Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Dalam sejarahnya pada 1552 sebelum Masehi di Mesir telah dilaporkan pengobatan
untuk hidrokel dengan melakukan suatu tekanan dari luar. Galen pada tahun 176 Masehi
melaporkan penurunan duktus testikularis melalui lubang kecil pada lower abdomen,
kemudian ia meneliti dari awal tentang sebab terjadinya hidrokel pada testis.Susruta pada
abad ke 5 sesudah Masehi pertama kali melaporkan pengobatan bedah terhadap hidrokel.
Pada autopsi terhadap orang yang menderita hidrokel sebanyak 500 orang pada abad ke 18
dan 19 didapatkan 56% adanya patensi dari prosesus vaginalis peritonei. Camper dengan
kawan-kawan pada permulaan abad ke 19 telah mempelajari struktur anatomis dari kanalis
inguinalis, sedangkan Later pada abad ke 19 melakukan berbagai metode pembedahan dalam
mengatur kembali lapisan anatomis dari kanalis inguinalis dengan memperhatikan hubungan
sekitarnya seperti struktur dari funikulus spermatikus. Bank pada tahun 1884 menyatakan
bahwa pengobatan hidrokel yang definitif adalah dengan melakukan ikatan yang baik,
kegagalan dalam tindakan tersebut didapatkan akibat kelemahan ikatannya. Selanjutnya
dilaporkan pula pengangkatan lengkap kantong hidrokel melalui cincin hidrokel
eksterna.Fergusson pada tahun 1899 menekankan ligasi tinggi dari kantong skrotum tanpa
merusak struktur anatomis funikulus dan lapisan anatomis dari kanalis inguinalis dengan
melakukan insisi aponeurosis otot obliquus externus.Mc Lennan pada tahun 1914
menyatakan pengobatan bedah merupakan tindakan definitif untuk suatu hidrokel. Botts,
Riker dan Lewis pada tahun 1950 mendukung untuk dilakukan ligasi tinggi dan
pengangkatan kantong hernia sebagai hal yang rutin dikerjakan pada pembedahan hidrokel.
Tunika vaginalis di skrotum sekitar testis normalnya tidak teraba, kecuali bila
mengandung cairan membentuk hidrokel, yang jelas bersifat diafan (tembus cahaya) pada
transiluminasi. Jika tidak dapat ditemukan karena besarnya hidrokel, testis harus dicari di
sebelah dorsal karena testis terletak di ventral epididimis sehingga tunika vaginalis berada di
sebelah depan. Bila ada hidrokel, testis dengan epididimis terdorong ke dorsal oleh ruang
tunika vaginalis yang membesar. Hidrokel testis mungkin kecil atau mungkin besar sekali.
Hidrokel bisa disebabkan oleh rangsangan patologik seperti radang atau tumor testis.
Hidrokel dapat dikosongkan dengan pungsi, tetapi sering kambuh kembali. Pada operasi,
sebagian besar dinding dikeluarkan. Kadang ditemukan hidrokel terbatas di funikulus
spermatikus yang berasal dari sisa tunika vaginalis di dalam funikulus; benjolan tersebut jelas
terbatas dan bersifat diafan pada transiluminasi. Pada pungsi didapatkan cairan jernih. Jarang
sekali ditemukan benjolan diafan di funikulus yang dapat dihilangkan dengan tekanan,
sedangkan memberikan kesan terbatas jelas di sebelah kranial. Bila demikian, terdapat tunika
vaginalis yang berhubungan melalui saluran sempit dengan rongga perut dan berisi cairan
rongga perut. Hernia inguinalis lateralis atau indirek yang mengandung sedikit cairan rongga
perut ini kadang diberikan nama salah hidrokel komunikans.
Karena hubungan dengan rongga perut terlalu sempit sekali. Kelainan ini memberi kesan
hidrokel funikulus; kantong hernia ini tidak dapat dimasuki usus atau omentum.
Hidrokel sering ditemukan pada bayi baru lahir. Hidrokel terjadi akibat adanya kegagalan
penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan
peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam
skrotum sehingga skrotum membengkak. Secara normal, hidrokel akan menghilang dengan
sendirinya dalam waktu beberapa bulan setelah bayi lahir.

B. Tujuan
Secara umum diharapkan kepada pembaca terutam mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami tentang gangguan asuhan keperawatan pada anak dengan hidrokel.
Secara khusus diharapkan setelah mempelajari makalah ini, mahasiwa dapat:
1. Menjelaskan dan menyebutkan pengertian hidrokel.
2. Menyebutkan Anatomi dan Fisiologi Testis
3. Menyebutkan etiologi dari hidrokel
4. Menjelaskan patofisiologi dari hidrokel.
5. Menyebutkan tanda dan gejala hydrocele testis
6. Menyebutkan pemeriksaan penunjang
7. Mengetahui penatalaksanaan medis.
8. Mengetahui komplikasi dari hidrokel.
9. Mengetahui dan dapat Mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan
hidrokel.





BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Hidrokel berasal dari dua kata yaitu hidro (air) dan cell (ronggga atau celah). Dapat
diartikan secara harfiah bahwa hidrokel adalah adanya penumpukan air pada rongga
khususnya pada tunika vaginalis. (Behram. 2000)
Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis, yang
menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena gangguan
dalam pembentukan alat genitalia eksternal, yaitu kegagalan penutupan saluran tempat
turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan peritonium mengalir melalui
saluran yang terbuka teersebut dan terperangkap didalam skrotum sehingga skrotum
membengkak. (Pramono, Budi .2008)

B. Anatomi dan Fisiologi
a. Testis
Terletak di dalam skrotum.Testis memiliki 2 fungsi, yaitu menghasilkan sperma dan membuat
testosteron (hormon seks pria yang utama)
b. Saluran
1. Epididimis Fungsinya mengumpulkan sperma dari testis dan menyediakan ruang serta
lingkungan untuk proses pematangan sperma.
2. Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari epididimis.
3. Uretra punya 2 fungsi: Bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air kemih dari
kandung kemih. Bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen.
4. Vesicula Seminalis adalah sepasang kantong yang memproduksi 60% cairan air mani
dimana air sperma diangkut, cairan ini digunakan untuk menyediakan nutrisi bagi
sperma.
c. Kelenjar
1. Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.
2. Kelenjar Cowper menghasilkan cairan berwarna bening menuju saluran kencing saat
rangsangan seksual sebelum ejakulasi dan orgasme.
d.Organ Genitalia Eksterna
Organ Genitalia eksterna terdiri atas :
1. Penis terdiri dari:
a) Akar (menempel pada didinding perut)
b) Badan (merupakan bagian tengah dari penis
c) Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).
d) Lubang uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di ujung
glans penis.
2. Dua rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus, terletak
bersebelahan.
3. Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi uretra.Jika terisi darah,
maka penis menjadi lebih besar, kaku dan tegak (mengalami ereksi).
4. Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi testis.
Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk testis, karena agar sperma
terbentuk secara normal, testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan suhu tubuh.

C. Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena belum sempurnanya
penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritonium ke prosesus vaginalis
atau belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi
cairan hidrokel. Pada bayi laki laki hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia
kehamilan 28 minggu, testis turun dari rongga perut bayi kedalam sskrotum, dimana setiap
testis ada kantong yang mengikutinya sehingga terisi cairan yang mengelilingi testis tersebut.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder. Penyebab
sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang
menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan dikantong hidrokel.
Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis atau
epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan yang berlebihan oleh testis,
maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus. Hidrokel
komunikan. Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan
rongga peritonium sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum.

D. Tanda dan Gejala
Gambaran klinis hidrokel kongenital tergantung pada jumlah cairan yang tertimbun. Bila
timbunan cairan hanya sedikit, maka testis terlihat seakan akan sedikit membesar dan teraba
lunak. Bila timbunan cairan banyak terlihat skrotum membesar dan agak tegang. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan dikantong skrotum dengan konsistensi kistus
dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Menurut letak
kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu
hidrokel testis. Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah olah mengelilingi testis
sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah
sepanjang hari. Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak
disebelah kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada diluar kantong
hidrokel.

E. Patofisiologi
Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun
ketidaksempurnaan dari prosessus vaginalis tersebut menyebabkan tidak menutupnya rongga
peritoneumdengan prossesus vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga antara tunika vaginalis
dengan cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan yang berasal dari sistem
limfatik disekitarnya. Cairan yang seharusnya seimbang antara produksi dan reabsorbsi oleh
sistem limfatik disekitarnya. Tetapi pada penyakit ini, telah terganggunya sistem sekresi atau
reabsorbsi sistem limfa. Dan terjadilah penimbunan ditunika vaginalis tersebut. Akibat dari
tekanan yang terus menerus ,mengakibatkan obstruksi aliran limfe atau vena di dalam
funikulus spermatikus. Dan terjadilah atrofi testis dikarenakan akibat dari tekanan pembuluh
darah yang ada di daerah sekitar testis tersebut.

F. Pemeriksaan Penunjang
a.Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan membantu
meihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel atau spermatokel), vena abnormal
(varikokel), dan kemungkinan adanya tumor.
b. Transilumisasi Scrotum
Bila dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat translusen, terlihat benjolan terang
dengan masa gelap oval dari bayangan testis
c. Pemeriksaan Urin
Kadang-kadng terdapat nanah dalam urin dan kemungkinan juga terdapat bakteri.Juga
perlu diperiksa cairan prostat untuk mengetahui adanya penjalaran ke prostat.
d. Rontgen abdomen
Sebuah sinar X-dasar menggunakan radiasi elektromagnetik untuk membuat
gambar tulang, gigi dan organ internal. X-ray dapat membedakan hidrokel dari hernia
inguinalis.

G. Penatalaksanaan Medis
Hidrokel biasanya tidak berbahaya dan pengobatan biasanya baru dilakukan jika
penderita sudah merasa terganggu atau merasa tidak nyaman, atau jika hidrokelnya
sedemikian besar sehingga mengancam aliran darah ke testis. Pengobatan bisa berupa aspirasi
( pengisapan cairan ) dengan bantuan sebuah jarum atau pembedahan. Tetapi jika dilakukan
aspirasi, kemungkinan besar hidrokel akan berulang dan bisa terjadi infeksi. Setelah
dilakukan aspirasi, bisa disuntikkan zat sklerotik tetrasiklin, natrium tetra desil sulfat atau
urea, untuk menyumbat/ menutup lubang dikantong skrotum sehingga cairan tidak akan
tertimbun kembali. Hidrokel yang berhubungan dengan hernia inguinalis harus diatasi dengan
pembedahan sesegera mungkin. Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai
usia 1 tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh
sendiri, tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu difikirkan untuk
dilakukan koreksi. Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah :
1) Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah.
2) Indikasi kosmetik.
3) Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam
melakukan aktifitasnya sehari-hari. Tindakan pembedahan berupa hidrokelektomi.
Pengangkatan hidrokel bisa dilakukan anestesi umum ataupun regional ( spinal ).
Teknik Operasi
Secara singkat tehnik dari hidrokelektomi dapat dijelaskan sebagai berikut : dengan
pembiusan regional atau umum. Posisi pasien terlentang ( supinasi ). Desinfeksi lapangan
pembedahan dengan larutan antiseptik. Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen
steril. Insisi kulit pada bagian skrotum yang paling menonjol lapis demi lapis sampai tampak
tunika vaginalis. Dilakukan prepasi tumppul untuk mmeluksir hidrokel, bila hidrokelnya
besar sekali dilakukan aspirasi isi kantong terlebih dahulu. Insisi bagian yang paling
menonjol dari hidrokel, kemudian dilakukan teknik jaboulay: tunika vaginalis parietalis
dimarsupialisasi dan bila diperlukan diplikasi dengan benang chromic cat gut. Teknik lord:
tunika vaginalis parietalis dieksisi dan tepinya diplikasi dengan benang chromic cat gut. Luka
operasi ditutup lapis demi lapis dengan benang chromic cat gut Komplikasi operasi.
Komplikasi pasca bedah ialah pendarahan dan infeksi luka operasi Hidrokel pada bayi
biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan harapan setelah prosesus
vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri; tetapi jika hidrokel masih tetap ada
atau bertambah besar perlu difikirkan untuk dilakukan koreksi. Tindakn untuk cairan
hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi.
1. Aspirasi
Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya tinggi, kadang
kala dapat menimbulkan penyakit berupa infeksi. Beberapa indikasi untuk melakukan pada
hidrokel adalah :
a. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah
b. Indikasi kosmetik
c. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan menganggu pasien dalam melakukan
aktivitasnya sehari hari.
2. Hidrokelektomi
Pada hidrokel kongenintal dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini
disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat opersai hidrokel, sekaligus melakukan
herniografi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan scrotal dengan melakukan
aneksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau plokasi kantong
hidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi. Pada hidrokel tidak
ada terapi khusus yang diperlukan karena cairan lambat laun akan diserap, biasanya
menghilang sebelum umur 2 tahun. Tindakan pembedahan berupa hidrokelektomi.
Pengangkatan hidrokel bias dilakukan anastesi umum ataupun regional (spinal). Tindakan
lain adalah dengan aspirasi jarum (disedot pakai jarum). Cara ini tidak begitu digunakan
karena cairan hidrokelnya akan terisis kembali. Namun jika setelah di aspirasi kemudian
dimasukkan bahan pengerut (sclerosing drug) mungkin bias menolong.

H. Komplikasi dan Prognosa
1. Kompresi pada peredaran darah testis
2. Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel
permagna biasa menekan pembuluh darah yang menuju testis sehingga menimbulkan
atrofi testis.
3. Perdarahan yang disebabkan karena trauma dan aspirasi
4. Sekunder Infeksi

Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1.Identitas klien yang mencakup nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaaan.
2. Anamnese
Anamnese berkaitan tentang lamanya pembengkakan skrotum dan apakah ukuran
pembengkakan itu bervariasi baik pada waktu istirahat maupun pada keadaan emosional
(menangis,ketakutan).
3. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, hidrokel dirasakan sesuatu yang oval atau bulat, lembut dan
tidak nyeri tekan. Hidrokel dapat dibedakan dengan hernia melalui beberapa cara :
a. Pada saat pemeriksaan fisik dengan Transiluminasi/diaponaskopi hidrokel berwarna
merah terang, dan hernia berwarna gelap.
b. Hidrokel pada saat di inspeksi terdapat benjolan yang hanya ada di scrotum, dan
hernia di lipatan paha.
c. Auskultasi pada hidrokel tidak terdapat suara bising usus, tetapi pada hernia terdapat
suara bising usus.
d. Pada saat di palpasi hidrokel terasa seperti kistik, tetapi pada hernia terasa kenyal.
e. Hidrokel tidak dapat didorong, hernia biasanya dapat didorong.
f. Bila dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat transulen, pada hernia tidak.
4. Kaji sistem perkemihan
5. Kaji setelah pembedahan : infeksi, perdarahan, disuria, dan drainase
6. Lakukan transluminasi test : ambil senter, pegang skrotum, sorot dari bawah ; bila sinar
merata pada bagian skrotum maka berarti isinya cairan ( bila warnanya redup )

B. Diagnosa keperawatan
1. Pre operasi
a. nyeri b.d agen biologis
b. Risiko kerusakan integritas kulit : skrotum b.d adanya gesekan dan peregangan
jaringan kulit.
c. Ansietas pada orangtua b.d kondisi anaknya dan kurang pengetahuan merawat
anak.
d. perubahan body imagr : citra tubuh b.d perubahan bentuk skrotum.
2. Intra Operasi
a. Resiko tinggi terjadi hipotermia akibat suhu di ruangan
b.Resiko cedera b/d posisi yang kurang tepat
2. Post operasi
a. Resiko infeksi b.d insisi post op.
b. Deficit pengetahuan orangtua b.d kondisi anak : prosedur pembedahan, perawatan
post op, program penatalaksanaan.
c. Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma pembedahan

C. Perencanaan dan intervensi
Pre Operasi
No
Dx
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
1 a. nyeri b.d
injury biologis

Diharapkan setelah
dilakukan intervensi,
rasa tidak nyaman
berkurang bahkan
hilang dengan Kriteria
hasil :
1) Pembengkakan
skrotum berkurang
2) Klien merasa
nyaman,
nyeri klien
berkurang
bahkan hilang
3) Skala nyeri 0-3
1.Kaji skala, karakteristik
dan lokasi nyeri yang
dialami klien
2.Catat petunjuk nonverbal
seperti gelisah, menolak
untuk bergerak, berhati-
hati saat beraktifitas dan
meringis
3. Ajarkan pasien untuk
memulai posisi yang
nyaman atau tekhnik
relaksasi misalnya duduk
dengan kaki agak dibuka
dan nafas dalam
4. Berikan tindakan nyaman
massage punggung,
mengubah posisi dan
aktifitas senggang
5.Observasi dan catat
pembesaran skrotum ( bila
perlu ukur tiap hari ), cek
adanya keluhan nyeri.
6. Kolaborasi pemberian
analgetik sesuai indikasi.
1. Mengidentifikasi
nyeri akibat
gangguan lain.
2. Mendeskripsikan
tingkat nyeri.
3. Mengurangi
sensasi nyeri
4. Mengurangi
sensasi nyeri.
5. Menjadi acuan
dalam
perrkembangan
terapi yang sudah
diberikan.
6.Mengurangi
sensasi nyeri.
2 Resiko kerusakan
integritas kulit :
skorotum b.d adanya
gesekan dan
peregangan jaringan
kulit skrotum.
Diharapkan setelah
dilakukan intervensi,
kerusakan integritas
kulit tidak terjadi,
dengan Kriteria hasil :
1) Tidak ada lecet
dan
kemerahan di
sekitar
area pembesaran.
a) Kaji adanya tanda
kerusakan kulit
seperti lecet dan
kemerahan sekitar
area pembesaran
( lipatan paha ).
b) Berikan salep atau
pelumas.
c) Kurangi aktifitas
klien selama sakit

d) Berikan posisi yang
nyaman : abduksi

e) Anjurkan klien
menggunakan
pakaian yang longgar
terutama celana.
a. Mengetahui
lebih
dini gejala
kerusakan kulit
untuk dilakukan
intervensi
selanjutnya.
b. Mencegah
kerusakan kulit.
c. Mencegah
kerusakan yang
lebih parah.
d. Memberikan
sirkulasi bagi
aliran darah.
e. Mencegah iritasi
yang lebih parah.
3 Perubaan body image :
citra tubuh b.d
perubahan bentuk
skrotum.
Diharapkan setelah
dilakuakan intervensi,
klien tidak merasa
bahwa penyakitnya
adalah suatu
penderitaan, dan pada
bayi, orangtua harus
memahami bahwa
penyakit ini dapat
disembuhkan, dengan
Kriteria hasil :
1) Keluarga sabar
menghadapi kondisi
anaknya.
a)Kaji tingkat pengetahuan
pasien tentang kondisi dan
pengobatan, dan ansietas
sehubungan dengan
situasi saat ini.
b) Perhatikan perilaku
menarik diri pada
keluarga, tidak efektif
menggunakan
pengingkaran atau
perilaku yang
mengindikasikan terlalu
mempermasalahkan tubuh
dan fungsinya.
c)Tentukan tahap berduka.
Perhatikan tanda depresi
berat /lama.
d) Akui kenormalan
perasaan
e) Anjurkan orang
terdekat untuk
memperlakukan
pasien secara
normal dan bukan
sebagai orang
cacat
f)Yakinkan keluarga bahwa
penyakit ini dapat
disembuhkan dan tetap
sabar menghadapi kondisi
anaknya.
a) Mengidentifikasi
luas masalah dan
perlunya
intervensi.
b) Indicator
terjadinya
kesulitan
menangani stress
terhadap apa
yang terjadi.
c) Identifikasi
tahap yang
pasien sedang
alami
memberikan
pedoman untuk
mengenal dan
menerima
perilaku dengan
tepat. Depresi
lama
menunjukan
intervensi lanjut.
d) Pengenalan
perasaan
tersebut
diharapkan
membantu
orangtua pasien
untuk menerima
perilaku dan
mengatasinya
secara efektif.
e)Menyampaikan
harapan untuk
mengatur situasi
dan membantu
perasaan harga
diri dan orang
lain.
f) Memperkuat
keyakinan
keluarga dan
memberikan
semangat yang
mempertahankan
harga diri
keluarga dan
menghindari
kecemasan yang
berlebihan.
4 d. Ansietas pada
orangtua b.d kondisi
anaknya dan kurang
pengetahuan merawat
anak.
Diharapkan setelah
dilakukan intervensi,
orangtua memahami
dan mengerrti tentang
prognosa dan
diagnose penyakit
yang dialami oleh
anaknya, dengan
Kriteria hasil :
1) cemas yang
dialami
orangtua klien
berkurang bahkan
hilang.
a) Beritahu dan
jelaskan tentang
prognosa dan
diagnosis penyakit \
yang dialami oleh
anaknya.
b) Jelaskan tindakan
yang akan dilakukan
terhadap anaknya
sebelum tindakan
dilakukan.
c) Libatkan orangtua
dalam perawatan
terhadap anaknya.
d) Berikan informasi
bahwa penyakit ini
dapat hilang dengan
sendirinya.
a. Menghilangkan
kecemasan
orangtua klien
karena
ketidaktahuan
tentang
prosedur.
b. Menghilangkan
kecemasan
orangtua klien
karena
ketidaktahuan
tentang
prosedur.
c. Mengindari
persepsi yang
salah dan
membantu
menghilangkan
kecemasan pada
anak.
d. Menghilangkan
kecemasan
orangtua klien
karena
ketidaktahuan
tentang
prosedur.

2.Intra Operasi

No
Dx
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
1 Resiko tinggi terjadi
hipotermia akibat suhu di
ruangan

Diharapkan setelah
dilakuakan intervensi,
klien tidak mengalami
hipotermia dengan
kriteria hasil:
1.tidak menggigil
1.Berikan alat
pemanas pada saat
pembedahan
1.agar tidak terjadi
hypotermi.
2 Resiko tinggi cedera b/d
posisi yang kurang tepat
Diharapkan setelah
dilakuakan intervensi,
kien tidak mengalami
dekubitus dengan
kriteria hasil:
1.tidak terjadi cedera
dalam keadaan
pembiusan
1.atur posisi klien

2.pertahankan posisi
klien.
1.menghindari
terjadinya
dekubitus
2.memberikan
keselamatan
kepada klien.
3 Kurangnya pengetahuan b/d
salah interprestasi ditandai
dengan sering bertanya
tentang penyakitnya

Diharapkan setelah
dilakuakan intervensi
Pengetahuan klien
bertambah dengan
Kriteri Hasil:
1.Klien berpartisipasi
dalam program
keperawatan.
1.Diskusikan tentang
keseimbangan
nutrisi.

1.Mempertahankan
daya tahan tubuh
klien.




3. Post Operasi

No
Dx
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
1 Resiko infeksi b.d
insisi post op.
Diharapkan resiko
terjadinya infeksi
tidak terjadi dengan
kriteria hasil :
1) Berkurangnya
tanda-tanda
peradangan seperti
kemeraha-
merahan,
gatal, panas,
perubahan fungsi,
a) Cuci tangan sebelum
dan
sesudah melakukan
aktivitas walupun
menggunakan sarung
tangan steril.
b) Batasi penggunaan alat
atau prosedur invasive
jika memungkinkan.
c) Gunakan teknik steril
pada waktu penggatian
balutan / penghisapan
/berikan lokasi
perawatan, misalnya
a. mengurangi
kontaminasi
silang.
b. mengurangi
jumlah lokasi
yang dapat
menjadi tempat
masuk organisme
c. mencegah
masuknya bakteri,
mengurangi risiko
infeksi
nosokomial
d. Mencegah penyebaran
jalur invasive.
d) Gunakan sarung
tangan/pakaian pada
waktu merawat luka
yang terbuka/antisipasi
dari kontak langsung
dengan sekresi ataupun
ekskresi
infeksi
/kontaminasi silang
2 Defisiensi
pengetahuan
orangtua b.d kondisi
anak : prosedur
pembedahan,
perawatan post op,
program
pentalaksanaan.
Diharapkan setelah
diberikan intervensi,
klien memahami dan
mengerti tentang
prosedur
pembedahan,
perawatan setelah
operasi dan
pengobatanya
dengan kriteria hasil
:
1) klien menyatakan
pemahamannya
proses penyakit,
pengobatan dan
potensial
komplikasi.
a) Kaji ulang pembatasan
aktivitas pascaoperasi.
b) Dorong aktivitas sesuai
toleransi dengan
periode istirahat
periodic
c) Diskusikan perawatan
insisi, termasuk
mengganti balutan,
pembatasan mandi, dan
kembali ke dokter
untuk mengangkat
jahitan / pengikat.
d) Identifikasi gejala yang
memerlukan evaluasi
medic, contoh
peningkatan nyeri;
edema/eritema luka,
adanya drainase,
demam.
a. Mencegah
komplikasi lanjut
dari pergerakan
dan aktivitas yang
berlebihan.
b. mencegah
kelemahan,
meningkatkan
penyembuhan,
dan lekas kembali
pulih normal.
c. pemahaman
meningkatkan kerjasama
dengana program terapi,
meningkatkan
penyembuhan dan
program perbaikan.
d. upaya intervensi
menurunkan risiko
komplikasi serius
contoh lambatnya
penyembuhan.
3 Nyeri berhubungan
dengan gangguan
pada kulit jaringan,
trauma pembedahan.
Diharapkan setelah
diberikan terapi,
nyeri klien
berkurang bahkan
hilang dengan
kriteria hasil skala
nyeri 0-3 dan kllien
tidak menangis serta
gelisah.
a) Kaji nyeri, catat lokasi,
karakteristik, beratnya
(0-10). Selidiki dan
laporkan perubahan
nyeri dengan cepat.
b) Pertahankan istirahat
dengan posisi
semifowler.
c) Dorong ambulasi dini.
d) Berikan aktivitas
hiburan.
e) Berikan analgetik
sesuai
indikasi.
a. Berguna dalam
pengawasan keefektifan
obat, kemajuan
penyembuhan.
b. Gravitasi melokalisasi
eksudat inflamasi.
c. Meningkatkan
normalisasi fungsi organ
d. Focus perhatian
kembali, meningkatkan
relaksasi, dan dapat
meningkatkan
kemampuan koping.
e. Menghilangkan nyeri
mempermuda kerja
sama dengan intervensi
terapi lain contoh batuk
dan ambulasi.

Laporan Kasus

1. Pre operatif care
a. Identitas
Nama pasien : Tn. A
Jenis kelamin : Laki laki
Usia : 48 tahun
Status perkawinan : Kawin
Agama : islam
Suku : jawa
Pekerjaan : Petani
Alamat : solo
Diagnosa medik : Hydrocele Testis Sinistra
Tanggal pengkajian : 11 Januari 2012
Tanggal Operasi : 11 Januari 2012
Tempat Praktek : Ruangan OK RS solo

2. Keluhan utama
Pasien mengeluhkan adanya benjolan pada skrotum dan terasa nyeri

3. Riwayat penyakit
Pasien mengeluhkan adanya benjolan pada kantong skrotum. Benjolan tersebut muncul
semenjak 1 tahun yang lalu. Benjolan terasa nyeri. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit
apapun sebelumnya.
4. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : CM
TTV : TD: 130/85 mmHg , N : 88x/m , S: 37 C , RR: 21x/m
Benjolan hanya pada skrotum,tidak ada dilipatan paha, palpasi terasa seperti kistik. Pada
pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi.



TUGAS ENDOKRIN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
HIDROKEL TESTIS




DISUSUN OLEH : IKP REGULER 6C
ANGGA LUQMAN H.
DHENI WAHYU W.
FRANKY ALFIN F.
FRIMA PUSVITASARI
ILONA PILOTA O.
ZAINI RACHMAN R.S.



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2013

Anda mungkin juga menyukai