yaitu:
- pada 4 tetes larutan, lakukan test Benedict.
- pada sisanya tambahkan setetes larutan iodium.
Kesimpulan apa yang dapat ditarik dari percobaan ini ?

Dasar :


Hasil :


Kesimpulan :



pH Optimum Pepsin

Pepsin adalah enzim untuk pencernaan protein yang
dihasilkan oleh chief cell dari mukosa lambung pH
optimum pepsin 1,2.
Fibrin adalah suatu protein. Merah kongo mempunyai
range pH antara 3,0 - 5,0 ( biru
merah ).

Dasar :
cerna
Fibrin merah Kongo proteosa
pepsin














70
Cara : Siapkan 3 tabung reaksi sebagai berikut :
No ml HCl 1N ml air ml pepsin pH
1 0,0 5,0 5,0 6,4
2 0,4 4,6 5,0 2,1
3 1,2 3,8 5,0 1,2

Tambahkan sejumlah kecil fibrin merah kongo
kedalam masing- masing tabung reaksi .
Masukkan tabung reaksi dalam penangas air
suhu 37
o
C . Perhatikan dan catatlah waktu
yang dibutuhkan untuk pencernaan .


Hasil :


Kesimpulan :




C A I R A N L A M B U N G

Merupakan cairan bening yang bereaksi asam (pH 1,2) . Keasaman
dari cairan lambung disebabkan adanya HCl bebas.

Cairan lambung mengandung 0,5 % bahan terlarut yang terdiri dari :
- NaCl ( terbanyak)
- KCl. Fosfat , musin , enzim
- Faktor intrinsik Castle yang diperlukan untuk absorpsi B
12
.
Defisiensi faktor ini dapat menimbulkan anemia pernisiosa.

Musin :
Merupakan mukopolisakarida untuk melindungi mukosa lambung dari
pencernaan oleh pepsin.

Enzim :
- Pepsin adalah suatu enzim proteolitik, yang dihasilkan dari
hidrolisa
pepsinogen.

H
+
(as. Lambung)
Pepsinogen Pepsin
(chief cell)

- Rennin adalah enzim yang mengkoagulasi susu (kasein )
Rennin
Kasein Parakaseinat
71


- Lipase adalah enzim lipolisis.
Dalam lambung enzim belum aktif sebagai lipolisis.



PENETAPAN KEASAMAN GETAH LAMBUNG DENGAN
TITRASI

Cara Kerja :
Kedalam tabung reaksi yang berisikan 8 tetes indikator
(campuran Bromfenol dan fenol red 2:1) tuangkan 5 ml getah
lambung. Lakukan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga
pH mencapai 3,6. Untuk pembanding warna digunakan
sejumlah sama (5 ml ) larutan penyangga pH 3,6 dengan 8 tetes
indikator . Untuk memeriksa titik akhir titrasi sebaiknya
dibandingkan warna dasar kedua tabung reaksi tersebut.
Hitunglah jumlah ml NaOH yang terpakai untuk titrasi, ini
menyatakan keasaman bebas.
Kemudian titrasi dilanjutkan lagi hingga pH = 7 dengan
menggunakan pembanding yaitu 5ml larutan penyangga pH=
7 yang diberi 8 tetes indikator.
Hitunglah jumlah ml NaOH yang terpakai seluruhnya , ini
menyatakan keasaman total.

Keasaman total dapat dinyatakan sebagai :
1. J umlah (ml ) NaOH 0,1 N yang diperlukan untuk
menetralkan 100 ml getah lambung.
2. Berat (gram) HCl yang dinyatakan oleh keasaman total 100
ml getah lambung. Nilai ini sama dengan perkalian no.1
dengan angka 0,00365

Pertanyaan :
- Pada keadaan apakah keasaman total dan bebas berubah ?
- Zat apakah yang dititrasi pada pH 3,6 dan pH 7.


J awab :


Hasil :


Kesimpulan :



72




OKSIDASI BIOLOGI


I. TEST GUAIAK (peroksidase)

Dasar :

peroksidase
guaiakonat guaiak biru

2H
2
O
2
2H
2
O +O
2

Cara :
Tambahkan pada 5 ml susu , tetes demi tetes sebanyak 10 tetes
larutan Guaiak
2 % dalam alkohol. Pada penambahan tiap tetes harus dikocok
. Kemudian tambahkan 5 tetes H
2
O
2
encer tetes demi tetes.
Akan timbul warna biru.
Ulangi percobaan dengan menggunakan 5 ml susu Pasteur.
Bagaimana hasilnya ? Terangkan !

Hasil :


Kesimpulan :


II. TEST SCHARDINGER ( dehidrogenase)

Dasar :


Dehidrogenase
Metilen blue leuko
metilen blue
(berwarna biru ) (tak
berwarna )
formaldehid formiat
(donor H )


Cara :
Kedalam 3 tabung reaksi (A, B , C) isikan 5 ml susu .
Didihkan tabung A lalu dinginkan.
73
Pada setiap tabung tambahkan 1 ml larutan metylen blue 0,02
%.
Pada tabung A dan B tambahkan 1 ml larutan formaldehid 0,4
%
Aduklah secara hati-hati, kemudian pada setiap tabung
tambahkan ml minyak parafin. Masukkan ke-3 tabung reaksi
kedalam penangas air 40
o
C. Susu didalam tabung B lambat
laun akan menjadi putih kembali.




Hasil :


Kesimpulan :



III. PERCOBAAN TERHADAP OKSIDASE KENTANG
Dalam kentang terdapat enzim-enzim :
1. Fenolase (katekolase)
O O
fenol katekol o.quinon
(coklat)
O
pirogalol purpurogalin
(coklat)
2. Sitokrom oksidase
sitokrom oksidase
fenilendiamin indofenol biru
+
Naftol

3. Peroksidase
peroksidase
guaiakonat guaiak biru


Pada percobaan ini, fenol dan katekol dioksidasi menjadi
suatu senyawaan berwarna coklat yang susunannya tidak
diketahui . Pirogalol dioksidasi menjadi purpurogalin yang
juga berwarna coklat. Asam guaiakonat dalam larutan guaiak
dioksidasi menjadi biru guaiak. Pada tabung terakhir
terbentuk indofenol biru dari naftol dan fenilen diamin .
Oksidase yang berupa fenolase dan sitokrom oksidase
terdapat pada kentang tersebut.

74
Pembuatan ekstrak kentang
Kupas dan cucilah sebuah kentang , hancurkan dengan cepat
dan peraslah dengan menggunakan kain kasa sebagai
saringan ke dalam gelas kimia yang berisi 200 ml air suling ,
dan tambahkan 10 tetes toluen.
Kerjakan perasan itu dengan tangan secara hati-hati,
usahakanlah mendapat tepungnya sebanyak mungkin .
Kemudian saringlah kembali filtratnya.

Percobaan terhadap oksidase kentang
Dasar :
Oksidasi berbagai substrat oleh enzim dalam kentang.

Cara :
Ke dalam 5 buah tabung reaksi yang kering masukkanlah
masing-masing 5 ml ekstrak kentang.
Pada tabung 1. tambahkan 10 tetes larutan fenol 1 %.
Pada tabung 2. tambahkan 10 tetes larutan pirokatekol 1 %.
Pada tabung 3. tambahkan 10 tetes larutan guaiak 2 %.
Pada tabung 4. tambahkan 10 tetes larutan pirogalol 1 %.
Pada tabung 5 tambahkan 10 tetes larutan naftol 1 %
dalam alkohol 95 %
dan 5 tetes larutan fenilendiamin
(pereaksi Nadi).

Kocoklah kelima tabung tersebut, perhatikan perubahan
warna yang timbul. Bila warna belum terjadi , simpanlah
tabung-tabung tersebut sampai masa praktikum berikutnya
sesudah tabung ditambah toluen sebagai pengawet.

Hasil :

Kesimpulan :


IV. PERAGIAN (demonstrasi)

Ragi roti mengandung enzim-enzim (disebut zymase)
yang dapat memecah karbohidrat menjadi alkohol dan
CO
2
.
Kebanyakan karbohidrat dapat diragikan, kecuali
laktosa dan galaktosa.
Reaksi-reaksi peragian mirip dengan glikolisis dalam
mamalia., hanya peragian berbeda pada beberapa
reaksi yang terakhir sehingga hasilnya juga berbeda.


Dasar:
75
Reaksi enzimatik.






Cara :
2 gram ragi roti dihaluskan dalam mortir, kemudian
ditambahkan 20 ml karbohidrat sedikit demi sedikit
sambil diaduk sampai rata menjadi suspensi. Setelah
rata pindahkan kedalam tabung peragian sedemikian,
sehingga bagian yang tertutup penuh (lengan panjang).
Biarkan selama 1 jam maka akan terlihat lengan
panjang terisi gas. Uji gas tersebut dengan
menambahkan NaOH encer kedalam tabung.
Bila gas tersebut CO
2
, maka ia bereaksi dengan NaOH
membentuk Na karbonat / bikarbonat sehingga
ruangan menjadi hampa / tekanan kurang.
Ini dirasakan sebagai isapan pada jari.

Lakukan test peragian ini terhadap glukosa, laktosa
dan sukrosa 2 %.


Reaksi :


Hasil :


Kesimpulan :
















76














OKSIDASI BIOLOGI


I. TEST GUAIAK (peroksidase)

Dasar :

peroksidase
guaiakonat guaiak biru

2H
2
O
2
2H
2
O +O
2

Cara :
Tambahkan pada 5 ml susu , tetes demi tetes sebanyak 10 tetes
larutan Guaiak
2 % dalam alkohol. Pada penambahan tiap tetes harus dikocok
. Kemudian tambahkan 5 tetes H
2
O
2
encer tetes demi tetes.
Akan timbul warna biru.
Ulangi percobaan dengan menggunakan 5 ml susu Pasteur.
Bagaimana hasilnya ? Terangkan !

Hasil :


Kesimpulan :


III. TEST SCHARDINGER ( dehidrogenase)

Dasar :


Dehidrogenase
77
Metilen blue leuko
metilen blue
(berwarna biru ) (tak
berwarna )
formaldehid formiat
(donor H )


Cara :
Kedalam 3 tabung reaksi (A, B , C) isikan 5 ml susu .
Didihkan tabung A lalu dinginkan.
Pada setiap tabung tambahkan 1 ml larutan metylen blue 0,02
%.
Pada tabung A dan B tambahkan 1 ml larutan formaldehid 0,4
%
Aduklah secara hati-hati, kemudian pada setiap tabung
tambahkan ml minyak parafin. Masukkan ke-3 tabung reaksi
kedalam penangas air 40
o
C. Susu didalam tabung B lambat
laun akan menjadi putih kembali.




Hasil :


Kesimpulan :



III. PERCOBAAN TERHADAP OKSIDASE KENTANG
Dalam kentang terdapat enzim-enzim :
2. Fenolase (katekolase)
O O
fenol katekol o.quinon
(coklat)
O
pirogalol purpurogalin
(coklat)
2. Sitokrom oksidase
sitokrom oksidase
fenilendiamin indofenol biru
+
Naftol

3. Peroksidase
peroksidase
guaiakonat guaiak biru


78
Pada percobaan ini, fenol dan katekol dioksidasi menjadi
suatu senyawaan berwarna coklat yang susunannya tidak
diketahui . Pirogalol dioksidasi menjadi purpurogalin yang
juga berwarna coklat. Asam guaiakonat dalam larutan guaiak
dioksidasi menjadi biru guaiak. Pada tabung terakhir
terbentuk indofenol biru dari naftol dan fenilen diamin .
Oksidase yang berupa fenolase dan sitokrom oksidase
terdapat pada kentang tersebut.

Pembuatan ekstrak kentang
Kupas dan cucilah sebuah kentang , hancurkan dengan cepat
dan peraslah dengan menggunakan kain kasa sebagai
saringan ke dalam gelas kimia yang berisi 200 ml air suling ,
dan tambahkan 10 tetes toluen.
Kerjakan perasan itu dengan tangan secara hati-hati,
usahakanlah mendapat tepungnya sebanyak mungkin .
Kemudian saringlah kembali filtratnya.

Percobaan terhadap oksidase kentang
Dasar :
Oksidasi berbagai substrat oleh enzim dalam kentang.

Cara :
Ke dalam 5 buah tabung reaksi yang kering masukkanlah
masing-masing 5 ml ekstrak kentang.
Pada tabung 1. tambahkan 10 tetes larutan fenol 1 %.
Pada tabung 2. tambahkan 10 tetes larutan pirokatekol 1 %.
Pada tabung 3. tambahkan 10 tetes larutan guaiak 2 %.
Pada tabung 4. tambahkan 10 tetes larutan pirogalol 1 %.
Pada tabung 5 tambahkan 10 tetes larutan naftol 1 %
dalam alkohol 95 %
dan 5 tetes larutan fenilendiamin
(pereaksi Nadi).

Kocoklah kelima tabung tersebut, perhatikan perubahan
warna yang timbul. Bila warna belum terjadi , simpanlah
tabung-tabung tersebut sampai masa praktikum berikutnya
sesudah tabung ditambah toluen sebagai pengawet.

Hasil :

Kesimpulan :






79

IV. PERAGIAN (demonstrasi)

Ragi roti mengandung enzim-enzim (disebut zymase)
yang dapat memecah karbohidrat menjadi alkohol dan
CO
2
.
Kebanyakan karbohidrat dapat diragikan, kecuali
laktosa dan galaktosa.
Reaksi-reaksi peragian mirip dengan glikolisis dalam
mamalia., hanya peragian berbeda pada beberapa
reaksi yang terakhir sehingga hasilnya juga berbeda.


Dasar:
Reaksi enzimatik.


Cara :
2 gram ragi roti dihaluskan dalam mortir, kemudian
ditambahkan 20 ml karbohidrat sedikit demi sedikit
sambil diaduk sampai rata menjadi suspensi. Setelah
rata pindahkan kedalam tabung peragian sedemikian,
sehingga bagian yang tertutup penuh (lengan panjang).
Biarkan selama 1 jam maka akan terlihat lengan
panjang terisi gas. Uji gas tersebut dengan
menambahkan NaOH encer kedalam tabung.
Bila gas tersebut CO
2
, maka ia bereaksi dengan NaOH
membentuk Na karbonat / bikarbonat sehingga
ruangan menjadi hampa / tekanan kurang.
Ini dirasakan sebagai isapan pada jari.

Lakukan test peragian ini terhadap glukosa, laktosa
dan sukrosa 2 %.


Reaksi :


Hasil :


Kesimpulan :






80


ANALISA KUANTITATIF DARAH DAN URIN


Pengumpulan urine
Tiap mahasiswa harus membawa urin 24 jam untuk pemeriksaan.


Cara pengumpulan urin 24 jam :
Urin pagi pertama dibuang, misalnya jam 7. 00 pagi.
Urin selanjutnya dikumpulkan sampai jam 7.00 pagi keesokan
harinya.
Seluruh urin tersebut baik disimpan terpisah maupun
dikumpulkan pada satu tempat, harus disimpan dalam keadaan
dingin dan ditambah toluen.
Pada hari yang ditetapkan , urin 24 jam harus dibawa
dan semua sifat-sifat fisiknya harus dicatat dalam suatu
tabel.
Susunan makanan , kesehatan, suhu udara, dan sebagainya
perlu diperhatikan.

Sifat-sifat fisik
Catatlah hal-hal dibawah ini :
a. volume dalam milimeter
b. warna, bau dan kejernihan
c. reaksi terhadap lakmus dan kertas nitrazine. J uga reaksi terhadap
fenolftalein dan merah kongo, walaupun tidak bersifat rutin
d. Berat J enis
Terlebih dulu ketelitian hidrometer urinometer yang digunakan
harus diuji terhadap air suling. Koreksi dapat dilakukan bila
kesalahan tidak terlalu besar. Perlu diperhatikan bahwa semua
toluen telah dibuang . Isilah sebuah gelas takar dengan urin
masukkan hidrometer urinometer didalamnya. Sebelum membaca,
kita harus yakin bahwa hidrometer urinometer tidak menyentuh
dinding tabung.
Catatlah suhu urin
Tiap hidrometer telah ditera pada suhu tertentu. Bila suhu urin
tidak sama dengan suhu tera, harus dilakukan koreksi sebagai
berikut:
Tambahkan 0,001 pada tiap penambahan suhu 3 derajat diatas suhu
tera atau kurangi 0,001 pada tiap penurunan suhu 3 derajat dibawah
suhu tera.
Hasil:
81
Volume : Bau :
Warna : Kejernihan :
Reaksi : Berat jenis :





Penentuan jumlah zat padat
Cara : Kalikan dua angka terakhir dari BJ urin dengan 2,6
(koefisien Long).
Hasilnya menyatakan secara kasar jumlah total zat
padat dalam 1000 ml urin. Dari situ dapat
diperhitungkan jumlah total zat padat dalam urin 24 jam
.

Hasil :



Glukosa dalam urin (semi-kuantitatif)
Dasar :
Glukosa dalam urin akan mereduksi larutan tembaga
alkalis (Benedict), sehingga terbentuk endapan Cu
2
O
yang berwarna kuning sampai merah.


Penilaian :
1+ (+) : hijau kekuning-kuningan dan keruh
(kadar glukosa 0,5 0,1 %)
2 + (++) : kuning merah (1-1 %)
3 + (+++) : jingga/ oranye atau warna lumpur
keruh (2-3,5 %)
4 + (++++) : merah keruh / merah bata (lebih
dari 3,5 %)
negatif (-) : tetap biru jernih atau kehijau-hijauan dan
agak keruh.

Cara :
Masukkan 2 ml reagen Benedict dalam sebuah
tabung reaksi. Tambahkan 4 tetes urin yang diperiksa.
Kocok supaya bercampur.
Masukkan kedalam penangas air yang mendidih selama
5 menit.
Angkat tabung tersebut dan kocoklah isinya lalu nilai
hasilnya.

Hasilnya :
82



ANALISA KUANTITATIF URIN
1. Asam urat ( Franke dan Benedict)
Dasar :
Urin mengandung asam urat. Asam urat bersifat
mereduksi arsenofosfotungstat menjadi
arsenofosfotungstit (berwarna biru). Warna biru ini
merupakan kadar asam urat. Makin tinggi kadar asam
urat, makin biru warna yang didapat. Warna biru ini
dibandingkan dengan warna biru larutan standard yang
diperlakukan dengan cara yang sama .

Pereaksi yang dipakai :
a. larutan asam arsenofosfotungstat (bersifat racun)
b. larutan NaCN 5 % (bersifat racun) dengan 2 ml NH
4
OH per
liter.
c. larutan standard asam urat yang mengandung 0,1 mg per 5 ml.

Cara melakukan percobaan :
Masukkan 2,5 ml urin ke dalam labu takar 50 ml dan encerkan
hingga 50 ml. Ambil
10 ml urin encer ini ke dalam labu takar 50 ml. Tambahkan 5
ml larutan NaCN
5 % ( jangan dipipet, tapi dari buret) dan 1 ml larutan
arsenofosfotungstat (juga dari buret ) lalu encerkan sampai 50
ml.

Untuk Standard :
Ambil 10 ml larutan standard asam urat., masukkan ke dalam
labu takar 50 ml . Tambahkan 5 ml larutan NaCN 5 % dan 1
ml larutan arsenofosfotungstat dan encerkan hingga 50 ml.

Untuk blanko :
Masukkan 5 ml larutan NaCN 5 % dan 1 ml larutan
arsenofosfotungstat ke dalam labu takar 50 ml dan encerkan
hingga 50 ml.

Lakukan pembacaan dengan kolorimeter fotoelektrik dengan filter biru
(420 nm).
Hitung ekskresi asam urat selama 24 jam.

Keterangan :
Cara ini tidak spesifik terhadap asam urat. Zat-zat lain yang mereduksi
juga memberi warna biru. Kendati demikian 80 90 % dari warna biru
disebabkan oleh asam urat. Untuk mendapat hasil yang tepat dapat
dilakukan sebagai berikut :
83
Asam urat dipecah oleh uricase menjadi allantoin. Selisih kadar
sebelum dan sesudah pemberian uricase adalah kadar asam urat


Rumus :

Ru-Rb volume urin 24 jam
Cu = X 0,2 X
Rs-Rb 0,5


Hasil :












2. Pemeriksaan kadar kreatinin (Folin)

Dasar :
Reaksi J affe yaitu berdasarkan tautomer kreatinin pikrat yang
berwarna merah bila kreatinin direaksikan dengan
larutan pikrat alkalis.

Pereaksi yang dipakai :
a. larutan asam pikrat jenuh
b. larutan NaOH 10 %
c. larutan standard kreatinin yang mengandung 1 mg
kreatinin /ml

Cara melakukan percobaan :
Ambillah 3 labu takar 100 ml : A, B dan C
Tabung A diisi dengan 1 ml urin
B diisi dengan 1 ml larutan standard kreatinin
C diisi dengan 1 ml air
Tambahkan pada masing-masing tabung 20 ml asam pikrat
jenuh dan 1,5 ml NaOH 10 % (dipipet tepat). Kocok perlahan-
lahan dan biarkan selama 15 menit . Setelah 15 menit
encerkan sampai 100 ml dengan aquadest. Balik-balikkan
tabung supaya rata, lalu lakukan pembacaan dengan
kolorimeter fotoelektrik
84
( jangan lebih lama dari 15 menit ) dengan filter hijau ( 540
m)

a. Hitunglah ekskresi kreatinin selama 24 jam
b. Hitung pula koefisien kreatinin.

Bila pembacaan standard dan unknown berbeda banyak (lebih
dari 50 % ). Maka ulangi percobaan dengan urin yang
diencerkan.


Rumus :

Ru Rb volume urin 24
jam
Cu = X 1 X
Rs Rb 1


Hasil :











ANALISA KUANTITATIF DARAH

Pada analisa kuantitatif darah, protein harus disingkirkan karena akan
mengganggu semua pemeriksaan darah. Protein diendapkan dengan
asam pikrat, asam fosfotungstat, Zn hidroksida , asam tungstat dan
asam trichlorasetat.


Persiapan filtrat bebas protein :

1. FILTRAT FOLIN WU
Folin Wu mempersiapkan filtrat yang bebas protein untuk
pemeriksaan :
- non protein nitrogen
- urea
- asam urat
- glukosa
85
- kreatinin
- asam amino
- chlorida

Dasar :
Protein diendapkan dengan Na tungstat dan asam sulfat, kemudian
disaring,

Cara Kerja :
Ke dalam labu erlenmeyer yang bersih dimasukkan 1 cc darah dan
7 cc air suling. Labu digoyang perlahan lahan, kemudian
tambahkan 1 cc Na tungstat 10 % dan kemudian
1 cc asam sulfat 2/3 N yang diberikan tetes demi tetes sambil terus
menggoyang labu itu. Gelembung tidak boleh terjadi, karena dapat
menyebabkan pengendapan protein tidak sempurna.
Bila tidak terjadi perubahan warna maka hal itu biasanya
disebabkan karena terlalu banyak antikoagulan. Perubahan warna
itu akan terjadi bila ditambahkan asam sulfat setetes.
Saringlah melalui kertas saring yang kering dan bila filtrat belum
jernih maka harus disaring sekali lagi dengan kertas saring yang
sama.

2. FILTRAT SOMOGYI
Filtrat Somogyi dipersiapkan untuk pemeriksaan :
- glukosa
- urea

Dasar :
Zn sulfat dan Ba hidroksida akan mengendapkan protein disamping
itu dapat juga mengendapkan antikoagulan ( fluorida dan oksalat
yang berlebihan )



Cara Kerja :
1 cc darah dicampur dengan 15 cc air dalam labu erlenmeyer .
Tambahkan 2 cc Ba hidroksida 0,3 N dan 2 cc Zn SO
4
5 %.
Campuran ini dikocok dan tidak boleh terbentyuk gelembung.
Saring dan filtrat yang jernih akan terdapat.

GLUKOSA
Pemeriksaan gula darah dapat diambil melalui darah vena (
pemeriksaan makro atau darah kapiler ( darah mikro) .
Bahan yang dapat diperiksa dapat :
- darah
- plasma
- serum
Dasar pemeriksaaan :
86
I. Sifat mereduksi dari glukosa :
1. Penetapan kolorimetris misalnya metoda Folin Wu dan
Somogyi Nelson.
2. Penetapan titrimetris (iodometri) misalnya metode
Hagedorn J ensen dan Somogyi Schaffer Hartmann.

II. Reaksi enzimatis dengan menggunakan enzim glukosa
oksidase.

III. Terbentuknya kompleks berwarna oleh glukosa dengan suatu
zat misalnya o-toluidin


PENETAPAN KADAR GULA DARAH (FOLIN-WU)

Dasar : Glukosa dioksidasi oleh larutan tembaga alkalis
sehingga terbentuk kupro-oksida .
Kupro-oksida direoksidasi oleh asam fosfomolibdat
sehingga terbentuk oksida-oksida mobliden yang dapat
larut dan berwarna biru tua.
C
6
H
12
O
6
+ Cu
++
Cu
+
Cu
+
+NaPO
4
12 Mo
6+
O
2
Cu
++
+12
Mo <
6

(biru)
Pereaksi :
a. larutan tembaga alkalis yang mengandung Natrium
karbonat, tembaga sulfat dan asam tartrat.
b. Pereaksi asam fosfomolibdat dan Na tungstat.
c. Glukosa standard mengandung 0,1 mg/ ml

Cara Kerja :
Sediakanlah 3 tabung Folin Wu, dan masukkan ( dengan
pipet ) kedalam tabung nomor (1) 2 ml filtrat Folin
Wu
(2) 2 ml larutan standard
(3) 2 ml air sulung (blanko).

Kedalam masing-masing tabung ditambahkan 2 ml larutan
tembaga alkalis . Letakkan tabung-tabung itu kedalam
air mendidih selama 8 menit tepat dan kemudian
dipindahkan kedalam air dingin tanpa dikocok selama 2
3 menit .
Tambahkan 2 ml larutan asam fosfomolibdat ke dalam tiap-tiap
tabung. Biarkan selama 3 menit agar kuprooksida larut,
kemudian encerkan sampai 25 ml dengan air suling,
tutup dan bolak balik sampai isinya tercampur
sempurna.
87
Lakukan pengukuran dengan kolorimeter fotoelektrik
dengan memakai filter biru (420 m).
Perhitungan :

Ru
100
J umlah mg glukosa /100 ml = x 0,2
x
Rs
0,2


PENETAPAN KADAR GULA DARAH (SOMOGYI-
NELSON)

Dasar : Protein darah diendapkan dengan ZnSO
4
dan
Ba(OH)
2
.
Glukosa dioksidasi oleh larutan tembaga
alkalis sehingga terbentuk kupro
oksida yang akan direoksidasi kembali oleh asam
arseno molibdat dan terbentuk larutan
yang berwarna .

Pereaksi :
a). larutan tembaga alkalis ( Somogyi)
b). larutan standard glukosa (0,1mg/ml)
c). pereaksi arseno moblidat (Nelson)


Cara Kerja :
Sediakan 3 tabung Folin Wu , masukkan (dengan pipet)
ke dalam tabung
nomor (1) 2 ml filtrat Folin Wu
(2) 2 ml larutan standard
(3) 2 ml air suling (blanko)
Kedalam masing-masing tabung ditambahkan 2
ml larutan tembaga alkalis.
Letakkan tabung-tabung itu kedalam air mendidih selama
8 menit tepat dan kemudian pindahkan ke dalam air
dingin tanpa dikocok selama 2 3 menit.
Tambahkan 2 ml larutan asam fosfomolibdat ke dalam
tiap-tiap tabung. Biarkan selama 3 menit agar
kuprooksida larut, kemudian encerkan sampai
25 ml dengan air suling, tutup dan bolak balik sampai
isinya tercampur sempurna.
Lakukan pengukuran dengan kolorimeter fotoelektrik
dengan memakai filter biru (520 mU).
88



Perhitungan :

Ru 100

J umlah mg glukosa / 100 ml = X 0,2 X
Rs 0, 1



KALSIUM

Kalsium di dalam tubuh penting untuk: pembentukan tulang dan
gigi, iritabilitas saraf, kontraksi otot, pembekuan darah.
Pengendapan dan pengeluaran Ca dari tulang diatur secara
hormonal oleh hormon paratiroid dan calcitonin.

Di dalam plasma dan serum, Ca terdapat dalam 3 bentuk :
1. terikat pada protein
2. terionisasi
3. terikat pada zat-zat lain seperti sitrat

Ke tiga bentuk ini dapat ditetapkan secara sendiri-sendiri., tetapi
yang sering ditetapkan
ialah Ca total.
Kadar normal kalsium dalam serum adalah 9 11 mg % ( 4,5 -
5,5 mEk/liter).

PENETAPAN KADAR KADAR KALSIUM (KRAMER &
TISDALL). Modifikasi CLARK-COLLIP

Dasar :
Kalsium diendapkan dari serum sebagai garam oksalat.
Endapan ini kemudian dicuci dan dilarutkan dengan asam
encer, lalu dititrasi dengan KMnO
4
standard.
Ca
++
+ C
2
O
4

--

Ca C
2
O
4

Ca C
2
O
4
+ H
2
SO
4

H
2
C
2
O
4
+ CaSO
4
5 H
2
C
2
O
4
+ 2 KMn O
4
+ 3 H
2
SO
4

K
2
SO
4
+ MnSO
4
+
10 CO
2
+8
H
2
O

Pereaksi :
1. Larutan amonium oksalat 4 %
89
2. Larutan amonium hidroksida 2 %
3. Kalium Permanganat 0,01 N : 1 ml ekivalen dengan
0,2 mg Ca
4. Asam sulfat 1 N




Cara :
Sediakan 2 tabung sentrifuse 15 ml. Masukkan (
dengan pipet volumetrik)
2 ml serum ke dalam tabung-tabung tadi. Tambahkan 2
ml air dan 1 ml larutan amonium oksalat tutup tabung
dengan secarik plastik dan diikat dengan karet. Campur
dengan baik dan biarkan selama 30 menit. Pusingkan
selama 15 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Buanglah
cairan diatasnya dengan hati-hati.jangan sampai
endapan terbuang. Letakkan tabung tadi terbalik diatas
rak dan biarkan selama 5 menit. Keringkan mulut
tabung dengan kertas saring.

Cucilah endapan itu dengan larutan amonium
hidroksida encer seperti berikut: Tambahkan 3 ml
larutan amonium hidroksida pada endapan ( dengan
pipet) dan campur dengan baik. Tutup lagi
Pusing tabung selama 5 menit dan pisahkan cairan atas
seperti tadi.

Tambahkan 2 ml asam sulfat 1 N dengan meniup pipet
mohr 5 ml untuk memudahkan larutnya. Letakkan
tabung-tabung tadi dalam penangas air mendidih selama
1 menit, perhatikan bahwa semua endapan telah larut.
Lakukan titrasi selagi panas dengan larutan kalium
permanganat 0,01 N sampai warna merah muda yang
tampak dapat bertahan sekurang-kurangnya selama 1
menit. Apabila perlu selama titrasi tempatkan tabung
tadi di dalam penangas air pada suhu 70 75
o
C .
Titrasi dilakukan dengan buret mikro.

Blanko ditetapkan dengan titrasi terhadap 2 ml air dan
2 ml asam sulfat 1N.

Perhitungan :


100
Kadar kalsium serum ( mg%) = ( x-b ) X
0,2 X
90

2

dimana :
x = jumlah ml KMn O
4
yang dipakai untuk
titrasi serum ( rata-

rata)
b = jumlah ml KMn O
4
yang dipakai untuk
titrasi blanko.

Perhitungan Kadar Kalsium







PROTEIN

Protein total di dalam plasma kira-kira 7 7,5 g / ml , sehingga
merupakan jumlah yang terbesar dari zat-zat padat dalam plasma.
Protein plasma ini terdiri dari :
- simple protein
- conjugated protein misalnya glikoprotein dan beberapa
lipoprotein
Pemisahan fraksi-fraksi protein ini biasanya digunakan zat pelarut atau
elektrolit dengan dasar adanya sifat kelarutan masing-masing yang
berlainan . Ini adalah dasar pemisahan secara salting out.
Selain itu pemisahan dapat dilakukan berdasarkan atas
perbedaan muatan listrik dalam larutan buffer dengan pH tertentu (
elektroforesa).
Protein plasma dipisahkan dalam 3 kelompok utama yaitu
ALBUMIN, GLOBULIN dan FIBRINOGEN dengan menggunakan
Na atau amonium sulfat. Karena analisa fraksi-fraksi protein
dibutuhkan juga analisa nitrogen, maka lebih baik digunakan natrium
sulfat.
Beberapa cara penetapan serum protein total dan fraksi-fraksinya
adalah:
1) destruksi protein secara Kjeldahl dan kemudian ditetapkan
kadar nitorgen secara titrasi atau kolorimetrik.
Cara ini memerlukan alat-alat yang teliti sekali dan
memerlukan waktu lama .
Fibrinogen plasma ditentukan dalam bentuk fibrin. Bila
cara ini dikerjakan maka akan didapatkan hasil yang dapat
dipercaya.
91
2) ditentukan BJ serum atau darah , kemudian kadar protein
total plasma didapat dengan perhitungan :

Kadar protein total dalam plasma =369 X (BJ plasma
1,007 )
( g / 100 ml )

1,007 =BJ ultra filtrat plasma bebas protein

Fraksi-fraksi perotein didapat dengan cara :
Fibrinogen serum dipisahkan pada waktu pembuatan
serum oleh karena terjadi endapan fibrin.
Globulin dapat dipisahkan dari albumin dengan cara
diendapkan dengan Ba sulfat. Kemudian tiap fraksi
diatas dapat ditentukan dengan :
1) analisa kadar nitrogen masing-masing fraksi
2) kolorimeter direk dari albumin, sehingga didapat kadar
albumin.
Kadar globulin =kadar protein total kadar albumin
3) elektroforesa







Angka-angka normal :
Protein total 7,0
7,5 g %
Albumin 52,0 65 % ... 3,8 - 6,7
g %
Globulin 29,5 54 % ... 3,2 - 5,6
g %
alfa 1 2,5 - 5% .. 0,1
- 0,4 g %
alfa 2 7,0 - 13 % .. 0,4
- 1,2 g %
beta 8.0 - 14 % .. 0,5
- 1,1 g %
gamma 12,0 - 22 % .. 0,5
- 1,6 g %
Fibrinogen 6,5 % .. 0,5
g %
A/G ratio =
1,2 : 1


92
Perubahan perubahan abnormal pada protein plasma :
1. Albumin
- kadar meninggi : hal ini jarang didapat, misalnya
terjadi pada hemokonsentrasi atau
dehidrasi.

- kadar menurun : a) malnutrition
b) insuffisiensi pankreas sehingga
pencernaan protein
berkurang
c) absorpsi protein berkurang , mis
pada diare
d) kehilangan protein yang
berlebihan misalnya pada
sindroma nefrotik atau pada
kebakaran oleh karena
terjadi ekstravasasi.
e) tidak dapat mensintesa albumin
misalnya pada ke- rusakan hepar
yang berat oleh karena sirosis
hepatis.
2. Globulin
- alfa globulin . Kadar meninggi :
a) pada demam yang akut oleh karena terjadi peradangan
dan kerusakan jaringan.
b) tbc
c) karsinoma
Pada beberapa penyakit ada hubungan antara penurunan
kadar albumin dan kenaikan alfa globulim, misalnya :
- nefrosis
- sirosis
- penyakit-penyakit infeksi akut, pneumonia, demam
rematik.

- beta globulin . Kadar meninggi :
Biasanya berhubungan dengan akumulasi lipid yang ada
hubungan dengan atherosclerosis.
- gamma globulin. Kadar meninggi :
Biasanya hiper gamma globulinemia disebabkan oleh
karena :
- multiple myeloma
- penyakit Waldenstrom
- lymphoma

Kadar menurun :
Hipo/ a-gamma globulinemia biasanya didapat secara
herediter dimana tubuh tidak dapat membuat zat anti bila ada
antigen.
93

3. Fibrinogen
Afibrinogenemia dan fibrinogenpenia terdapat secara herediter
dimana dapat terjadi kematian setelah kecelakaan karena
perdarahan yang tidak dapat berhenti.
Afibrinogenemia / fibrinogenpenia juga dapat terjadi pada:
1) komplikasi kehamilan oleh karena kematian janin dalam
kandungan
( intrauterine fetal death)
2) komplikasi operasi toraks atau prostat oleh karena terjadi
aktivitas fibrinolitik berlebihan.

PENETAPAN KADAR PROTEIN SERUM SECARA FRAKSI (
KINGSLEY)
Dasar : Protein total serum ditetapkan secara kolorimetris dengan
membandingkan
warna ungu dari serum yang diperiksa dengan larutan
standard. Globulin serum diendapkan dengan Na sulfat
dan sisanya yang mengandung albumin warnanya
dibandingkan dengan standard.
Kadar Globulin =Kadar Protein Total Kadar Albumin

Pereaksi :
1) pereaksi Biuret
2) larutan standard protein mengandung 0,007 g / 2ml
3) Na sulfat 23 %
4) Eter USP

Cara Kerja
a) Protein Total :
Masukkan 1 ml serum dalam gelas kimia dengan pipet 1 ml
dan kemudian ditambahkan dengan pipet 20 ml Na sulfat 23
% pada suhu 30
o
C ( ambil dari penangas air dan ukur
dengan termometer). Gelas kimia diputar-putar agar isinya
tercampur.
Ambil 2 ml campuran yang keruh ini dan masukkan
kedalam tabung kolorimeter.
Lakukan dalam duplo.
Berikan tanda dan simpan sampai tingkatan (e).
Masukkan campudan yang keruh ini yang masih ada
kedalam 2 tabung reaksi kering, sama banyaknya dan
digunakan pada tingkatan (e)

b) Albumin:
Dua tabung centrifuge yang dipersiapkan pada
tingkatan (a) ditambahkan
masing- masing 4 ml eter, kemudian ditutup dengan
tutup karet dan dikocok
94
keras-keras. Kemudian tabung-tabung ini dipusingkan
dengan tutupnya dengan
kecepatan 1500 rpm selama 4 menit.
Diambil 2 ml cairan jernih di bawahnya yang masing-masing
dimasukkan dalam 2 tabung kolorimeter dan disimpan sampai
tingkatan (e).

c) Standard :
Dua ml larutan standard disimpan dalam tabung kolorimeter
dan disimpan sampai tingkatan (e).

d) Blanko
Dua ml Na Sulfat 23 % dan 4 ml pereaksi biuret dicampur
dalam sebuah tabung kolorimeter.

e) Kedalam dua tabung (a), dua tabung (b), dan satu tabung (c)
ditambahkan 4 ml pereaksi biuret dan 2 ml eter. Keenam
tabung ini ditutup dan dikocok keras-keras selama 15 detik,
untuk melarutkan lipid dan pigmen tertentu. Pusingkan
selama 5 menit pada kecepatan 1500 rpm.

f) Pengukuran warna:
Setelah dipusing maka ukurlah dengan kolorimeter
fotoelektris EEL dengan filter hijau.


Hitunglah kadar protein total, albumin dan globulin dalam 100 ml serum dan
lakukan
koreksi terhadap blanko.
Rumus:

Kadar protein total = Ru-Rb X 0,007 X 100 (g % )
Rs-Rb 2/21


Kadar albumin = Ru-Rb X 0,007 X 100 (g % )
Rs-Rb 2/21


Kadar globulin = Protein total (g%) - Albumin (g%)


Hitungan:



95






KOLORIMETRI


Dasar
Bahan kimia bersifat dapat menyerap dan menghantarkan cahaya,
suatu larutan mempunyai warna kecuali warna yang kita lihat.
Ternyata bahwa jumlah cahaya yang diserap berbanding langsung
dengan jumlah zat yang menyerapnya.
Banyak cara dalam analisa kuantitatif didasarkan atas pembentukan
larutan berwarna sedemikian rupa sehingga intensitas warna tersebut
dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi zat yang diperiksa .
Penggunaan warna sebagai indeks konsentrasi dikenal sebagai
kolorimetri , dan alat yang dipergunakan untuk penilaian ini disebut
kolorimeter. Cara - cara kolorimetri ini mudah, cepat dan cukup peka,
sehingga memungkinkan pengukuran zat-zat dalam jumlah kecil.
Kolorimetri berdasarkan atas hukum-hukum Beer dan Lambert ,
menyatakan bahwa bila suatu berkas cahaya monokhromatis melalui
suatu larutan, intensitasnya akan berkurang secara exponensiil sesuai
dengan panjang larutan yang dilaluinya.


Io
log = KI
(1)
I

Dimana Io : intensitas cahaya datang
I : intensitas cahaya keluar
K : konstanta yang tergantung dari panjang gelombang
. gelombang
cahaya, sifat dan konsentrasi larutan
I : panjang larutan yang dilalui cahaya dalam cm.

Hukum Beer menyatakan bahawa intensitas cahaya berkurang sesuai
dengan kenaikan konsentrasi zat penyerap cahaya yang dilaluinya.
Io
log = KC
(2)
I

Dimana K : konstanta yang tergantung dari panjang gelombang
. gelombang
96
Cahaya, sifat larutan dan panjang kolom larutan
yang dilalui cahaya.
c : konsentrasi zat dalam larutan ( g per liter, g L l/
liter dsb)










Gabungan ( 1) dan (2) menghasilkan hukum Beer-Lambert :

Io
log = kcl
( 3)
I

Dimana K : konstanta yang tergantung dari panjang gelombang dan
sifat larutan


Berdasarkan hukum tersebut diatas, jumlah atau konsentrasi sesuatu
zat dalam larutan dapat ditentukan dengan membandingkannya
terhadap suatu larutan lain yang mengandung zat yang sama dalam
jumlah yang diketahui ( larutan standard) . Dalam hal ini perlu
diperhatikan bahwa larutan-larutan tersebut harus diperlakukan dengan
cara yang sama pada saat yang sama pula.

Sering terjadi beberapa macam zat yang berada dalam suatu larutan
menyerap gelombang cahaya yang sama dan dengan demikian
mengganggu pemeriksaan. Peristiwa ini dikenal sebagai interferensi
dan dapat diatasi dengan mudah, yaitu dengan membuat suatu larutan
blanko yang mengandung semua bahan yang dipergunakan kecuali
bahan yang diperiksa tersebut. Terhadap larutan blanko ini distel
sedemikian sehingga memperlihatkan pembacaan penghantaran (
transmittace) 100 %.

Intensitas cahaya yang keluar dari suatu larutan dapat diukur secara :
1. visuil
2. fotoelektrik

KOLORIMETER FOTOELEKTRIK

97
Pada kolorimeter fotoelektrik, cahaya yang keluar dari suatu
larutan diukur dengan perantaraan sel-sel fotoelektrik
(fotosel) yang akan menghasilkan arus listrik sebanding
dengan intensitas cahaya yang mengenainya . Arus yang
timbul diukur dengan mikro ampermeter., galvanometer, atau
gabungan tahanan variabel dan galvanometer. Prinsip ini
digunakan baik pada fotometer yang menggunakan filter (
misalnya kolorimeter fotoeletrik Klett-Summerson) maupun
spektrofotometer ( misalnya spektrofotometer Coleman
J unior atau Beckman).

Sel-sel fotoelekterik walaupun tidak sepeka mata dalam mengenal (
deteksi ) cahaya yang terlihat , adalah lebih baik dalam
kemampuannya membandingkan atau mengadakan penilaian intesintas
cahaya secara kuantitatif, Keuntungan cara-cara fotoelektrik terhadap
cara-cara visuil adalah:
1. Faktor-faktor subyektif yang terdapat pada cara visuil dapat
ditiadakan.
2. Ketelitian lebih besar
3. Analisa juga dapat dilakukan terhadap warna-warna yang
mengadakan interferensi.




Kecuali keuntungan pertama, semuanya tadi disebabkan penggunaan
cahaya yang hampir monokhromatis. Ini dicapai dengan menyaring
cahaya dari suatu lampu pijar melalui kaca berwarna ( filter) sehingga
diperoleh spektrum cahaya yang sempit. Pada spektrofotometer,
cahaya monokromatis diperoleh dengan cahaya dengan prisma atau
kisi-kisi ( grating) dan memilih panjang gelombang yang diinginkan
melalui suatu celah yang sempit, cahaya yang diperoleh lebih murni
daripada dengan menggunakan filter dan hukum Beer Lambert
diikuti dengan lebih baik.

Transmittance adalah kemampuan larutan untuk menghantarkan
cahaya, yaitu perbandingan antara intensitas cahaya yang melalui dan
yang mengenai larutan :

I
T =
(6)
Io

Dengan menggunakan hukum Beer- Lamber t:

T = 10
-
kcl
Log T = -kcl
-Log T = kcl atau
98
A = kcl
(7)

dimana A : asorbance ( bukan optical density, absorbancy)


Konstante k ( persamaan 3 dan 7 ) lebih umum dikenal sebagai
absorptivitas a ( bukan absorbancy index, koefisien extingsi), dimana
kadar zat menyerap cahaya dinyatakan dalam g / liter
Hasil kali absorptivitas dengan berat molekul disebut molar
absorptivity dengan simbol E dan mempunyai satuan M
-1
cm
-1
.
Contoh suatu zat dengan E =14.000 dan pada pembacaan dengan
fotokolorimeter menunjukkan A =0,850 mempunyai kadar

A
C =
E
1

0,850
= X 1 (cm)
10.000 (M
-1
cm
1
)

= 6,07 X 10
5
M






Pembacaan dengan kolorimeter fotoelektrik dikemukan sebagai :
1 . Persentasi penghantaran ( % T)
2. Log persentasi penghantaran ( log % T)
3. Absorbance A =2 log % T =- log 1 ( 0<T <1 )

Hubungan antara ketiga pembacaan ini adalah sebagai berikut :

T Log T % T Log % T A


Larutan encer 1 0 100 2 0




Larutan pekat 0 -2 0 0 2
(0,01) (log 1) ( -
log 0,01)
= 2
log 1
99

Catatan : nilai A dapat lebih besar dari 2, mencapai tak terhingga .

Pada kolorimeter Klett-Summerson pembacaan pada skala ( R) adalah
500 xA


Keuntungan daripada cara (2) dan (3) adalah dalam membandingkan
hasil pembacaan terhadap konsentrasi zat diperoleh garis lurus,
sehingga untuk peneraan ( kalibrasi) hanya diperlukan 2 titik saja.
Dengan Cara (1) akan didapat suatu garis lengkung yang memerlukan
beberapa titik untuk membuat suatu kurve kalibrasi.

Kalau pada kolorimeter visuil pembacaan dilakukan dengan
mengubah-ubah panjang kolom cairan yang dilalui cahaya ( intensitas
cahaya keluar sama), maka pada kolorimeter fotoeletrik yang
dibandingkan adalah intensitas cahaya yang keluar ( kolom cairan yang
ditempuh cahaya sama ). Dengan demikian, dalam perhitungan dengan
menyetel pembacaan blanko pada 100% T (A=0), diperoleh
perhitungan :


Cu Ru
=
Cs Rs

atau
Ru
Cu = X Cs
Rs
(8)




Dan dengan koreksi :

Ru Vu Volume tertentu atau total
Cu = X Cs X X
(9) Rs Vs Volume
bahan yang dipakai







100























SKEMA SPEKTROFOTOMETER

A : Sumber cahaya G : cuvet
B , C, E : cermin II :
phototube
D : celah sinar masuk dan keluar I :
amplifier
F : prisma






Penggunaan kolorimeter fotoelektrik

Dalam mempergunakan kolorimeter fotoelektrik , pada prinsipnya alat
terlebih dahulu diatur agar menunjukkan pembacaan 100 % T ( pada
panjang gelombang yang dipilih) terhadap larutan blanko dan 0 % T (
atau A =2) bila jalan cahaya ditutup.
Selanjutnya dibaca larutan standard dan larutan yang diperiksa.




101
ELEKTROFORESIS



Dasar teori

Sebagian besar molekul biologis mempunyai muatan listrik. Besarnya
muatan ini tergantung pada jenis molekul , pH dan komposisi dari
medium. Bila pada molekul bermuatan ini, yang terdapat dalam
larutan, diberi medan listrik maka molekul bermuatan positif akan
bergerak kearah kutub negatif dan sebaliknya. Prinsip ini digunakan
dalam teknik elektroforesis untuk memisahkan molekul dengan muatan
yang berbeda.
Kecepatan bergerak olekul tergantung pada viskositas medium ukuran
dan besar molekul dan muatan listrik tersebuit.


Pada mulanya elektroforesis dilakukan dengan menggunakan medium
cair ( moving boundary electrophoresis) , yang pertama kali
diperkenalkan oleh Tisellius kurang lebih 50 tahun yang lalu.

Yang banyak digunakan sekarang elektroforesis dengan menggunakan
medium padat yang dicelup dengan larutan buffer ( zone
electrophoresis).


Medium yang digunakan antara lain :

1. Kertas saring
Cara ini cukup murah dan mudah . Kelemahan elektroforesis
kertas, bercak yang didapat tidak tegas karena adsorpsi molekul
pada kertas.

2. Selulosa asetat
Dengan medium ini faktor adsorpsi menjadi minimal, sehingga
pemisahan berlangsung sempurna dan bercak yang didapat berbatas
tegas. Oleh karena itu terhadap senyawa yang telah terpisah ini
dapat dilakukan pemeriksaan kuantitatif dengan mengelusi senyawa
tersebut.
Kelebihan medium ini, hanya diperlukan waktu yang singkat ( 1 jam)
dibandingkan dengan kertas yang memerlukan waktu 1 malam .
akan tetapi selulosa asetat lebih mahal dibandingkan kertas.

3. Gel agar
Oleh karena medium ini transparan, maka dapat dilakukan
pemeriksaan fotometris. Agar merupakan pilihan utama untuk
imuno elektroforesis. Medium ini juga murah dan mudah didapat.

102
4. Gel pati
Butiran pati pada pemanasan akan menggembung dan terhidrolisis
membentuk gel. Ukuran pori gel tergantung pada cara penyiapan ,
jenis pati yang digunakan, pH dan sifat larutan bufer yang dipakai.
Diameter pori gel pati ini yang menyebabkan molekul terpisah
berdasarkan ukuran molekul, disamping juga muatan listrik
molekul tersebut. Efek ultrafiltrasi ini memberikan resolusi yang
tinggi, sehingga plasma protein dengan cara ini akan terpisah
menjadi banyak pita. Diperlukan lebih banyak gel dengan cara ini
dibandingkan dengan agar dan penyiapannya dieprlukan latihan.

5. Butiran pati
Medium ini dibuat dengancara mencetak butiran pati dalam larutan
bufer menjadi lempengan . Elektroforesis dengan cara ini sesuai
untuk pemisahan yang memerlukan sampel yang banyak , misal
pada pemisahan dan isolasi isoenzim.


6. Gel -poliakrilamid
Poliakrilamid merupakan bahan yang paling banyak digunakan
akhir-akhir ini. Oleh karena transparan, pada gel ini dapat dilakukan
pemeriksaan fotometris . Selain itu dengan cara ini didapat hasil
dengan daya pisah yang tinggi dan ukuran pori dapat diatur.

Larutan Buffer
Pemilihan pH larutan buffer, tergantung pada jenis campuran senyawa
yang diperiksa, tetapi pada umumnya pemisahan yang baik didapat
pada titik isoelektrik (pI) salah satu senyawa. PH yang dipilih tidak
boleh menyebabkan perubahan kimia atau denaturasi molekul pada
pemeriksaan . Untuk pemisahan protein biasanya digunakan larutan
buffer dengan ph =8,6.
lonic strength larutan buffer yang digunakan berkisar antara 0,05
0,15.

Medan listrik
Diperlukan sumber listrik arus searah yang memberikan voltase atau
aliran yang konstan . Untuk pemisahan pada suhu kamar, umumnya
digunakan medan listrik sebesar 2-8 V/ cm . Medan listrik lebih besar
dari 10 V / cm akan menyebabkan panas sehingga terjadi penguapan
air. Akibatnya larutan buffer dalam tanki buffer akan mengalir untuk
menggantikan air yang hilang , sehingga dapat menyebabkan
berpindahnya zona yang telah terpisah bahkan denaturasi senyawa
tersebut.
Ada alat elektroforesis yang dilengkapi dengan sistem pendingin sehingga
dapat digunakan medan listrik 100 V/cm . Keuntungan elektroforesis
dengan voltase tinggi adalah waktu pemisahan yang cepat.


103
KROMATOGRAFI KERTAS SARING

Penggunaan kromatografi kertas saring mengalami kemajuan pesat
untuk pemisahan , identifikasi dan penentuan secara kuantitatif dari
asam-asam amino , berbagai jenis gula , senyawa-senyawa steroid dan
zat-zat lainnya . Dengan metode berikut ini analisa dapat dilakukan
samapai tingkat 0,1 mikrogram.


Dasar :
Campuran zat-zat yang terabsorpsi pada kertas saring dapat dipisahkan
dengan cara melewatkan pada kertas saring suatu pelarut organik yang
dijenuhkan dengan air dimana campuran zat-zat tersebut dapat larut.
Ketika pelarut dialirkan melalui kertas saring , ia membawa serta
campuran zat-zat dimana masing-masing komponennya akan
terdistribusi pada kertas dengan kecepatan yang berbeda-beda yang
tergantung pada beberapa faktor.
Komponen-komponen tersebut akan menetap pada tempat-tempat yang
berlainan dan lokalisasinya dapat ditunjukkan dengan reaksi warna
atau dengan cahaya ultra violet jika zatnya dapat berfluoresensi.
Untuk analisa kualitatif, digunakan nilai Rf yang untuk tiap jenis zat
pada kondisi tertentu mempunyai harga spesifik.

J arak yang ditempuh suatu zat pada
kertas
Rf =
J arak yang ditempuh oleh kertas


Nilai Rf suatu zat tergantung pada beberapa hal, antara lain :
- sifat pelarut ( jumlah dan susunannya)
- suhu
- jenis kertas saring yang dipakai
- zat-zat lain yang mempengaruhi distribusi zat antara air dan
pelarut
- cara yang digunakan

Pada analisa kuantitatif, intensitas warna bercak bahan pada kertas
dijadikan dasar pengukuran kolorimeter atau spektrofotometri.


Cara :
a. Penyiapan kertas untuk kromatografi
Siapkan suatu kertas saring Whatman no 1 dengan ukuran lebar
2,60 cm dan panjang 16 cm. J agalah kertas tetap bersih dan
usahakan sentuhan jari tangan sekecil mungkin . Buatlah suatu
lingkaran berdiameter kira-kira 1,5 mm dengan pensil ( secara
halus) pada jarak kira-kira 2,5 cm dari ujung kertas. J epitlah ujung
104
kertas yang lain dengan suatu penjepit pada jarak 0,6 cm dari
ujungnya.


b. Penyiapan tabung
Sediakan gelas kimia 500 ml yang bersih dan kering. Letakkan
palang kayu diatasnya , kemudian sisipkan kertas kromatografi
pada palang tersebut sedemikian rupa sehingga palang kayu
berfungsi sebagai penyangga . Gelas kimia dibilas dengan beberapa
ml pelarut ( larutan asam asetat dalam butanol yang dijenuhkan
dengan air ) dan biarkan mengering. Sesudah itu masukkan 30 ml
pelarut ke dalam gelas kimia setinggi 1 cm.

c. Penyiapan dan proses khromatografi
Teteskan bahan pada tanda yang telah dilingkari dengan pensil pada
jarak 1/3 dari tepi kertas, jadi pada satu kertas dapat diteteskan
dua buah bahan.
Untuk penetesan bahan digunakan pipet Mohr 0,2 ml yang
dicelupkan ke dalam larutan asam amino dan biarkan mengering .
Kemudian usaplah ujung pipet dan sentuhkan pada lingkaran yang
telah ditandai pensil pada kertas. Diameter bercak bahan tidak
boleh dari 5 mm. Bercak dikeringkan selama 5 10 menit pada
suhu kamar. J ika bercak sudah kering, tempatkan kertas secara
vertikal dalam gelas kimia dengan palang kayu sebagai penyangga.
Ujung kertas yang berdekatan dengan bercak dicelupkan ke dalam
pelarut sampai menyentuh dasar bejana, tetapi ke dua sisi tepi
kertas tidak boleh menyentuh dasar bejana, tetapi ke pelarut tidak
boleh lebih tinggi dari bercak bahan.
Catat waktunya , sesudah 1,5 jam atau setelah pelarutnya mencapai
jarak 1,25 dari ujung ketas, angkatlah kertasnya dan segera
lakukan penandaan batas yang ditempuh dengan pensil. Biarkan
kertas mengering semalaman di udara dalam suatu ruangan atau
dalam oven pada 100
o
C selama 5 menit.

Pengamatan dan hasil :
Gambar dan ceritakan !












105
















































106
















































107
















































108
















































109
















































110
















































111



112

Anda mungkin juga menyukai