Anda di halaman 1dari 2

12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Intervesi Sosial
Dalam melakukan pemberdayaan masyarakat, metode
intervensi yang di lakukan untuk assessment dan analisa situasi
intervensi masyarakat adalah dengan studi pustaka dan data
sekunder serta Focus Group Discussion (FGD). Hal ini dimaksud
agar dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan
masyarakat sehingga program kerja yang dilaksanakan dapat
tepat guna dan tepat sasaran. Metode studi pustaka dan data
sekunder yang dilakukan yakni melalui upaya mempelajari
dokumen-dokumen terkait masyarakat setempat dan melihat
data-data statistik seperti data ekonomi, pendidikan, agama dan
lainnya.
Data yang diperoleh dari Balai Desa Bojongloa dengan data yg
terbaru sehingga akurasi dan validitas data terjamin. Selain dari
studi pustaka, metode FGD juga dilakukan untuk memperoleh
data lainnya. Metode ini dilakukan dngan membentuk kelompok
yang dihadiri oleh Kepala desa, Sekretaris desa, beberapa
perwakilan RT dan RW, serta pemuka di Desa Bojongloa. Setelah
penentuan program kerja yang tepat hal yang selanjutnya
dilakukan adalah mengkomunikasikan rencana program kerja
KKN kepada masyarakat di Desa Bojongloa.
Dalam mengkomunikasikan rencana program KKN hal yang
dilakukan adalah dengan menjelaskan tentang program kerja
terkait terhadap pihak-pihak yang mampu mendukung program
kerja tersebut. Pertemuan rutin serta penyampaian maksud dan
tujuan dengan baik dan sopan mampu memudahkan penyampaian
program kerja dan mendorong para masyarakat melaksanakan
program kerja yang telah disampaikan.

B. Wilayah Bojongloa dalam Literatur
Desa Bojongloa merupakan desa yang memiliki potensi yang
cukup besar dalam bidang pertanian, peternakan, maupun
perikanan. Namun, dalam bidang pertanian, sawah-sawah di desa
Bojongloa ini merupakan jenis sawah tadah hujan, dimana sawah-
sawahnya berada di atas aliran irigasi di desa tersebut sehingga
pengairan di desa tersebut kurang mencukupi untuk pertanian di
desa ini jadi harus menggunakan alat penyedot air untuk mengairi
sawah-sawah tersebut, dan juga diperlukan jaringan drainase
13

untuk menghindari menggenangnya sawah dari air hujan yang
berlebih.
Pada sektor peternakan, terdapat beberapa warga yang
berternak ayam dan bebek. Ada beberapa dari mereka beternak
dengan modal sendiri. Dengan kata lain, peternakan tersebut
bukanlah milik sebuah perusahaan dimana para warga hanya
bekerja disana untuk merawat serta mengurus hewan-hewan
ternak disana. Pada sektor perikanan, banyak warga yang dulunya
mengembangbiakkan ikan lele di kolam milik mereka masing-
masing.Banyak kolam-kolam yang dibuat warga untuk
mengembak biakkan lele jenis lele jumbo untuk dijual kepada
penjual pecel lele. Harga per kilo ikan lele tersebut berkisar antara
Rp. 7.000 Rp. 12.000.
1

Selain itu, masih ada lagi potensi desa Bojongloa yaitu sebagai
pengrajin topi untuk kegiatan pramuka yang terbuat dari bilah-
bilah bambu. Anyaman topi bambu merupakan primadona dan
menjadi ikon pemerintah di Kabupaten Tangerang, termasuk Desa
Bojongloa Kecamatan Cisoka dan sekitarnya. Sejak lama, hampir
seluruh masyarakat di Desa Bojongloa menjadi pengayam topi
pramuka dari bambu.
2
Namun anyaman yang dibuat hanya
setengah jadi yang biasa di sebut oleh masyarakat adalah loso atau
tudung. Harga untuk topi setengah jadi yang dibuat oleh para
penjual dijual dengan harga Rp. 6.000,- satu hulu atau satu pasang
anyaman bambu setengah jadi.

1
Yahya Rizqi, et al. Data demografi Desa Bojongloa,
http://desabojongloa.blogspot.com/p/data-demografi.html?m=1, (Diakses pada 9
september 2014, jam 19.48 WIB)
2
Komunitas Topi Bambu, Pelatihan Kewirausahaan Kreasi Anyaman Bambu,
http://www.topibambu.com/2014/09/pelatihan-kewirausahaan-kreasi-
anyaman.html?m=1, (Diakses pada 9 september 2014, jam 20.02 WIB)

Anda mungkin juga menyukai