Oseana Xxiv (4) 21-30
Oseana Xxiv (4) 21-30
id
EKOLOGI DINOFLAGELLATA
oleh
Agus Sediadi1)
ABSTRACT
THE ECOLOGY OF DINOFLAGELLATE. Dinoflagellate is one of important
component phytoplankton in the pelagic ecosystem. General knowledge on phytoplankton distribution pattern could help in analyzing of the biogeography of the dinoflagellate. The spatial distribution of dinoflagellate in the sea depends on the local condition
such as local temperature, salinity, and nutrient contents. The red tide phenomenon
happening in Indonesia in the last decade caused by blooming of both toxic and
non-toxic phytoplankton especially dinoflagellate.
PENDAHULUAN
A. Plankton bahari
a. Plankton oseanik : plankton yang
hidup di luar paparan benua.
b. Plankton neritik
: plankton yang
hidup di atas paparan benua (mulut
sungai, perairan pantai dan perairan
lepas pantai).
1)
21
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
BIOLOGI DINOFLAGELLATA
Para pakar biologi telah lama
mengetahui pentingnya dinoflagellata sebagai
producer utama di laut yang telah dipelajari
22
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Tabel 1. Wakil klas ganggang di dalam fitoplankton bahari (PARSONS et al. 1984).
23
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Keterangan:
(A)
(1)
(10)
(11)
(B)
(1)
(2)
24
: reduksi
: terbentuk kista
: proses berlangsung
: hypnozigot
: exysmant
: membentuk planozigot
: proses tahap 3; 9 : 1
: jenis lain proses reduksi langsung saat
encysment
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
3. S a l i n i t a s
Kehidupan berbagai jenis fitoplankton
dapat dipengaruhi oleh salinitas perairan, yaitu
pada perubahan berat jenis air laut serta
perubahan dalam tekanan osmosis. Pada
perairan pantai salinitas mempunyai pengaruh
besar terhadap suksesi suatu jenis fitoplankton.
Hasil pengamatan SIDABUTAR et al. (1996)
di perairan Teluk Ambon memperlihatkan
terjadinya peningkatan kelimpahan jenis
Noctiluca scintillans EHRENBERG setelah
musim hujan, dimana kadar salinitas menurun
akibat tercampur dengan air hujan. Variasi
musiman suhu dan salinitas sangat
mempengaruhi
distribusi
mendasar
fitoplankton, zooplankton dan organisme
lainnya (YANAGI 1987). Menurut SEDIADI
(1997) di perairan Teluk Ambon Dalam marga
Chaetoceros relatif dipengaruhi oleh faktor
sinar matahari dan marga Trichodesmium oleh
faktor curah hujan.
1. C a h a y a
Zone eufotik merupakan lapisan air
teratas yang masih mampu diterminasi sinar
matahari dengan intensitas cahaya yang cukup
bagi proses fotosintesis (NYBAKKEN 1988).
Sinar matahari yang jatuh pada permukaan laut
mempunyai lebar spektrum antara 300-2500
nm yaitu antara sinar ultra violet hingga sinar
infra merah. Sebagian besar energi sinar
tersebut berada di daerah infra merah (7302500 nm) yang merupakan sinar panas
(RAYMONT 1980, NONTJI 1984).
Sedangkan spektrum sinar yang terpenting
adalah yang berada di antara panjang
gelombang 400-720 nm dan biasa disebut
dengan PAR (Photosynthetically Active Radiation). Pada kondisi tersebut energi cahaya dapat
diserap oleh klorofil fitoplankton untuk reaksi
fotosintesis (PARSONS et al. 1984). Faktor
yang mempengaruhi daya serap cahaya adalah
tingkat kecerahan perairan, dimana untuk
perairan Teluk Bintuni hanya berkisar antara
2-5 m sehingga 50% sinar matahari telah
terserap habis pada kedalaman 1 m (SEDIADI
&WENNO 1995).
4. Zat Hara
Fitoplankton dalam kehidupannya
membutuhkan zat hara organik. Zat organik
utama yang diperlukan fitoplankton dan sering
menjadi faktor pembatas pertumbuhan adalah
nitrogen dan fosfat (NYBAKKEN 1988).
Menurut DUGDALE (1981), setiap jenis
fitoplankton mempunyai kemampuan untuk
mengadaptasi adanya perubahan nutrien dalam
pertumbuhannya. Di perairan estuari faktor
pembatas utama (limiting factor) dalam
pertumbuhan fitoplankton adalah nitrogen
(RYTHER & DUNSTAN dalam MANN
1982). Udara atau atmosfir merupakan sumber
nitrogen yang paling besar, karena 80% udara
terdiri dari gas nitrogen bebas sebagai N2.
Menurut CHU (dalam AND ARIAS 1991)
pertumbuhan yang terbaik pada kosentrasi nitrogen antara 0.9-3,5 ppm. Unsur fosfat di
2. S u h u
Secara umum suhu air laut cenderung
menurun dari permukaan sampai dasar
perairan. Penampakan suhu di perairan tropik
dan subtropik ditunjukkan oleh gradien suhu
(perbedaan suhu per-meter kedalaman) yang
yang kecil sampai kedalaman tertentu.
Distribusi suhu yang menyebar merata
diakibatkan oleh arus dan ini tergantung dari
besarnya pengaruh angin terhadap permukaan
air. Perubahan suhu yang besar pada jarak
kedalaman air yang kecil disebut termoklin
(thermocline). Termoklin berperan terhadap
25
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
DISTRIBUSI DINOFLAGELLATA
26
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
27
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Gambar 3. Glabal Distribusi Fosil Pyrodinium bahamense () san distribusi PSP ())
DAFTAR PUSTAKA
BACKUS, R.H. 1986. Biogeography boundaries in the open sea. Pelagic Biogeography. UNESCO, France: 39-43.
COX, C.B. dan P.D. MOORE 1973. Biogeography an ecological and evoluntary
approach. Blackwell Sci. Pub.
London: 1-29.
BOLCH, C.J. dan G.M. HALLEGRAEFF
1993. Chemical and physical treatment
option to kill toxic dinoflagellate cyst
in ship ballast water. Journal Marine
Environmental Engineering 1: 23-29.
28
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
HAURY,L.R. 1986. Patchines, niches and oceanic biogeography. Pelagic Biogeography. UNESCO, France: 126-131.
29
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
30