Anda di halaman 1dari 13

NOMOR 34 TAHUN X/DESEMBER 1995PEBRUARI 1996

MENGENAL BEBERAPA MASALAH FUNDAMENTAL FILSAFAT HUKUM

I.

Pendahuluan
Pembahasan filsafat hukum tidak bisa lepas (berkaitan erat)dari hidup dan penghidupan
hukum. Hidup dan penghidupan hukum mengandung aspek teoritis (teoritik)dan aspek praktis
(praktek). Hal ini disebabkan karena hukum ini bersifat mendua , yaitu hidup di dunia normatif
dan empiric. Hukumhidup tumbuh dan berkembang dimasyarakat , dengan kata lain Hukum ada
, tumbuh dan berkembang jika ada masyarakat .dengan demikian hidup dan penghidupan
hukum sebagai salah satu gejala masyarakat /fenomena masyarakat tidak dapat hidup, tumbuh
dan berkembang sendiri jika tidak ada masyarakat . Sebagai konsekuensinya , para anggota
masyarakat harus/ wajib tunduk dan taat (mematuhi)pada hukum yang telah disepakatinya dalam
masyarakat itu,hal ini kemudian dikuatkan dengan adnya sanksi . Bahkan dalam masyarakat
muncul keyakinan bahwa setiapa anggota masyarakat (orang)harus mematuhi hukum , baik yang
tertulis maupun tidak tertulis .
Fenomena hidup dan penghidupan hukum tersebut., mrnimbulkan beraneka ragam
pertanyaan antara lain :Apakah hukum selalu berguna bagi masyarakat ?kalau tidak selalu
berguna , hukum yang tidak berguna yang bagaimana? Mengapa anggota masyarakat harus harus
/wajib menaati hukum? Apa dasar dan arti keharusan / kewajiban itu?Mengapa sebagian anggota
masyarakat berwenang memaksakan kepatuhan itu(kalau perlu dengan kekuasaan)? Bagaimana
proses pembentukan hukum ? Siapa yang berwenang membuat hukum damn mengapa ia
berwenang untuk itu? Sejauh mana wewenang itu dapat digunakan ? Apa arti wewenang itu?Apa
artinya bahwa Hukum itu sudah berlaku ?Apa dasar berlakunya hukum ? Apa hubungan hukum
dan kekuatan ?Apakah semua hukum harus dipatuhi ? Apakah tata hukum identik dengan
hukum?Apa kriterianya bahwa suatu aturan itu disebut hukum? Apakah hukum harus berpijak
pada aturan non hukum ? Sejauh mana kaidah non hukum perlu mendapat dukungan kaedah
hukum ? Sejauh mana kaedah hukum dapat mengesampingkan kaedah non hukum ? Dapatkah
semua kaedah non hukum diterapkan dan ditegakkan sebagai kaedah hukum?
Pertanyaan pertanyaan yang beraneka ragam dan bersifat fundamental tersebut tidak
dapat dijawab oleh ilmu hukum (positif) , tetapi memerlukan

refleksi filsafat . Hal ini

disebabkan bahwa pertanyaan pertanyaan tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap


kehidupan manusia . Misalnya:Apakah hukuman mati masih perlu dipertahankan ? Apakah

NOMOR 34 TAHUN X/DESEMBER 1995PEBRUARI 1996

Euthanasia , bunuh diri , judi, pelacuran , perlu dilarang dengan hukuman pidana ?
Sejauhmana transplantasi organ tubuh manusia dan perubahan kelamin perlu diatur dengan
kaedah hukuman ? (Lili Rasjidi dan Arif Sidharta, 1994:15). Disampingb itu saat ini sedang
marak masalah hak asasi , keterbukaan , kebebasan demokrasi, keadilan dan sebagainya .
Pertanyaan pertanyaan yang tidak mudah dijawab tersebut dimuka selalu dihadapkan
pada filsafat hukum . Seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
pada era globalisasi secara sangat cepat dan dinamis oleh masyarakat manusia , maka hidup dan
penghidupan hukum mau tidak mau harus mengikuti arus tersebut. Dalam hal ini ,apakah filsafat
hukum yang bersumber dari perenungan manusia masih berguna atau relevan pada saat
maraknya masalah masalah kongret yang memerlukan penyelesaian teknis dan prakmatis saat
ini ?untuk menjawab pertanyaan ini bukanlah hal yang mudah., oleh karena itu perlu dipahami
tentang pengertian filsafat dan filsafat hukum, ruang lingkup filsafat hukum,dan manfaat filsafat
hukum .
II. Pengertian Filsafat dan Filsafat Hukum
A. Pengertian Filsafat
Filsafat merupakan induk semua cabang ilmu . Dalam (ilmu) filsafat dijelaskan asumsiasumsi dasar bagi eksistensi setiap cabang ilmu, yaitu ontology, epistimologi , dan aksiologi
ilmu.
Filsafat itu sendiri berasal dari kata Yunani Filosofie (Lili Rasjidi,1985:5)Filosofi
terdiri dari dua kata , yaitu

. filoyang artinya cinta atau ingin dan sofieyang artinya

kebijaksanaan. Dengan demikian Filosofiedapat diartikan cinta atau menginginkan suatu


kebijaksanaan hidup . Sedangkan arti filsafat ialah kebijaksanaan hidup berkaitan dengan pikiran
pikiran rasional , kisah kisah walaupun bijaksana kalau tidak rasional , maka bukan filsafat
(Theo Huijbers,1991:18).
Jadi dapat dikatakan pula bahwa filsafat berarti karya manusia tentang hakekat sesuatu .
Karya artinya menggunakan rasio / pikiran dan dilakukan secara metodis sistematis . Karya
manusia tentang hakekat sesuatu ialah hasil pikiran manusia tentang hakekat sesuatu . Sesuatu itu
ialah alam semesta dan atau segala isinya (termasuk manusia). Hkekat sesuatu ialah tempat
sesuatu dialam semesta atau hubungan antara sesuatu dengan isinya alam semesta (yang lain),
termasuk tempat manusia dan segala perilakunya. Ini berarti obyek filsafat itu sangat luas ,
bersifat universal , yang mencakup segala gejala gejala atau fenomena yang ditemui manusia
dimuka bumi ini.

NOMOR 34 TAHUN X/DESEMBER 1995PEBRUARI 1996

Salah satu gejala tersebut ialah gejala hukum (hidup dan penghidupan hukum ). Hukum
tersebut merupakan sesuatu yang berkenaan dengan manusia. Hukum tidak akan ada bila tidak
ada manusia . Oleh karena itu , bila orang berfilsafat tentang hukum maka harus berfilsafat
tentang manusia terlebih dahulu . Salah satu aspek dari manusia yang berkaitan erat dengan
hukum ialah perilakunya . Melalui filsafat perilaku atau etika inilah , orang berfilsafat tentang
hukum. Dengan demikian filsafat manusia ialah pohonnya , salah satu cabangnya ialah filsafat
etika ,dan salah satu cabang dari filsafat etika ialah filsafat hukum , yang sekaligus sebagai
ranting pohon filsafat manusia (Lihat . Lili Rasjidi , 1993:10). Filsafat manusia sering juga
disebut genus filsafat , filsafat etika merupakan species-nya , dan filsafat hukum sebagai
sub-species-nya. Filsafat hukum mempelajari sebagian perilaku manusia yang akibatnya diatur
oleh hukum (Baca juga . Lili Rasjidi , 1985:5-7). Dengan demikian hukum merupakan salah satu
obyek filsafat , yaitu filsafat hukum , yang filsafat hukum itu sendiri merupakan ranting atau
sub-species filsafat manusia , atau cabang filsafat etika .
B. Pengertian Filsafat Hukum
Pengertian filsafat hukum itu sendiri teryata banyak sekali dan bervariasi , yang antara
lain disampaikan oleh para pakar ilmu hukum ,separti berikut ini:
1. APELDOORN
Menurut Apeldoorn , filsafat hukum ialah pengetahuan yang berusaha menjawab apakah
hukum itu ?ia menghendaki agar kita berpikir masak-masak , menanggapi dan bertanya-tanya
tentang hukum(Apeldoorn ,1951:331-332). Dalam edisi baru yang ditulis DHM Meuwissen
, hal tersebut telah direvisi secara total . Misalnya , dikatakan bahwa filsafat hukum memang
berusaha mencari hakekat hukum, walau sebenarnya hanya melihat hukum sebagai bagian
dari kenyataan . Apa hal itu tak bisa dijawab oleh ilmu hukum ?Dapat tapi tak akan mendapat
jawaban yang menangkan SEBEB ilmu hukum hanya melihat gejala-gejala hukum belaka dan
melihat hukum yang dapat dilihat dengan panca indera, tidak melihat dunia hukum yang
tidak dapat dilihat dengan panca indera (tersembunyi), hanya melihat hukum sepanjang telah
menjadi perbuatan manusia . Dimana

ilmu hukum berakhir , disanalah filsafat hukum

memulai . Ia menjawab pertanyaan pertanyaan yang tidak terjawab oleh ilmu hukum.
2. WILLIAM ZEVENBERGEN
Menurut William Zevenbergen , Filsafat hukum ialah cabang ilmu hukum yang menyelidiki
ukuran ukuran apa yang dapat dipergunakan untuk menilai isi hukum agar dapat memenuhi

NOMOR 34 TAHUN X/DESEMBER 1995PEBRUARI 1996

hukum yang baik. Ia juga mengatakan, filsafat hukum ialah filsafat yang diterapkan dalam
hukum
(W. Zevenbergen, 1925:33)
3. J. H. BELLEFROID
Menurut J.H.P. Bellefroid, filsafat hukum ialah filsafat dalam bidang hukum , bukan ilmu
hukum tetapi ilmu pembantu dalam mempelajari ilmu hukum (J.H.P. Bellefroid,1953:17).
4. JAN GIJSSEL dan MARK VAN HOECKE
Dalam bukunya yang ditulis bersama Mark van Hoecke , yang berjudul Wat is
Rechtstheorie. Antwerpen ini membagi ilmu hukum kedalam tiga jenjang ilmu hukum
(DRIE TRAPPEN VAN RECHTSWETENSCHAP), yaitu :
a. Rechtskennis(Pengetahuan Hukum );
b. Rechtswetenschap(Ilmu Hukum);
c. Rechtsfilosofie(Filsafat Hukum).
Filsafat Hukum merupakan peringkat teratas dalam ilmu hukum , yang cakupannya sangat
luas , meliputi:
1) De Rechsontologie (Ontologi Hukum ), yang mempersoalkan ajaran atau sifat dan
hakekat hukum.
2) De Rechtsaxiologie (Aksiologi Hukum ), yang mempersoalkan nilai nilai dasar dalam
hukum .
3) De Rechsidiologie (Ideologi Hukum ), yang mempersoalkan ajaran berbagai ide yang
dikenal dan mendasari hukum .
4) De Rechtsepistimologie(Epistimologi Hukum) yang mempersoalkan / membicarakan
sifat pengetahuan dalam hukum, untuk mengetahui kenyataan hukum.
5) De Rechtsteleologie (Teleologi Hukum ), yang mempersoalkan tentang maksud dan
tujuan hukum .
6) De Wetenschapsleer van hetrecht (meta teori ilmu Hukum ), membahas macam macam
ilmu dalam filsafat hukum. Ini disebut pula Filsafat Ilmu Hukum .
7) De Rechtslogika(Logika Hukum ), mempelajari dasar dasar pemikiran hukum dan
argumentasi yuridis dalam bagan yang logis . mempelajari pula struktur dari suatu
system hukum . (Gijssels & Hoecke, 1982: 9-86).
5. GUSTAV RADBRUCH
Menurut Gustav Radbruch , Filsafat Hukum ialah cabang filsafat yang mempelajari hukum
yang benar (Gustav Radbruch 1942,B dalam Lili Rasjidi, 1993:1).
6. LANGEMEYER
Menurut Langemeyer , Filsafat Hukum ialah ilmu yang membahas secara filosofis tentang
hukum (Langemeyer ,1948, B dalam Lili Rasjidi , 1993:1).
7. L. BENDER. O.P
Filsafat Hukum ialah suatu ilmu yang merupakan bagian dari filsafat yaitu tentang filsafat
moral /etika (L. Bender .O.P, 1984, dalam Lili Rasjidi , 1993:1).

NOMOR 34 TAHUN X/DESEMBER 1995PEBRUARI 1996

8. E. UTRECHT
Menurut E. Utrecht , filsafat Hukum memberikan jawaban atas pertanyaan pertanyaan
seperti : Apakah hukum itu sebenarnya ?(Persoalan adanya tujuan hukum ). Apakah sebabnya
kita mentaati hukum ?(persoalan berlakunya hukum ). Apakh keadilan yang menjadi ukuran
untuk baik buruknya hukum itu ?(persoalan keadilan hukum). Inilah pertanyaan pertanyaan
yang sebetulnya juga dijawab oleh ilmu hukum . Tetapi bagi benyak orang jawaban ilmu
hukum tidak memuaskan .
Ilmu hukum sebagai suatu ilmu empiris hanya melihat hukum sebagai suatu gejala saja .
Sedangkan Filsafat Hukum hendak melihat hukum sebagai kaedah dalam arti etisch waarde
oordeel (penilaian etis). Filsafat hukum berusaha membuat dunia etisyang menjadi latar
belakang yang tidak dapat diraba oleh panca indera dari hukum positif(de onzichtbare
ethische wereld achter het(pasitieve)recht). Kadang- kadang juga membuat gambaran tentang
hukum yang etis dapat dipertanggungjawabkan dan yang seharusnya berlaku . Filsafat Hukum
menjadi suatu ilmu normative seperti halnya dengan (ilmu)politik hukum .Filsafat Hukum
berusaha mencari suatu rechtsideal yang dapat menjadi dasar umumdan etis(Etisch) bagi
berlakunya sistem hukum positif suatu masyarakat (seperti Grundnorm yang telah
digambarkan oleh sarjana hukum bangsa Jerman yang menganut aliran aliran seperti Neo
Kantianisme atau Pancasilakita). Filsafat pada umumnya mencari etische waarde dan
ideale levenshouding yang dapat menjadi dasar tetap petunjuk kita (E. Utrecht,1966:75).
9. KUSUMADI PUDJOSEWOJO
Menurut Kusumadi , Filsafat Hukum ialah bagian ilmu filsafat yang mempelajari apakah
tujuan hukum itu ?Apakah aturan hukum sudah memenuhi syarat keadilan ?Apakah keadilan
itu?Bagaimana hubungan hukum dan keadilan (Kusumadi Pudjosewojo, 1961:10-13).
10.PURNADI PURBACARAKA DAN SOEKANTO
Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto , Filsafat Hukum ialah perenungan dan
perumusan nilai-nilai ;kecuali itu juga mencakup upaya penyerasian antara ketertiban dengan
ketentereman , antara kebendaan dan keakhlakan , dan antara kelanggengan / konservatisme
dengan pembaharuan (Purnadi Purbacaraka & Soerjono Soekanto, 1978:10-11).
11. SATIJIPTO RAHARDJO
Menurut Sacipto Rahardjo , Filsafat Hukum ialah ilmu yang persoalkan pertanyaan
pertanyaan yang bersifat dasar tentang hukum. Misalnya :Apa hakekat hukum ?Apa dasar
mengikatnya hukum?.
12. SOEDJONO DIRDJOSISWORO

NOMOR 34 TAHUN X/DESEMBER 1995PEBRUARI 1996

Menurut Soedjono D, Filsafat Hukum ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari pertanyaan
pertanyaan mendasar dari hukum . Atau ilmu pengetahuan tentang hakekat hukum (Soedjono
D, 1984:48)
Dari pengertian pengertian tersebut dimuka (nomor 1-12), dapatlah disimpulkan bahwa
Filsafat Hukum ialah cabang filsafat etika/moral yang obyek pembahasannya meliputi hakekat
hukum, inti hukum , dasar yang sedalam dalamnya , serta mempelajari atau menyelidiki lebih
lanjut hal-hal yang tidak dijawab oleh ilmu hukum (Baca pula . Lili Rasjidi , 1985:4,dan 1993:8).
III. Ruang Lingkup Filsafat Hukum
Berdasarkan pengertian atau definisi dimuka , dapatlah diketahui bahwa ruang lingkup
Filsafat Hukum , yaitu sebagai berikut:
A. Apakah hukum itu?sebagai tema pokok Filsafat Hukum.
B. Sifat dan hakekat hukum
C. Nilai nilai dasar dalam hukum
D. Ide yang dikenal dan mendasari hukum
E. Sifat pengetahuan dalam hukum
F. Maksud dan tujuan hukum
G. Macam macam ilmu hukum dalam Filsafat Hukum
H. Dasar dasar pemikiran hukum dan argumentasi yuridis dalam bagan yang logis. Mempelajari
pula struktur dari suatu sistem hukum
I. Hukum yang benar
J. Hubungan hukum dan keadilan , hukum dan kekuasaan , hukum dan moral
K. Perenungan dan perumusan nilai nilai ; mencakup upaya penyerasian antara ketertiban
dengan ketenteraman , antara kebendaan dan keahlakan , dan antara kelanggengan /
konservatisme dengan pembaharuan .
L. Dasar mengikatnya hukum
M.Pertanyaan pertanyaan yang tidak terjawab oleh ilmu hukum .
Dalam bukunya yang berjudul Legal Theory, W. Friedman mengatakan :
Before the nineteenth century, legal theory was essensially a by product of philosophy ,
religion , ethics, or politics. The great legal thinkers were primarily philosopher, churchmen,
politicians , The decisiveshift from the philosophers or politician s to the lawyer s legal
philosophy is of fairly recent date. It follows a period of great developments in juristic research ,
teachniqueand professional training. The new era of legal philosophy arises mainly from the
confrontation of the professional lawyer , in his legal work , with problem of social
justice(W. Friedmann,1970:4).
Dengan demikian jelaslah bahwa (menurut W . Friedmann) setelah abad 19 (pada era
baru ), ruang lingkup filsafat hukum juga meliputi berbagai hal mendasar dihadapi para ahli

NOMOR 34 TAHUN X/DESEMBER 1995PEBRUARI 1996

hukum dalam tugasnya sehari hari di masyarakat . Dengan mengacu pendapat tersebut , maka
ruang lingkup Filsafat Hukum bertambah luas , yang bisa dikatakan sebagai bagian huruf M
dimuka yaitu :
1. Penerapan hukum
2. Pertanggungjawaban
3. Hak dan kewajiban
4. Hukum kontrak
5. Sebab sebab ketaatan hukum
6. Hubungan hukum dengan nilai nilai social budaya
7. Peranan hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat
8. Masalah kekuasaan dan keadilan
9. dan lain-lain.
IV. Manfaat Filsafat Hukum
Dalam pikirannya orang sering beranggapan bahwa mempelajari filsafat hukum itu sulit
dan tidak bermanfaat secara langsung. Benarkah ini? Anggapan ini bisa benar , tetapi juga bisa
salah . Bagi para praktisi hukum , yang tugasnya melaksanakan hukum positif , anggapan
tersebut bisa dibenarkan . Bagi praktisi hukum , manfaat filsafat hukum paling tidak adalah
untuk mengimbangi efek dari spesialisasi sempit yang diperoleh mereka disebabkan oleh adanya
program spesialisasi yang dimulai di fakultas fakultas hukum pada tahun keempat (Baca
Mochtar Kusumaatmadja ,1975:9). Sedangkan bagi para teoritis yang tugas pokoknya dalam
lingkup pembentukan atau pembinaan hukum , mempelajari filsafat hukum adalah sangat
bermanfaat .
Seiring dengan perkembangan peran hukum sejak jaman kuno sampai abad XX, maka
semenjak pertengahan abad kedua puluh , melalui ajaran ajaran Sociological Jurisprudence dan
Pragmatic Legal Realism peranan hukum yang semakin meningkat mulai ditonjolkan, yaitu
bukan semata mata menjaga ketertiban dan mewujudkan keadilan saja , melainkan juga dapat
berfungsi sebagai alat pembaharuan dalam masyarakat (a tool of Social Engineering )(Lili
Rasjidi,1993:11). Dengan demikian ,filsafat hukum sangat bermanfaat bagi mereka yang ingin
mempelajari pengetahuan hukum , sehingga mau tidak mau filsafat hukum memang mempunyai
kedudukan tinggi. Tetapi para ahli hukum tak perlu terjerumus pada kekeliruan , dengan menilai
filsafat hukum itu terlalu tinggi atau terlalu rendah .
Dalam kaitannya dengan manfaat filsafat hukum bagi ahli hukum , Lili Rasjidi, dengan
mengacupendapat L. Bender O.P., membandingkan antara ahli hukum dengan pelukis. Bagi

NOMOR 34 TAHUN X/DESEMBER 1995PEBRUARI 1996

pelukis kalau ia melukis , maka ia tidak pperlu mengetahui unsure unsure cat (ilmu kimia ). Ini
disebabkan cat selalu siap pakai . Lain halnya dengan hukum . Hukum belum tentu siap pakai
seperti cat , oleh karena itu ahli hukum perlu mengetahui, mengerti, dan mendalami filsafat
hukum . Di samping hukum itu belum tentu siap pakai , tugas ahli hukumpun berbeda dengan
pelukis (yang tanpa pikir panjang tentang cat) ia sudah bisa melukis. Ahli hukum tidak hanya
dituntut menerapkan hukum saja (barang yang sudah jadi)tetapi dituntut pula untuk membuat
hukum (dalam arti menyempurnakan , mempertahankan mutunya , memperbaiki , atau bahkan
menemukan )dalam rangka menghadapi perubahan perubahan masyarakat. Oleh karena itu
para ahli hukum harus mengetahui secara mendalam tentang hukum itu sendiri , yang semuanya
dapat dipelajari dari filsafat hukum (Baca selengkapnya .Lili Rasjidi, 1993:13-15).
Jadi jelaslah , bahwa filsafat hukum sangat bermanfaat bagi orang orang yang
mempelajari hukum. Namun yangb lebih penting disini ialah berusaha mengaktualisasikan
filsafat hukum yang lebih dekat pada dunia ide (dasollen)dengan hukum positif yang lebih dekat
dengan dunia nyata (das sein). Caranya dengan menciptakan hubungan yang erat antara filsafat
dengan hukum positif . Dengan kata lain, harus bisa menggunakan filsafat hukum secara praktis
untuk menjelaskan peranan hukum dalam pembangunan . Misalnya , makin berkembang hidup
bermasyarakat (karena perkembangan maasyarakat dan pemikiran masyarakat ), maka kadang
kadang hukum positif tidak bisa mengatasi . Untuk itu hubungan positif harus dihubungkan
dengan filsafat hukum dan teori hukum . Aktualisasi filsafat hukum ini kalau sudah sampai
dipengadilan , misalnya pada saat hakim menangani kasus yang tidak ada / belum ada
hukumnya.
Dalam kaitannya dengan manfaat filsafat hukum , patut disimak pula pendapat salah
seorang pakar filsafat dari Universitas Gadjahmada , Prof. Dr. Koento Wibisono Siswomihardjo,
sebagai berikut:
Memahami filsafat sebagai dasar dan arah pengembangan (ilmu)hukum , berarti
memahami seluk beluk hukum secara utuh mendasar , sehingga dapat dipahami pula perspektif
dan kemungkinan pengembangannya , keterjalinannya dengan cabang ilmu lain , simplifikasi
dan arti fisialitasnya (Koento Wibisono Siswomihardjo,1994:7).
V. Penutup
Dalam dunia pendidikan tinggi hukum di Indonesia saat ini , Filsafat Hukum telah diberi
tempat terhormat. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor

NOMOR 34 TAHUN X/DESEMBER 1995PEBRUARI 1996

0325/U/1994 tentang Kurikulum yang Berlaku secara Nasional , yaitu sebagai Mata Kuliah
Pembulat (MKPb), dengan bobot 4 SKS . Karena termasuk dalam Kurikulum Nasional , maka
setiap fakultas hukum (baik negeri maupun swasta )w jib memasukkan mata kuliah Filsafat
Hukum dalam kurikulumnya.
Dimasukkannya Filsafat Hukum sebagai Mata Kuliah Pembulat dalam Kurikulum
Nasional Program Sarjana Ilmu Hukum adalah sangat tepat , khususnya dalam pencapaian tujuan
program Sarjana Ilmu Hukum (tujuan pendidikan hukum )di Indonesia . Sebagaimana diketahui ,
bahwa tujuan Program Sarjana Ilmu Hukum ialah untuk menyiapkan peserta didik (mahasiswa)
menjadi Sarjana Ilmu Hukum yang:
1. Menguasai Hukum Indonesia ;
2. Menguasai dasr ilmiah dan dasar kemahiran kerja untuk mengembangkan ilmu hukum dan
hukum;
3. Mengenal dan peka terhadap masalah keadilan dan masalah kemasyarakatan ;
4. Mampu menganalisis masalah hukum dalam masyarakat ;
5. Mampu menggunakan hukum sebagai sarana untuk memecahkan masalah kemasyarakatan
dengan bijaksana dan berdasarkan atas prinsip hukum . (Pasal 1 Keputusan Mendikbud RI
No. 325/U/1994).
Tujuan Progran Sarjana Ilmu Hukum tersebut tidak akan tercapai bila tanpa mata kuliah
Filsafat Hukum . Sebelum mempelajari filsafat hukum secara lebih dalam dan detail , maka
perlu diketahui , dimengerti, dipahami, dan direnungi hal-hal yang fundamental dalam filsafat
hukum . Selanjutnya , didalam Filsafat Hukum itu sendiri dalam proses belajar Filsafat
Hukum , sesuai silabi. Akhirnya , output yang diharapkan dari proses belajar Filsafat Hukum
ialah Sarjana Ilmu Hukum dapat merenungi arti yang sedalam dalamnya tentang hukum,
sehingga menjadi Sarjana Ilmu Hukum sesuai dengan tujuan Program Sarjana Ilmu Hukum di
muka.
Pada akhirnya , khususnya untuk negara Indonesia tercinta ini , sangat diperlukan
pengembangan Filsafat Hukum Nasional , yang khas Indonesia .

NOMOR 34 TAHUN X/DESEMBER 1995PEBRUARI 1996

10

DAFTAR PUSTAKA
E. Utrecht.1966. Pengantar dalam Hukum Indonesia . Jakarta : Ichtiar.
Gijssels, jan & Mark van Hoecke.1982. Wat is Rechtstheorie? Antwerpen : Kluwer
Rechtswetenchappen.
JHP. Bellefroid. 1925. Inleiding tot de Rechtswetenschap in Nederlands. Nijmegen
Utrecht: Dekker & Van Vegt.
Koento Wibisono Siswomihardjo. 1994. Pengembangan Filsafat Hukum Nasional
Suatu Gagasan bagi Dunia Perguruan Tinggi . Makalah dalam Seminar Hukum
Nasional yang Diadakan BPHN tanggal 25-29 Juli 1994 di Jakarta . Jakarta :
BPHN.
Kusumadi Pudjosewojo . 1961. Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia . Jakarta
:Penerbit Universitas.
L.Bender O.P.1984. Het Recht: Rechtsphilosophische Verhandelingen . Bussum : Paul
Brand.
Lili Rasjidi . 1985. Dasar dasar Filsafat Hukum . Bandung : Alumni.
. 1993. Filsafat Hukum ,Apakah Hukum Itu?. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Lili Rasjidi dan B . Arief Sidharta Ed.1994. Filsafat Hukum mazhab dan Refleksinya .
Bandung : Remaja Rosdakarya.
L.J. Van Apeldoorn . 1951. Inleiding tot de Studie van het Nederlands Recht . Zwolle.
WEJ Tjeenk Willink.
Purnadi Purbacaraka.1978. Perihal Kaedah Hukum . Bandung: Alumni.
. 1979. Sendi- sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum . Bandung: Alumni.
. 1980. Renungan tentang Filsafat Hukum . Jakarta :Rajawali.
Roscoe Pound. 1972. Pengantar Filsafat Hukum , terjemahan Muhammad Radjab .
Jakarta : Bhatara.
Satjipto Rahardjo . 1991. Ilmu Hukum . Bandung : Pradnya Paramita.
Soedjono Dirjosisworo. 1994. Pengantar Ilmu Hukum . Jakarta: Radjawali .
Soerjono Soekanto dan R. Otje Salman Ed. 1987. Displin Hukum dan Disiplin Sosial
(Bahan Bacaan Awal ). Jakarta : Rajawali Pers.

NOMOR 34 TAHUN X/DESEMBER 1995PEBRUARI 1996

Soetikno . 1976. Filsafat Hukum I-II. Jakarta : Pradnya Paramita.


Theo Huijbers.1991. Filsafat Hukum . Yogyakarta : Kanisius .
.1993. Filsafat Hukum dan Lintasan Sejarah . Yogyakarta : Kanisius .
W. Freidman .1970. Legal Theory . London . Steven & Son.
W. Zevenbergen .1925. Formele Encyclopaedie der Rechtswetenschap. Gravenhage:
GebrBelifante.

11

NOMOR 34 TAHUN X/DESEMBER 1995PEBRUARI 1996

12

NOMOR 34 TAHUN X/DESEMBER 1995PEBRUARI 1996

13

Anda mungkin juga menyukai