Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Di zaman yang penuh dengan persaingan ini makna Pancasila seolah-olah
terlupakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal sejarah
perumusannya melalui proses yang sangat panjang oleh para pendiri negara ini.
Pengorbanan tersebut akan sia-sia apabila kita tidak menjalankan amanat para
pendiri negara yaitu pancasila yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945
alenia ke-4.
Pancasila merupakan rangkaian kesatuan dan kebulatan yang tidak
terpisahkan karena setiap sila dalam pancasila mengandung empat sila lainnya dan
kedudukan dari masing-masing sila tersebut tidak dapat ditukar tempatnya atau
dipindah-pindahkan. Hal ini sesuai dengan susunan sila yang bersifat sistematis-
hierarkis, yang berarti bahwa kelima sila pancasila itu menunjukkan suatu
rangkaian urutan-urutan yang bertingkat-tingkat, dimana tiap-tiap sila mempunyai
tempatnya sendiri di dalam rangkaian susunan kesatuan itu sehingga tidak dapat
dipindahkan.
Bagi bangsa Indonesia hakikat yang sesungguhnya dari pancasila adalah
sebagai pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara. Kedua pengertian
tersebut sudah selayaknya kita fahami akan hakikatnya. Selain dari pengertian
tersebut, pancasila memiliki beberapa sebutan berbeda, seperti :
1) Pancasila sebagai jiwa bangsa,
2) Pancasila sebagai kepribadian bangsa.
3) Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum.
Untuk itu kita sebagai generasi penerus, sudah merupakan kewajiban
bersama untuk senantiasa menjaga kelestarian nilai nilai pancasila sehingga apa
yang pernah terjadi di masa lalu tidak akan teredam di masa yang akan datang.


2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asal Mula Pancasila?
2. Bagaimana fungsi dan krdudukan pancasila?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Asal Mula Pancasila?
2. Mengetahui fungsi dan krdudukan pancasila?

D. Manfaat Penulisan
Kelompok kami menyusun makalah ini agar para pembaca bisa
mengetahui tentang Pancasila merupakan dasar negara dan pancasila sebagai
ideologi bangsa indonesia yang sesungguhnya,dan dengan adanya makalah ini
juga di harapkan dapat menjadi pengetahuan bagi kita semua.



















3

BAB II
PEMBAHASAN



A. Pengertian Asal Mula Pancasila
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara
Indonesia, bukan terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh
seseorang yang terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia. Secara kausalitas
Pancasila sebelum disyahkan menjadi dasar filsafat negara nilai-nilainya telah ada
dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai adat-istiadat,
kebudayaan dan nilai-nilai religius.
Setelah kemerdekaan Indonesia sebelum sidang resmi PPKI Pancasila
sebagai calon dasar filsafat negara dibahas serta disempurnakan kembali dan
akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945 disyahkan oleh PPKI sebagai dasar
filsafat negara Republik Indonesia, maka secara ilmiah harus ditinjau berdasarkan
kausalitas asal mula Pancasila dibedakan atas dua macam yaitu : asal mula yang
langsung dan asal mula yang tidak langsung.
1. Asal Mula yang Langsung \
Pengertian asal mula secara ilmiah filsafat dibedakan atas empat
macam yaitu : Kausa Matrealis, Kausa Formalis, Kausa Efficient, dan
Kausa Finalis (Bagus, 1991 158). Adapun rincian asal mula langsung
Pancasila tersebut menurut Notonagoro adalah sebagai berikut:
a. Asal Mula Bahan (Kausa Matrealis)
Bangsa Indonesia adalah sebagai asal dari nilai-nilai Pancasila,
sehingga Pancasila itu pada hakikatnya nilai-nilai yang merupakan unsur-
unsur Pancasila digali dari bangsa Indonesia yang berupa nilai-nilai
religius yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia.
b. Asal Mula Bentuk (Kausa Formalis)
Hal ini dimaksudkan bagaimana asal mula bentuk atau bagaimana
bentuk Pancasila itu dirumuskan sebagaimana termuat dalam Pembukaan
UUD 1945. Maka asal mula bentuk Pancasila Ir. Soekarno bersama Drs.
4

Moh. Hatta serta anggota BPUPKI lainnya merumuskan dan membahas
Pancasila terutama dalam hal bentuk, rumusan serta nama Pancasila.
c. Asal Mula Karya (Kausa Efficient)
Kausa effisien atau asal mula karya yaitu asal mula yang
menjadikan Pancasila dari calon dasar negara menjadi dasar negara yang
sah. Adapun asal mula karya adalah PPKI sebagai pembentuk negara dan
atas kuasa pembentuk negara yang mengesahkan Pancasila menjadi dasar
negara yang sah, setelah dilakukan pembahasan baik dalam sidang-sidang
BPUPKI, Panitia Sembilan.
d. Asal Mula Tujuan (Kausa Finalis)
Pancasila dirumuskan dan dibahas dalam sidang-sidang para
pendiri negara, tujuannya adalah untuk dijadikan sebagai dasar negara.
Oleh karena itu, asal mula tujuan tersebut adalah para anggota BPUPKI
dan Panitia Sembilan termasuk Ir. Soekarno dan Hatta yang menentukan
tujuan dirumuskannya Pancasila sebelum ditetapkan oleh PPKI sebagai
dasar negara yang sah. (Setijo, 2010)

2. Asal Mula yang Tidak Langsung
Secara kausalitas asal mula tidak langsung Pancasila adalah asal
mula sebelum proklamasi kemerdekaan, sehingga dengan demikian asal
mula tidak langsung Pancasila adalah terdapat pada kepribadian serta
dalam pandangan hidup sehari-hari bangsa Indonesia. Maka asal mula
tidak langsung Pancasila bilamana dirinci adalah sebagai berikut :
1. Unsur unsur Pancasila tersebut sebelum secara langsung dirumuskan
menjadi dasar filsafat negara, nilai-nilainya yaitu nilai Ketuhanan, nilai
Kemanusiaan, nilai Persatuan, nilai Kerakyatan, dan nilai Keadilan telah
ada dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum
membentuk negara.
2. Nilai-nilai tersebut terkandung dalam pandangan hidup masyarakat
Indonesia sebelum membentuk negara , yang berupa nilai-nilai adat-
istiadat, nilai kebudayaan serta nilai-nilai religius. Nilai-nilai tersebut
5

menjadi pedoman dalam memecahkan problema kehidupan sehari-hari
bangsa Indonesia.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asal mula tidak
langsung Pancasila pada hakikatnya bangsa Indonesia sendiri, atau dengan
lain perkataan bangsa Indonesia sebagai Kausa Matrealis atau sebagai
asal mula tidak langsung nilai-nilai Pancasila.
Demikianlah tinjauan Pancasila dari segi kausalitas, sehingga
memberikan dasar-dasar ilmiah bahwa Pancasila itu pada hakikatnya
adalah sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, yang jauh sebelum
bangsa Indonesia membentuk negara nilai-nilai tersebut tercermin dan
teramalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam Tri Prakara
Proses terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam
sejarah kebangsaan Indonesia. Dengan demikian kita mendapatkan suatu kesatuan
pemahaman bahwa Pancasila sebelum disahkan oleh PPKI sebagai Dasar Filsafat
Negara Indonesia secara yuridis, dalam kenyataannya unsur-unsur Pancasila telah
ada pada bangsa Indonesia telah melekat pada bangsa Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari berupa nilai-nilai kebudayaan serta nilai-nilai religius. Berdasarkan
pengertian tersebut maka pada hakikatnya bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam
tiga asas atau Tri Prakara yang rinciannya adalah sebagai berikut:
Pertama : Bahwa unsur-unsur Pancasila sebelum disahkan menjadi dasar filsafat
negara secara yuridis sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai asas-asas
dalam adat-istiadat dan kebudayaan dalam arti luas (Pancasila Asas Kebudayaan).
Kedua : Demikian juga unsur-unsur Pancasila telah terdapat pada bangsa
Indonesia sebagai asas-asas dalam agama-agama (nilai-nilai religius) (Pancasila
Asas Religius).
Ketiga : Unsur-unsur tadi kemudian diolah, dibahas dan dirumuskan sebagai cara
saksama oleh para pendiri negara dalam sidang-sidang BPUPKI, Panitia
Sembilan. Setelah bangsa Indonesia merdeka rumusan Pancasila calon dasar
negara tersebut kemudian disahkan oleh PPKI sebagai Dasar Filsafat Negara
6

Indonesia dan terwujudlah Pancasila sebagai asas kenegaraan (Pancasila Asas
Kenegaraan).
Oleh karena itu, Pancasila yang terwujud dalam tiga asas tersebut atau Tri
Prakara yaitu Pancasila Asas Kebudayaan, Pancasila Asas Religius, serta
Pancasila Asas Kenegaraan dalam kenyataanya tidak dapat dipertentangkan
karena ketiganya terjalin dalam suatu proses kausalitas, sehingga ketiga hal
tersebut pada hakikatnya merupakan unsur-unsur yang membentuk Pancasila
(Notonagoro, 1975: 16,17)

B. Kedudukan dan Fungsi Pancasila
Pancasila sebagai objek pembahasan ilmiah memiliki ruang lingkup yang
sangat luas terutama berkaitan dengan kedudukan dan fungsi Pancasila. Dari
berbagai macam kedudukan dan funsi Pancasila sebagai titik sentral pembahasan
adalah kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia,
hal ini sesuai dengan kausa finalis Pancasila yang dirumuskan oleh pembentuk
negara pada hakikatnya adalah sebagi dasar negara Republik Indonesia.
Oleh karena itu, dari berbagai macam kedudukan dan fungsi Pancasila
sebenarnya dapat di kembalikan pada dua macam kedudukan dan fungsi
Pancasila. Yang pokok yaitu sebagai Dasar Negara Republik Indonesia dan sebagi
Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.

1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, dalam
perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa
memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjungnya sebagai suatu pandangan hidup
bangsa.
Pandangan hidup yang terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur
tersebut adalah suatu wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan itu sendiri.
Pandangan hidup berfungsi sebagai kerangka acuan baik untuk menata kehidupan
diri pribadi maupun dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat serta alam
sekitarnya. Transformasi pandangan hidup masyarakat menjadi pandangan hidup
bangsa dan akhirnya menjadi dasar negara juga terjadi pada pandangan hidup
7

Pancasila. Pancasila sebelum dirumuskan menjadi dasar negara serta ideologi
negara, nilai-nilainya telah terdapat pada bangsa Indonesia dalam adat-istiadat,
dalam budaya serta dalam agama-agama sebagai pandangan hidup masyarakat
Indonesia. Bangsa Indonesia dalam hidup bernegara telah memmiliki pandangan
hidup bersama yang bersumber pada akar budayanya dan nilai-nilai religiusnya.
Dengan suatu pandangan hidup yang jelas maka bangsa Indonesia akan memiliki
pegangan dan pedoman bagaimana mengenal dan memecahkan berbagai masalah
politik, sosial budaya, ekonomi, hukum, hankam, dan persoalan lainnya dalam
gerak masyarakat yang semakin maju.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa tersebut terkandung di
dalamnya konsepsi dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan, terkandung
dasar pikiran terdalam dan gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap
baik. Dengan demikian pandangan hidup Pancasila bagi bangsa Indonesia yang
Bhineka Tunggal Ika tersebut harus merupakan asas pemersatu bangsa sehingga
tidak boleh mematikan keanekaragaman.

2. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Dalam pengertian ini Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma
untuk mengatur pemerintahan negara atau dengan lain perkataan Pancasila
merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara. Pancasila
merupakan sumber kaidah hukum negara yang secara konstitusional mengatur
negara Republik Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah,
serta pemerintah negara.
Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang meliputi suasana
kebatinan atau cita-cita hukum, dan menguasai hukum dasar baik tertulis atau
Undang-Undang Dasar maupun yang tidak tertulis atau convensi. Pancasila
tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945, kemudian
dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi
suasana kebatinan dari UUD 1945, serta hukum positif lainnya. Kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
a) Pancasila serbagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala
sumber hukum (sumber tertib hukum) Indonesia. Dengan demikian
8

Pancasila merupakan asas kerohanian tertib hukum Indonesia yang dalam
Pembukaan UUD 1945 dijelmakan lebih lanjut ke dalam empat pokok
pikiran.
b) Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang
Dasar 1945.
c) Mewujudkan cita-cita hukum dasar negara (baik hukum dasar tertulis
maupun tidak tertulis).
d) Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain
penyelenggaraan negara (termasuk para penyelenggara partai dan
golongan fungsional) memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
e) Merupakan sumber semangat bagi Undang-Undang Dasar 1945, bagi
penyelenggara negara, para pelaksana pemerintahan (juga para
penyelenggara partai dan golongan fungsional).

3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesi maka Pancasila pada
hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil pernungan atau pemikiran
seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia,
namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan
serta nilai religius, sehingga bangsa Indonesia merupakan kausa matrealis (asal
bahan) Pancasila. Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan
dirumuskan oleh para pendiri negara, sehingga Pancasila tersebut kemudian
diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara, sehingga Pancasila
berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi bangsa dan negara Indonesia.
(Kaelan, 2010)

a. Pengertian Ideologi
Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita dan logos yang berarti ilmu. Kata idea berasal
dari kata Yunani eidos yang artinya bentuk. Di samping itu ada kata idein
yang artinya melihat. Maka secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengertian-
9

pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari, idea disamakan artinya dengan
cita-cita.
Apabila ditelusuri secara historis istilah ideologi pertama kali dipakai dan
dikemukakan oleh seorang Perancis, Destutt de Tracy, pada tahun 1796. Seperti
halnya Leibniz, de Tracy mempunyai cita-cita untuk membangun suatu sistem
pengetahuan. Apabila Leibniz menyebutkan impiannya sebagai one great system
of truth , di mana tergabung segala cabang ilmu dan segala kebenaran ilmiah,
maka de Tracy menyebutkan Ideologie, yaitu science of ideas, suatu program
yang diharapkan dapat membawa perubahan institusional dalam masyarakat
Perancis. Perhatian pada konsep ideologi menjadi berkembang lagi antara lain
karena pengaruh Karl Marx. Ideologi menjadi vokabuler penting di dalam
pemikiran politik maupun ekonomi Karl Marx mengartikan ideologi sebagai
pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau
kelas sosial tertentu dalam bidang poltik atau sosial ekonomi. Dengan demikian
maka ideologi lalu merupakan keseluruhan ide yang relatif, karena justru
mencerminkan kekuatan lapisan.
Pengertian ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan
gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepercayaan, yang
menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut:
a. Bidang politik (termasuk di dalamnya bidang pertahanan dan keamanan)
b. Bidang sosial
c. Bidang kebudayaan
d. Bidang keagamaan

Maka ideologi Negara dalam arti cita-cita Negara atau cita-cita yang
menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan
bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas kerohanian yang
antara lain memiliki ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan
kenegaraan
b. Oleh karena itu mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia,
pandangan hidup, pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara,
10

dikembangakan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi berikutnya,
diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesedian berkorban
(Notonegoro, Pancasila Yuridis Kenegaraan, tanpa tahun, hal. 2;3).

b. Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup
Ideologi sebagai suatu sistem pemikiran, maka ideologi terbuka itu
merupakan suatu sistem pemikiran terbuka. Sedangkan ideologi tertutup itu
merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Dengan demikian adalah menjadi ciri
ideologi tertutup bahwa atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan
yang dibebankan kepada masyarakat. Demi ideologi masyarakat harus berkorban,
dan kesediaan untuk menilai kepercayaan ideologis para warga masyarakat serta
kesetiaanya masing-masing sebagai warga masyarakat.
Jadi ciri khusus ideologi tertutup adalah betapapun besarnya perbedaan
antara tuntutan berbagai ideologi yang memungkinkan hidup dalam masyarakat
itu, akan selalu ada tuntutan mutlak bahwa orang harus taat kepada ideologi
tersebut. Ciri khas ideologi terbuka adalah bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak
dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari harta kekayaan rohani,
moral dan budaya masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, ideologi terbuka adalah
milik seluruh rakyat, dan masyarakat dalam menemukan dirinya,
kepribadiannya di dalam ideologi tersebut.

c. Ideologi Partikuler dan Ideologi Komperhesif
Pada awal berkembangnya wacana ideologi, Marx mengecam berbagai
macam bentuk ideologi, bahkan ideologi menurut Marx merupakan gagasan-
gagasan kaum borjuis untuk mempertahankan status-quo. Dalam masalah inilah
nampak bahwa Marx yang mula-mula menolak semua bentuk ideologi pada
akhirnya justru mengkokohkan pendiriannya sebagai suatu ideologi untuk
membela kelas-kelas sosial ekonomi tertentu dalam suatu masyarakat yang
menjadi pendukungnya.
Dari segi sosiologis pengetahuan mengenai ideologi dikembangkan oleh
Karl Mannheim yang berlainan Marx. Mannheim membedakan dua macam
kategori ideologi secara sosiologis, yaitu ideologi yang bersifat partikular dan
11

ideologi yang bersifat komperhesif . Kategori pertama diartikan sebagai suatu
keyakinan-keyakinan yang tersusun secara sistematis dan terkait erat dengan
kepentingan suatu kelas sosial tertentu dalam masyarakat. Kategori kedua
diartikan sebagai suatu sistem pemikiran menyeluruh mengenai semua aspek
kehidupan sosial. Ideologi dalam kategori kedua ini bercita-cita melakukan
transformasi sosial secara besar-besaran menuju bentuk tertentu.

d. Hubungan antara Filsafat dan Ideologi
Filsafat sebagai pandangan hidup pada hakikatnya merupakan sistem nilai
yang secara epistemologis kebenarannya telah diyakini sehingga dijadikan dasar
atau pedoman bagi manusia dalam memandang realitas alam semesta, manusia,
masyarakat, bangsa dan negara, tentang makna hidup sebagai dasar dan pedoman
bagi manusia dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup dan
kehidupan. Tiap ideologi sebagai suatu rangkaian kesatuan cita-cita yang
mendasar dan menyeluruh yang jalin-menjalin menjadi satu sistem pemikiran
yang logis, adalah bersumber kepada filsafat.
Ideologi dapat dikatakan pula sebagai konsep operasionalisasi dari suatu
pandangan atau filsafat hidup dan merupakan norma ideal yang melandasi
ideologi, karena norma itu akan dituangkan dalam prilaku, juga dalam
kelembagaan sosial, politik, ekonomi, pertahanan keamanan dan sebagainya. Jadi
filsafat sebagi dasar dan sumber bagi perumusan ideologi yang juga menyangkut
strategi doktrin, dalam menghadapi permasalahan yang timbul di dalam
kehidupan bangsa dan negara, termasuk di dalamnya menentukan sudut pandang
dan sikap dalam mengahadapi berbagai aliran atau sistem filsafat yang lain.

Makna Ideologi bagi Bangsa dan Negara
Manusia dalam mewujudkan tujuannya untuk meningkatkan harkat dan
martabatnya, dalam kenyataannya senantiasa membutuhkan orang lain. Oleh
karena itu manusia membutuhkan suatu lembaga kemasyarakatan bersama untuk
melindungi haknya, dan dalam pengertian inilah manusia membentuk suatu
negara. Negara sebagai lembaga kemasyarakatan, sebagai organisasi hidup
manusia senantiasa memiliki cita-cita harapan, ide-ide serta pemikiran-pemikiran
12

yang secara bersama merupakan suatu orientasi yang bersifat dasar bagi semua
tindakan dalam hidup kenegaraan.
Pada hakikatnya ideologi adalah merupakan hasil refleksi manusia berkat
kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Dengan
demikian ideologi sangat menentukan eksistensi suatu bangsa dan negara.
Ideologi membimbing bangsa dan negara untuk mencapai tujuannya melalui
berbagai realisasi pembangunan. Oleh karena itu agar benar-benar ideologi
mampu menampung aspirasi para pendukungnya untuk mencapai tujuannya
dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara maka ideologi tersebut haruslah
bersifat dinamis, terbuka, antisipatif yang senantiasa mampu mengadaptasikan
dirinya dengan perkembangan zaman. Inilah peranan penting ideologi bagi bangsa
dan negara agar bangsa dapat mempertahankan eksistensinya.




















13

BAB III
PENUTUP



A. Kesimpulan
Dari makalah yang telah dibuat tadi dapat di simpulkan bahwa pancasila
mempunyai arti sangat penting bagi kehidupan masyarakat bangsa indonesia,
pancasila mempunyai nilai-nilai positif bagi kehidupan kita.
Disamping itu banyak langkah - langkah yang harus kita ambil untuk
menjalankan atau menerapkan pancasila dalam kehidupan kita.

B. Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui
bahwa pancasila sangat penting bagi kehidupan kita dan agar pembaca dapat
melaksanakan atau bisa menerapkan pancasila di masyarakat Selain dari pada itu,
penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan karena kami masih dalam
proses pembelajaran. Dan yang kami harapkan dengan adanya makalah ini,dapat
menjadi wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberi saran yang
sifatnya tersirat maupun tersurat.

Anda mungkin juga menyukai