Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS IMPLEMENTASI EVALUASI PEMBELAJARAN DI

SEKOLAH

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan kebijakan pendidikan
yang amat popular. Para pejabat sering menyampaikan dalam berbagai
kesempatan pidato di depan para guru dan kepala sekolah. Bahkan orang tua siswa
pun telah banyak mengenalnya dari Pengurus Komite Sekolah atau
memperolehnya dari kesempatan pelatihan. Tetapi, apakah semua pemangku
kepentingan (stakeholder) itu memang benar-benar memahami apa dan bagaimana
MBS dilaksanakan di sekolah? Istilahnya memang cukup singkat dan padat. MBS
terlahir dengan beberapa nama yang berbeda, yaitu tata kelola berbasis sekolah
(school-based governance), manajemen mandiri sekolah (school self-
manajement), dan bahkan juga dikenal dengan schoolsite manajement, atau
manajemen yang bermarkas di sekolah.
Istilah manajemen berbasis sekolah (MBS) berasal dari tiga kata, yaitu
manajemen, berbasis, dan sekolah. Manajemen adalah suatu proses penataan
dengan melibatkan sumber-sumber potensial baik yang bersifat manusia maupun
yang bersifat non manusia dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan
efisien. Beberapa unsure yang terdapat dalam pengertian ini adalah:
1. Adanya suatu proses, yang menunjukkan bahwa ada tahapan-tahapan
tertentu yang harus dilakukan jika seseorang melakukan kegiatan
manajemen.
2. Adanya penataan, yang berarti bahwa makna dari manajemen
sesungguhnya adalah penataan, pengaturan atau pengelolaan.
3. Terdapatnya sumber-sumber potensial yang harus dilibatkan, baik sumber
potensial yang bersifat manusiawi maupun yang bersifat non manusiawi.
Tetapi, titik tekan pelibatan tersebut lebih banyak ke sumber potensial
yang bersifat manusiawinya. Sebab,terlibat dan tertatanya sumber-sumber
potensial yang bersifat manusiawi, akan dengan sendirinya menjadi
tertatanya sumber potensial yang bersifat non manusiawi.
4. Adanya tujuan yang hendak dicapai, karena pelibatan sumber potensial
yang bersifat manusiawi dan non manusiawi tersebut bukan merupakan
tujuan, melainkan sebagai instrument untuk mencapai tujuan atau misi
tertentu.
5. Pencapai tujuan tersebut diupayakan agar secara efektif (sankill) dan
efesien (mangkus).
Manajemen berbasis sekolah bertujuan untuk memperdayakan, terutama
sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang
tua, dan masyarakat sekitarnya), melalui pemberian kewenangan,
fleksibilitas, dan sumber daya lain untuk memecahkan persoalan yang
dihadapi oleh kepala sekolah yang bersangkutan. Ciri-ciri sekolah yang
berdaya pada umumnya: tingkat kemandirian tinggi/tingkat
ketergantungan rendah; bersifat adaftif dan antifasif/proaktif sekaligus,
memiliki jiwa kewirausahaaan tinggi (ulet, inovatif, gigih, berani
mengambil resiko, dsb.), bertanggung jawab terhadap hasil sekolah,
memiliki control yang kuat terhadap input manajemen dan
sumberdayanya, kontrol terhadap kondisi kerja, komitmen yang tinggi
pada dirinya, dan dinilai oleh pencapaian prestasinya.
Lunenburg C Fred and Ornstein C Allan menemukan empat model MBS
dan hasil penelitiannya, yaitu: (1) Kontrol administratif, kepala sekolah
dominan sebagai representasi dari administrasi pendidikan. (2) Kontrol
professional, pendidikan penerima otoritas, (3) Kontrol Masyarakat,
kelompok masyarakat dan orangtua peserta didik, melalui Komite
Sekolah, terlibat dalam kegiatan sekolah.
Para ahli sepakat, bahwa MBS harus dapat menjadi dasar pijakan bagi
pengelolaan pendidikan dan hendaklah dengan strategi berikut: (a)
Sekolah harus mempunyai otonomi emapat hal; 1) dimilinya kekuasaan
dan kewenangan; 2) pengembangan pengetahuan yang berkesinambungan;
3) akses informasi ke segala bagian, dan 4) pemberian penghargaan
kepada setiap yang berhasil. (b) adanya peran serta masyarakat secara aktif
dalam hal pembiayaan, dalam proses pengambilan keputusan terhadap
kurikulum dan instruksionalserta non instruksional. (c) Adanya
kepemimpinan kepala sekolah yang mampu menggerakkan dan
mendayagunakan setiap sumber daya sekolah secara efektif. (d) Adanya
proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kehidupan dewan
sekolah yang aktif. (e) Semua pihak harus memahami peran dan
tanggungjawabnya secara sungguh-sungguh. (f) Adanya guidelines (garis
pedoman) dan departemen terkait sehingga mamapu mendorong proses
pendidikan di sekolah secara efektif dan efesien. (g) Sekolah harus
memiliki trasparansi dan akuntabilitas yang minimal diwujudkan dalam
laporan pertanggung jawaban setiap tahunnya. (h) Penerapan MBS harus
diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah dan lebih khusus lagi adalah
meningkatkan pencapaian belajar siswa. (i) Implementasi diawali dengan
sosialisasi dan konsep MBS, identifikasi peran masing-masing,
mengadakan pelatihan-pelatihan terhadap peran barunya, implementasi
pada proses pembelajaran, evaluasi atas pelaksanaan di lapangan dan
dilakukan perbaikan-perbaikan. Di samping potensi untuk berhasil yang
dimiliki MBS, juga dikemukakan empat macam kegagalan implementasi,
yaitu; (1) Sekolah mengadopsi model apa adanya tanpa upaya kreatiif. (2)
Kepala Sekolah bekerja berdasarkan agendanya sendiri tanpa
memperhatikan aspirasi seluruh anggota dewan sekolah. (3) Kekuasaan
pengambilan kepurusan terpusat pada satu pihak dan cenderung semena-
mena. (4) Menganggap bahwa MBS adalah hal biasa dengan tanpa usaha
yang serius akan berhasil dengan sendirinya.
Pelaksanaan MBS adalah sebagai berikut:
a. Mensosialisasikan konsep manajemen berbasis sekolah ke seluruh
warga sekolah
b. Melakukan analisis situasi sekolah dan diluar sekolah yang hasilnya
berupa tantangan nyata yang harus dihadapi oleh sekolah.
c. Merumuskan tujuan situsional yang akan dicapai dari pelaksanaan
manajemen berbasis sekolah.
d. Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai
tujuan situsional dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya.
e. Menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan factor-faktor melalui
analisis SWOT.
f. Memilih langkah-langkah pemecahan masalah yakni tindakan yang
diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi
yang siap.

Anda mungkin juga menyukai