Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LANJUT

PERILAKU AGONISTIK IKAN CUPANG





Nama : Mohamad Redzka Andika Putra
NIM : 1127020037
Kelompok :
Tanggal Praktikum : 22 September 2014
Tanggal Pengumpulan : 29 September 2014
Nama Dosen : Ucu Julita, M.Si.




JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia hewan seiring berkembangnya ilmu pengetahuan mengenai
dunia tersebut memunculkan pengamatan dalam peilaku hewan, perilaku
merupakan suatu bentuk respon terhadap suatu kondisi baik itu internal dan
eksternalnya. Suatu respon dikatakan perilaku bila respons tersebut telah berpola,
yakni memberikan respons tertentu yang sama terhadap stimulus tertentu. Perilaku
juga dapat diartikan sebagai aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu
stimulus.
Perilaku dalam dunia hewan memiiki banyak keberagamannya salah satunya
adalah perilaku agonistik. Perilaku agonistik merupakan suatu kondisi dimana
hewan berperilaku sepert mengancam, berkelahi sehiangga terliha adanya piha
yang dominan dan submassive / subordinat. Ikan cupang adu (Betta splendens)
merupakan jenis ikan laga, individu jantan sangat agresif terhadap jantan lainnya
dalam sebuah pertarungan.
Pengamatan terhadap prilaku agonistik mulai dilakukan ketika perilaku
tersebut dapat mempengaruhi suatu ekosistem di daerah tersebut karena apat
merubah suatu polulasi di suatu tempat. Pengamatan dituntut kerasaran yang
tinggi dan keuletan karena hewan melakukan pergerakan yang sukar untuk di
tebak dan cenderung lebih aktif ketika sudah bertemu.
1.2 Tujuan
- Mengamati perilaku agonistik di antara ikan cupang jantan (Betta splendens)
1.3 Rumusan Masalah
- Bagaimana perilaku agonistik yang ditunjukkan ikan cupang jantan (Betta
splendens) ketika aquarium diletakkan kompartemen cermin sebagai pemisah?
- Bagaimana perilaku agonistik yang ditunjukkan ikan cupang jantan (Betta
splendens) ketika disatukan dalam satu aquarium?
1.4 Hipotesis
Ketika dua cuang dipertemukan akan melakukan perilaku agonistik dengan
langsung mengejar atau saling beradu dalam sat aquarium
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari praktikum ini adalah dapat melihat perilaku agonistik yang
diperlihatkan oleh ikan cupang jantan ketika MIS (mirror image stimuation) dan
ketika pertemuan langsung antar ikan cupang.
























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setiap organisme memiliki kemampuan untuk hidup, tumbuh, dan
berkembang biak pada habitat yang sesuai dengannya. Salah satu cara untuk
mempertahankan hidupnya adalah dengan mempertahankan perilaku keseharian
pada saat musim berbiak. Faktor yang sangat menentukan perilaku ini di
antaranya habitat tempat tinggalnya meliputi keamanan dan ketersediaan sumber
daya hayati yang dapat mendukung kelestariannya terutama pada saat berbiak, di
mana organisme membutuhkan keamanan dan ketersediaan makanan lebih baik
dibandingkan pada saat tidak memasuki musim berbiak. Perilaku harian
organisme merupakan faktor yang berasal dari hewan itu sendiri. Setiap hewan
memiliki karakter perilaku harian yang berbeda sesuai anatomi dan morfologi
tubuh yang dimilikinya (Jumilawatyi, 2001).
Perilaku merupakan tindakan atau suatu tingkah laku yang dipengaruhi
oleh otot ataupun kelenjar yang berada dibawah kontrol sistem syaraf,dan
komunikasi sel dari sel otak menuju system syaraf serta merupakan bentuk respon
atau tindakan yang dipengaruhi oleh suatu lingkungan. Apabila disimpulkan,
perilaku merupakan sejumlah respon makhluk hidup terhadap rangsangan internal
ataupun eksternal lingkungan (Kikkawa, 1974).
Perilaku agonistik adalah perilaku yang berhubungan dengan konflik,
termasuk berkelahi (fighting), melarikan diri (escaping), dan diam (freezing).
Perilaku agonistik meliputi pula beragam ancaman atau perkelahian yang terjadi
antar individu dalam suatu populasi. Perilaku agonistik berkaitan erat dengan
agresivitas, yaitu kecenderungan untuk melakukan serangan atau perkelahian .
Bentuk-bentuk perilaku tersebut dapat berupa postur tubuh maupun gerakan yang
diperlihatkan oleh individu pemenang maupun individu yang kalah dalam kontes
perkelahian. Invidu yang aggressive dan mampu menguasai arena perkelahian
(teritori) akan memunculkan individu yang kuat (dominan) dan lemah
(submissive/ subordinat) (Scott, 1969).

Perilaku agonistik meliputi pula beragam ancaman atau perkelahian yang
terjadi antar individu dalam suatu populasi. Perilaku agonistik berkaitan erat
dengan agresivitas, yaitu kecenderungan untuk melakukan serangan atau
perkelahian. Bentuk-bentuk perilaku tersebut dapat berupa postur tubuh maupun
gerakan yang diperlihatkan oleh individu pemenang maupun individu yang kalah
dalam kontes perkelahian. Invidu yang aggressive dan mampu menguasai arena
perkelahian (teritori) akan memunculkan individu yang kuat (dominan) dan lemah
(submissive/ subordinat. Individu yang aggressive dan mampu menguasai arena
perkelahian (teritori) akan memunculkan individu yang kuat (dominan) dan lemah
(submissive/ subordinat). Populasi untuk mengetahui perilaku agonistik ini
digunakanlah ikan cupang adu sebagai hewan uji. Cupang adu (Betta splendens)
merupakan jenis ikan laga; individu jantan dapat sangat agresif terhadap jantan
lainnya dalam sebuah arena bertarung. Dengan adanya akuarium sebagai media
bertarung, maka diharapkan dapat dengan mudah diamati perilaku agonistik
diantara ikan cupang jantan perkelahian (Kikkawa, 1974).
Baik secara instinktif maupun perilaku terlatih, ikan cupang (Betta
splendens) memiliki karakteristik respon agresif. Dalam suhu air kira-kira antara
24-29oC, ikan cupang secara normal merupakan ikan yang berperikau sangat
aktif. Terdapat sepuluh perilaku agonistik yang dapat dideskripsikan, yaitu
menjelajah (explore), mendekati (approach), bergerak memutar (circle),
mengancam dari samping (side threat), mengancam dari depan (frontal threat),
mengibaskan ekor (tail flagging), mengejar (chase), kontak mulut (mouth-to
mouth contact), menggigit (bite), dan melarikan diri (flight) (Campbell, 2003).
Ikan cupang adu (Betta splendens) merupakan anggota dari famili
Anabantidae. Anabantidae merupakan satu-satunya famili yang mencakup seluruh
ikan berlabirin. Betta splendens memiliki tubuh yang lonjong dengan bagian
depan sedikit membulat dan memipih pada bagian belakang. Mulutnya dapat
disembulkan dengan lubang mulut terletak serong pada bagian depan kepala.
Badan dan kepala bersisik kasar. Ikan betina berwarna kusam, tetapi ikan jantan
mempunyai warna metalik yang mengkilat. Ikan cupang jantan maupun betina
memiliki sisik gurat sisi berjumlah 29-33 keping (Djuhanda, 1981).
Betta splendens atau yang lebih dikenal dengan nama ikan cupang. Ikan
jantan sangat agresif dan memiliki kebiasaan saling menyerang apabila
ditempatkan dalam satu wadah (Ostrow, 1989).
Sirip dorsal terletak lebih ke belakang, memiliki jari-jari keras dan 8-9
jari-jari lunak. Sirip anal panjang dan lebar, dimulai dari belakang anus dan
berakhir di belakang dekat pangkal sirip kaudal, memiliki 1-4 jari-jari keras dan
21-24 jari-jari lunak. Ujung sirip anal berbentuk lancip. Sirip perut berukuran
kecil, terletak di bawah sirip dada, memiliki 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak.
Satu dari jari-jari lunak berukuran lebih panjang dari yang lainnya. Sirip dada
bentuknya membulat, memiliki 12-13 jari-jari lunak (Djuhanda, 1981).
Habitat ikan ini di perairan tawar seperti, danau dan rawa, tetapi saat ini
sudah banyak dibudidayakan.Perkembangbiakan Betta splendens bersifat
bubblenester, yaitu membuat sarang busa sebelum berprjah dan telur-telur
dimasukkan ke dalamnya (Linke, 1994).
Ikan hias Betta splendens disebut juga ikan laga fighting fish atau ikan
cupang. Ikan jantan memiliki warna mencolok, sirip panjang dan ukuran tubuh
lebih kecil dibanding betinanya (Susanto, 1997).
Ikan Betta splendens merupakan ikan yang memiliki banyak bentuk
(Polimorphisme), seperti ekor bertipe mahkota crown tail, ekor penuh full tail dan
bertipe slayer, dengan sirip panjang dan berwarna-warni. Keindahan bentuk sirip
dan warna sangat menentukan nilai estetika dan nilai komersial ikan cupang Betta
splendens memiliki penampakan warna pada jenis ikan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu jenis kelamin, kematangan gonad, genetik dan faktor geografi. Ikan
hias Betta splendens disebut juga ikan laga fighting fish atau ikan cupang. Ikan
jantan memiliki warna mencolok, sirip panjang dan ukuran tubuh lebih kecil
dibanding betinanya. Ikan Betta splendens jantan memiliki nilai komersial tinggi
sehingga sangat disukai dan diburu oleh pecinta ikan hias. Salah satu kendala
budidayanya adalah untuk mendapatkan ikan jantan cenderung lebih sukar, karena
jumlah benih jantan yang diperoleh setiap pemijahan sangat rendah dan
kualitasnya tidak sesuai dengan yang diinginkan. Agar produksi benih ikan sesuai
dengan kuantitas dan kualitas yang diharapkan, diperlukan informasi dan data
tentang aspek biologi reproduksi ikan. Betta splendens atau yang lebih dikenal
dengan nama ikan cupang. Ikan jantan sangat agresif dan memiliki kebiasaan
saling menyerang apabila ditempatkan dalam satu wadah (Ostrow, 1989).
Betta splendens atau yang lebih dikenal dengan nama ikan cupang. Ikan
jantan sangat agresif dan memiliki kebiasaan saling menyerang apabila
ditempatkan dalam satu wadah (Ostrow, 1989). Habitat ikan ini di
perairan tawar seperti, danau dan rawa, tetapi saat ini
sudah banyak dibudidayakan.Perkembangbiakan Betta splendens bersifat
bubblenester, yaitu membuat sarang busa sebelum berprjah dan telur-
telur dimasukkan ke dalamnya (Sanford, 1995).
Ikan cupang jantan, memiliki sifat daya perhatiannya terhadap ikan cupang
betina cukup tinggi. Sinyal yang ditimbulkan saat ikan cupang jantan berhadapan
dengan ikan cupang betina, yaitu dengan mengibaskan ekor sirip dengan frekuensi
yang cepat (McGregor, 2001 ).
Keagresifan lain pada ikan cupang ini, dipisahkan menjadi appetitive,
kawin dan pasca kawin. Komponen yang appetitive ini, ditandai dengan perilaku
kejenuhan warna tubuh, ereksi penutup overculum, atau insang, orientasi dan
gerakan karakteristik. Komponen termasuk menggigit, mengunci rahang antara
lawan dan mencolok ekor. Respon yang ditunjukan oleh ikan cupang dari tiap
individu, yang berkaitan dengan pembuahan, dapat kita amati dengan uji
menggunakan model subjek dalam aquarium yang diberi sekat cermin. Dengan
memperhitungkan durasi, dan frekuensi demonstrasi merupakan presiktor dan
perkelahian yang nyata (Klein, 1976).







BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
Alat Jumlah Bahan Jumlah
Aquarium
Cermin
Botol Kecil
Stopwatch
2 Buah Betta splendens
Air
4 ekor
Secukupnya
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Pengamatan morfologi ikan cupang dilakukan dengan mengenali dan
mencatat perbedaan fisik di antara individu ikan cupang (Betta splendens) dengan
ciri fisik berupa warna tubuh, bentuk sirip (dada, punggung, perut, dubur, dan
ekor) dan ciri khas lainnya (mulut, operculum, gurat sisi, bentuk tubuh).
3.2.2 Persiapan dan tagging dilakukan dengan mengisi aquarium dengan air
hingga 1/3 bagian dan dibagi menjadi dua bagian oleh sebuah cermin sekat
pemisah sebagai kompartemen (a) dan kompartemen (b). Setiap kompartmen diisi
oleh seekor ikan cupang yang telah diidentifikasi ciri-cirinya. Setiap individu
cupang diberi penamaan dengan nama Sp1, Sp2, Sp3, dan Sp4 berdasarkan ciri-
ciri yang sudah dikenali.
3.2.3 Pada salah satu kompartemen yang berisi cermin, (kompartemen (a), diamati
perilaku yang tampak pada ikan cupang pada saat melihat bayangannya sendiri
dalam cermin. Pengamatan dilakukan selama 5 menit dengan 3 kali pengulangan
setelah terlebih dahulu ikan cupang diistirahatkan selama beberapa menit.
Percobaan dilakukan juga pada ketiga ikan cupang yang lainnya dengan perlakuan
yang sama.
3.2.4 Setelah pengamatan dengan metode MIS selesai, selanjutnya dilakukan
pengamatan ikan cupang dengan mengadukan setiap dua cupang dalam satu
aquarium masing-masing ikan cupang adu dengan ikan cupang hias selama 5
menit kemudian dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali hingga dberikan waktu
istirahat. Angkat individu cupang (a) dan (b) dari aquarium, kemudian masing-
masing ikan disimpan dalam botol kaca kecil untuk diistirahatkan. Ulangi
pengamatan I (percobaan pada cermin) pada individu ikan cupang lainnya,
individu (c) dan (d) masing-masing selama 10 menit. Ulangi pengamatan II
(percobaan perilaku antagonistik) pada individu cupang lainnya yaitu individu
ikan (c) dan ikan (d). Angkat kembali individu cupang (c) dan (d) dari aquarium,
kemudian masing-masing ikan disimpan dalam botol kaca kecil untuk
diistirahatkan selama 15 menit. Setelah itu lakukan pengamatan perilaku
antagonistik antara dua ikan cupang dominan hasil pengamatan pertarungan I dan
II selama 15 menit. Angkat kembali kedua individu cupang pada pengamatan V
dari aquarium, kemudian masing-masing ikan disimpan dalam botol kaca kecil
untuk diistirahatkan kembali. Setelah itu lakukan pengamatan perilaku agonistik
antara dua ikan cupang submissive/subordinat hasil pengamatan pertarungan I dan
II selama 15 menit.
















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengamatan Morfologi Ikan Cupang Adu
Ikan Cupang Adu Spesies 1 Ciri fisik

Warna tubuh : Hitam kebiru-biruan
- Dada : Hitam
- Punggung : Biru dengan garis hitam
dan bintik hitam
- Ekor : Biru dengan garis hitam
- Operculum : lebar
Bentuk sirip:
- Dada : meruncing
- Ekor : oval
- Mulut : oval
- Operculum : lebar
Punggung : lebar dan terentang ke
belakang dengan bintik bintik hitam
Perut : panjang berwarna hitam kebiru-
biruan
Dubur : memanjang
Gurat sisi : rapi berwarna hitam
Bentuk sirip : pendek








Ikan Cupang Adu Spesies 2 Ciri fisik

Warna tubuh : Hitam biru tosca
Bentuk sirip:
- Dada : meruncing
- Ekor : oval
- Mulut : oval
- Operculum : lebar
Punggung : lebar dan terentang ke
belakang tanpa bintik bintik hitam
Perut : panjang
Dubur : memanjang
Gurat sisi : rapi berwarna hitam
Bentuk sirip : pendek
Ikan Cupang Hias Spesies 3 Ciri fisik

Warna tubuh : Biru, hijau tosca,
Bentuk sirip:
- Dada : bulat
- Punggung : oval
- Perut : oval
- Dubur : oval
- Ekor : oval berwarna merah dan biru
melebar
Mulut : runcing
Operculum : memanjang
Gurat sisi : rapi agak hijau kebiruan
Bentuk tubuh : pipih



Ikan Cupang Hias Spesies 4 Ciri fisik

Warna tubuh : Biru dengan ekor
berwarna merah kebiru-biruan
Bentuk sirip:
- Dada : runcing
- Punggung : runcing lebar ke belakang
- Perut : panjang
- Dubur : memanjang
- Ekor : oval melebar
- Mulut : runcing
Ekor : lebar
Gurat sisi : rapih, lurus, berwarna
merah dan biru
Bentuk badan : pipih

Pada praktikum kali ini dilakuk pengamatan mengenai perilaku agonistik
pada ikan cupang jantan, perilaku ini merupakan salah satu perilaku yang menarik
karena pada dasarnya ikan cupan menunjukkan kesombongan atau
keagresifitasannya kepada ikan cupang lain untuk mendapatkan perhatian. Ikan
cupang yang digunakan total sebanyak 2 buah masing-masing dibagi dua yaitu
dua ekor ikan cupang adu dan dua lainnya adalah cupang hias. Setiap ikan
menggunakan kode angka sebagai pembeda diantara ikan-ikan tersebut yaitu 1, 2,
3 dan 4. Selain melakukan pengamatan perilaku agonistik dilakukan juga
pengamatan morfologi ikan cupang. Pengamatan mengenai morfologi ikan
menggunakan beberapa variabel yaitu sirip dada, sirip perut, sirip ekor, warna
tubuh, bentuk tubuh, sirip punggung, gurat sisi dan bentuk mulut.
Ikan cupang 1 memilik tubuh berwarna hitam kebiru-biruan, sirip dada
berwarna hitam dan meruncing, sirip punggung berwarna biru dengan garis hitam
dan bintik hitam dan lebar ke belakang, bentuk tubuhnya membulat, ekor
berwarna biru dengan garis hitam dan berbentuk oval, operkuluk lebar dan ketika
mengembang akan menghadap depan, mulutnya berbentuk oval dan menyerong
ke bagian depan, dubur memanjang dan gurat sisi rapi berwarna hitam. Ikan
cupang 2 memiliki tubuh berwarna hitam biru tosca, sirip dada berwarna hitam
dan bentuknya meruncing, sirip ekor berbentuk oval, mulut berbentuk oval miring
ke atas, operculum lebar, sirip punggung lebar dan terentang ke belakang tanpa
bintik bintik hitam, sirip perut panjang, dubur memanjang, gurat sisi rapi
berwarna hitam dan bentuk sirip pendek. Ikan cupang 3 memilik tubuh berwarna
biru, hijau tosca, sirip dada berbentuk bulat, sirip punggungberbentuk oval, sirip
perut berbentuk oval, dubur oval, sirip ekor berwarna oval berwarna merah dan
biru melebar, mulut runcing, operculum memanjang, gurat sisi rapi agak hijau
kebiruan dan bentuk tubuh pipih. Ikan cupang 4 memiliki tubuh berwarna biru
dengan ekor berwarna merah kebiru-biruan sirip dada runcing, sirip punggung
runcing lebar ke belakang sirip perut panjang, sirip dubur : memanjang, sirip ekor
oval melebar, mulut : runcing, ekor lebar gurat sisi rapi, lurus, berwarna merah
dan biru dan bentuk badan pipih.
Menurut Kottelat (1996) mengatakan bahwa penampakan warna pada jenis
ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, kematangan gonad,
genetik dan faktor geografi. Menurut (Efendi, 1997) ciri khusus ikan cupang
(Betta splendens) dapat dilihat dari beberapa bentuk tubuhnya seperti bentuk
badan memanjang dan warna yang beraneka ragam yakni cokelat, hijau, merah,
biru, kuning, abu-abu, putih dan sebagainya, sirip punggung lebar dan terentang
hingga ke belakang dengan warna cokelat kemerah-merahan dan dihiasi garis-
garis berwarna-warni, sirip ekor berbentuk agak bulat dan berwarna seperti
badannya serta dihiasi strip berwarna hijau, sirip perut panjang mengumbai dihiasi
aneka warna dan lehernya berdasi dengan warna yang indah, ujung siripnya sering
kali dihiasi warna putih susu, sirip analnya berwarna hijau kebiru-biruan dan
memanjang. Lebih lanjut dikemukakannya adalah ikan cupang betina memiliki
bentuk tubuh rata - rata lebih kecil daripada ikan cupang jantan. Ikan cupang
jantan memiliki panjang tubuh dapat mencapai 5 9 cm, sedangkan ikan cupang
betina lebih pendek dari ukuran tersebut.
Setelah dilakukan pengamatan terhadap morfologi ikan cupang baik adu
maupun hias kemudian dilakukan pengamatan mengenai perilaku agonistik ikan
cupang nya. Untuk melihat perilaku tersebut ada beberapa variabel yang selalu
digunakan dan yang memang dilakukan oleh ikan cupang diantaranya Approach
(Ap) yaitu mendekat, berenang cepat kemudian berhenti di dekat bayangannya /
ikan lain, Bite yaitu menggigit lawan, Chase (Ch) yaitu mengejar lawan yang
melarikan diri, Frontal threat (FT) yaitu mengancam dari depan dengan membuka
operculum, dagu direndahkan dan melebarkan sirip dada saat berhadapan dengan
lawan, Side Threat (ST) yaitu mengancam dari pinggir dengan membuka
operculum, dagu direndahkan kea rah lawan dan semua sirip dikembangkan,
Mouth to mouth contact (MC) yaitu Kontak mulut ke mulut yaitu dua individu
akan saling mendorong, menarik, dan mencengkram dengan mulut, Flight (Fl)
yaitu melarikan diri, Tail flagging (TF) yaitu mengibaskan ekor, Circle (Cl) yaitu
bergerak memutar arah setelah mendekati lawan dan Explore (Ex) yaitu
menjelajah area tanpa arah yang jelas. Dengan menghafalkan perilaku-perilaku
tersebut diharapkan memudahkan ketika pengamatan dilaksanakan.
Pengamatan pertama dalam perilaku agonistik adalah MIS (Mirror Image
Stimulation) dimana suatu aquarium berisi ikan cupang dimasukkan cermin ke
dalamnya sehingga ikan cupang seolah-olah melihat ikan cupang lain yang
ternyata merupakan dirinya sendiri.
Pengamatan Mirror Image Stimulation
Tabel 1. Uji ANOVA MIS

Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:frekuensi

Source
Type III Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 33254.800
a
39 852.687 3.273 .000
Intercept 9576.533 1 9576.533 36.754 .000
Individu 2951.667 3 983.889 3.776 .014
Perilaku 18091.467 9 2010.163 7.715 .000
individu * perilaku 12211.667 27 452.284 1.736 .031
Error 20844.667 80 260.558

Total 63676.000 120

Corrected Total 54099.467 119

a. R Squared = ,615 (Adjusted R Squared = ,427)


Tabel 1 menunjukkan hal-hal yang penting untuk diketahui dalam
pengamatan ini Correct Model tercantum sebesar 0,000 (<0,005) yang artinya
model tersebut benar/valid. Intercept tercantum sebesar 0,000 (<0,05) yang
artinya nilai intercept signifikan. Individu tercantum sebesar 0,014 (<0,05) yang
artinya individu berpengaruh nyata. Perilaku tercantum sebesar 0,000 (<0,05)
yang artinya berpengaruh nyata. Individu*perilaku tercantum sebesar 0,031
(<0,05) yang artinya berpengaruh nyata. Nilai Error semakin nilainya kecil maka
akan semakin baik. Nilai data sebesar 0,427 berarti cukup jauh dari angka 1 yang
artinya korelasi belum cukup kuat.
Dari niai individu dari keempat ikan tersebut sebesar 0,031 menunjukkan
bahwa ada perbedaan yang nyata antara satu individu dengan yang lain. Hal ini
menunjukkan bahwa keempat individu tersebut memiliki rentang perbedaan yang
cukup jauh dengan individu yang lainnya dalam segi morfologinya dan pada nilai
perilaku menunjukkan angka 0,000 menunjukkan bahwa tiap individu memiliki
perilaku yang berbeda dan tdak ada yang sama.



















Pada grafik 1, terlihat seluruh aktivitas ikan cupang baik adu maupun hias
ketika pengamatan MIS. Dari keempat ikan yang telah diuji menunjukkan ikan 1
memiliki agresifitas paling tinggi dan paling dominan melakukan Mouth to Mouth
Contact kepada cermin dan Tail Flagging atau mengibaskan ekornya sebagai daya
tarik atau ancaman, menurut Scott (1969) Betta splendens tidak mengenali diri
mereka dalam cermin, dan akan menunjukan perilaku agresif, mengira refleksi
mereka sebagai ikan jantan yang lain. Perilaku agonistik berkaitan erat dengan
agresifitas, yaitu kecenderungan untuk melakukan serangan atau perkelahian.
Individu selanjutnya yang paling agresif adalah ikan 2 dengan sering melakukan
Frontal Threatment dan Mouth to Mouth Contact kepada cermin sebagai bentuk
ancaman, ikan 3 merupakan ikan selanjutnya yang paling agresif dengan perilaku
yang dominan adalah Tail Flagging dan Approach dengan hanya mendekati
cermin sambil memamerkan keindahan ekornya, ikan 4 merupakan ikan yang
tidak terlalu melakukan aktivitas dan lebih banyak diam dengan perilaku yang
dominannya adalah Tail Flagging dan Approach sama seperti ikan 3.
Dari keempat ikan yang telah diamati rata-rata perilaku yang paling sering
dilakukan atau dominan adalah mengibaskan ekornya atau Tail Flagging, perilaku
ini merupakan sifat alamiah ikan cupang yang merupakan salah satu respon rasa
ketidak nyamanan dengan wilayah di sekitarnya dan mengusir pengganggu serta
memberikan daya tarik kepada betina lain. Menurut Dewantor (2001) ada sifat
yang ditimbulkan dari ikan cupang jantan. Dimana, pada ikan cupang jantan ini,
memiliki sifat daya perhatiannya terhadap ikan cupang betina cukup tinggi. Sinyal
yang ditimbulkan saat ikan cupang jantan berhadapan dengan ikan cupang betina,
yaitu dengan mengibaskan ekor sirip derngn frekuensi yang cepat. Sedangkan
menurut McGregor (2001), tail flagging adalah perilaku mengibaskan ekor,
kecenderungan ikan cupang melakukan tail flagging (mengibaskan ekor),
merupakan bentuk ketidak nyamanan terhadap situasi. Dan berusaha untuk
mengusir sesuatu yang dianggap pengganggu.



























Pengamatan perkelahian
Tabel 2. Uji ANOVA Ikan Cupang 1 vs Ikan Cupang 2

Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:frekuensi

Source
Type III Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 889.733
a
19 46.828 2.218 .017
Intercept 777.600 1 777.600 36.824 .000
Individu 2.400 1 2.400 .114 .738
Perilaku 800.067 9 88.896 4.210 .001
Individu * perilaku 87.267 9 9.696 .459 .893
Error 844.667 40 21.117

Total 2512.000 60

Corrected Total 1734.400 59

a. R Squared = .513 (Adjusted R Squared = .282)


Tabel 2 menunjukkan hal-hal yang penting untuk diketahui dalam
pengamatan ini Correct Model tercantum sebesar 0,017 (<0,005) yang artinya
model tersebut benar/valid. Intercept tercantum sebesar 0,000 (<0,05) yang
artinya nilai intercept signifikan. Individu tercantum sebesar 0,738 (>0,05) yang
artinya individu tidak berpengaruh nyata dan dalam segi morfologi hampir sama.
Perilaku tercantum sebesar 0,001 (<0,05) yang artinya berpengaruh nyata dan
memiliki perilaku yang berbeda. Individu*perilaku tercantum sebesar 0,893
(>0,05) yang artinya berpengaruh nyata. Nilai Error semakin nilainya kecil maka
akan semakin baik. Nilai data sebesar 0,282 berarti cukup jauh dari angka 1 yang
artinya korelasi kuat.

Grafik 2 menunjukan perilaku dari ikan 1 dan ikan 2, terlihat perilaku
yang sering dilakukan oleh kedua ikan adalah Tail Flagging. Pada ikan 1 terlihat
lebih sering melakukan Side Threat dan Chase kepada ikan 2 dan perilaku tersebut
merupakan perilaku yang lebih sering menyerang sedangkan ikan 2 lebih sering
melakukan Flight atau melarikan diri. Ini mnunjukkan bahwa ikan 1 lebih agresif
dan mendominasi wilayah aquarium tersebut. Menurut Kikkawa (1974), individu
yang aggressive dan mampu menguasai arena perkelahian (teritori) akan
memunculkan individu yang kuat (dominan) dan lemah (submissive / subordinat).







Tabel 3. Uji ANOVA Ikan Cupang 3 vs Ikan Cupang 4
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 509.267
a
19 26.804 1.397 .183
Intercept 317.400 1 317.400 16.546 .000
Individu 15.000 1 15.000 .782 .382
Perilaku 465.933 9 51.770 2.699 .015
Individu * Perilaku 28.333 9 3.148 .164 .997
Error 767.333 40 19.183

Total 1594.000 60

Corrected Total 1276.600 59

a. R Squared = .399 (Adjusted R Squared = .113)


Tabel 3 menunjukkan hal-hal yang penting untuk diketahui dalam
pengamatan ini. Correct Model tercantum sebesar 0,183 (>0,005) yang artinya
model tersebut kurang benar/valid. Intercept tercantum sebesar 0,000 (<0,05)
yang artinya nilai intercept signifikan. Individu tercantum sebesar 0,382 (>0,05)
yang artinya individu tidak berpengaruh nyata dan dalam segi morfologi hampir
sama. Perilaku tercantum sebesar 0,015 (<0,05) yang artinya berpengaruh nyata
dan memiliki perilaku yang berbeda. Individu*perilaku tercantum sebesar 0,997
(>0,05) yang artinya tidak berpengaruh nyata. Nilai Error semakin nilainya kecil
maka akan semakin baik. Nilai data sebesar 0,113 berarti cukup jauh dari angka 1
yang artinya korelasi kuat.







Grafik 3. Ikan Cupang 3 vs Ikan Cupang 4













Grafik 2 menunjukan perilaku dari ikan 3 dan ikan 4, terlihat perilaku
yang sering dilakukan oleh kedua ikan adalah Tail Flagging. Pada ikan 3 terlihat
lebih sering melakukan Mouth to Mouth Contact kepada ikan 4 dan perilaku
tersebut merupakan perilaku yang lebih sering menyerang sedangkan ikan 4 lebih
sering melakukan Flight atau melarikan diri. Ini mnunjukkan bahwa ikan 3 lebih
agresif dan mendominasi wilayah aquarium tersebut sehingga memenangkan
pertarungan.

Tabel 4. Uji ANOVA Ikan Cupang 1 vs Ikan Cupang 3 (Menang vs
Menang)

Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 1065.733
a
19 56.091 3.306 .001
Intercept 693.600 1 693.600 40.880 .000
Individu 86.400 1 86.400 5.092 .030
Perilaku 416.067 9 46.230 2.725 .014
Individu * Perilaku 563.267 9 62.585 3.689 .002
Error 678.667 40 16.967

Total 2438.000 60

Corrected Total 1744.400 59

a. R Squared = .611 (Adjusted R Squared = .426)


Tabel 4 menunjukkan hal-hal yang penting untuk diketahui dalam
pengamatan ini. Correct Model tercantum sebesar 0,001 (<0,005) yang artinya
model tersebut benar/valid. Intercept tercantum sebesar 0,000 (<0,05) yang
artinya nilai intercept signifikan. Individu tercantum sebesar 0,030 (<0,05) yang
artinya individu berpengaruh nyata dan dalam segi morfologi tidak sama. Perilaku
tercantum sebesar 0,014 (<0,05) yang artinya berpengaruh nyata dan memiliki
perilaku yang berbeda. Individu*perilaku tercantum sebesar 0,002 (<0,05) yang
artinya berpengaruh nyata. Nilai Error semakin nilainya kecil maka akan semakin
baik. Nilai data sebesar 0,462 berarti cukup jauh dari angka 1 yang artinya
korelasi kuat.











Grafik 4 menunjukan perilaku dari ikan 1 dan ikan 3, terlihat perilaku
yang sering dilakukan oleh kedua ikan adalah Chase dan Flight. Pada ikan 1
terlihat lebih sering melakukan Chase kepada ikan 4 dan perilaku tersebut
merupakan perilaku yang lebih sering menyerang dan kemudian ikan 1 lebih
sering megejar ikan 3 dan ikan 1 juga suka melakukan Side Threat untuk
mengancam ikan 3 sedangkan ikan 3 lebih sering melakukan Flight atau
melarikan diri dari ikan 1 dan ketika sudah mulai menjauh ikan 3 akan lebih
banyak diam dan mengibaskan ekornya sebagai perlindungan diri dari ikan 1. Ini
menunjukkan bahwa ikan 1 lebih agresif dan mendominasi wilayah aquarium
tersebut sehingga memenangkan pertarungan. Menurut Gouveia (2007), Ketika
melakukan pertarungan, ikan cupang jantan menghampiri lawan tandingnya.
Kemudian ikan cupang jantan mempertontonkan sirip pada musuhnya. Sirip yang
semula terlihat lemas dalam hitungan detik akan mengembang. Tidak hanya sirip
yang dipertontonkan, tetapi sirip cadangan lain yaitu membrana branchiostegi dan
tutup insang pada lengkungan leher juga ikut mengembang. Tidak hanya sirip
yang dipertontonkan, tetapi sirip cadangan lain yaitu membrana branchiostegi dan
tutup insang pada lengkungan leher juga ikut mengembang. Dalam perkelahian ini
yang paling jarang dilakukan adalah Explore.
Tabel 5. Uji ANOVA Ikan Cupang 2 vs Ikan Cupang 4 (Kalah vs Kalah)

Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 2290.183
a
19 120.536 3.399 .001
Intercept 1188.150 1 1188.150 33.500 .000
Individu 93.750 1 93.750 2.643 .112
Perilaku 1567.350 9 174.150 4.910 .000
Individu * perilaku 629.083 9 69.898 1.971 .069
Error 1418.667 40 35.467

Total 4897.000 60

Corrected Total 3708.850 59

a. R Squared = .617 (Adjusted R Squared = .436)


Tabel 3 menunjukkan hal-hal yang penting untuk diketahui dalam
pengamatan ini. Correct Model tercantum sebesar 0,001 (<0,005) yang artinya
model tersebut benar/valid. Intercept tercantum sebesar 0,000 (<0,05) yang
artinya nilai intercept signifikan. Individu tercantum sebesar 0,112 (>0,05) yang
artinya individu tidak berpengaruh nyata dan dalam segi morfologi hampir sama.
Perilaku tercantum sebesar 0,000 (<0,05) yang artinya berpengaruh nyata dan
memiliki perilaku yang berbeda. Individu*perilaku tercantum sebesar 0,069
(<0,05) yang artinya berpengaruh nyata. Nilai Error semakin nilainya kecil maka
akan semakin baik. Nilai data sebesar 0,113 berarti cukup jauh dari angka 1 yang
artinya korelasi kuat.


Grafik 5 menunjukan perilaku dari ikan 2 dan ikan 4, terlihat perilaku
yang sering dilakukan oleh kedua ikan adalah Tail Flagging. Pada ikan 2 terlihat
lebih sering melakukan Mouth to Mouth Contact kepada ikan 4 dan perilaku
tersebut merupakan perilaku yang lebih sering menyerang sedangkan ikan 4 lebih
sering melakukan Flight atau melarikan diri. Ini menunjukkan bahwa ikan 2 lebih
agresif dan mendominasi wilayah aquarium tersebut sehingga memenangkan
pertarungan.








BAB V
KESIMPULAN

Dari berbagai data tersebut, yang paling dominan atau agresif dari
keempat ikan tersebut adalah ikan cupang 2 yang merupakan ikan cupang adu dan
yang paling sering dilakukan adalah Chase dan Side Threat dan ikan yang paling
submissive adalah ikan 4 denan sering melakukan Flight atau melarikan diri. Ikan
1 dan ikan 2 merupakan ikan cupang adu karena memiliki fisik yang kuat dan
lebih agresif sedangkan ikan cupang 3 dan 4 merupakan ikan cupang hias karena
bentuk tubuh yang indah dan penuh warna.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A., Reece J.B, Mitchell LG.dkk. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta :
Erlangga.
Dewantor, G. 2001. Fekunditas Dan Produksi Larvapadaikan Cupang (Betta
Splendens Regan) Yang Berbeda Umur Dan Pakan Alaminya.
<http://iktiologi-indonesia.org/jurnal/1-2/07_0001.pdf>. [Diakses pada
tanggal 27 September 2014. Pukul 20.40 WIB].
Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Bandug : Armico.
Efendi, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Bogor : Yayasan Pustaka Nusantara
Jumilawaty, 2001. Perilaku Harian Pecuk Hitam (Phalacrocorax sulcirostis) Saat
Musim Berbiak Di Suaka Margasatwa Pulau Rambut Jakarta. Jurnal
Biologi Sumatera. Padang Bulan, Medan. Vol. 1, No. 1. , hlm. 20 23.
Kikkawa, J. & M. J. Thorne. 1974. The Behaviour of Animals. London : John
Murray (Publishers) LTD.
Klein, R.M., Figler, M.H., & Peeke, H.V.S. 1976. Modification of consummatory
(attack) behavior resulting from pior habituation of appetitive (threat)
components of the agonistic sequence in male Betta splendens (Pisces,
Belontiidae). Animal Behaviour. Vol 58: 1-25.
Kottelat, Whitten, J.A., Wirjoatmodjo, S. & Kartikasari.1996. Freshwater Fishes
of Western Indonesia and Sulawesi. Jakarta : Periplus.
Linke, H . 1994. Eksplorasi Ikan Cupang di Kalirnantan. Bogor : Trubus. No.297.
Mc Gregor P. K., Tom M.P & Helene M.L. 2001. Fighting Fish Betta splendens
Extract Relative Information From Apparent Interactions: What Happens
When What You See Is Not What You Get. Animal Behaviour. Vol 62:
1059-1065.
Ostrow, M.E. 1989. Bettas.T.F.H. Amerika Serikat : Publications Inc.
Sanford, G. 1995. An Illustrated Encylopedia of Aquarium fish. London : Apple
Press.
Scott, J.P. 1969. Introduction to Animal Behaviour. In: The Behaviour of
Domestic Animals. E.S.E. Hafez (ed). The Williams & Wilkins Co.
Baltimore, USA. p 31-21.
Susanto, H. & Lingga, P. 1997. Ikan Hias Air Tawar. Jakarta : Swadaya.
LAMPIRAN
Tabel
Pertarungan Latensi Ap Bt Ch FT ST MC FI TF CI Ex
1
0,4
3 20 12 15 5 15
2 7 11 15 17 15
1
0,8
2 10 10 1
2 1 5 10
1
0,6
1 5 2 3 10
2 1 5 2 1 5 7
3
37
4 4 1 10 13 23
4 13 1 22
3
54
1 1 3 2 4 2 3
4 2 1 3 1 3 1
3
18
3 1 1 2 3 1 2
4 1 2 1 2 1

Pemenang VS pemenang
pertarungan Latensi Ap Bt Ch Ft St Mc Fi Tf Ci Ex
1
0,8
13 7 20 24 13 5
3 3 20 5 3
1
0,9
1 11 3 11 2
3 1 9 8 2
1
10
3 2 7 5 4 2 5
3 1 3 1 7 3



Kalah VS kalah

pertarungan Latensi Ap Bt Ch Ft St Mc Fi Tf Ci Ex
2
13
3 7 20 24 5 5
4 3 20 5 3
2
14
7 13 2 2 22 2
4 7 11 2 1
2
17
3 9 5 3 3 36
4 1 3 9 31

Anda mungkin juga menyukai