Anda di halaman 1dari 15

NAMA: Ristianti Affandi

NPM : 1102010248
REAKSI OBAT
SUMBATAN SALURAN NAPAS ATAS
Definisi
Obstruksi saluran napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran pernapasan
bagian atas.
Obstruksi saluran napas atas adalah kegagalan sistem pernapasan dalam memenuhi kebutuhan metabolik
tubuh akibat sumbatan saluran napas bagian atas (dari hidung sampai percabangan trakea).
Obstruksi saluran napas atas adalah adanya sumbatan pada struktur saluran napas atas, sehingga ruang
untuk mengalirnya udara inspirasi mengecil yang menyebabkan penderita mengalami gangguan
pernapasan.
Obstruksi jalan napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran pernapasan
bagian atas.
Etioo!i
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung
diopatik (belum diketahui)
!. "arsinoma Naso#aring
$irus %pstein &arr
'aktor rass
(etak geogra#is
)enis kelamin * laki+laki , -anita
'aktor lingkungan (iritasi bahan kimia, kebiasaan memasak dengan bahan.bumbu masakan tertentu,
asap sejenis kayu tertentu).
'aktor genetik
/. 0olip hidung
Akibat reaksi hipersensiti# . reaksi alergi pada mukosa hidung
&. Obstruksi (aring
1adang akut dan kronis
&enda asing
Trauma akibat kecelakaan, perkelahian, bunuh diri, senjata tajam dan tindakan medik dengan gerakan
tangan yang kasar.
Tumor ganas atau jinak
"elumpuhan Ner2us laringeus rekuren bilateral
Abses 0eritonsil (3uinsy)
4isebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus 2iridans dan treptsococcus
pyogenes.
"uman aerob dan anaerob(Ari# 5ansjoer, dkk. "apita 6elekta "edokteran, 1777)
Kasifi"asi
"lasi#ikasi Obstruksi 6aluran Napas atas,Terdiri dari*
A. Obstruksi Nasal
0erjalanan udara melalui nostril sering kali tersumbat oleh de2iasi septum nasi, hipertro#i tulang turbinat,
atau tekanan polip, yaitu pembengkakan seperti buah jeruk yang timbul dari membran mukosa sinus,
terutama etmoid. Obstruksi ini juga dapat mengarah pada kondisi in#eksi kronis hidung dan
mengakibatkan episode naso#aringitis yang sering. 6eringkali, in#eksi meluas sampai sinus+sinus hidung
(rongga yang dilapisi lendir yang dipenuhi oleh udara yang normalnya mengalir ke dalam hidung). &ila
terjadi sinusitis dan drainase dari rongga ini terhambat oleh de#ormitas atau pembengkakan di dalam
hidun, maka nyeri akan dialami pada region sinus yang sakit. (&runner 8 6uddarth, "epera-atan
5edikal &edah, !991*::;)
1
Obstruksi nasal merupakan tersumbatnya perjalanan udara melalui nostril oleh de2iasi septum nasi,
hipertro#i tulang torbinat . tekanan polip yang dapat mengakibatkan episode naso#aringitis in#eksi. (Ari#
5ansjoer, dkk. "apita 6elekta "edokteran, 1777)
Obstruksi pada nasal meliputi*
1. Tumor hidung
<aitu pertumbuhan sel yang abnormal sebagai akibat radang pada hidung. (1amis Ahmad, !999)
Ada ! jenis tumor, yaitu*
Tumor jinak, biasanya terjadi di ka2um nasi dan sinus paranasal.
Tumor ganas, sering ditemukan di papiloma.
!. "arsinoma Naso#aring
5erupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah naso#aring dengan predileksi di#osa rosenmuller dan
atap naso#aring dan merupakan tumor di daerah leher. (Ari# 5ansjoer, dkk. "apita 6elekta
"edokteran, 1777)
/. 0olip =idung
5erupakan masa lunak, ber-arna puth, keabu+abuan yang terdapat di dalam ringga hidung, paling
sering berasal dari sinus etmoid, multipel dan bilateral. (Ari# 5ansjoer, dkk. "apita 6elekta
"edokteran, 1777)
&. Obstruksi (aring
Adalah adanya penyumbatan pada ruang sempit pita suara yang berupa pembengkakan membran
mukosa laring, dapat menutup jalan dengan rapat mengarah pada astiksia. (Ari# 5ansjoer, dkk.
"apita 6elekta "edokteran, 1777)
0enyakit obstruksi laring, yaitu *
6umbatan Total (aring
6umbatan total laring dapat terjadi karena benda asing yang teraspirasi tersangkut dilaring dan
menutup seluruh rimaglotis. (rman 6omantri,!99>*1/>)
Abses peritonsil (3uinsy)
<aitu kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsial. (Ari# 5ansjoer, dkk. "apita
6elekta "edokteran, 1777)
STADIUM PEN#AKIT
S$%&atan Pa'tia La'in!
&enda asing yang terdapat dilaring akan menyebabkan keluhan sumbatan saluran pernapasan berupa
batuk tiba+tiba, suara sesak dan sesak napas. )ika sumbatan ini berlangsung terus maka akan timbul gejala
tambahan yaitu stridor. 0ada pemeriksaan #isik didapat gejala sumbatan laring yang dibagi dalam empat
stadium. ()ackson)
6tadium * ?ekungan sedikit pada inspirasi didaerah suprastenal, kadang+kadang belum ada stridor.
6tadium * ?ekungan di suprastenal dan epigastrium, stridor mulai terdengar.
6tadium * ?ekungan terdapat di suprasternal, epigastrium, interkostal dan
suprakla2ikula. 6tridor jelas terdengar dan pasien tampak gelisah.
6tadium $ * ?ekungan bertambah dalam, sianosis, pasien yang mula+mula gelisah, mulai tampak
bertambah lemah dan akhirnya diam dengan kesadaran menurun. (rman 6omantri,!99>*1;9)
Patofisioo!i
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung
Tumor hidung dapat diketahui bersama+sama dengan polip nasi dan cenderung kambuh. 5empunyai
kecenderungan untuk timbul bersama tumor hidung sel skuamosa maligna, lebih sering timbul di dinding
lateral hidung dan dapat pula menyebabkan obstruksi saluran pernapasan hidung, perdarahan intermiten
atau keduanya. (1amis Ahmad, !999)
!. "arsinoma Naso#aring
2
Agen penyebab masuk ke saluran napas atas dan mengiritasi epitoliuma yang terdapat pada dinding
mukosa naso#aring sampai berulserasi dan terin#eksi, menyebabkan pertumbuhan jaringan baru yang
dapat bersi#at ganas yang dapat menyebabkan obstruksi saluran pernapasan bagian atas. 5enyebabkan
pertukaran O! di dalam tubuh terhambat, sehingga pemenuhan kebutuhan O! tidak adekuat. 6elain itu,
karsinoma naso#aring bisa bermetastase ke jaringan . organ tubuh lain.
/. 0olip =idung
Akibat reaksi alergi pada mukosa hidung, menyebabkan mukosa hidung membengkak dan terisi banyak
cairan interseluler, sehingga sel menjadi radang kemudian terdorong ke dalam rongga hidung oleh gaya
berat dan akan menekan jaringan sara#, pembuluh darah dan kelenjar pada hidung. 6ehingga terbentuklah
masa yang mengandung jaringan sara# pembuluh darah yang rusak, yang dapat menimbulkan sumbatan
hidung yang menetap dan rinorea serta terjadinya hiposmig . anemia, sehingga mengakibatkan klien
terlihat bersin+bersin dan terjadinya iritasi di hidung.
&. Obstruksi (aring
(aring merupakan kotak kaku dan mengandung ruangan sempit antara pita suara (glotis), dimana udara
harus mele-ati ruang ini. Adanya pembengkakan membran mukosa larings dapat menutupi jalan ini yang
menjadi penyebab kematian.
Abses 0eritonial (3uinsy)
0roses in#eksi yang disebabkan oleh kuman penyebab tonsilitis di dalam ruang peritonsil akan mengalami
supurasi (proses terbentuknya nanah karena bakteri piogen, lalu menembus kapsul tonsil dan menjalar
serta mengin#eksi di sekitar gigi, ke spatium para#aringium dan pembuluh darah yang dapat menyebabkan
sepsis).
2(1()( Manifestasi Kini"
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor =idung
6ecara makroskopi mirip dengan polip hidung, hanya lebih keras, padat dan tidak mengkilat. Ada dua
jenis, yaitu aksolitik dan andolitik (papiloma in2ersi) yang terakhir bersi#at sangat in2asi#, dapat merusak
tulang dan jaringan lunak sekitarnya diduga dapat berubah menjadi ganas.
!. "arsinoma Naso#aring
@ejalanya dibagi dalam ; kelompok, yaitu*
@ejala naso#aring sendiri, berupa epistaksis ringan, pilek . sumbatan hidung.
@ejala telinga, berupa tinitus, rasa tidak nyaman sampai nyeri di telinga.
@ejala sara#, berupa gangguan sara# otak seperti diplopia, parestesia di daerah pipi, neurolgia
trigeminal, parasis . paralisis arkus #aring, kelumpuhan otot bahu dan sering tersedak.
@ejala . metastatis di leher, berupa benjolan di leher.
/. 0olip =idung
6umbatan hidung yang menetap dan rinorea.
4apat terjadi hiposmig . anosmia
&ersin
ritasi di hidung
0embengakakan mukosa dari mukosa hidung di luar sinus.
5asa berupa ber-arna putih seperti agar+agar.
&ila ditusuk tidak memberikan rasa sakit dan tidak berdarah.
&. Obstruksi (aring
=ipersali2asi
6uara sengau
"adang+kadang sulit membuka mulut
0embengkakan
Nyeri tekan pada kelenjar submandibular
3
0alatum mole pembengkakan
Teraba #ruktuasi
Tonsil bengkak
Abses 0eritonsil (3uinsy)
4emam tinggi
(eukositosis
Nyeri tenggorokan
Otalgia
Nyeri menelan
5untah
5ulut berbau
=iperemis
Pe%e'i"saan Pen$n*an!
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung dan karsinoma
Naso endoskopi * untuk menemukan tumor dini
?T 6can * perluasan tumor dan destruksi tulang
51 * membedakan jaringan tumor dari jaringan normal
0emeriksaan 1adiologik "on2ensional * tampak masa jaringan lunak di daerah naso#aring.
Tomogra#i komputer * terlihat adanya simetri dari resesus laterati#, tonus tubarius dan dinding
posterior naso#aring.
0emeriksaan darah tepi, #ungsi hati, ginjal, dll * untuk memastikan adanya tumor, mendeteksi
kekambuhan . untuk mendeteksi secara dini tumor.
!. 0olip =idung
1inoskopi anterior A terlihat adanya polip
%ndoskopi A terlihat polip yang masih sangat kecil dan belum keluar kom. dapat terlihat.
1ontgen polos (?T 6can) A mendeteksi adanya simetri#
&iopsi A penampakan makroskopis menyerupai keganasan . bila pada #oto rontgen ada gambaran
erosi tulang.
/. Abses 0eritonsil
"adang+kadang sukar memeriksa seluruh jaringan, karena trismus+palatum mole tampak membengkak
dan menonjol ke depan, dapat teraba #luktuasi, u2ula bengkak dan terdorong ke sisi kontra lateral. Tonsil
bengkak, hiperemis, mungkin banyak . detritus dan terdorong ke arah tengah, depan dan ba-ah.
Penataa"sanaan
A. 0enatalaksanaan 5edis
1. Obstrusi Nasal
0engobatan obstruksi hidung membutuhkan pengangkatan obstruksi, diikuti dengan tindakan untuk
mengatasi apakah terdapat in#eksi kronis. 0ada banyak pasien alergi yang mendasari memerlukan
pengobatan. 0ada -aktunya diperlukan tindakan operasi untuk mengalirkan sinus nasal. 0rosedur spesi#ik
dilakukan tergantung pada jenis obstruksi hidung yang ditemukan. &iasanya, operasi dilakukan diba-ah
anestesi lokal.
)ika de2iasi septum menjadi penyebab obstruksi, maka dokter bedah akan membuat insisi kedalam
membrane mukosa dan setelah mengangkat membrane mukosa tersebut dari tulang, mengangkat tulang
dan kartilago yang menyimpang dengan #orsep tulang. 5ukosa kemudian dibiarkan untuk jatuh ke
tempatnya dan ditahan dengan sumbat yang kuat. Bmumnya sumbat dibasahi dalam petrolatum cair
4
sehingga sumbat tersebut dapat dengan mudah dilepaskan dalam !; sampai /C jam. Operasi ini disebut
reseksi submukosa atau septoplasti. (&runner 8 6udarth,!991*:::)
1. Tumor hidung
0embedahan luas, bila ada yang tertinggi dapat residi#.
1adiasi dapat mengecilkan tumor, tapi tidak dianjurkan karena bisa dapat menjadikan ganas.
!. "arsinoma Naso#aring
1adio terapi
4ilakukan diseksi leher
0emberian tetrasiklin, #aktor trans#er, inter#eron, kemoterapi, seroterapi 2aksin dan anti 2irus.
"emoterapi dengan kombinasi sis+platinum.
/. 0olip hidung
Tindakan konser2ati# dengan kortikosteroid sistemik atau oral, misal 0rednison :9 mg.hari
6ecara lokal disuntikan ke dalam polip, misal Triamsinolon asetonis . prednisolon 9,: mg tiap :+D
hari.
6ecara topikal sebagai semprot hidung, misal &eklometason dipropionah
4ilakukan ekstraksi polip dengan senar.
Operasi etmoidektomi intranasal dan ekstranasal.
0olip hidung diangkat dengan menjepitnya pada dasarnya dengan ka-at senar. Turbinat yang mengalami
hipertro#i dapat diobati dengan memberikan astringen untuk mengerutkan hipertro#i ini mendekati sisi
hidung. (&runner 8 6udarth,!991*:::)
!.Obstruksi (aring
6umbatan Total (aring
0rinsip 0enatalaksanaan adanya benda asing disaluran napas adalah dengan segera mengeluarkan benda
asing tersebut. &ila sumbatan total berlangsung lebih dari lima menit pada orang de-asa atau delapan
menit pada anak, maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan jantung berhenti. Oleh karena itu,
diperlukan ketepatan dalam menegakkan diagnosis dan kecepatan dalam melakukan tindakan
pertolongan. &ila peristi-a ini terjadi dimana tidak terdapat peralatan laringoskopi langsung, maka dapat
dilakukan *
a. 0erasat =eimlich (=eimlich 5aneu2er)
5erupakan suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total atau benda asing
ukuran besar yang terletak di hipo#aring. 0rinsipnya memberi tekanan pada paru. 4ilakukan tekanan
keatas dan kedalam rongga perut sehingga dia#ragma terdorong keatas sehingga udara mendorong
sumbatan laring keluar dalam /+; kali hentakan. 4apat dilakukan pada orang de-asa dan pada anak+anak.
(Abdul 1achman, !999)
0erasat =eimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total atau
benda asing berukuran besar yang terletak dihipo#aring. 0rinsip mekanisme perasat =eimlich adalah
dengan memberikan tekanan pada paru+paru.
0ada 0erasat =eimlich lakukanlah tekanan kedalam dan keatas rongga perut sehingga menyebabkan
dia#ragma terdorong keatas. Tenaga dorongan ini akan mendesak udara dalam paru keluar. 0erasat
=eimlich ini dapat dilakukan pada orang de-asa dan juga pada anak.
Tata cara 0elaksanaannya adalah* penolong berdiri dibelakang penderita sambil memeluk badannya.
Tangan kanan dikepalkan dengan bantuan tangan kiri,kedua tangan diletakkan pada perut bagian atas,
kemudian dilakukan penekanan rongga perut kearah dalam dan keatas dengan hentakan beberapa kali.
4iharapkan dengan hentakan ;+: kali benda asing akan terlempar keluar.
0ada pasien yang tidak sadar atau terbaring, perasat =eimlich dapat juga dilakukan denga cara * penolong
berlutut dengan kaki pada kedua sisi penderita. 6ebelumnya posisi muka penderita dan leher harus lurus.
"epalan tangan kanan diletakkan diba-ah tangan kiri didaerah epigastrium. 4engan hentakan tangan kiri
keba-ah dan keatas beberapa kali udara dalam paru+paru akan mendorong benda asing keluar.
b. "rikotirotomi
5
"rikotirotomi adalah tindakan Eli#e sa2ingF untuk mengatasi sumbatan jalan napas dilaring. =al tersebut
dilakukan dengan cara membuka membrane krikotiroid secara cepat. 0enderita dibaringkan telentang
dengan leher ekstensi. "artilago tiroid diraba, dibuat sayatan kulit tepat diba-ahnya. )aringan diba-ah
sayatan dipisahkan tepat pada garis tengah. 6etelah tepi ba-ah kartilago tiroid terlihat tusukan pisau
dengan arah keba-ah untuk menghindari tersayatnya pita suara. 5asukkan corong atau pipa plastik
sebagai ganti kanul.
c. (aringoskopi
(aringoskopi merupakan cara terbaik untuk mengeluarkan benda yang tersangkut dilaring. Oleh karena
itu benda asing tersebut langsung dapat dikeluarkan dengan bantuan cunam. Bntuk tindakan ini penderita
dirujuk kerumah sakit. (rman 6omantri,!99>*1/>)
/. Abses peritonsial (3uinsy)
0ada stadium in#iltrasi, tindakan yang dilakukan *
&erikan antibiotik dosis tinggi (penisilin C99.999 G 1.!99.999 unit, ampisilin, dll)
&erikan analgesik, antipirotik (parasetamol /H!:9 . :99 mg)
Anjurkan berkumur dengan antiseptik . air hangat dan kompres dengan air hangat bila telah terbentuk
abses, perlu dilakukan insisi abses sebagai berikut *
I nsisi pada pertemuan garis horiJontal melalui 2ul2a dengan garis 2ertikal melalui arkus #aringeus.
(uka insisi dilebarkan dengan klem, nanah dihisap dengan baik supaya tidak masuk ke #aring, sebelum
insisi dapat diberikan anestesia dengan spray silokain 1 K . anastesi blok pada ganglion stenoplatinum.
I 6etelah selesai, lakukan berkumur dengan larutan bargarisma khan atau larutan betadin . larutan
peroksid /K atau larutan 0" 9,991 K
Penataa"sanaan Ke+e'a,atan
0enatalaksanaan kepera-atan secara umum adalah *
1. 0osisikan klien dengan posisi semi #o-ler.
!. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
/. &erikan makanan dalam bentuk lunak.
;. ?iptakan lingkungan yang kondukti#.
:. &erikan dukungan pada pasien.
C. (akukan pera-atan luka dengan kumur antiseptik.
Te'a+i Radiasi
=asil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang hanya mengalami
satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat digerakkan (yaituL bergerak saat #onasi). 6elain itu, pasien
ini masih memiliki suara yang hampir normal. &eberapa mungkinmengalami kondritis. (in#lamasi
cartilage) atau stenosisL sejumlah kecil dari mereka yang mengalami stenosis nantinya membutuhkan
laringektomi. Terapi radiasi juga dapat digunakan secara praoperati# untuk engurangi ukuran tumor.
Algoritme penatalaksanaan sumbatan.obstruksi komplet dan obsrtuksi sebagian dari saluran napas
Ko%+i"asi
A. Obstruksi Nasal
1. Tumor hidung
Tidak dapat bermetastasis, tetapi sangat destrukti# disekitarnya dapat menyebar memenuhi naso#aring dan
terlihat dari oro#aring.
!. "arsinoma Naso#aring
5etastasis jauh ke tulang, hati dan paru dengan gejala khas, nyeri pada tulang, batuk+batuk dan gangguan
#ungsi hati.
/. 0olip =idung
Terjadinya pertautan endotel yang terbuka, menandakan kebocoran pembuluh darah.
&. Obstruksi (arings
Abses 0eritonsial (3uinsy)
Abses para#aringeal
6
Abses retro#aringeal dan edema larings
4ehidrasi perdarahan
Aspirasi paru
5ediastinitis
Trambus sinus ka2ernosus
5eningitis dan abses otak. (Ari# 5ansjoer, dkk, 1777)
&erdasarkan pada data pengkajian, potensial komplikasi yang mungkin terjadi termasuk*
I 4istres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)
I =emoragi
I n#eksi. (&runner 8 6uddarth,!991*::7)
LARIN-ITIS AKUT
DE.INISI
(aringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh 2irus dan bakteri yang
berlangsung kurang dari / minggu dan pada umumnya disebabkan oleh in#eksi 2irus influenza (tipe A dan
&), parainfluenza (tipe 1,!,/), rhinovirus dan adenovirus. 0enyebab lain adalah Haemofilus influenzae,
Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.
(aring ber#ungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi
dan #onasi. 'ungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah agar makanan dan benda asing masuk
kedalam trakea dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. &enda asing
yang telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat dikeluarkan le-at re#lek
batuk. 'ungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur besar kecilnya rima glotis. 4engan terjadinya
perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo+bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah
tubuh. Oleh karena itu laring juga mempunyai #ungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah. 'ungsi laring
dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan laring bagian ba-ah keatas, menutup
aditus laringeus, serta mendorong bolus makanan turun ke hipo#aring dan tidak mungkin masuk kedalam
laring. (aring mempunyai #ungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh, menangis
dan lain+lain yang berkaitan dengan #ungsinya untuk #onasi dengan membuat suara serta mementukan
tinggi rendahnya nada.
ETIOLO-I
1. (aringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan in#eksi saluran na#as seperti
influenza atau common cold. in#eksi 2irus influenza (tipe A dan &) parainfluenza (tipe 1,!,/),
rhinovirus dan adenovirus. 0enyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis,
Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.
!. 0enyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim . cuaca
/. 0emakaian suara yang berlebihan
;. Trauma
:. &ahan kimia
C. 5erokok dan minum+minum alkohol
D. Alergi
PATO.ISIOLO-I
=ampir semua penyebab in#lamasi ini adalah 2irus. n2asi bakteri mungkin sekunder. (aringitis
biasanya disertai rinitis atau naso#aringitis. A-itan in#eksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap
perubahan suhu mendadak, de#isiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. (aringitis umum terjadi
pada musim dingin dan mudah ditularkan. ni terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari
host serta pre2alensi 2irus yang meningkat. (aringitis ini biasanya didahului oleh #aringitis dan in#eksi
saluran na#as bagian atas lainnya. =al ini akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran na#as atas dan
merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran
na#as. "ondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada
7
laring. 4an memacu terjadinya in#lamasi pada laring tersebut. n#lamasi ini akan menyebabkan nyeri
akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang
peningkatan suhu tubuh.
-E/ALA KLINIS
1. @ejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar atau suara yang
susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa . normal dimana terjadi
gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan sehingga
menimbulkan suara menjada parau bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (a#oni).
!. 6esak na#as dan stridor
/. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.
;. @ejala radang umum seperti demam, malaise
:. &atuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
C. @ejala commmon cold seperti bersin+bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung
(nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang tidak mengalami
peningkatan dari /> derajat celsius.
D. @ejala influenza seperti bersin+bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal
congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih dari /> derajat
celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh tubuh.
>. 0ada pemeriksaan #isik akan tampak mukosa laring yang hiperemis, membengkak terutama dibagian
atas dan ba-ah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau
paru
7. Obstruksi jalan na#as apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang terjadi dalam beberapa jam
dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin
bertambah berat, pemeriksaan #isik akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat
menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam ji-a anak.
PEMERIKSAAN PENUN/AN-
1. 'oto rontgen leher A0 * bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis
(Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada :9K kasus.
!. 0emeriksaan laboratorium * gambaran darah dapat normal. )ika disertai in#eksi sekunder,
leukosit dapat meningkat.
/. 0ada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang
sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan subglotis yaitu
pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan tampak diba-ah pita suara.
DIA-NOSIS1
4iagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan #isik dan pemeriksaan penunjang.
DIA-NOSA BANDIN-
1. &enda asing pada laring
!. 'aringitis
/. &ronkiolitis
;. &ronkitis
:. 0nemonia
PENATALAKSANAAN
Bmumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit, namun ada indikasi masuk
rumah sakit apabila *
Bsia penderita diba-ah / tahun
Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted
4iagnosis penderita masih belum jelas
0era-atan dirumah kurang memadai
Terapi *
1. stirahat berbicara dan bersuara selama !+/ hari
!. )ika pasien sesak dapat diberikan O! ! l. menit
8
/. stirahat
;. 5enghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri . minyak mint bila ada muncul
sumbatan dihidung atau penggunaan larutan garam #isiologis (saline 9,7 K) yang dikemas
dalam bentuk semprotan hidung atau nasal spray.
:. 5edikamentosa * 0arasetamol atau ibupro#en . antipiretik jika pasien ada demam, bila ada
gejala pain killer dapat diberikan obat anti nyeri . analgetik, hidung tersumbat dapat diberikan
dekongestan nasal seperti #enilpropanolamin (00A), e#edrin, pseudoe#edrin, napasolin dapat
diberikan dalam bentuk oral ataupun spray. 0emberian antibiotika yang adekuat yakni *
ampisilin 199 mg.kg&&.hari, intra2ena, terbagi ; dosis atau kloram#enikol * :9 mg.kg&&.hari,
intra 2ena, terbagi dalam ; dosis atau se#alosporin generasi / (ce#otaksim atau ce#triakson)
lalu dapat diberikan kortikosteroid intra2ena berupa deksametason dengan dosis 9,:
mg.kg&&.hari terbagi dalam / dosis, diberikan selama 1+! hari.
C. 0engisapan lendir dari tenggorok atau laring, bila penatalaksanaan ini tidak berhasil maka
dapat dilakukan endotrakeal atau trakeostomi bila sudah terjadi obstruksi jalan na#as.
D. 0encegahan * )angan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat tenggorokan
kering dan mengakibatkan iritasi pada pita suara, minum banyak air karena cairan akan
membantu menjaga agar lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan
mudah untuk dibersihkan, batasi penggunaan alkohol dan ka#ein untuk mencegah tenggorokan
kering. jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan karena berdehem akan
menyebabkan terjadinya 2ibrasi abnormal pada pita suara, meningkatkan pembengkakan dan
berdehem juga akan menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak lendir.
PRO-NOSIS
C
0rognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama satu
minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1+/ tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring
dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan na#as dan bila hal ini terjadi dapat
dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik
STE0EN /1ONSON S#NDROME
II(2(Definisi Ste2en *3onson s4nd'o%e 5S/S6
6indrom 6te2ens+)ohnson, biasanya disingkatkan sebagai 6)6, adalah reaksi buruk yang sangat ga-at
terhadap obat. %#ek samping obat ini mempengaruhi kulit, terutama selaput mukosa. )uga ada 2ersi e#ek
samping ini yang lebih buruk, yang disebut sebagai nekrolisis epidermis toksik (toHik epidermal
necrolysis.T%N). Ada juga 2ersi yang lebih ringan, disebut sebagai eritema multi#orme (%5)
(Adithan,!99C). 6indrom 6te2en+)ohnson (66)) merupakan suatu kumpulan gejala klinis erupsi
mukokutaneus yang ditandai oleh trias kelainan pada kulit 2esikulobulosa, mukosa ori#isium serta mata
disertai gejala umum berat. 6inonimnya antara lain * sindrom de 'riessinger+1endu, eritema eksudati2um
multi#orm mayor, eritema poli#orm bulosa, sindrom muko+kutaneo+okular, dermatostomatitis, dll.
6indrom 6te2ens+)ohnson pertama diketahui pada 17!! oleh dua dokter, dr. 6te2ens dan dr. )ohnson, pada
dua pasien anak laki+laki. Namun dokter tersebut tidak dapat menentukan penyebabnya (Adithan,!99C).
II(7(Etioo!i S/S
=ampir semua kasus 6)6 dan T%N disebabkan oleh reaksi toksik terhadap obat, terutama antibiotik (mis.
obat sul#a dan penisilin), antikejang (mis. #enitoin) dan obat nyeri, termasuk yang dijual tanpa resep (mis.
ibupro#en). Terkait =$, alasan 6)6 yang paling umum adalah ne2irapine (hingga 1,: persen
penggunanya) dan kotrimoksaJol (jarang). 1eaksi ini dialami segera setelah mulai obat, biasanya dalam
!+/ minggu (Adithan, !99CL 6iregar, !99;).
%tiologi 66) sukar ditentukan dengan pasti, karena penyebabnya berbagai #aktor, -alaupun pada
umumnya sering berkaitan dengan respon imun terhadap obat. &eberapa #aktor penyebab timbulnya 66)
diantaranya * in#eksi (2irus, jamur, bakteri, parasit), obat (salisilat, sul#a, penisilin, etambutol, tegretol,
tetrasiklin, digitalis, kontrasepti#), makanan (coklat), #isik (udara dingin, sinar matahari, sinar M), lain+lain
(penyakit polagen, keganasan, kehamilan) (5ansjoer, !99!L 6iregar, !99;).
Infe"si2irusjamur =erpes simpleks, 5ycoplasma pneumoniae, 2aksiniakoksidioidomikosis,
9
bakteri
parasit
histoplasma
streptokokus, Staphylococcs haemolyticus, Mycobacterium
tuberculosis, salmonela
malaria
O&at
salisilat, sul#a, penisilin, etambutol, tegretol, tetrasiklin, digitalis,
kontrasepti#, klorpromaJin, karbamaJepin, kinin, analgetik.antipiretik
Ma"anan ?oklat
.isi" udara dingin, sinar matahari, sinar M
Lain8ain penyakit kolagen, keganasan, kehamilan
II(4(.a"to' +'edis+osisi S/S
&erdasarkan kasus yang terda#tar dan diobser2asi kejadian 6)6 terjadi 1+/ kasus per satu juta penduduk
setiap tahunnya. 66) juga telah dilaporkan lebih sering terjadi pada ras "aukasia. Nalaupun 6)6 dapat
mempengaruhi orang dari semua umur, tampaknya anak lebih rentan. Tampaknya juga perempuan sedikit
lebih rentan daripada laki+laki (6iregar, !99;).
II(9(Patofisioo!i S/S
0atogenesis 66) sampai saat ini belum jelas -alaupun sering dihubungkan dengan reaksi hipersensiti2itas
tipe (reaksi kompleks imun) yang disebabkan oleh kompleks soluble dari antigen atau metabolitnya
dengan antibodi g5 dan g@ dan reaksi hipersensiti2itas lambat (delayed+type hypersensiti2ity reactions,
tipe $) adalah reaksi yang dimediasi oleh lim#osit T yang spesi#ik.

Oleh karena proses hipersensiti2itas,
maka terjadi kerusakan kulit sehingga terjadi (?arroll, !991) *
"egagalan #ungsi kulit yang menyebabkan kehilangan cairan
6tres hormonal diikuti peningkatan resisitensi terhadap insulin, hiperglikemia dan glukosuriat
"egagalan termoregulasi
"egagalan #ungsi imun
n#eksi
0erjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan yang dapat berupa didahului panas
tinggi, dan nyeri kontinyu. %rupsi timbul mendadak, gejala bermula di mukosa mulut berupa lesi bulosa
atau erosi, eritema, disusul mukosa mata, genitalia sehingga terbentuk trias (stomatitis, konjuncti2itis, dan
uretritis). @ejala prodormal tidak spesi#ik, dapat berlangsung hingga ! minggu. "eadaan ini dapat
menyembuh dalam /+; minggu tanpa sisa, beberapa penderita mengalami kerusakan mata permanen.
"elainan pada selaput lendir, mulut dan bibir selalu ditemukan. 4apat meluas ke #aring sehingga pada
kasus yang berat penderita tak dapat makan dan minum. 0ada bibir sering dijumpai krusta hemoragik
(lyas, !99;).
II()(Manifestasi "inis S/S
6)6 dan T%N biasanya mulai dengan gejala prodromal berkisar antara 1+1; hari berupa demam, malaise,
batuk, koriJal, sakit menelan, nyeri dada, muntah, pegal otot dan atralgia yang sangat ber2ariasi dalam
derajat berat dan kombinasi gejala tersebut. "emudian pasien mengalami ruam datar ber-arna merah
pada muka dan batang tubuh, sering kali kemudian meluas ke seluruh tubuh dengan pola yang tidak rata.
4aerah ruam membesar dan meluas, sering membentuk lepuh pada tengahnya. "ulit lepuh sangat
longgar, dan mudah dilepas bila digosok.
0ada T%N, bagian kulit yang luas mengelupas, sering hanya dengan sentuhan halus. 0ada banyak orang,
/9 persen atau lebih permukaan tubuh hilang. 4aerah kulit yang terpengaruh sangat nyeri dan pasien
merasa sangat sakit dengan panas+dingin dan demam. 0ada beberapa orang, kuku dan rambut rontok
(Adithan, !99C).
10
0ada 6)6 dan T%N, pasien mendapat lepuh pada selaput mukosa yang melapisi mulut, tenggorokan,
dubur, kelamin, dan mata.
"ehilangan kulit dalam T%N serupa dengan luka bakar yang ga-at dan sama+sama berbahaya. ?airan dan
elektrolit dalam jumlah yang sangat besar dapat merembes dari daerah kulit yang rusak. 4aerah tersebut
sangat rentan terhadap in#eksi, yang menjadi penyebab kematian utama akibat T%N.
5engenal gejala a-al 6)6 dan segera periksa ke dokter adalah cara terbaik untuk mengurangi e#ek jangka
panjang yang dapat sangat mempengaruhi orang yang mengalaminya. @ejala a-al termasuk (5ansjoer,
!99!) *
R$a%
(epuh dalam mulut, mata, kuping, hidung atau alat kelamin "ulit berupa eritema, papel, 2esikel, atau
bula secara simetris pada hampir seluruh tubuh. 5ukosa berupa 2esikel, bula, erosi, ekskoriasi,
perdarahan dan kusta ber-arna merah. &ula terjadi mendadak dalam 1+1; hari gejala prodormal, muncul
pada membran mukosa, membran hidung, mulut, anorektal, daerah 2ul2o2aginal, dan meatus uretra.
6tomatitis ulserati# dan krusta hemoragis merupakan gambaran utama.
Ben!"a" di "eo+a" %ata: ata$ %ata %e'a3(
0ada mata terjadi* konjungti2itis (radang selaput yang melapisi permukaan dalam kelopak mata dan bola
mata), konjungti2itas kataralis , ble#arokonjungti2itis, iritis, iridosiklitis, simble#aron, kelopak mata
edema dan sulit dibuka, pada kasus berat terjadi erosi dan per#orasi kornea yang dapat menyebabkan
kebutaan. ?edera mukosa okuler merupakan #aktor pencetus yang menyebabkan terjadinya ocular
cicatricial pemphigoid, merupakan in#lamasi kronik dari mukosa okuler yang menyebabkan kebutaan.
Naktu yang diperlukan mulai onset sampai terjadinya ocular cicatricial pemphigoid ber2ariasi mulai dari
beberapa bulan sampai /1 tahun.
11
12
II(;(Manifestasi S/S +ada %ata
Kon*$n!ti2itis
"onjungti2itis pada sindrom 6te2en )ohnson merupakan konjungti2itis yang disebabkan karena proses
alergi akibat reaksi terhadap non in#eksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi
terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri, dan toksik. 5erupakan
reaksi hiper sensiti2itas tipe cepat atau lambat, atau reaksi antibody humoral terhadap allergen. 0ada
keadaan yang berat merupakan bagian dari sindrom 6te2en )ohnson, suatu penyakit eritema multi#orme
berat akibat reaksi alergi pada orang dengan prediposisi alergi obat+obatan. 0ada pemakaian mata palsu
atau lensa kontak juga dapat terjadi reaksi alergi. 4engan gambaran klinis berupa mata merah, sakit,
bengkak, panas, berair, gatal, dan silau. 6ering berulang dan menahun, bersamaan dengan rinitis alergi.
&iasanya terdapat ri-ayat atopi sendiri atau dalam keluarga. 0ada pemeriksaan ditemukan injeksi ringan
pada konjungti2a palbebra dan bulbi serta papil besar pada konjungti2a tarsal yang dapat menimbulkan
komplikasi pada konjungti2a. 0ada keadaan akut dapat terjadi kemosis berat. Terapi pada konjungti2itis
akibat reaksi alergi biasanya akan sembuh sendiri. 0engobatan ditujukan untuk menghindarkan penyebab
dan menghilangkan gejala. Terapi yang dapat diberikan misalnya 2asokonstriktor local pada keadaan akut
(epine#rin 1*1.999), astringen, steroid topical dosis rendah dan kompres dingin untuk menghilangkan
edemanya. Bntuk pencegahan diberikan Natrium kromoglikat !K topical ; kali sehari untuk mencegah
degranulasi sel mast. 0ada kasus yang berat dapat diberikan antihistamin dan steroid sistemik.
0enggunaan steroid sistemik berkepanjangan hrus dihindari karena bisa terjadi in#eksi 2irus, katarak,
hingga ulkus kornea oportunistik. Antihistamin sistemik hanya sedikit beman#aat. 0ada sindrom 6te2en
)ohnson, pengobatan bersi#at sistomatik dengan pengobatan umum. 0ada mata dilakukan pembersihan
sekret, mediatrik, steroid topical dan pencegahan simble#aron (lyas, !99;).
Si%&efa'on
6imble#aron adalah perlengketan antara konjungti2a palpebra, konjungti2a bulbi, dan konjungti2a #orniks.
)enis simble#aron *
6imble#aron partialis anterior * perlengketan antara konjungti2a palpebra dan konjungti2a bulbi atau
kornea.
6imble#aron partialis posterior * perlengketan antara konjungti2a #orniks
6imble#aron totalis * perlengketan antara konjungti2a palpebra, bulbi dan #orniks.
4apat disebabkan akibat trauma kecelakaan, operasi, luka bakar oleh Jat kimia, dan peradangan. 4engan
gejala gerak mata terganggu, diplopia, lago#talmus, sehingga kornea dan penglihatan terganggu. Terapi
yang dapat diberikan jika terjadi simble#aron, jika ringan dapat dilepaskan dan diberi salep, pada keadaan
yang hebat dilakukan operasi plastik, setelah simble#aron dilepaskan pada tempat lepasnya ditutup dengan
membran mukosa mulut atau bibir (Nijana, 177/).
II(8(Dia!nosa S/S
4iagnosa ditujukan terhadap mani#estasi yang sesuai dengan trias kelainan kulit, mukosa, mata, serta
hubungannya dengan #aktor penyebab yang secara klinis terdapat lesi berbentuk target, iris atau mata sapi,
kelainan pada mukosa, demam. 6elain itu didukung pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan
darah tepi, pemeriksaan imunologik, biakan kuman serta uji resistensi dari darah dan tempat lesi, serta
pemeriksaan histopatologik biopsi kulit. Anemia dapat dijumpai pada kasus berat dengan perdarahan,
leukosit biasanya normal atau sedikit meninggi, terdapat peningkatan eosino#il. "adar g@ dan g5 dapat
meninggi, ?/ dan ?; normal atau sedikit menurun dan dapat dideteksi adanya kompleks imun beredar.
&iopsi kulit direncanakan bila lesi klasik tak ada. muno#lurosesensi direk bisa membantu diagnosa
kasus+kasus atipik (6iregar, !99;L Adithan, !99C).
II(<(Dia!nosis Bandin! S/S
Ada ! penyakit yang sangat mirip dengan sindroma 6te2en )ohnson *
Toxic pidermolysis !ecroticans. 6indroma ste2en johnson sangat dekat dengan T%N. 6)6 dengan bula
lebih dari /9K disebut T%N.
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome "#itter disease$. 0ada penyakit ini lesi kulit ditandai dengan
krusta yang mengelupas pada kulit. &iasanya mukosa terkena (6iregar, !99;).
13
"onjungti2itis membranosa, ditandai dengan adanya massa putih atau kekuningan yang menutupi
konjungti2a palpebra bahkan sampai konjungti2a bulbi dan bila diangkat timbul perdarahan (Nijana,
177/).
II(10(Pe%e'i"saan +en$n*an! S/S
0emeriksaan laboratorium *
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang dapat membantu dokter dalam diagnose selain pemeriksaan
biopsy.
0emeriksaan darah lengkap dapat menunjukkan kadar sel darah putih yang normal atau leukositosis non
spesi#ik, penurunan tajam kadar sel darah putih dapat mengindikasikan kemungkinan in#eksi bacterial
berat.
muno#luoresensi banyak membantu membedakan sindrom 6te2en )ohnson dengan panyakit kulit dengan
lepuh subepidermal lainnya.
5enentukan #ungsi ginjal dan menge2aluasi adanya darah dalam urin.
0emeriksaan elektrolit.
"ultur darah, urine, dan luka, diindikasikan ketika dicurigai terjadi in#eksi.
0emeriksaan bronchoscopy, esophagogastro duodenoscopy (%@4), dan kolonoskopi dapat dilakukan.
maging studies *
a. ?hest radiography untuk mengindikasikan adanya pneumonitis.
0emeriksaan histopatologi dan imunohistokimia dapat mendukung ditegakkannya diagnose (Adithan,
!99C).
II(11(P'o!nosis S/S
6)6 dan T%N adalah reaksi yang ga-at. &ila tidak diobati dengan baik, reaksi ini dapat menyebabkan
kematian, umumnya sampai /: persen orang yang mengalami T%N dan :+1: persen orang dengan 6)6,
-alaupun angka ini dapat dikurangi dengan pengobatan yang baik sebelum gejala menjadi terlalu ga-at.
1eaksi ini juga dapat menyebabkan kebutaan total, kerusakan pada paru, dan beberapa masalah lain yang
tidak dapat disembuhkan.
0ada kasus yang tidak berat, prognosisnya baik, dan penyembuhan terjadi dalam -aktu !+/ minggu.
"ematian berkisar antara :+1:K pada kasus berat dengan berbagai komplikasi atau pengobatan terlambat
dan tidak memadai. 0rognosis lebih berat bila terjadi purpura yang lebih luas. "ematian biasanya
disebabkan oleh gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, bronkopneumonia, serta sepsis ( Adithan,
!99CL 6iregar, !99;).
II(12(Ko%+i"asi S/S
6indrom 6te2en )ohnson sering menimbulkan komplikasi, antara lain sebagai berikut*
O#talmologi G ulserasi kornea, u2eitis anterior, panophthalmitis, kebutaan
@astroenterologi + sophageal strictures
@enitourinaria G nekrosis tubular ginjal, gagal ginjal, penile scarring, stenosis 2agina
0ulmonari G pneumonia
"utaneus G timbulnya jaringan parut dan kerusakan kulit permanen, in#eksi kulit sekunder
n#eksi sitemik, sepsis
"ehilangan cairan tubuh, shock (5ansjoer, !99!).
"omplikasi a-al yang mengenai mata dapat timbul dalam hitungan jam sampai hari, dengan ditandai
timbulnya konjungti2itis yang bersamaan pada kedua mata. Akibat adanya perlukaan di konjungti2a dapat
menyebabkan pseudomembran atau konjungti2itis membranosa, yang dapat mengakibatkan sikatrik
konjungti2itis. 0ada komplilasi yang lebih lanjut dapat menimbulkan perlukaan pada palpebra yang
mendorong terjadinya ektropion, entropion, trikriasis dan lago#talmus. 0enyembuhan konjungti2a
meninggalkan perlukaan yang dapat berakibat simble#aron dan ankyloble#aron. 4e#isiensi air mata sering
menyebabkan masalah dan hal tersebut sebagai tanda menuju ke #ase komplikasi yang terakhir. <ang
mana komplikasi tersebut beralih dari komplikasi pada konjungti2a ke komplikasi pada kornea dengan
kelainan pada permukaan bola mata. 'ase terakhir pada komplikasi kornea meningkat dari hanya berupa
pemaparan kornea sampai terjadinya keratitis epitelial pungtata, de#ek epitelial yang rekuren, hingga
timbulnya pembuluh darah baru (neo2askularisasi pada kornea) yang dapat berujung pada kebutaan.
14
Akhirnya bila daya tahan tubuh penderita menurun ditambah dengan adanya kelainan akibat komplikasi+
komplikasi di atas akan menimbulkan komplikasi yang lebih serius seperti peradangan pada kornea dan
sklera. 0eradangan atau in#eksi yang tak terkontrol akan mengakibatkan terjadinya per#orasi kornea,
endo#talmitis dan pano#talmitis yang pada akhirnya harus dilakukan e2iserasi dan enukleasi bola mata
($is-anadh, !99!)
II(17(Penataa"sanaan S/S
0ertama, dan paling penting, kita harus segera berhenti memakai obat yang dicurigai penyebab reaksi.
4engan tindakan ini, kita dapat mencegah keburukan. Orang dengan 6)6.T%N biasanya dira-at inap.
&ila mungkin, pasien T%N dira-at dalam unit ra-at luka bakar, dan ke-aspadaan dilakukan secara ketat
untuk menghindari in#eksi. 0asien 6)6 biasanya dira-at di ?B. 0era-atan membutuhkan pendekatan
tim, yang melibatkan spesialis luka bakar, penyakit dalam, mata, dan kulit. ?airan elektrolit dan makanan
cairan dengan kalori tinggi harus diberi melalui in#us untuk mendorong kepulihan. Antibiotik diberikan
bila dibutuhkan untuk mencegah in#eksi sekunder seperti sepsis. Obat nyeri, misalnya mor#in, juga
diberikan agar pasien merasa lebih nyaman (Adithan, !99CL 6iregar, !99;).
Ada keraguan mengenai penggunaan kortikosteroid untuk mengobati 6)6.T%N. &eberapa dokter
berpendapat bah-a kortikosteroid dosis tinggi dalam beberapa hari pertama memberi man#aatL yang lain
beranggap bah-a obat ini sebaiknya tidak dipakai. Obat ini menekankan sistem kekebalan tubuh, yang
meningkatkan risiko in#eksi ga-at, apa lagi pada Odha dengan sistem kekebalan yang sudah lemah.
0ada umumnya penderita 6)6 datang dengan keadaan umum berat sehingga terapi yang diberikan
biasanya adalah *
Terapi cairan dan elektrolit, serta kalori dan protein secara parenteral.
Antibiotik spektrum luas, selanjutnya berdasarkan hasil biakan dan uji resistensi kuman dari sediaan lesi
kulit dan darah.
"otikosteroid parenteral* deksamentason dosis a-al 1mg.kg && bolus, kemudian selama / hari 9,!+9,:
mg.kg && tiap C jam. 0enggunaan steroid sistemik masih kontro2ersi, ada yang mengganggap bah-a
penggunaan steroid sistemik pada anak bisa menyebabkan penyembuhan yang lambat dan e#ek samping
yang signi#ikan, namun ada juga yang menganggap steroid menguntungkan dan menyelamatkan nya-a.
Antihistamin bila perlu. Terutama bila ada rasa gatal. .eni'a%in 3id'o!en %aeat (A2il) dapat diberikan
dengan dosis untuk usia 1+/ tahun D,: mg.dosis, untuk usia /+1! tahun 1: mg.dosis, diberikan / kali.hari.
6edangkan untuk seti'i=in dapat diberikan dosis untuk usia anak !+: tahun * !.: mg.dosis,1 kali.hariL , C
tahun * :+19 mg.dosis, 1 kali.hari. 0era-atan kulit dan mata serta pemberian antibiotik topikal.
&ula di kulit dira-at dengan kompres basah larutan &uro-i.
Tidak diperbolehkan menggunakan steroid topikal pada lesi kulit.
(esi mulut diberi kenalog in orabase.
Terapi in#eksi sekunder dengan antibiotika yang jarang menimbulkan alergi, berspektrum luas, bersi#at
bakterisidal dan tidak bersi#at ne#rotoksik, misalnya "inda%isin intra2ena >+1C mg.kg.hari intra2ena,
diberikan ! kali.hari.
ntra2ena munoglobulin ($@). 4osis a-al dengan 9,: mg.kg && pada hari 1, !, /, ;, dan C masuk
rumah sakit. 0emberian $@ akan menghambat reseptor 'A6 dalam proses kematian keratinosit yang
dimediasi 'A6 (Adithan, !99CL 6iregar, !99;).
6edangkan terapi sindrom 6te2en )ohnson pada mata dapat diberikan dengan *
0emberian obat tetes mata baik antibiotik maupun yang bersi#at garam #isiologis setiap ! jam, untuk
mencegah timbulnya in#eksi sekunder dan terjadinya kekeringan pada bola mata.
0emberian obat salep dapat diberikan pada malam hari untuk mencegah terjadinya perlekatan konjungti2a
(6harma, !99C).
PRO-NOSIS
0ada kasus yang tidak berat, prognosisnya baik, dan penyembuhan terjadi dalam -aktu !+/ minggu.
"ematian berkisar antara :+1:K pada kasus berat dengan berbagai komplikasi atau pengobatan terlambat
dan tidak memadai. 0rognosis lebih berat bila terjadi purpura yang lebih luas. "ematian biasanya
disebabkan oleh gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, bronkopneumonia, serta sepsis.
15

Anda mungkin juga menyukai