Kasus
IDENTITAS
Nama
: Tn. Y
Usia
: 18 tahun
Alamat
PRIMARY SURVEY
A= Artikulasi baik, obstruksi (-), stridor (-)
B= RR 28x/menit, kesan kanan tertinggal
C= TD 100/70, N 87x/menit TKP
D= GCS 15 (E4M6V5)
E= Suhu 36,9C
= -
M = P
= -
= 12 jam SMRS
= Luka bacok
Pasien
mengeluhkan
sesak,
namun
tidak
terlalu
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital :
PEMERIKSAAN FISIK
PF Generalisata :
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS IV linea
midklavikularis sinistra
Perkusi :
batas atas jantung di ICS III linea midklavikularis sinistra
Auskultasi
sinistra
gallop (-)
Paru :
Inspeksi :
gerakan napas kesan kanan tertinggal
Palpasi :
gerakan napas kanan tertinggal, stem fremitus melemah
pada basal paru kanan
Auskultasi :
suara napas melemah pada basal paru kanan,
rhonki -/-,
wheezing -/-
10
Abdomen:
Inspeksi
: tampak datar
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
11
STATUS LOKALIS
12
DIAGNOSIS KERJA
Laki-laki usia 18 tahun dengan vulnus scissum, simple
pneumothoraks dextra
13
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG abdomen
Xray Thorax
Pemeriksaan Darah
14
TATALAKSANA
Loading IVFD RL 1000 cc secepatnya
Psang kateter urine
Hecting situasional 3 jahitan
Ketorolac 3 x 30 mg IV
Ceftriaxone 2 x 1 gram IV
Omeprazol 2 x 40 mg IV
TTV per jam, UO per jam
Pro pemasangan chest tube
15
TINJAUAN PUSTAKA
TRAUMA THORAX
16
THORAX
antara leher - abdomen
Dipisahkan dari abdomen oleh diafragma
Dindingnya terbentuk dari tulang dan jaringan
lunak
Tulang:
thoracic cage (tulang iga, columna vertebralis
torakalis, & sternum),
tulang clavicula,
Tulang scapula
Jaringan lunak:
otot,
p.darah intrerkostalis dan torakalis interna.
17
Sternum
12 vertebra torakalis
12 pasang iga +
tulang rawannya.
18
19
20
PERNAPASAN
Inspirasi :
M.External intercostal
M. internal intercostal
Diafragma
21
PLEURA
1. Pleura viseralis:
melapisi paru dan
sifatnya tidak sensitive
2. Pleura parietalis:
dinding toraks dan
diafragma
22
Paru-paru dengan
bronkusnya
Trakea
Esofagus
23
TRAUMA
1. Primary survey
2. Resusitasi
3. Secondary survey
4. Evaluasi diagnostik
5. Definitive care
24
TRAUMA
Primary survey (ABCDE)
Airway dengan kontrol servikalis ( cervical spine control)
Nilai kelancaran jalan napas
Nilai ada tidaknya obstruksi jalan nafas di orofaring serta retraksi supraklavikular.
chin lift atau jaw thrust.
25
TRAUMA
Primary survey (ABCDE)
Breathing dan ventilasi
pleura
26
TRAUMA
Primary survey (ABCDE)
Circulation dengan kontrol perdarahan
Mengenai volume darah, cardiac output, dan pendarahan
Tingkat kesadaran
2.
Warna kulit:
3.
27
TRAUMA
Primary survey (ABCDE)
Disability (evaluasi neurologis)
GCS : Alert, respon terhadap rangsangan Vokal (suara), respon terhadap rangsang nyeri
(Pain), unresponsive (tidak ada respon).
Eksposure/kontrol lingkungan.
Penderita harus dibuka pakainnya dengan memperhatikan keadaan penderita agar tidak
terjadi hipotermia.
28
KLASIFIKASI
TRAUMA THORAX
Trauma Tembus
Trauma Tumpul
1 Pneumothoraks terbuka
1. Tension pneumothoraks
2 Hemothoraks
3 Trauma tracheobronkial
4 Contusi Paru
5 Ruptur diafragma
6 Trauma Mediastinal
2. Trauma tracheobronkhial
3. Flail Chest
4. Ruptur diafragma
5. Trauma mediastinal
6. Fraktur kosta
29
THORAX MEKANISME
TRAUMA THORAX
Akselerasi
akibat langsung dari penyebab trauma.
Deselerasi
Kerusakan biasanya terjadi pada tubuh yang bergerak dan tiba-tiba terhenti akibat
trauma.
Blast injury
Seperti pada ledakan bom.
30
PNEUMOTHORAX
DEFINISI
udara yang terperangkap di rongga pleura.
ETIOLOGI
trauma tumpul / tembus toraks,
perlukaan pleura viseral (barotrauma),
perlukaan pleura mediastinal (trauma trakheobronkhial)
KLASIFIKASI
simpel,
tension,
open
31
1. SIMPLE PNEUMOTHORAX
Insidensi
( CLOSED)
Patofisiologi
Udara di rongga pleura
Trauma tumpul laserasi paru
Trauma tembus
Fraktur tulag torakal
tidak disertai peningkatan tekanan intra toraks yang progresif.
32
MANIFESTASI KLINIS
Tachypnea
Tachycardia
Respiratory distress
Dyspnea
Nyeri dada
Paru pada sisi yang terkena akan kolaps (parsial atau total)
Tidak ada mediastinal shift
PF: bunyi napas , hyperresonance (perkusi), pengembangan dada
33
TATALAKSANA
Airway and ventilation
O2
Positive-pressure ventilation
RR <12 or >28 x/mt ventilatory assistance with a bagvalve mask may be indicated.
34
35
2.OPEN PNEUMOTHORAX
Insidensi
Etiologi trauma penetrasi
Gunshot wounds
Knife wounds
Motor vehicle collisions
Falls
luka terbuka yang cukup besar udara keluar dan masuk rongga
intra toraks dengan mudah.
36
OPEN PNEUMOTHORAX
Jika lubang dinding torak berukuran 2/3 diameter trakea
udara mengalir melalui defek dinding toraks
37
MANIFESTASI KLINIS
Defek di dinding dada
Subcutaneous emphysema
Decreased breath sounds on the affected side
38
TATALAKSANA
STERILE OCCLUSIVE DRESSING
39
CHEST TUBE
40
3. TENSION PNEUMOTHORAX
Trauma penetrasi
Trauma tumpul
Penetration by a rib fracture
Udara terodrong masuk ke dalam toraks tanpa ada celag untuk keluar
41
MANIFESTASI KLINIS
Nyeri dada
Air hunger - sesak
Respiratory distress
takikardi
hipotensi
JVP
42
TATALAKSANA
NEEDLE THORACOCENTESIS
43
CHEST TUBE
44
4. HEMOTHORAX
Akumulasi darah <1,5lt di rongga pleura
45
MASSIVE HEMOTHORAX
Akumulasi cepat > 1,5lt atau 2/3 total blood volume
Etiologi :
luka tembus merobek p.darah sistemik atau hillar
Luka tumpul
Perdarahan
hipovolomi hipoxia
46
TATALAKSANA
Tujuan:
Evakuasi darah dan pengembangan paru secepatnya.
Penanganan hemodinamik segera untuk menghindari kegagalan sirkulasi.
47
5. CARDIAC TAMPONE
Diakibatkan oleh adanya trauma tumpul yang
menyebabkan perikardium dipenuhi oleh darah dari
jantung, pembuluh darah besar atau pembuluh
perikardial.
Kussmaul sign
48
TATALAKSANA
Perikardiosentesis Subxyphoid
49
TRAUMA
DINDING
6. EMFISEMA
SUBKUTIS
THORAX THORAX
1. Emfisema Subkutis
Dapat disebabkan cedera saluran
pernafasan atau segmen fraktur iga yang
merobek paru-paru, dapat disertai
pneumotoraks.
Penatalaksanaan
Emfisema subkutis yang terbatas di
daerah toraks tidak memerlukan tindakan
karena dapat diabsorbsi dalam 2 - 4
minggu; bila terdapat pneumotoraks
dipasang WSD
Emfisema subkutis yang luas harus
dicurigai disebabkan cedera dari saluran
pernafasan yang mungkin memerlukan
tindakan torakotomi
50
Cukup sering sering ditemukan (isolated, atau disertai trauma toraks, atau
disertai trauma pada sendi bahu ).
51
TATALAKSANA
Konservatif : "Verband figure of eight" sekitar sendi bahu. Pemberian analgetika.
52
TRAUMA DINDING
THORAX
8. FRAKTUR IGA
2. FRAKTUR
kelainan tersering akibattrauma tumpul pada
dinding dada.
53
TRAUMA DINDING
THORAX
TATALAKSANA
FRAKTUR
2.
Fraktur 1-2 iga tanpa adanya penyulit konservatif (analgetika)
Fraktur >2 iga : waspadai kelainan lain (edema paru, hematotoraks, pneumotoraks)
54
TTR
9. FRAKTUR STERNUM
2. FRAKTUR
E/ trauma langsung dengan gaya trauma yang cukup besar
Lokasi fraktur bagian tengah atas sternum dan sering disertai fraktur Iga.
Adanya fraktur sternum dapat disertai beberapa kelainan yang serius, seperti:
kontusio/laserasi jantung, perlukaan bronkhus atau aorta.
55
Pemeriksaan
56
TRAUMA DINDING
THORAX
TATALAKSANA
2.
FRAKTUR
Untuk fraktur tanpa dislokasi fragmen
Analgetika
observasi tanda2 adanya laserasi atau kontusio jantung
57
58
TRAUMA
DINDING
11. FLAIL
CHEST THORAX
4. FLAIL CHEST
area toraks yang "melayang" (flail) oleh sebab adanya fraktur iga
multipel berturutan 3 iga , dan garis fraktur 2 (segmented)
pada tiap iganya.
KHAS
Gerakan "paradoksal" dari (segmen) dinding dada
saat inspirasi/ekspirasi
KOMPLIKASI
gagal napas, sebagai akibat adanya ineffective air movement, yang
seringkali diperberat oleh edema/kontusio paru, dan nyeri.
59
60
TATALAKSANA
Rawat intensif
Jk ada tanda gagal napas AGD berkala pain
control
bronchial toilet
fisioterapi agresif
tindakan bronkoskopi untuk bronchial toilet
61
Diagnosis bronkoskopi
TATALAKSANA
Ps stabil operatif tunggu
hingga inflamasi akut dan edema yg terjadi
mengalami perbaikan
62
Diagnosis FAST
63
64
65
66
Tujuan:
Evakuasi darah/udara
Pengembangan paru maksimal
Monitoring
Indikasi pemasangan:
Pneumotoraks
Hematotoraks
Empiema
Effusi pleura lainnya
Pasca operasi toraks
Monitoring perdarahan, kebocoran paru atau bronkhus, dsb.
67
68
69