Anda di halaman 1dari 25

TUGAS RINGKASAN ETIKA BISNIS

Nama : Monica Juliani


NPM : 14211601
Kelas : 4EA27

RINGKASAN TENTANG
BISNIS dan ETIKA

Bapak Eka Patriya


Program Sarjana S1 Ekonomi Manajemen
1

RINGKASAN TENTANG BISNIS dan


ETIKA
BISNIS
Menurut Brown dan Petrello (1976) Bisnis adalah suatu lembaga yang
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apabila kebutuhan
masyarakat meningkat, maka lembaga bisnis pun akan meningkat pula perkembangannya
untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sambil memperoleh.
Menurut Griffin dan Ebert (1996), Beliau mengartikan bisnis sebagai
aktifitas yang menyediakan barang atau jasa yang diperlukan atau diinginkan oleh
konsumen. Dapat dilakukan oleh organisasi perusahaan yang memilki badan hukum,
perusahaan yang memiliki badan usaha, maupun perorangan yang tidak memilki badan
hukum maupun badan usaha seperti pedagang kaki lima, warung yang tidak memiliki
Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan Surat Izin Tempat Usaha (SIUP) serta usaha
informal lainnya.
Definisi bisnis dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai suatu perusahaan
atau industri atau organisasi yang melakukan kegiatan menjual suatu barang atau jasa
kepada pihak pembeli (konsumen) atau melakukan kegiatan bisnis dalam bentuk lainnya,
dengan tujuan mendapatkan laba yang maskimal.
Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris yaitu business. Sedangkan kata
business tersebut berasal dari kata dasar busy yang berarti sibuk. Sibuk tersebut dapat
diartikan sebagai mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.
2

Jadi dalam etimologi, bisnis diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang atau
sekelompok orang sibuk mengerjakan kegiata pekerjaan yang dapat menghasilkan
keuntungan.
Kata bisnis juga dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis
(hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan.
Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya bisnis
periklanan. Penggunaan kata bisnis yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang
dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa. Meskipun demikian, definisi
bisnis yang tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.
Kebanyakan bisnis dalam ekonomi kapitalis dimiliki oleh pihak swasta.
Pembentukan

bisnis

digunakan

untuk

mendapatkan

profit

dan

meningkatkan

kemakmuran para pemiliknya. Pemilik dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan
imbalan sesuai dengan waktu, usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak
semua bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras dengan sistem
sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah, masyarakat umum,
atau serikat pekerja.

Dalam bisnis terdapat 3 hal yang penting, yaitu:


a. Semua bisnis menghasilkan barang atau jasa.
b. Semua bisnis mencari keuntungan.
c. Semua bisnis mencoba meneruskan keinginan konsumen.

Tujuan bisnis adalah sebagai berikut :


-

Profit (Keuntungan)
Seseorang atau organisasi melakukan bisnis tujuan utamanya adalah mencari
keuntungan.

Growth (Pertumbuhan)
Selain mencari keuntungan, bisnis juga dilakukan bertujuan untuk menambah
pertumbuhan ekonomi.

Continuity (Berkesinambungan)
kegiatan bisnis adalah kegiatan yang berkesinambungan, maksudnya melakukan
kegiatan bisnis bertujuan untuk menyambung bisnis yang sebelumnya.

Stability (Stabilitas)
kegiatan bisnis juga bertujuan untuk menstabilkan ekonomi.

Public Service (Pelayanan Umum)


bisnis yang bertujuan untuk melayani kebutuhan masyarakat. contohnya BUMN.

Will Fare (Sejahtera)


bisnis ini bertujuan untuk mensejahterakan sesuatu yang perlu di sejahterakan.

Jenis jenis bisnis antara lain :


a. Monopsoni
Monopsoni, adalah keadaan dimana satu pelaku usaha menguasai penerimaan
pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam suatu pasar
komoditas.

b. Monopoli
Monopoli berasal dari bahasa Yunani, yaitu : monos artinya satu dan dari kata
polein,yang artinya menjual. Monopoli adalah suatu bentuk pasar dimana hanya
terdapat satu penjual yang menguasai pasar. Penentu harga pada pasar ini adalah
seorang penjual atau sering disebut sebagai monopolis.
c. Oligopoli
Oligopoli adalah adalah pasar di mana penawaran satu jenis barang dikuasai oleh
beberapa perusahaan. Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari
sepuluh.
d. Oligopsoni
Oligopsoni adalah keadaan dimana dua atau lebih pelaku usaha menguasai
penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam
suatu pasar komoditas.

ETIKA
Kata etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos, yang berarti cukup
luas yaitu, tempat yang biasa ditinggali, kandang, padang rumput, kebiasaan, akhlak,
watak, perasaan, sikap dan cara berpikir. Bentuk jamak ethos adalah ta etha yang
berarti adat kebiasaan. Arti jamak inilah yang digunakan oleh Aristoteles (384-322 SM)
untuk menunjuk pada etika sebagai filsafat moral. Kata moral sendiri berasal dari
bahasa Latin, yaitu mos (jamaknya mores) yang juga berarti kebiasaan atau adat. Kata
moralitas sendiri berasal dari kata Latin yaitu moralis dan merupakan abstraksi dari

kata moral yang menunjuk kepada baik buruknya suatu perbuatan. Dari asal katanya
bisa dikatakan etika sebagai ilmu yang mempelajari tentang apa yang biasa dilakukan.
Pendeknya, etika adalah ilmu yang secara khusus menyoroti perilaku manusia dari segi
moral, bukan dari fisik, etnis dansebagainya.

Berikut merupakan beberapa kumpulan dari definisi etika menurut


beberapa ahli :
-

Menurut Prof. DR. Franz Magnis Suseno: Etika adalah ilmu yang mencari orientasi
atau ilmu yang memberikan arah dan pijakan pada tindakan manusia.

Menurut K. Bertens: Etika adalah nilai-nila dan norma-norma moral, yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), etika adalah nilai mengenai benar
dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Menurut H. A. Mustafa: Etika adalah ilmu yang menyelidiki, mana yang baik dan
mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran.

Menurut pendapat saya sendiri bila melihat definisi dari etika menurut
beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan etika adalah
suatu cabang dari ilmu filsafat yang membahas tentang perilaku manusia mulai dari baik
buruk, benar salah, tanggung jawab dan terdapat pula norma - norma di dalamnya.

Dalam perkembangannya, etika sendiri dapat dibagi menjadi dua,


yaitu sebagai berikut :
a) Etika perangai adalah adat istiadat atai kebiasaan yang menggambarkan perangai
manusia dalam hidup bermasyarakat didaerah tertentu dan pad waktu tertentu.etika
perangai tersebut diakui dan berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil
penelitian. contoh etika perangai adalah :
1. Berbusana adat.
2. Pergaulan muda mudi.
3. Perkawinan semenda.
4. Upacara adat.
b) Etika moral adalah berkenaan dengan kebiasaan berperilaku baik dan benar
berdasarkan kodrat manusia.apabila etika tersebut dilanggar timbullah kejahatan yaitu
perbuatan yang tidak baik dan tidak benar,kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia
yang disebut moral,contoh moral adalah
1. Berkata dan berbuat jujur.
2. Menghormati orang tua.
3. Menghargai orang lain.
4. Membela kebenaran dan keadilan.
5. Menyantuni anak yatim piatu.

Menurut Magnis Suseno etika adalah pemikiran sistematis tentang


moralitas dan yang dihasilkan secara langsung bukan kebaikan melainkan suatu

pengertian yang lebih mendasar dan kritis F.Magnis Suseno menyatakan ada empat
alasan yang melatarkan belakanginya, yaitu :
a. Etika dapat membantu dalam mengali rasionalitas dan moralitas agama, seperti
mengapa Than memerintahkan ini bukan itu.
b. Etika membantu dalam mengintterprestasikan ajaran agama yang saling bertentangan.
c. Etika dapat membantu menerapkan ajaran moral agama terhadap masalah masalah
baru dalam kehidupan manusia.
d. Etika dapat membantu mengadakan diaolog antar agama karena etika memndasarkan
pada rasionallitas bukan wahyu.

ETIKA BISNIS
Menurut Steade et al (1984: 701) Etika bisnis adalah standar etika yang
berkaitan dengan tujuan dan cara membuat keputusan bisnis. Menurut Hill dan Jones
(1998) Etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk membedakan antara salah dan benar
guna

memberikan

pembekalan

kepada

setiap

pemimpin

perusahaan

ketika

mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis yang terkait dengan masalah


moral yang kompleks.
Yosephus (2010) mengatakan bahwa Etika Bisnis secara hakiki
merupakan Applied Ethics (etika terapan). Di sini, etika bisnis merupakan wilayah
penerapan prinsip-prinsip moral umum pada wilayah tindak manusia di bidang ekonomi,
khususnya bisnis. Jadi, secara hakiki sasaran etika bisnis adalah perilaku moral pebisnis
yang berkegiatan ekonomi.
8

Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang


mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga
masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan
perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat
dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika,
yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan
mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan
termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan
pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang
profesional.

Etika bisnis memiliki arti yang berbeda di setiap negara (Bertens,


2000), yaitu :
1. Bahasa Belanda bedrijfsethiek (etika perusahaan).
2. Bahasa Jerman Unternehmensethik (etika usaha).
3. Bahasa Inggris corporate ethics (etika korporasi).

Menurut Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di


Advance Managemen Jouurnal (1988) yang berjudul Managerial Ethics Hard
Decisions on Soft Criteria, terdapat tiga pendekatan dasar dalam merumuskan
tingkah laku etika kita, yaitu :

Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh


karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.

Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya


memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku
tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan
dengan hak orang lain.

Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.

Muslich (1998: 31-33) mengemukakan prinsip - prinsip etika bisnis


adalah sebagai berikut:
a. Prinsip otonomi
Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki wewenang
sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan misi yang
dimilikinya.

Kebijakan

yang

diambil

perusahaan

harus

diarahkan

untuk

pengembangan visi dan misi perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran dan
kesejahteraan karyawan dan komunitasnya.
b. Prinsip kejujuran
Kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam mendukung keberhasilan
perusahaan. Kejujuran harus diarahkan pada semua pihak, baik internal maupun

10

eksternal perusahaan. Jika prinsip kejujuran ini dapat dipegang teguh oleh
perusahaan, maka akan dapat meningkatkan kepercayaan dari lingkungan perusahaan
tersebut.

c. Prinsip tidak berniat jahat


Prinsip ini ada hubungan erat dengan prinsip kejujuran. Penerapan prinsip kejujuran
yang ketat akan mampu meredam niat jahat perusahaan itu.
d. Prinsip keadilan
Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem
bisnis.Contohnya, upah yang adil kepada karywan sesuai kontribusinya, pelayanan
yang sama kepada konsumen, dan lain-lain.
e. Prinsip hormat pada diri sendiri
Perlunya menjaga citra baik perusahaan tersebut melalui prinsip kejujuran, tidak
berniat jahat dan prinsip keadilan.

Berikut ini merupakan tiga sasaran dan ruang lingkup dari etika
bisnis yaitu :
1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan masalah
yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata lain, etika bisnis
yang pertama bertujuan untuk mengimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan
bisnisnya secara baik dan etis. Karena lingkup bisnis yang pertama ini lebih sering
ditujunjukkan kepada para manajer dan pelaku bisnis dan lebih sering berbicara
mengenai bagaimana perilaku bisnis yang baik dan etis itu.

11

2. Etika bisnis bisa menjadi sangat subversife. Subversife karean ia mengunggah,


mendorong dan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk tidak dibodoh bodohi,
dirugikan dan diperlakukan secara tidak adil dan tidak etis oleh praktrek bisnis pihak
mana pun. Untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau
karyawan dan masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh
dilanggar oleh praktek bisnis siapapun juga.
3. Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan
etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini etika bisnis lebih bersifat makro,
yang karena itu barangkali lebih tepat disebut sebagai etika ekonomi.

Ketiga lingkup dan sasaran etika bisnis ini berkaitan erat satu dengan
yang lainnya dan bersama sama menentukan baik tidaknya, etis tidaknya praktek
bisnis tersebut.

Berikut ini merupakan alasan mengapa etika dalam berbinis sangat


diperlukan :
1. Akan dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi baik
intern perusahaan maupun dengan eksternal.
2. Akan dapat meningkatkan motivasi pekerja.
3. Akan melindungi prinsip kebebasan berniaga.
4. Akan meningkatkan keunggulan bersaing.
5. Membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan

12

suatu landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi
yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang
andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.
6. Mempertahankan loyalitas stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan
perusahaan dan dalam memecahkan persoalan perusahaan. Hal ini disebabkan semua
keputusan perusahaan sangat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh stakeholder.
Stakeholder adalah semua individu atau kelompok yang berkepentingan dan
berpengaruh pada keputusan-keputusan perusahaan.

Berikut ini merupakan penjelasan dari beberapa masalah yang


dihadapi dalam Etika bisnis, yaitu :
1. Sistematik
Masalah sistematik dalam etika bisnis pertanyaan etis yang muncul mengenai sistem
ekonomi, politik, hukum, dan sistem sosial lainnya dimana bisnis beroperasi.
2. Korporasi
Permasalahan korporasi dalam perusahaan bisnis adalah pertanyaan yang dalam
perusahaan tertentu. Permasalahan ini mencakup pertanyaan tentang moralitas
aktivitas, kebijakan, praktik dan struktur organisasional perusahaan individual sebagai
keseluruhan.
3. Individu
Permasalahan individual dalam etika bisnis adalah pertanyaan yang muncul seputar

13

individu tertentu dalam perusahaan.Masalah ini termasuk pertanyaan tentang


moralitas keputusan, tindakan dan karakter individual.

Berikut ini adalah faktor - faktor yang mempengaruhi pelanggaran


dalam etika bisnis :
1. Kebutuhan individu
2. Tidak ada pedoman
3. Perilaku dan kebiasaan individu yang terakumulasi dan tak dikoreksi
4. Lingkungan yang tidak etis
5. Perilaku dari komunitas

Ketika ada pelanggaran etika dalam menjalankan kegiatan bisnis


maka pelaku harus mengatasinya agar pelanggaran etika tidak terjadi lagi yaitu
dengan cara sebagai berikut :
1. Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility).
2. Menciptakan persaingan yang sehat.
3. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan lemah.
4. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telahdisepakati.
5. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati.
6. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan.

14

Dari berbagai pandangan tentang etika bisnis, ada beberapa


indikator yang dapat dipakai untuk menyatakan apakah seseorang dan suatu
perusahaan

telah

melaksanakan

etika

bisnis dalam

kegiatan

usahanya.

Penjelasannya adalah sebagai berikut:


a) Indikator menurut ekonomi adalah apabila perusahaan atau pebisnis telah melakukan
pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara efisien tanpa
merugikan masyarakat lain.
b) Indikator menurut peraturan khusus yang berlaku. Maksudnya apabila pelaku bisnis
telah mematuhi aturan-aturan khusus yang telah disepakati sebelumnya.
c) Indikator menurut hukum; jika seseorang atau suatu perusahaan telah mematuhi segala
norma hukum yang berlaku dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
d) Indikator menurut ajaran

agama. Maksudnya jika pelaku bisnis senantiasa

merujuk kepada nilai- nilai ajaran agama yang dianutnya dalam menjalankan roda
bisnisnya.
e) Indikator menurut nilai budaya; apabila setiap pelaku bisnis, baik individu maupun
perusahaan, telah menyelenggarakan bisnisnya dengan mengakomodasi nilai-nilai
budaya dan adat istiadat yang ada disekitar operasi suatu perusahaan, daerah dan
suatu bangsa.
f)

Indikator menurut masing-masing individu adalah apabila masing-masing pelaku


bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas pribadinya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan etika


bisnis, yaitu :

15

1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10. Menumbuh kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan

Kritik atas etika bisnis


Etika bisnis memang harus terbuka bagi kritik yang membangun, tetapi
terkadang etika bisnis juga menjadi bulan-bulanan kritik yang tidak tepat. Berikut adalah
gambaran tentang corak dan maksud etika bisnis sebagaimana dipahami sekarang ini.
1. Etika bisnis mendiskriminasi
Kritik ini lebih menarik karena sumbernya daripada isinya. Sumbernya adalah Peter
Drucker, ahli ternama dalam bidang teori manajemen. Ia mengemukakan kritik yang

16

tajam tentang etika bisnis yang artikelnya diterbitkan dalam majalah The Public
Interest, kemudian lebih populer lagi dan diulangi lagi dalam majalah
Forbes.Responnya ditanggapi Bowie yang menilai kritik Drucker sebagai intemperate
and uninformed juga oleh Hoffman dan Jennifer Moore.
Inti keberatan Drucker adalah bahwa etika bisnis menjalankan diskriminasi yaitu
dunia bisnis harus dibebankan secara khusus dengan etika dan diukur dengan standar
etis lebih ketat dari bidang-bidang lainnya. Menurutnya hanya ada satu etika yang
berlaku bagi semua orang, penguasa atau rakyat jelata, kaya atau miskin, yang kuat
dan yang lemah serta etika bisnis itu menunjukan adanya sisa-sisa dari sikap
bermusuhan yang lama terhadap bisnis dan kegiatan ekonomis.

2. Etika bisnis itu kontradiktif


Muncul suatu skepsis dari orang-orang yang menilai etika bisnis sebagai suatu usaha
naif. Etika bisnis mengandung suatu kontradiksi. Dunia bisnis itu ibarat rimba raya
artinya etika dan bisnis itu bagaikan air dan minyak.

3. Etika bisnis tidak praktis


Kritik etika bisnis yang menimbulkan banyak reaksi adalah artikel yang dimuat dalam
Harvard Business Review (1993) dengan judul whats the matter with business
ethics?. Pengarangnya adalah Andrew Stark yaitu dosen manajemen di Universitas
Toronto, Kanada. Menurut Stark, etika bisnis adalah too general, too theoretical, too
impratical. Ia menilai kesenjangan besar menganga antara etika bisnis akademis dan
para profesional di bidang manajemen. Ia mendengan pertanyaan sejauh mana

17

kapitalisme bisa dibenarkan atau apakah dari segi etika harus diberi preferensi kepada
sosialisme, dan memberi komentar: apa yang mereka hasilkan itu sering kali lebih
mirip filsafat sosial yang muluk-muluk daripada advis etika yang berguna untuk para
profesional. Maka, Stark dinilai menganggap etika bisnis tidak praktis.

4. Etikawan tidak bisa mengambil alih tanggung jawab


Kritisi ini meragukan entah etika bisnis memiliki keahlian etis khusus, yang tidak
dimiliki oleh para pebisnis dan manajer itu sendiri. Setiap manusia merupakan pelaku
moral yang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Kita tidak membutuhkan
etika bisnis mereka tegaskan yang datang menjelaskan apa yang harus kita perbuat
atau apa yang tidak boleh kita perbuat. Kita sendiri harus mengambil keputusan di
bidang moral. Tidak ada jalan lain.
Tetapi sebenarnya bagaimanapun juga etikawan sama sekali tidak berprestasi
mengambil alih tanggung jawab moral dari orang lain. Bagi etika bisnis pun berlaku
peribaha Inggris. Peribahasa itu ialah you can lead the horse to the water, but you
can not make him drink.

Ringkasan Perkembangan Etika Bisnis


Sepanjang sejarah, kegiatan perdagangan atau bisnis tidak pernah luput
dari sorotan etika. Perhatian etika untuk bisnis seumur dengan bisnis itu sendiri. Sekarang
ini etika bisnis mencapai status ilmiah dan akademis dengan identitas sendiri. Richard De
George mengusukan untuk membedakan antara ethics in business dan business ethics,

18

antara etika dalam bisinis dan etika bisnis. Etika dalam bisnis atau etika berhubungan
dengan bisnis berbicara tentang bisnis sebagai salah satu topik disamping sekian banyak
topik lainnya. Sedangkan etika bisnis umurnya masih muda. Etika bisnis dalam arti
spesifik setelah menjadi suatu bidang (field) tersendiri, maksudnya suatu bidang
intelektual an akademis dalam konteks pengajaran dan penelitian di perguruan tinggi.
Etika bisnis dalam arti khusus ini untuk pertama kali timbul di Amerika Serikat tahun
1970-an dan agak cepat meluas ke kawasan dunia lainnya. Dengan memanfaatkan dan
memperluas pemikiran De george ini kita dapt membedakan lima periode dan
perkembangan etika dalam bisnis menjadi etika bisnis.
1. Situasi Dulu
Dalam filsafat dan teologi Abad pertengahan pembahasan bagaimana kehidupan
ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur dilanjutkan dalam kalangan Kristen maupun
Islam. Topik-topik moral sekitar ekonomi dan perniagaan tidak luput pula dari
perhatian filsafat dan teologi di zaman modern.
Dengan membatasi diri pada situasi Amerika Serikat selama paro pertama abad ke 20,
De george melukiskan bagaimana di perguruan tinggi masalah topik moral sekitar
ekonomi dan bisnis terutama disoroti dalam teologi. Dalam kalangan Katolik, pada
umumnya mata kuliah itu mendalami Ajaran Sosial Gereja, yaitu uraian sistematis
dari ajaran para paus dalam ensiklik-ensiklik sosial, mulai dengan ensiklik Rerum
Novarum (1891) dari Paus Leo XIII. Hingga saat ini para paus mengelurkan ensiklikensiklik sosial baru sampai dengan Sollicitudo Rei Socialis (1987) dan Centesimus
Annus (1991) dari Paus Yohanes Paulus II. Suatu contoh bagusnya adalah dokumen
pastoral yang dikeluarkan para uskup Amerika Serikat dengan judul Economic Justice

19

for All. Catholic Social Teaching and the U.S. Economy (1986). Dalam kalangan
Protestan, buku teolog Jerman Reinhold Niebuhr Moral Man and Immoral Society
(New York, 1932) menjalankan pengaruh besar atas pengajaran etika mengenai tematema sosio-ekonomi dan bisnis di perguruan tinggi mereka.

2. Masa peralihan : tahun 1960-an


Dasawarsa 1960-an di Amerika Seikat dan dunia Barat pada umumnya ditandai oleh
pemberontaan terhadap kuasa dan otoritas, revolusi mahasiswa (mulai di ibukota
Prancis bulan Mei 1968), penolakan trhdap establishment (kemapanan). Suasana
tidak senang khususnya kaum muda itu diperkuat dengan keterlibatan Amerika
Serikat dalm perang Vietnam. Secara khusus kaum muda menolak kolusi yang dimata
mereka terjadi antara militer dan industri. Industri dinilai terutama melayani
kepentingan militer. Serentak timbul kesadaran akan masalah ekologis dan terutama
industri diannggap sebagai penyebab masalah lingkungan hidup. Pada waktu yang
sama timbul juga suatu sikap anti-konsumeristis. Semua faktor itu mengakibatkan
suatu sikap anti-bisnis pada kaum muda, khususnya mahasiswa.
Dunia pendidikan menanggapi situasi tersebut dengan cara yang berbeda-beda. Salah
satu reaksi paling penting adalah memberi perhatian khusus kepada sosial issues
dalam kuliah tentang manajemen, yang dalam kurikulumnya diberi nama Business
dan Society. Salah satu topik yang menjadi populer adalah Corporate social
responsibility (tanggung jawab soaial perusahaan). Pendekatan itu diadakan dari segi
manajemen, dengan sebagian melibatkan hukum dan sosiologi, tetapi teori etika
filosofis belum dimanfaatkan.

20

3. Etika bisnis lahir di Amerika Serikat : tahun 1970-an


Ada dua faktor yang memberi kontribusi besar kepada kelahiran etika bisnis di
Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1970-an: sejumlah filsuf mulai terlibat
dalam memikirkan masalah-masalah etis sekitar bisnis, dan etika bisnis dianggap
sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis di
Amerika Serikat dengan dibantu oleh ahli ekonomi dan manajemen. Dengan itu
mereka meneruskan tendensi etika terapan pada umumnya, yang selalu berorientasi
multidisipliner. Norman E. Bownie menyebut suatu kerja sama macam itu sebagai
tanggal kelahiran etika bisnis, yaitu konferensi perdana tentang etika bisnis di
Universitas Kansas oleh Philosophy Departement (Richard De George) bersama
College of Business (Joseph Pichler) bulan November 1974. Makalahnya kemudian
diterbitkan dalam bentuk buku : Ethics, Free Enterprise, and Public Policy : Essays on
Moral Issues in Business (1978).
Faktor kedua yang memicu timbulnya etika bisnis sebagai suatu bidang studi yang
serius adalah krisis moral. Pada awal 1970-an terjadi skandal dalam bisnis Amerika,
di mana pebisnis berusaha menyuap politisi kepada kampanye politik. Lockheed
Affair, kasus korupsi yang melibatkan perusahaan pesawat terbang Amerika yang
terkemuka. Krisis menjadi lebih besar dengan menguaknya Watergate Affair yang
akhirnya memaksa Presiden Richard Nixon mengundurkan diri.

4. Etika bisnis meluas ke Eropa : tahun 1980-an

21

Di Eropa etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira sepuluh tahun
kemudian, mula-mula di Inggris kemudian ke negara Eropa Barat lainnya. Semakin
banyaknya fakultas ekonomi atau sekolah bisnis di eropa mencantumkan mata kuliah
etika bisnis, pada tahun 1983 diangkat profesor etika bisnis pertama di suatu
universitas di Eropa yaitu Universitas Nijenrode, Belanda. Perkembangan pesatpun
terjadi di saat anggaran belanja universitas di mana-mana diperketat akibat kesulitan
finansial. Maka di tempat chair dalam etika bisnis disponsori oleh dunia bisnis,
seperti di Inggris pada sekolah bisnis Leeds, Manchester dan London. Pada Tahun
1987 didirikan European Business Ethics Network (EBEN) yang bertujuan menjadi
forum pertemuan antara akademisi dari universitas serta sekolah bisnis, para
pengusaha dan wakil-wakil dari organisasi nasional maupun internasional seperti
misalnya serikat buruh. Sebagian bahan konferensi telah diterbitkan dalam bentuk
buku.

5. Etika bisnis menjadi fenomena global : tahun 1990-an


Kini etika bisnis dipelajari, diajarkan dan dikembangkan diseluruh dunia. Sejak
dimulainya liberalisasi ekonomi di Eropa Timur, apalagi sejak runtuhnya komunisme
akhir tahun 1980-an, dirasakan kebutuhan besar akan pegangan etis karena disadari
peralihan ke ekonomi pasar bebas tidak bisa berhasil jika tidak disertai etika bisnis.
Di Institusi Jepang yaitu Institute of Moralogy yang bermukim di Universitas Reitaku
di Kashiwa-Shi yang disponsori pemerintah Jepang berusaha mendekatkan etika
dengan praktek bisnis. Pada tahun 1989 dan 1991 mereka menyelenggarakan
konfrensi tentang etika dalam ekonomi global, yang dihadiri oleh akademisi dari

22

seluruh Asia. Di India, etika bisnis dipraktekan oleh Management Center of Human
Values yang didirikan oleh dewan direksi dari Indian Institute for Management di
Kalkuta tahun 1992. Pusat yang dipimpin Prof. S.K Chakraborty ini sejak 1995
mengeluarkan majalah yang berjudul Journal of Human Values. Juga di Hongkong
tahun 1997, pengalaman dengan beberapa kasus korupsi mendirikan Independent
Comission Against Corruption tahun 1974. Universitas Hongkong memiliki Center of
Business Values (1994). Sedikit sebelumnya Hongkong Baptist College mendirikan
Center for Applied Ethics.
Tanda bukti terakhir bagi sifat global etika bisnis adalah didirikannya International
Society

for Business, Economics, and Ethics (ISBEE). ISBEE mengadakan

pertemuan perdananya dengan The First World Congress of Business, Economics and
Ethics di Tokyo pada 25-28 Juli 1996 dengan membawakan 12 lapaoran situasi etika
bisnis di kawasan dunia. Kongres kedua berlangsung di Sao Paolo, Brasil, tahun
2000.

Profil Etika Bisnis Dewasa Ini


Setelah etika bisnis memiliki status ilmiah yang serius dan semakin
diterima, etika bisnis harus terus bergumul untuk membuktikan diri sebagai disiplin ilmu
yang dapat disegani. Namun sudah mencapai status sebagai suatu bidang intelektual dan
akademis yang pantas diperhitungkan. Gambaran profil ilmiah dari etika bisnis
sebagaimana tampak sekarang.

23

Praktis di segala kawasan dunia etika bisnis diberikan sebagai mata kuliah di
perguruan tinngi. Kedudukannya yang begitu kuat tersebut merupakan ciri pertama
yang menunjukan status ilmiahnya.

Banyak sekali publikasi diterbitkan tentang etika bisnis.

Sekurang-kurangnya sudah ada 3 seri buku :


-

The Ruffin Series in Business Ethics, New York, Oxford University Press, sejak
1989, editor: R. Edward Freeman;

Issues in Business Ethics, Dordrecht (Belanda), Kluwer Academic Publishers,


sejak 1990, editors: Brian Harvey, Manchester Business School, U.K., Patricia
Werhane, University of Virginia, USA;

Sage Series in Business Ethics, Thousand Oaks, California, Sage Publication,


sejak 1995, editor: Robert A. Giacalone, University of Richmond.

Banyak jurnal ilmiah khusus tentang etika bisnis. Munculnya jurnal berspesialisasi
merupakan suatu gejala penting yang menunjukan tercapainya kematangan ilmiah
bagi bidang bersangkutan.

Dalam bahasa Jerman sudah tersedia sebuah kamus tentang etika bisnis: Lexicon der
Wirtschaftsethik (kamus etika ekonomi), diredaksi oleh G. Enderle, K. Homann, M.
Honecker, W. Kerber, H. Steinmann dan diterbitkan oleh Herder, Freiburg/Basel,
1993. Kemudian menyusul kamus etika bisnis dalam bahasa inggris: Blackwells
Encylopedic Dictionary of Business Ethics, editor: Patricia Wehane dan Edward
Freeman, diterbitkan oleh Blackwell Publishing, Oxford (1997).

Banyak ditemukan Institut penelitian yang secara khusus mendalami masalah etika
bisnis.

24

Sudah didirikan asosiasi atau himpunan dengan tujuan khusus memajukan etika
bisnis, terutama dengan mengumpulkan dosen-dosen etika bisnis dan peminat lain
dalam pertemuan berkala.

Di Amerika Serikat dan Eropa Barat disediakan beberapa program studi tingkat S-2
dan S-3, khusus di bidang etika bisnis.

25

Anda mungkin juga menyukai