Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TEGANGAN TINGGI
2.1 Umum
Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah, sehingga perlu
penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan tinggi yang akan diukur
dalam pengujian tegangan tinggi, yaitu tegangan tinggi bolak-balik, tegangan tinggi searah,
dan tegangan tinggi impuls. Pengujian tegangan tinggi pada umumnya diperlukan untuk
mengetahui apakah peralatan tegangan tinggi yang diuji masih memenuhi standar kualitas
dan kebutuhan yang dispesifikasikan pada peralatan tersebut.
Lingkup studi teknik tegangan tinggi mencakup semua masalah seperti studi tentang korona,
teknik isolasi, tegangan lebih pada sistem tenaga listrik, proteksi tegangan lebih, dan lain-
lain. Dengan begitu banyaknya masalah yang mencakup tegangan tinggi, maka dibutuhkanlah
pengujian tegangan tinggi dengan maksud sebagai berikut:
1. Untuk meneliti sifat-sifat listrik dielektrik yang baru ditemukan, sebagai usaha dalam
menemukan bahan isolasi yang lebih murah.
2. Untuk verifikasi hasil rancangan isolasi baru, yaitu hasil rancangan yang telah dikurangi
volume isolasinya.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk memeriksa kualitas peralatan sebelum terpasang, hal ini dilakukan untuk
menghindarkan kerugian bagi pemakai peralatan.
4. Untuk memeriksa kualitas peralatan setelah beroperasi dalam rangka mengurangi kerugian
semasa pemeliharaan.
Perlunya pengujian tegangan tinggi seperti diuraikan di atas menuntut adanya cabang studi
tegangan tinggi yang membahas khusus pengujian tegangan tinggi. Studi ini akan
mempelajari cara kerja dan karakteristik peralatan-peralatan uji tegangan tinggi dan prosedur
pengujian yang telah distandarisasi.
Adapun peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk pengujian tegangan tinggi adalah:
1. Pembangkit tegangan tinggi yang terdiri atas: pembangkit tegangan tinggi ac, pembangkit
tegangan tinggi dc, dan pembangkit tegangan tinggi impuls.
2. Alat ukur tegangan tinggi yang terdiri atas alat ukur tegangan tinggi dc, alat ukur tegangan
tinggi ac, dan alat ukur tegangan tinggi impuls.
3. Alat pengukur sifat listrik dielektrik, antara lain alat ukur rugi-rugi dielektrik, alat ukur
tahanan isolasi, alat ukur konduktivitas, dan alat ukur peluahan parsial.
Universitas Sumatera Utara

2.2 Tegangan Tinggi AC
Dalam laboratorium diperlukan tegangan tinggi bolak-balik untuk percobaan dan
pengujian dengan arus bolak-balik serta untuk membangkitkan tegangan tinggi searah dan
pulsa. Trafo uji yang biasa digunakan untuk keperluan tersebut memiliki daya yang lebih
rendah serta perbandingan belitan yang jauh lebih besar daripada trafo daya. Arus primer
biasanya disulang dengan ototrafo sedangkan untuk kasus khusus disulang dengan
pembangkit sinkron.Hampir semua pengujian dan percobaan dengan tegangan tinggi bolak-
balik mensyaratkan nilai tegangan yang teliti. Hal tersebut umumnya hanya akan terpenuhi
jika pengukuran dilakukan pada sisi tegangan tinggi; untuk itu telah disusun berbagai cara
dalam mengukur tegangan tinggi bolak-balik. Bentuk V(t) untuk tegangan tinggi bolak-balik
sering menyimpang dari bentuk sinus. Dalam teknik tegangan tinggi, nilai puncak dan nilai
efektif Vef memiliki arti yang sangat penting :



Untuk pengujian tegangan tinggi besaran didefinisikan sebagai tegangan uji. Di sini
diandaikan bahwa penyimpangan bentuk tegangan tinggi dari bentuk sinus masih dalam batas
yang diijinkan. Untuk sinusoidal murni 2VrmsVV=2
Universitas Sumatera Utara
2.3 Mekanisme Terjadinya Tegangan Tembus Listrik
Suatu dielektrik tidak mempunyai elektron-elektron bebas, melainkan elektron-elektron yang
terikat pada inti atom unsur yang membentuk dielektrik tersebut. Setiap dielektrik
mempunyai batas kekuatan untuk memikul terpaan elektrik. Pada gambar 2.1 ditunjukkan
suatu bahan dielektrik yang ditempatkan di antara dua elektroda piring sejajar. Bila elektroda
diberi tegangan searah V, maka timbul medan elektrik (E) di dalam dielektrik. Medan
elektrik ini memberi gaya kepada electron-elektron agar terlepas dari ikatannya dan menjadi
electron bebas. Dengan kata lain, medan elektrik merupakan suatu beban yang menekan
dielektrik agar berubah sifat menjadi konduktor. Jika terpaan elektrik yang dipikulnya
melebihi batas tersebut dan terpaan berlangsung cukup lama, maka dielektrik akan
menghantar arus atau gagal melaksanakan fungsinya sebagai isolator. Dalam hal ini dielektrik
disebut tembus listrik atau breakdown. Terpaan elektrik tertinggi yang dapat dipikul suatu
dielektrik tanpa menimbulkan dielektrik tembus listrik disebut kekuatan dielektrik. Jika suatu
dielektrik mempunyai kekuatan dielektrik , maka terpaan elektrik yang dapat dipikulnya
adalah . kE kE
Jika terpaan elektrik yang dipikul dielektrik melebihi , maka di dalam dielektrik akan terjadi
proses ionisasi berantai yang akhirnya dapat membuat dielektrik mengalami tembus listrik.
Proses ini membutuhkan waktu dan lamanya tidak tentu tetapi bersifat statistik. Waktu yang
dibutuhkan sejak mulai terjadi ionisasi sampai terjadi tembus listrik disebut waktu tunda
tembus (time lag). Jadi tidak selamanya terpaan elektrik dapat menimbulkan tembus listrik,
tetapi ada dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu: (1) terpaan elektrik yang dipikul dielektrik
harus lebih besar atau sama dengan kE
Universitas Sumatera Utara
kekuatan dielektriknya dan (2) lama terpaan elektrik berlangsung lebih besar atau sama
dengan waktu tunda tembus.
Tegangan yang menyebabkan dielektrik tersebut tembus listrik disebut tegangan tembus atau
breakdown voltage. Tegangan tembus adalah besar tegangan yang menimbulkan terpaan
elektrik pada dielektrik sama dengan atau lebih besar daripada kekuatan dielektriknya.
V
E
Elektroda
Elektroda
Dielektrik
+
-
Gambar 2.1. Medan elektrik dalam Dielektrik
Universitas Sumatera Utara
BAB III
ELEKTRODA BOLA
3.1 Umum
Pengukuran tegangan tinggi dengan elektroda bola pada kenyataannya dipengaruhi beberapa
hal, salah satunya adalah keadaan udara. Dalam prakteknya, keadaan udara saat pengujian
tidak selalu sama dengan keadaan standar. Oleh karena itu hasil pengukuran pada keadaan
udara sembarang adalah sebagai berikut :
SVV^^=
dimana :
= Tegangan sela bola pada saat pengujian (keadaan udara sembarang) ^V
= Tegangan tembus sela bola standar ^Vs
= faktor koreksi udara
Faktor koreksi udara tergantung kepada suhu dan tekanan udara, besarnya adalah sebagai
berikut :
Universitas Sumatera Utara
+=273386,0p
dimana:
= temperatur udara () C0
p = tekanan udara (mmHg)
Sebenarnya kelembapan udara juga mempengaruhi tegangan tembus sela bola. Jika hal ini
diperhitungkan maka tegangan tembus elektroda bola menjadi sebagai berikut :
hkVsV^^=
Dimana adalah faktor koreksi yang tergantung pada kelembapan udara. hk
Elektroda bola standar dibuat dengan dua bola logam yang memiliki diameter D yang identik
dan memiliki kaki penopang, alat pengoperasian, dan isolator pendukung. Elektroda tersebut
biasanya terbuat dari tembaga, kuningan, atau aluminium yang belakangan ini banyak
digunakan karena biayanya lebih murah. Diameter standar untuk elektroda bola-bola tersebut
yang adalah 2,5,10,12,15,25,50,75,100,150, dan 200cm. Jarak-jarak itu dirancang dan dipilih
seperti itu agar flashover terjadi di dekat titik percik. Elektroda-elektroda itu dirancang dan
diproduksi dengan hati-hati sehingga permukaannya lembut dan memiliki kelengkungan yang
seragam/sama. Jari-jari kelengkungan diukur dengan sebuah spherometer di titik-titik yang
bervariasi pada area
Universitas Sumatera Utara
yang ditutup oleh sebuah lingkaran 0,3D mengelilingi titik percik tidak boleh berbeda lebih
Untuk memperoleh ketelitian yang tinggi, hal-hal ini diperhatikan :
1. Jarak sela s< D
2. Jarak sela > 5 % jari-jari elektroda
3. Permukaan elektroda tidak boleh berdebu
4. Elektroda harus licin ( jangan dibersihkan dengan pembersih yang kasar)
5. Jarak benda disekitar elektroda >(0,25+ V/300)m.
6. Untuk mencegah osilasi saat percikan , sebuah resistor yang tahanannya > 500 ohm
diserikan degan elektroda bola.
Konduktor tegangan tinggi juga dirancang sehingga tidak mempengaruhi konfigurasi medan
listrik. Sebuah tahanan seri biasanya dihubungkan di antara sumber listrik dan elektroda bola
untuk membatasi arus yang terjadi akibat tegangan tembus dan juga memperkecil osilasi yang
tidak diinginkan pada sumber tegangan listrik ketika terjadi tegangan tembus (pada kasus
tegangan impuls). Nilai resistansi seri bervariasi mulai dari 100 sampai 1000 untuk ac dan
tidak lebih dari 500 pada kasus tegangan impuls. Pada kasus pengukuran tegangan puncak ac
dan tegangan dc, tegangan yang diberikan dinaikkan secara teratur sampai terjadi tembus
listrik pada sela bola. k % 2 dari nilai nominal. Permukaan bola harus bersih dari debu,
minyak, atau pelapis lainnya. Permukaan elektroda harus dipertahankan tetap bersih tetapi
tidak perlu dipoles. Jika ada lubang yang terjadi akibat tembus listrik yang berulang-ulang
maka elektroda harus dibersihkan.
Universitas Sumatera Utara
3.2 Pengukuran Tegangan Tinggi Dengan Elektroda Bola Standar
Elektroda bola standar digunakan untuk mengukur tegangan tinggi bolak-balik, tegangan
tinggi searah, dan tegangan tinggi impuls. Diameter elektroda bola terdiri atas beberapa
ukuran standar, antara lain: 2 cm, 10 cm, 50 cm, bahkan ada yang berukuran sampai 200 cm.
Pada keadaan udara standar, yaitu temperatur udara tekanan udara 760 mmHg, dan
kelembapan mutlak 11 tegangan tembus sela bola standar untuk berbagai jarak sela bola
adalah tetap. Pada umumnya sela bola lebih sering digunakan untuk pengukuran tegangan
tinggi daripada sela dengan medan yang homogen maupun sela batang. Pada beberapa kasus
tertentu sela dengan medan yang homogen dan sela batang juga digunakan, namun
ketelitiannya kurang. Tegangan tembus sela bola khususnya, tidak tergantung pada bentuk
gelombang tegangan tinggi dan oleh sebab itu sangat cocok untuk semua jenis bentuk
gelombang dari tegangan dc sampai impuls untuk kenaikan waktu yang singkat ( kenaikan
waktu ). Sela bola juga dapat digunakan untuk pengukuran tegangan puncak ac pada
frekuensi radio (di atas 1 MHz). ,200C ,3mgr s5,0
Sela bola dibuat dari dua buah bola logam yang identik dengan diameter D dan memiliki alat
untuk mengoperasikan dan isolator pendukung. Sela bola dapat disusun (1) secara horizontal
dengan kedua sela bola dihubungkan pada sumber tegangan atau salah satunya dibumikan
atau (2) secara vertical dengan sela bola yang lebih rendah atau letaknya di bawah
dibumikan.
Universitas Sumatera Utara
3.2.1 Pengukuran Dengan Susunan Elektroda Bola Secara Horizontal
Pada pengukuran dengan susunan elektroda bola secara horizontal, biasanya disusun dengan
kedua bola simetris pada tegangan tinggi di atas permukaan tanah. Kedua bola yang
digunakan harus memiliki bentuk dan ukuran yang identik. Bentuk susunan elektroda bola
secara horizontal dapat ditunjukkan pada gambar 3.1. Susunan horisontal digunakan untuk
diameter D < 50 cm dengan rentang tegangan yang lebih rendah sedangkan untuk diameter
yang lebih besar digunakan susunan vertikal yang mengukur besar tegangan terhadap bumi.
Tegangan yang akan diukur dilewatkan antara kedua sela bola dan jarak atau sela S diantara
kedua bola tersebut memberikan suatu ukuran dari besarnya tegangan tembus.
Pada kasus nilai tegangan puncak ac dan pengukuran tegangan dc, tegangan yang dipakai
secara keseluruhan dinaikkan sampai terjadi tembus listrik pada sela bola.
S
D
Gambar 3.1. Susunan Elektroda Bola Secara Horisontal
Universitas Sumatera Utara
3.2.2 Pengukuran Dengan Susunan Elektroda Bola Secara Vertikal
Susunan elektroda bola secara vertikal lebih sering digunakan pada pengukuran tegangan
tinggi. Berbeda dengan elektroda yang disusun secara horizontal yang lebih sering digunakan
pada pengukuran tegangan yang relative lebih rendah. Bentuk susunan elektroda bola secara
vertikal dapat dilihat pada gambar 3.2. Isolasi yang menopang bola di bagian atas harus
berjarak kurang dari 0,5 D dengan D adalah diameter. Elektroda bola itu disokong oleh
sebuah kaki logam yang bersifat konduktif yang tidak lebih dari 0,2 D dan paling sedikit
sebesar D( sehingga titik percik sekurang-kurangnya berjarak 2 D dari ujung yang lebih
rendah isolator bagian atas).
Tegangan tinggi harus tidak boleh lewat dekat dengan elektroda yang ada di atas. Idealnya
tegangan tersebut harus dialirkan dari kaki elektroda menjauh melalui sebuah bidang datar
yang tegak lurus dengan kaki paling tidak 1 D dari elektroda. Elektroda yang terletak di
bawah harus berjarak paling sedikit 1,5 D di atas permukaan tanah.
S
D
Gambar 3.2. Susunan Elektroda Bola Secara Vertikal
Universitas Sumatera Utara
3.3. Pengaruh Objek Sekitar Terhadap Pengukuran Elektroda Bola-Bola
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tegangan tembus pada pengukuran dengan
elektroda bola diantaranya adalah:
(1) objek di sekitar elektroda bola,
(2) kondisi dan kelembapan udara,
(3) penyinaran dengan ultra-violet atau sinar x,
(4) polaritas dan kenaikan waktu gelombang tegangan.
Tugas Akhir ini membahas bagaimana pengaruh keberadaan objek-objek di sekitar elektroda
bola terhadap pengukuran tegangan tinggi dengan menggunakan elektroda bola-bola.
Pengaruh jarak objek sekitar terhadap elektroda bola diperlihatkan pada gambar 3.3.
Elektroda
Bola
Objek Sekitar
Gambar 3.3. Objek disekitar elektroda bola
Universitas Sumatera Utara
Jika objek sekitar diletakkan pada jarak tertentu dengan elektroda bola maka akan terbentuk
kapasitansi antara elektroda bola dengan objek yang ada di sekitar seperti pada plat sejajar
seperti pada gambar 3.4.
Gambar 3.4. Kapasitansi antara elektroda bola dengan objek sekitar
Besar kapasitansi yang terbentuk adalah:
C= dA
Dimana : A = luas permukaan bola
= permitivitas hampa udara 8.825 x 10.12
d = jarak bola dengan objek sekitar.
C= kapasitansi
Universitas Sumatera Utara
Kapasitansi yang terbentuk antara objek sekitar dengan elektroda bola mempengaruhi
tegangan tembus pada selabola. Yang disebabkan oleh medan .listrik dari elektroda bola ke
objek sekitar. Jika jarak elektroda bola dengan objek sekitar semakin besar maka kapasitansi
yang terbentuk antara elektroda dengan objek semakin kecil, maka arus bocor yang terbentuk
antara elektroda bola ke objek juga semakin kecil.
3.3.1. Distribusi Medan Listrik dari Elektroda Bola ke Objek Sekitar
Ukuran terpaan elektrik pada suatu dielektrik ialah kuat medan elektrik yang sangat penting
untuk ditentukan dalam teknologi tegangan tinggi. Yang dimaksudkan dengan ketahanan
elektrik dari suatu bahan isolasi ialah nilai kuat medan yang masih diijinkan pada kondisi-
kondisi tertentu seperti misalnya jenis tegangan, tempo penerpaan, suhu atau kelengkungan
elektroda. Batas ketahanan elektrik medium isolasi akan tercapai jika nilai kuat medan
tembus bahan tersebut telah terlampaui pada sembarang titik. Karena itu maka penentuan
kuat medan maksimum memiliki arti yang sangat penting.
Lintasan garis-garis medan elektrik ditentukan oleh arah kuat medan elektrik E. Garis-garis
medan tersebut ortogonal terhadap garis-garis ekipotensial pada setiap titik dan tegak lurus
pula terhadap permukaan elektroda. Jika pada bidang batas antara dua dielektrik tidak
terdapat muatan-muatan permukaan maka komponen normal kuat medan berbanding terbalik
dengan konstanta dielektrik bahan isolasi. Di sisi lain komponen tangensial dari kuat medan
elektrik bernilai kontinu di sepanjang bidang batas.
Universitas Sumatera Utara
Elektroda
Bola
Objek sekitar
ekuipotensial
garis medan
b
a Q
Gambar 3.5 Contoh untuk medan dua dimensi dengan garis medan dan garis ekuipotensial
Daerah yang dicakup oleh garis-garis medan yang berdekatan (lihat gambar 3.5) memiliki
fluksi elektrik yang sama sebesar = dengan adalah panjang konfigurasi yang tegak lurus
terhadap bidang dan adalah konstanta dielektrik dari medium dielektrik. Jika perbedaan
potensial (yang konstan) antara dua garis ekipotensial yang berdekatan diganti dengan E (
ingat ) maka diperoleh kondisi berikut: Q E l bo r l = o r a E= . kab r =
Q Universitas Sumatera Utara
Konstanta dapat dipilih sembarang. Dalam contoh yang diberikan, diandaikan b/a = 1.
Dengan menyatakan jarak antara dua garis ekipotensial yang berdekatan pada sembarang titik
adalah a, maka kuat medan elektrik pada titik tersebut adalah:
.11aE=
Jika m adalah jumlah garis ekipotensial yang digambarkan(tidak termasuk permukaan
elektroda), maka tegangan total yang diterapkan adalah:
.)1(+=mV
Jika garis medan yang digambarkan antara elektroda-elektroda ialah n, maka fluksi elektrik
total dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
.11ElbnQro=
Dengan substitusi yang sesuai maka diperoleh kapasitansi konfigurasi sebagai berikut:
.1olkmnVQC+==
3.3.2. Distribusi Tegangan akibat Pengaruh Jarak Objek Sekitar terhadap Elektroda Bola
Pengaruh objek di sekitar elektroda bola dapat diumpamakan dengan memasukkan elektroda
bola ke dalam silinder yang mempunyai diameter B. Diamati bahwa terjadi penurunan
tegangan tembus . Penurunan itu sebesar
V = m log (B/D) + C (7.21)
dimana
Universitas Sumatera Utara
V = penurunan persentase,
B = diameter silinder , D = diameter bola, S = jarak sela bola, m dan C adalah konstanta
Penurunan ini kurang dari 2% untuk S/D 0,5 danB/D 0.8. Bahkan untuk S/D 1,0 dan
B/D 1.0 pengurangan itu hanya 3%. Oleh karena itulah, jika spesifikasi tentang
kelonggaran erat diamati kesalahannya dalam toleransi dan akurasi ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai