Anda di halaman 1dari 3

Analisa Diri

Pokok bahasan :
Mengenal diri, atau akan keinginan diri, sadar akan kekurangan dan kelebihan diri dan orang lain serta
sadar akan perlunya keterbukaan.
Tujuan :
Agar peserta dapat lebih rendah hati, setiap orang menghargai kekurangan dan kelebihan masingmasing, yang akhirnya menciptakan suasana terbuka diantara semua peserta.
Metode :
Role play
Brainstorming
Media :
Kertas plano dan spidol
OHP
Waktu :
Alokasi waktu 120 menit
Proses Kegiatan
Pelatih menjelaskan sekilas tentang esensi materi analisa diri.
Selanjutnya pelatih membuka dengan cerita atau contoh kasus seorang yang mau mengenal diri
sendiri dan tidak mengenal diri sendiri. Orang yang mampu mengenal diri sendiri terbuka untuk
melihat kelemahan dan kekuatan diri sendiri maupun orang lain. Hal ini terkait dengan keinginan kita
dalam berproses di suatu organisasi. Oleh karena itu selanjutnya pelatih menanyakan kepada peserta
apakah kita perlu mengenal diri kita sendiri
Selanjutnya pelatih mengajak peserta untuk melakukan analisa diri dengan menggunakan spiral
pertumbuhan.
Dalam penjelasan spiral pertumbuhan ini pelatih menjelaskan tahap demi tahap dengan disertai
beberapa contoh kasus. Secara berurutan tahapan spiral pertumbuhan sebagai berikut:
Menggali dari peserta perasaan apa yang timbul waktu ditunjuk untuk ikut latihan atau ketika ia
memasuki suatu peers group baru. Semua jawaban peserta ditampung kalau ada peserta yang
menjawab ragu-ragu, khawatir, sedikit cemas dll. Pelatih menekankan bahwa perasaan tersebut biasa
dialami oleh setiap orang pada saat akan memasuki suasana atau situasi baru. Selanjutnya pelatih
menuliskan kolom di papan tulis atau menempelkan kartu yang sudah bertuliskan:
KECEMASAN
Didasari hakikat bahwa manusia sebagai makhluk sosial, maka setiap orang memiliki rasa cinta dan
dan ingin bergabung dalam peer groups atau sebuah organisasi sehingga hal tersebut merupakan
keinginan berkarya dalam kelompok.
BERGABUNG DALAM KELOMPOK
BERKARYA DALAM KELOMPOK
Pelatih menjelaskan kepa da peserta bahwa kita sekarang telah tergabung dalam suatu peers group
atau kelompok /organisasi dengan ikatan kecemasan.
Dalam kelompok/organisasi ini kita bercer min apa yang dikatakan orang lain tentang diri kita. Hal ini
dapat me ngukur kemampuan dan kekurangan kita dengan melihat dan memban dingkan kepribadian
orang lain di dalam ke lompok. Semua itu pada hakikatnya kita sedang mengenali diri kita sen diri.
Selain itu di dalam kelompok, kita per lu memberikan sum bangsih atau andil sesuai dengan Kapa
sitas pribadinya ma sing-masing, mulai dari pendapat, gagas an, serta mobilitas personal. Hal itu se
mua merupakan karya personal dalam berkarya dan ikut andil dalam kelompok/ organisasi.

Sikap dan tingkah laku yang ditampil kan dalam rangka berkarya tersebut ternyata hampir se mua
orang dihadap kan terhadap dua pilihan terkait dengan sikap berkarya dalam kelompok / organisasi.
Maka pelatih menuliskan / menempelkan kartu yang bertuliskan
DITERIMA atau DITOLAK
Selanjutnya kita sebagai bagian dari kelompok yang ingin berkarya mempunyai kebebasan untuk
menentukan pilihan. Maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
BEBAS PILIH
Kita sebagai individu dapat menentukan sikap bebas memilih. Apakah karena ditolak dan tidak
senang itu kita melakukan BELA DIRI atau HADAP DIRI.
Kemungkinan pertama adalah hadap diri, maka pelatih menempelkan kartu bertuliskan :
HADAP DIRI
Apabila pendapat atau karya kita dalam kelompok ditolak oleh kelompok kita bisa hadap diri. Dalam
arti akan menghadapi segala penolakan tersebut dengan rendah hati dan diri terbuka yang dilanjutkan
dengan melakukan perenungan mendalam terhadap sisi positif penolakan tersebut.
Proses selanjutnya setelah kita melakukan evaluasi terhadap sikap penolakan kelompok terkait dengan
karya kita, maka kita akan memasuki tahap berikutnya yakni :
TAHU DIRI
Tahap ini kita telah menemukan jawaban komprehensif terhadap penolakan tersebut, sehingga kita
akan tahu bahwa apa yang menurut kita baik belum tentu baik untuk kelompok dan semua orang
sehingga kita mengetahui posisi diri kita dalam persoalan ini.
Tahap berikutnya dari tahu diri, maka kita akan memasuki tahap terima diri, maka pelatih
menempelkan kartu yang bertuliskan :
TERIMA DIRI
Terima diri bukan berarti kita menerima segala sesuatu tanpa kritisitas dan pemikiran, tapi menerima
dalam batas-batas kemampuan diri, batas-batas kemungkinan yang ada pada keadaan tertentu. Dalam
kasus pada karya yang ditolak, kita menerima kenyataan misalnya bahwa ketrampilan menyampaikan
masih terbatas, atau ada pendapat (karya) yang lebih baik dari itu dan kita bisa belajar pada hal-hal
yang lebih baik tersebut.
Dengan terima diri kita dapat mengakui kelamahan atau keterbatasan kita sendiri, serta sejauhmana
kemampuan kita. Dengan segala keterbatasn tetap memberi andil untuk kelompok. Maka pelatih
menempelkan kartu yang bertuliskan
TANAM ANDIL
Karena dengan demikian berarti kita telah memberikan pegangan pada kelompok, agar masingmasing mengetahui apa dan siapa yang dihadapinya. Dengan mengenal betul siapa yang dihadapinya,
kelompok tahu bagaimana menjalin kerjasama. Dan bila kita mengenal diri kita, kita tahu hal-hal apa
yang perlu ditingkatkan.
Sumbangan yang kita berikan dengan segala keterbatasan itu pada hakikatnya adalah keterbukaan diri.
Dan keterbukaan itu selalu mengandung resiko, apakah orang lain mendekati dan menerima apa
adanya atau menjauh kita. Tetapi yang jelas sumbangan atau andil itu yang kita berikan selalu
memperkaya kelompok dan diri kita. Sehingga dengan melakukan andil kita akan menghadapi
kecemasan tadi. Dan beitu seterusnya sehingga pertumbuhan/perkembangan manusia merupakan

spiral yag tidak berujung pangkal. Dengan hadap diri yang menjurus ke tahu diri dan terima diri pada
hakikatnya adalah keterbukaan diri yang berarti :
Tahu kekuatan diri
Menyadari kelemahannya
Mau merubah kebiasaan yang kurang baik berarti pribadi berkembang.
Kemungkinan kedua
Bila pendapat kita ditolak oleh kelompok/peers group, seseorang dapat memilih kemungkinan kedua
yaitu bela diri, maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
BELA DIRI
Ini berarti kita merasa dirinya benar dan beranggapan kesalahan ada pada orang lain.
Orang yang selalu bela diri pada dasarny adalah menipu diri sendiri. Maka pelatih menempelkan kartu
bertuliskan :
TIPU DIRI
Karena pribadi tipu diri tidak pernah mawas diri, tidak pernah melihat dirinya sendiri, selalu melihat
penyeab kesalahan ada di luar dirinya. Akibat tidak dapat/tidak mau melihat kelemahan-kelemahan
pada
dirinya.
Pada akhirnya pribadi seperti ini pada esensinya adalah menolak dirinya sendiri, maka pelatih
menempelkan kartu bertuliskan :
TOLAK DIRI
Artinya tidak mau menerima dirinya sendiri, yang pada akhirnya tidak akan pernah puas denan
dirinya sendiri.
Akibat pribadi-pribadi demikian akan lari dari kenyataan dan keadaan sebenarnya dan menjadi
frustasi. Maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
LARI
Pribadi-pribadi demikian kalaupun masih bergabung dalam kelompok, segala tindakannya akan
cenderung merusak, bukan ke arah yang baik. Bela diri menjurus tipu diri dan tolak diri berarti Dari
sini pelatih bisa menanyakan kepada peserta mau pilih bagian yang mana ketika ia menghadapi
permasalahan serupa. Pelatih menekankan bahwa setiap orang akan menghadapi kecemasan oleh
karena itu peserta diminta untuk selalu mawas diri. Selanjutnya pelatih meminta kepada peserta untuk
membuat daftar :
Membuat daftar kekuatan dan kelemahan dirinya, lalu direnungkan apakah kelemahan itu dapat
diperbaiki, Setelah peserta memiliki daftar tersebut, mereka diminta untuk berbicara berpasangan
dengan temah sebelahnya. Dalam pembicaraan itu masing-masing mengemukakan isi daftar kekuatan
dan kelemahan yang sudah dibuat. Selanjutnya pelatih memberikan ulasan garis besar dari kegiatan
ini diakhiri dengan penutup

Anda mungkin juga menyukai