Batu traktus urinarius ialah suatu keadaan timbulnya batu di dalam saluran kemih,
baik di dalam ginjal, ureter maupun di dalam buli-buli. Batu traktus urinarius terjadi
dalam berbagai ukuran, bentuk, warna, komposisi dan susunan. Dapat berbentuk bulat,
elipsoid, persegi empat, bentuk tidak teratur seperti buah murbei. Permukaannya kasar
atau halus dan diliputi oleh kristal. Batu berbeda-beda kerasnya, sebagian lunak, sebagian
dapat dipotong tetapi sebagian tidak dapat dihancurkan sama sekali. Berbagai faktor
predisposisi terjadinya batu saluran kemih, seperti hiperkalsiuria, pengeluaran pirofosfat
di dalam urin atau natrium dan magnesium. Perbandingan natrium dan kalsium atau
magnesium dan kalsium merupakan faktor terpenting dalam pembentukan batu di ginjal.
Pada beberapa keadaan batu terjadi sekunder terhadap pembendungan air kemih atau
infeksi saluran kemih. Juga dipengaruhi faktor diet, iklim, ras dan lain-lain. ( 1,2 )
Persoalan pembentukan batu pada saluran kencing juga dikenal dipengaruhi oleh
bermacam-macam faktor yang belum diketahui dengan jelas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa untuk terjadinya batu saluran kencing diperlukan 2 komponen yaitu
matriks batu dan kristal. Matriks berupa suatu mukoprotein yang sering disebut juga
sebagai matrix substance A. Sampai di mana perannya belum diketahui dengan jelas. ( 1 )
Faktor-faktor yang ikut berperan pada pembentukan batu saluran kencing dibagi
atas 2 golongan yaitu : ( 1,2,3 )
1. Faktor endogen : misalnya faktor genetik familial pada hipersistinuria, hiperkalsiuria
primer dan hiperoksaluria primer.
2. Faktor eksogen : misalnya faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan
kejenuhan mineral di dalam air minum.
Faktor endogen idiopatik umumnya sukar untuk dikoreksi sehingga batu saluran kencing
mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Sedangkan faktor eksogen atau batu
sekunder bila penyebabnya diketahui dapat diambil langkah-langkah untuk mengubah
faktor kebiasaan sehari-hari sehingga rekurensi dapat dicegah.
4. Ras
Batu saluran kemih lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia. Sedangkan pada
penduduk Amerika dan eropa jarang.
5. Keturunan
Ternyata anggota keluarga batu saluran kemih lebih banyak mempunyai kesempatan
untuk menderita batu saluran kemih dari pada yang lain.
6. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi kemungkinan
terbentuk batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan kadar semua substansi
dalam urin akan meningkat dan mempermudah terbentuk batu. Kejenuhan air yang di
minum
sesuai
dengan
kadar
mineralnya
terutama
kalsium
diperkirakan
Nyeri yang terus menerus, rasa panas atau terbakar di pinggang yang dapat
berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
2. Hematuria ditemukan pada 100 % kasus. Dapat terjadi dengan atau tanpa kolik.
3. Bila terjadi hidronefrosis, dapat diraba pembesaran ginjal.
Batu saluran kemih dapat memberikan serangan sakit yang datangnya secara tibatiba. Sering terjadi hematuria yang disertai nyeri. Batu yang terletak di kaliks ginjal atau
ureter dapat memberikan komplikasi obstruksi baik sebagian maupun total. Obstruksi
yang lama biasanya disertai dengan infeksi berulang dan piuria yang sukar ditanggulangi.
Akibat gangguan struktural tubuli karena obstruksi, berbagai fungsi tubuli
mengalami perubahan. Diduga fungsi reabsorpsi tubuli menurun dengan meningkatnya
tekanan hidrostatik. Pada obstruksi parsial jelas ada penurunan ekskresi natrium dan
diikuti dengan rendahnya konsentrasi natrium urin serta tingginya osmolalitas. Bila
obstruksi berkelanjutan renal blood flow akan menurun.
Pemeriksaan Laboratorium
1.
Urin ( 1,2,3,5,6 )
pH > 7,6 biasanya ditemukan kuman urea splitting organisme dapat terbentuk
batu magnesium amonium prostat
Biakan urin
Ekskresi kalsium, fosfor, asam urat dalam urin 24 jam untuk melihat apakah
terjadi hiperekskresi
2.
Darah ( 1,2,5,6 )
Hidronefrosis
Pionefrosis
Uremia
Gagal ginjal
Pengobatan
Tujuan pengelolaan batu saluran kemih adalah : ( 1,2 )
Menghilangkan obstruksi
Mengobati infeksi
berikut : ( 1,2 )
1. Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasinya dan besarnya batu.
2. Menentukan adanya akibat-akibat batu saluran kemih :
Rasa nyeri
Infeksi
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama
Ny. W
Umur
47 tahun
Jenis Kelamin
Perempuan
Alamat
Semarang
Tanggal Masuk
23 Juni 2004
Anamnesis
Keluhan utama : Sakit di perut kiri atas
Riwayat penyakit sekarang :
2 minggu sebelum masuk RS penderita merasa ada benjolan di perut kiri atas
yang makin tambah besar dan nyeri bila ditekan, tetapi tidak nyeri pinggang.
3 hari sebelum masuk RS penderita mengeluh sakit di perut kiri atas terus
menerus, tidak hilang saat istirahat, disertai mual dan muntah 2 sampai 3 kali
sehari, kira-kira gelas yang berisi seperti yang dimakan dan diminum, tidak
perih, tidak nyeri ulu hati, tidak sesak napas, tidak nyeri dada, tidak batuk.
Buang air kecil lancar, tidak sakit saat kencing, warna kuning, tidak menstruasi.
Penderita biasanya berobat ke Puskesmas tetapi setelah obat habis belum ada
perubahan maka penderita datang ke RSDK.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak pucat dan lemah
Tanda vital :
Tensi
120 / 80 mmHg
Nadi
84 kali / menit
RR
24 kali / menit
Suhu
37oC
Berat badan
50 kg
Tinggi badan :
155 cm
Kepala
Mesocephal
Mata
Hidung
Mulut
Tenggorok
Leher
Thoraks
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
datar
Palpasi
supel, hepar tidak teraba, limpa tidak teraba, nyeri tekan (+)
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
superior
inferior
-/-
-/-
Akral dingin :
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
Oedem
Laboratorium
Pemeriksaan Hematologi
Hb
10,5 g/dl
MCV
85,7 fl
Ht
32,2 %
MCH
27,9 pg
Lekosit
Trombosit
:
:
13.200 / mm3
MCHC
32,6 %
381.000 / mm3
344 mg/dl
Ureum
43 mg/dl
Kreatinin
1,89 mg/dl
Natrium
130 mmol/L
Kalium
4,8 mmol/L
10
Klorida
101 mmol/L
Pemeriksaan Urinalisis
Warna
pH
6,4
Glukosa
1000 mg/dl
Protein
25 mg/dl
Sedimen
Epitel
Lekosit
20 30
:
Eritrosit
68
Bakteri
Silinder
50 60
USG
BNO IVP
Diagnosis Sementara
Terapi
11
Multivitamin 3 x 1 tablet
Program
1. Pemeriksaan kolesterol, trigliserid, HDL, LDL
2. Pemeriksaan protein total, albumin, globulin
3. Konsul bedah urologi
12
13
25-6-2004
26-6-2004
28-6-2004
Hematologi :
Hb : 10,5 g/dl
Ht : 32,2 %
Lekosit : 13.200 / mm3
Trombosit : 381.000
Hb : 10,8 g/dl
Ht : 32,6 %
Lekosit : 13.200 / mm3
Trombosit : 432.000
GDN/GDPP : 128/163
Ureum : 36 mg/dl
Kreatinin : 1,03 mg/dl
Na : 135 mmol/L
K : 4,6 mmol/L
Cl : 101 mmol/L
Hb : 9,9 g/dl
Ht : 29,4 %
Lekosit : 9.900 / mm3
Trombosit : 442.000
Kimia Klinik :
Urinalisis :
GDN/GDPP : 109/119
Ureum : 33 mg/dl
Kreatinin : 1,19 mg/dl
Na : 139 mmol/L
K : 4,1 mmol/L
Cl : 105 mmol/L
14
KELUHAN
24-6-2004
25-6-2004
26-6-2004
TANDA VITAL
T : 120 / 80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 37oC
T : 120 / 80 mmHg
N : 86x/menit
RR : 22 x/menit
S : 37,2oC
T : 120 / 80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 24x/menit
S : 37oC
LABORATORIUM/KONSUL
Konsul : Bedah urologi
Hb : 10,8 g/dl
Ht : 32,6 %
Lekosit : 13.200 / mm3
Trombosit : 432.000
GDN/GDPP : 128/163
Ureum : 36 mg/dl
Kreatinin : 1,03 mg/dl
Na : 135 mmol/L
K : 4,6 mmol/L
Cl : 101 mmol/L
Kolesterol : 105 mg/dl
Trigliserid : 137 mg/dl
HDL : 46 mg/dl
LDL : 116 mg/dl
Protein total : 6,8 g/dl
Albumin : 3,5 g/dl
Globulin : 3,3
SGOT : 16 u/l
SGPT : 30 u/l
GGT : 22 u/l
ALP : 120 u/l
Asam urat : 5,5 mg/dl
Ca : 2,32 mmol/L
TERAPI
Terapi diteruskan
+ Antasid 3 x 1
+ Antalgin 3 x 1
+ Papaverin 3 x 1
Terapi dilanjutkan
Rencana :
Dioperasi tanggal
28-6-2004
Terapi dilanjutkan
15
Urinalisis :
Kuning agak keruh
pH : 7,0
Glukosa : 100 mg/dl
Protein : 25 mg/dl
Epitel : 3 5
Lekosit : 25 30
Eritrosit : 3 5
Bakteri : +
Silinder : Kristal kalsium oksalat : +
28-6-2004
T : 120 / 80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 20x/menit
S : 37oC
Hb : 9,9 g/dl
Ht : 29,4 %
Lekosit : 9.900 / mm3
Trombosit : 442.000
GDN/GDPP : 109/119
Ureum : 33 mg/dl
Kreatinin : 1,19 mg/dl
Na : 139 mmol/L
K : 4,1 mmol/L
Cl : 105 mmol/L
Urinalisis :
Kuning agak keruh
pH : 6,5
Glukosa : Protein : 25 mg/dl
Epitel : 2 3
Lekosit : 20 25
Eritrosit : 2 3
Bakteri : +
Silinder : Kristal kalsium oksalat : +
Terapi dilanjutkan
Pasien menolak operasi
dengan alasan biaya
16
29-6-2004
T : 120 / 80 mmHg
N : 88x/menit
RR : 24x/menit
S : 37,2oC
Terapi diteruskan
Pasien pulang paksa
17
PEMBAHASAN
Seorang wanita, 47 tahun, berat badan 50 kg, tinggi badan 155 cm, datang ke
RSDK dengan keluhan utama sakit di perut kiri atas.
Pada autoanamnesis didapatkan keluhan utama sakit perut kiri atas. Perjalanan
penyakit dimulai dengan adanya benjolan di perut kiri atas yang makin besar dan nyeri
bila ditekan sejak 2 minggu yang lalu, tetapi penderita tidak nyeri pinggang. Sejak 3 hari
sebelum masuk RS penderita merasa perut kiri atas sakit terus menerus, tidak hilang saat
istirahat, disertai mual dan muntah dua sampai tiga kali sehari, kira-kira setengah gelas
yang berisi seperti yang dimakan dan diminum, tidak perih, tidak nyeri ulu hati. Badan
terasa panas menggigil dan terus menerus. Buang air kecil lancar, tidak sakit saat
kencing, warna kuning. Dari riwayat penyakit dahulu ditemukan adanya riwayat kencing
berpasir sejak 2 tahun yang lalu. Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penderita tampak pucat dan lemah. Tensi :
120 / 80 mmHg, nadi : 84 kali / menit, pernapasan : 24 kali / menit, suhu : 37 oC, mata :
konjungtiva anemis +/+, abdomen : pada palpasi ditemukan adanya nyeri tekan, pada
perkusi ditemukan adanya nyeri ketok kostovertebra.
Pada pemeriksaan laboratorium saat baru masuk dijumpai Hb : 10,5 g/dl, Ht :
32,2 %, leukosit : 13.200 / mm3, trombosit : 381.000 / mm3, MCV : 85,7 fl, MCH :
27,9 pg, MCHC : 32,6 %, GDS : 344 mg/dl, ureum : 43 mg/dl, kreatinin : 1,89 mg/dl,
natrium : 130 mmol/L, kalium : 4,8 mmol/L, klorida : 101 mmol/L, pada pemeriksaan
urin : kuning agak keruh, glukosa : 1000 mg/dl, protein : 25 mg/dl, pada sedimen
dijumpai epitel : 20 30, leukosit : 50 60, eritrosit : 6 8, silinder (-), bakteri (+),
kristal kalsium oksalat (+).
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lain maka
pasien ini di diagnosis sementara dengan observasi nefrolithiasis sinistra, observasi
hidronefrosis sinistra grade II, dan observasi anemia normokrom normositik.
18
Anemia normokrom normositik dengan Hb : 10,5 g/dl, MCV : 85,7 fl, MCH :
27,9 pg, MCHC : 32,6 % yang mungkin disebabkan oleh adanya iritasi pada saluran
kemih yang menyebabkan hematuria.
Adanya peningkatan ureum yaitu 43 mg/dl dan kreatinin yaitu 1,89 mg/dl, dan
setelah diperiksa ulang kadarnya normal, namun penurunan fungsi ginjal belum
dapat disingkirkan.
Pada penderita ini juga dijumpai adanya glukosuria yaitu 1000 mg/dl yang terjadi
oleh karena nilai ambang ginjal terhadap glukosa ( 140 160 mg/dl ) terlampaui.
Proteinuria ringan yaitu 25 mg/dl mungkin disebabkan karena pada penderita ini
terdapat keadaan dehidrasi atau aktivitas fisik berlebihan karena penderita mual,
muntah, dan badan dirasakan panas menggigil terus menerus meskipun pada saat
diukur suhu penderita dalam batas normal. Penyebab menstruasi pada penderita ini
dapat disangkal karena penderita tidak sedang menstruasi.
Adanya bakteriuria mikroskopik dapat disebabkan oleh adanya infeksi dan atau cara
penampungan yang kurang bersih.
19
Kristal kalsium oksalat dapat ditemukan dalam urin jenuh dengan garam tertentu
( oversaturated ). Kristaluria yang banyak dan menetap yang terjadi pada urin yang
oversaturated dapat mengakibatkan terjadinya agregasi kristal dan kemudian
tumbuh menjadi batu.
20
KESIMPULAN
Seorang penderita dengan diagnosis / diagnosis klinik sementara observasi
nefrolithiasis sinistra, observasi hidronefrosis sinistra dan observasi anemia normokrom
normositik.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan :
Leukositosis ringan
21
SARAN
1. Pemeriksaan urin rutin ulang dengan tujuan memantau abnormalitas hasil urinalisis.
2. Pemeriksaan urin tampung 2 atau 3 gelas dengan tujuan menyingkirkan diagnosis
bakteriuri dan lekosituria karena infeksi dengan kontaminan.
3. Biakan urin dengan tujuan menetapkan kemungkinan infeksi saluran kemih dan
mencari jenis bakteri penyebab infeksi.
4. Analisis batu dengan tujuan mengetahui komposisi penyebab batu.
5. Klirens kreatinin dengan rumus Cockcroft Gault dengan tujuan mengetahui
abnormalitas laju filtrasi glomerulus.
6. Pemeriksaan hemoglobin dan gambaran darah tepi dengan tujuan memantau anemia.
7. Pemeriksaan LED untuk menunjang keadaan anemia dan inflamasi.
8. General check up laboratorik untuk kemungkinan diabetes melitus ( 3 tahun
sekali ).
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Soeparman, Waspadji S. Batu saluran kencing dalam Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.
Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 1990 : 337 40.
2. Achmad IA. Urologi dalam Ilmu Bedah. Edisi I. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 1995 :
156 61.
3. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Saluran kemih dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
Revisi. EGC, Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta, 1998 : 1024 34.
4. Hassan R, Alatas H. Nefrologi dalam Ilmu Kesehatan Anak. Jilid II. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta, 1985 : 840 43.
5. Widmann FK. Batu ginjal dalam Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Edisi 9. EGC, Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta, 1995 : 552 55.
6. Parsoedi A. Nephrolithiasis dalam Simposium Urinalisa dan Aplikasi Kinik. FK
UNDIP. Semarang, 1981 : 134 41.
23