Anda di halaman 1dari 7

idealisme

(rasionalisme)
:
bersumber
dari akal
pikiran

Hugo de Groot alias Grotius :


hukum alam adalah hukum
yang muncul sesuai kodrat
manusia yang tidak mungkin
dapat diubah oleh tuhan
sekalipun

tokoh lain: Samuel von


Pufendor dan Christian
Thomesius serta
Immanuel Kant

Lex Aeterna: rasio Tuhan sendiri yg mengatur segala hal dan


merupakan sumber dari segala sumber. Rasio ini tidak dapat
ditangkap oleh panca indra manusia

Ontologi
(tentang
"ada")

Mazhab Hukum
Alam : Aliran yang
konsepsinya bahwa
Hukum berlaku
universal dan abadi

irrasionalisme :
hukum
bersumber
langsung dari
Tuhan
(Teologis)

Lex Divina: bagian dari rasio Tuhan yang dapat ditangkap oleh
manusia berdasarkan waktu yang diterimanya

tokoh: Thomas Aquinas


membagi hukum kepada 4
gol:

Lex Posistivis: hukum yang berlaku merupakan pelaksanaan hukum


alam oleh manusia berhubung dengan syarat khusus yang
diperlukan oleh keadaan dunia. Hukum ini diwujudkan ke dalam
kitab-kitab suci dan hukum positif buatan manusia

empirisme:
bersumber
dari
pengalaman

Pengalaman Lahiriah
(yang berhubungan
dengan dunia)
Pengalaman Bathiniah
(yang berhubungan
dengan pribadi manusia
itu sendiri)
deduktif

Epistimologi
(metode)

(metode/logika deduktif : umum-khusus)


induktif
(metode/logika induktif : khusus-umum)

Aksiologi
(etika dan
estetika)

Lex Naaturalis: penjelmaan lex aeterna dari rasio manusia yang


dikenal sebagai hukum alam

Pengalaman (baik
lahir maupun
bathin)
merupakan
sumber hukum
yang paling benar
sesuai dengan
kehendak alam

fakta yang didapat melalui


observasi

Peramalan dan penjelasan

Kelebihan: mengembangkan dan membangkitkan kembali


orang untuk berfilsafat hukum dalam mencari keadilan
Kekurangan: penafsiran hukum alam sangat subjektif,
sehingga tidak jelas apa yang dimaksud dengan hukum
alam, bergantung pada penafsiran masing-masing
orang/ahli menganjurkannya

ALIRAN HUKUM ALAM


A. PENGERTIAN DAN PEMBAGIANNYA
Mazhab Hukum Alam :
. Ciri utamanya adalah universal dan abadi;
. Bersifat otonom yang validitasnya bersumber pada nilainya sendiri;
Dalam kajian ontologi Hukum Alam dapat dibedakan dalam tiga macam :
1. Rasionalisme : berpendapat bahwa sumber dari hukum yang universal dan abadi itu adalah rasio manusia.
Tokoh-tokoh Aliran Hukum Alam yang rasional adalah Hugo De Groot (Grotius), Christian Thomasius,
Immanuel Kant, dan Samuel VonPufendorf.
2. Irrasionalisme :
berpendapat bahwa hukum yang berlaku universal dan abadi itu bersumber dari tuhan secara langsung.
Pendukung Aliran HukumAlam yang irasional adalah Thomas Aquinas, John Salisbury, Dante Alighieri,
PiereDubois, Marsilius Padua, John Wyclliffe dan Johannes Huss.
3. Empirisme :
Berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaranyang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di
peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain,
kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.
Paham ini diperoleh oleh Francis Bacon yang hidup antara tahun 1561 1626, Thomas Hobbes (1588 1679):
John Locke (1632 1704) dan David Hume (1711 1776).
1.

Rasionalisme
A. Hugo De Groot alias Grotius (1583-1645)
Hugo De Groot atau Grotius adalah Bapak Hukum Internasional karena yang mempopulerkan konsep hukum dalam
hubungan antar negara seperti hukum perang dan damai serta hukum laut. Menurutnya sumber hukum adalah rasio
manusia karena karakteristik yang membedakan manusia dan mahluk lain adalah kemampuan akalnya,seluruh
kehidupan manusia harus berdasarkan pada kemampuan akalnya dan hukum alam adalah hukum yang muncul
sesuai kodrat manusia yang tidak mungkin dapat diubah oleh tuhan sekalipun karena hukum alam diperoleh
manusia dari akalnya tetapi tuhanlah yang memberikan kekuatan mengikatnya.
Karyanya yang termasyur adalah De Jure Belliac Pacis dan Mare Liberium.
Landasan landasan pembatasan terhadap hukum yang dibuat manusia harus dibatasi dengan tiang hukum
alam sebagai mana dikemukan oleh Grotius yakni: semua prinsip kupunya dan kau punya. Milik orang lain harus
dijaga; prinsip kesetiaan pada janji; prinsip ganti rugi dan prinsip perlunya hukuman karena pelanggaran atas hukum
alam. Dengan demikian hukum akan ditaati karena hukum akan memberikan suatu keadilan sesuai dengan porsinya.
B. Samuel von Pufendorf (1632 -1694) dan Christian Thomesius (1655 -1728)
Pufendorf berpendapat, bahwa hukum alam adalah aturan yang berasal dari akal pikiran yang murni. Dalam hal ini
unsur naluriah manusia lebih berperan. Akibatnya ketika manusia mulai hidup bermasyarakat, timbul pertentangan
kepentingan atau dengan yang lainnya. Agar tidak terjadi pertentangan terus-menerus dibuatlah perjanjian secara
sukarela diantara rakyat. Baru setelah itu, diadakan perjanjian berikutnya, berupa perjanjian penaklukan oleh raja.
Dengan adanya perjanjian itu, berarti tidak ada kekuasaan absolut. Semua kekuasaan itu dibatasi oleh Tuhan,
Hukum alam, kebiasaan, dan tujuan dari Negara yang didirikan. Menurut Thomasius, manusia hidup dengan
bermacam-macam naluri yang bertentangan satu dengan yang lain. Karena itu diperlukan baginya aturan-aturan
yang mengikat, agar ia mendapat kepastian dalam tindakan-tindakannya, baik ke dalam maupun keluar. Dengan
demikian, dalam ajarannya tentang hukum alam, Thomasius sampai kepada pengertian tentang ukuran, sebagaimana
Thomas Aguinas juga mengakuinya dalam hukum alam. Apabila ukuran itu bertalian dengan batin, manusia, ia
adalah aturan kesusilaan, apabila ia memperhatikan tindakan-tindakan lahiriah, ia merupakan aturan hukum. Jika
hendak diperlakukan, aturan hukum ini harus disertai dengan paksaan. Tentu saja yang dimaksud oleh Thomasius
disini adalah paksaan dari pihak penguasa.
C. Immanuel Kant (1724-1804)
Bertens mengungkapkan, kehidupan Kant sebagai filsuf dapat dibagi atas dua periode,yakni jaman prakritis dan
jaman kritis. Dalam jaman prakritis, Kant menganut pendirian rasionalistis yang dilancarkan oleh Wolf dan kawankawannya. Akibat pengaruh dari David Hume (1711-1776), berangsur-angsur Kant meninggalkan rasionalismenya.
Hume sendiri dalam filsafat dikenal sebagai tokoh empirisme, suatu aliran yang bertentangan dengan rasionalisme.
Empirisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan manusia bukan rasio, melainkan pengalaman (empiri), tepatnya
pengalaman yang berasal dari pengenalan inderawi.
2.

Irrasionalisme
A. Thomas Aquinas (1225 -1274)
Filsafat Thomas Aquinas berkaitan erat dengan teologia yang mengakui bahwa disamping kebenaran wahyu juga
terdapat kebenaran akal. Menurutnya ada dua pengetahuan yang berjalan bersama-sama yaitu pengetahuan alamiah
(berpangkal padaakal) dan pengetahuan iman (berpangkal pada wahyu ilahi). Sementara untuk ketentuanhukum
Aquinas mendefinisikannya sebagai ketentuan akal untuk kebaikan umum yang dibuat oleh orang yang mengurus
masyarakat. Ada empat macam hukum yang diberikanAquinas yaitu :a. lex aeterna (hukum rasio tuhan yang tidak
dapat ditangkap oleh pancainderamanusia). b. lex divina (hukum rasio tuhan yang dapat ditangkap oleh pancaindera

manusia).c. lex naturalis (hukum alam, yaitu penjelmaan lex aeterna ke dalam rasio manusia).d. lex positivis
(penerapan lex naturalis dalam kehidupan manusia di dunia).
B. John Salisbury (1115-1180)
Salisbury adalah rohaniawan pada abad pertengahan yang banyak mengkritik kesewenang-wenangan penguasa pada
waktu itu. Menurutnya jikalau masing-masing penduduknya bekerja untuk kepentingannya sendiri, kepentingan
masyarakat akan terpelihara dengan sebaik-baiknya. Salisbury juga melukiskan kehidupan bernegara itu seperti
kehidupan sarang lebah, yang sangat memerlukan kerja sama dari semua unsur,suatu pandangan yang bertitik tolak
dari pendekatan organis. Kumpulan bukunya adalah Policraticus sive de nubis curialtum et vestigiis philosophorum
libri dan Metalogicus.
C. Dante Alighieri (1265 -1321)
Dante memberikan legitimasi terhadap kekuasaan monarkhi yang bersifat mondial.Monarkhi dunia inilah yang
menjadi badan tertinggi yang memutuskan perselisihanantara penguasa yang satu dengan yang lainnya. Dasar
hukum yang menjadi pegangan adalah hukum alam yang mencerminkan hukum-hukum tuhan, menurutnya
badantertinggi yang memperoleh legitimasi dari tuhan sebagai monarkhi dunia ini adalah Kekaisaran Romawi yang
kemudian di abad pertengahan Kekaisaran Romawi sudah digantikan oleh kekuasaan Jerman dan Perancis di Eropa.
Karangan Dante yang penting berjudul De Monarchia.
D. Piere Dubois (lahir 1255)
Dubois adalah salah satu filsuf terkemuka Perancis yang juga sebagai pengacara Raja Perancis sangat meyakini
adanya hukum yang dapat berlaku universal, bahwa penguasa(raja) dapat langsung menerima kekuasaan dari tuhan.
Ia juga menyatakan bahwa raja pun memiliki kekuasaan membentuk undang-undang, tetapi raja tidak terikat
untuk mematuhinya. Bukunya Dubois adalah De Recuperatione Trre Sancte (tentang penaklukan kembali tanah suci).
E. Marsilius Padua dan William Occham (1280-1317)
Pemikiran Marsilius Padua dan William Occam seringkali diuraikan bersama-sama karena banyak persamaannya,
keduanya termasuk tokoh penting abad 14 yang sama-sama dari ordo Fransiscan dan pernah memberi kuliah di
universitas di kota Paris. Pendapatnya tentang kenegaraan banyak dipengaruhi oleh Aristoteles.yaitu bahwa tujuan
negara adalah untuk memajukan kemakmuran dan memberi kesempatan seluas-luasnyakepada warga negara agar
dapat mengembangkan dirinya secara bebas. Bahkan rakyat boleh menghukum penguasa (raja) yang melanggar
undang-undang, termasuk memberhentikannya karena kekuasaan raja bukanlah kekuasaan absolute
melainkandibatasi oleh undang-undang. Filsafat Occam sering disebut nominalisme, sebagai lawanThomas Aquinas
daalam pemikiran Aliran Hukum Alam yang irasional bahwa rasio manusia untuk mengungkapkan kebenaran,
sedangkan Occam sebaliknya rasio manusia tidak dapat memastikan suatu kebenaran karena pengetahuan yang
ditangkap manusia hanya nama-nama (nomen, nominal) yang digunakan manusia dalam hidupnya. Karang Padua
adalah Defensor Pacis, sedangkan Occam adalah De Imperatorum et Pontifictum Potestate.
F. John Wycliffe (1320-1384) dan Johannes Huss (1369-1415)
Keduanya filsuf Inggris abad pertengahan yang menyoroti masalah kekuasaan gereja. Wycliffe mengibaratkan
hubungan antara kekuasaan ketuhanan dan kekuasaan duniawi seperti hubungan pemilik dan penggarap tanah,
masing-masing memiliki bidangnya sendiri sehingga tidak boleh saling mencampuri. Selain itu juga dia
berpendapat pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yangn dipimpin para bangsawan. Huss melengkapi
pemikiran Wycliffe yang mengatakan paus dan hirarki gereja tidak diadakan menurut perintah tuhan.
3. Empirisme
A. John Locke (lahir 29 Agustus 1632 meninggal 28 Oktober 1704 pada umur 72 tahun)
Menurut Locke, seluruh pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Posisi ini adalah posisi empirisme yang
menolak pendapat kaum rasionalis yang mengatakan sumber pengetahuan manusia yang terutama berasal dari rasio
atau pikiran manusia. Meskipun demikian, rasio atau pikiran berperan juga di dalam proses manusia memperoleh
pengetahuan. Dengan demikian, Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia mengalami sesuatu, pikiran
atau rasio manusia itu belum berfungsi atau masih kosong. Situasi tersebut diibaratkan Locke seperti sebuah kertas
putih (tabula rasa) yang kemudian mendapatkan isinya dari pengalaman yang dijalani oleh manusia itu. Rasio
manusia hanya berfungsi untuk mengolah pengalaman-pengalaman manusia menjadi pengetahuan sehingga sumber
utama pengetahuan menurut Locke adalah pengalaman.
Ragam pengalaman Manusia
Lebih lanjut, Locke menyatakan ada dua macam pengalaman manusia, yakni pengalaman lahiriah (sense atau
eksternal sensation) dan pengalaman batiniah (internal sense atau reflection). Pengalaman lahiriah adalah
pengalaman yang menangkap aktivitas indrawi yaitu segala aktivitas material yang berhubungan dengan panca indra
manusia. Kemudian pengalaman batiniah terjadi ketika manusia memiliki kesadaran terhadap aktivitasnya sendiri
dengan cara 'mengingat', 'menghendaki', 'meyakini', dan sebagainya. Kedua bentuk pengalaman manusia inilah yang
akan membentuk pengetahuan melalui proses selanjutnya.
Proses manusia mendapatkan pengetahuan
Dari perpaduan dua bentuk pengalaman manusia, pengalaman lahiriah dan pengalaman batiniah, diperoleh apa yang
Locke sebut 'pandangan-pandangan sederhana' (simple ideas) yang berfungsi sebagai data-data empiris. Ada empat
jenis pandangan sederhana:

1.
2.
3.
4.

Pandangan yang hanya diterima oleh satu indra manusia saja. Misalnya, warna diterima oleh mata, dan
bunyi diterima oleh telinga.
Pandangan yang diterima oleh beberapa indra, misalnya saja ruang dan gerak.
Pandangan yang dihasilkan oleh refleksi kesadaran manusia, misalnya ingatan.
Pandangan yang menyertai saat-saat terjadinya proses penerimaan dan refleksi. Misalnya, rasa tertarik, rasa
heran, dan waktu.

Di dalam proses terbentuknya pandangan-pandangan sederhana ini, rasio atau pikiran manusia bersifat pasif
atau belum berfungsi. Setelah pandangan-pandangan sederhana ini tersedia, baru rasio atau pikiran bekerja
membentuk 'pandangan-pandangan kompleks' (complex ideas). Rasio bekerja membentuk pandangan kompleks
dengan cara membandingkan, mengabstraksi, dan menghubung-hubungkan pandangan-pandangan sederhana
tersebut.
Pembentukan Sebuah Negara:
Deskripsi Locke tentang perjanjian sosial (kontrak sosial) menjadi landasan yang prinsipil dan filosofis dalam
melihat proses pembentukan sebuah negara. Locke bahkan menegaskan tentang pentingnya memisahkan aspek
legislatif (pembuat undang-undang dan hukum) dan aspek eksekutif dan yudikatif (pelaksanaan undang-undang dan
hukum) dalam sebuah sistem politik . Kedua aspek ini tidak boleh dipegang oleh satu tangan agar penyalahgunaan
kekuasaan dapat dihindarkan.
Locke mempunyai empat pembatasan khusus dari kekuasaan legislatif:Pertama, Ia wajib mengikuti hukum
alam yang menjadi hukum abadi bagi semua orang, baik pembuat hukum atau orang lain. Kedua, Ia harus bertindak
sesuai dengan hukum dan tidak boleh sewenag-wenang. Ketiga, Ia tidak bisa menetapkan pajak terhadap harta milik
rakyat tanpa persetujuan mereka. Keempat, Ia tidak mendelegasikan kekuasaan membuat hukum kepada pihak lain.
B. Thomas Hobbes (lahir di Malmesbury, Wiltshire, Inggris, 5 April 1588 meninggal di Derbyshire,
Inggris, 4 Desember 1679 pada umur 91 tahun)
adalah salah seorang tokoh dalam aliran Hukum Alam. Buku-bukunya yang terpenting adalah De Cive (1651)
tentang kewarganegaraan, Leviathan or the matter form and power of commonweath ecclesiastical and civil, tentang
leviathan atau pokok bentuk dan kekuasaan suatu hidup bersama, baik gerejani maupun sipil.
Menurut Hobbes metode yang tepat untuk mendapatkan kebenaran adalah metode yang digunakan dalam
ilmu-ilmu pengetahuan positif yakni dalam ilmu-ilmu pengetahuan fisika dan matematika. Dalam ilmu pengetahuan
fisika penyelidikan empiris memainkan peranan yang sangat penting. Melalui penyelidikan empiris dapat
dipastikan bahwa benda alam yang merupakan obyek penyelidikan adalah bersifat material dan semua itu
berhubungan antara satu dengan yang lain menurut hukum sebab akibat.
Thomas Hobbes meyakinkan terhadap pentingnya kekuasaan negara yang amat besar, yang menurut
pendapatnya harus diberikan kepada penguasa yang absolut. Hobbes seperti kebanyakan penulis pada masanya,
mengakui kekuasaan Hukum Alam. Tetapi mengartikan Hukum Alamnya berbeda secara mendasar dari para penulis
lainnya yang menganggap Hukum Alam sebagai suatu tatanan objektif yang pasti dan yang lebih tinggi dari hukum
positif. Ia mengubah tekanan dari Hukum Alam sebagai suatu tatanan objektif menjadi suatu hak alami sebagai
tuntunan subjektif yang didasarkan oleh sifat manusia, sehingga memberikan jalan untuk revolusi individualisme di
kemudian hari dengan nama hak-hak yang tak dapat dicabut kembali.
Prinsip pokok Hukum Alam adalah hak alami untuk menjaga diri, Hal ini berkaitan dengan pandangannya
mengenai keadaan alam dimana orang hidup tanpa kekuasaan bersama untuk membuat mereka semua mempunyai
rasa hormat, mereka hidup dalam keadaan yang disebut warre sebagaimana adanya pada setiap manusia
bertentangan dengan setiap manusia.
Hobbes berpendapat negara dan hukum tidak termasuk realitas alam sebab diwujudkan oleh manusia
sendiri. Tetapi disini pengertiannya juga berpangkal pada pengalaman. Apa yang dialami dalam hidup bersama
membawa kita kepada pengertian negara dan hukum. Karena negara dan hukum diwujudkan oleh manusia maka
kebenarannya tergantung dari manusia juga. Apa yang dikehendaki manusia disebut benar, tidak ada norma
kebenaran selain manusia iti sendiri. Oleh karena itu negara dan hukum ditentukan kebenarannya secara apriori
dengan jalan deduksi.
Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu:
1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang
dialami.
2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali
beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman
inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di
peroleh dari pengalaman.
6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.

B. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN


Sama halnya dengan banyak bidang studi lainnya, sejarah hukum dari alam (the law of nature) dimulai pada
zaman Yunani. Filsafat Yunani melahirkan standar yang absolut mengenai hak dan keadilan. Hal ini didasarkan
pada kepercayaan pada berlakunya kekuasaan supernatural atas hukum, dimana manusia seharusnya mematuhinya.
Pernyataan riil pertama dari Teori Hukum Alam dari sudut terminologi filsafat berasal dari abad 6 SM. Hukum
manusia dikatakan mendapat tempatnya dalam tatanan benda-benda berdasarkan atas kekuatan yang mengontrol
segala hal. Reaksi dari ajaran ini datang pada abad-abad berikutnya dimana ada perbedaan dan kemungkinan
timbulnya konflik anatara Hukum Alam dan Hukum yang dibuat manusia. Pada zaman Yunani, Aristoteles dan
Plato membangun kembali Hukum Alam. Sampai hari ini hanya Aristoteles yang mempunyai pengaruh terbesar
dalam doktrin Hukum Alam, ia menganggap manusia adalah bagian dari alam.
Menurut Friedmann Aliran Hukum Alam timbul karena kegagalan umat manusia dalam mencari keadilan yang
absolut, sehingga hukum alam dipandang sebagai hukum yang berlaku universal dan abadi. Hukum alam dianggap
lebih tinggi dari hukum yang sengaja dibentuk oleh manusia.
Hukum Alam itu sebenarnya bukan merupakan satu jenis hukum, tetapi penamaan seragam untuk banyak ide
yang dikelompokkan menjadi satu nama yaitu Hukum Alam. Salah satu pemikiran Hukum Alam yang khas adalah
tidak dipisahkannya secara tegas antara hukum dan nilai moral.
Pada umumnya penganut aliran Hukum Alam mamandang hukum dan moral sebagai pencerminan dan
pengaturan secara internal dan eksternal dari kehidupan manusia dan hubungan sesama manusia.
Didalam aliran Hukum Alam ini terdapat suatu pembedaan-pembedaan, yaitu:
Hukum Alam sebagai metode adalah yang tertua yang dapat dikenali sejak zaman yang kuno sekali sampai
pada permulaan abad pertengahan. Hukum ini memusatkan perhatiannya pada usaha untuk menemukan metode
yang bisa digunakan untuk menciptakan peraturan-peraturan yang mampu untuk mengatasi keadaan yang berlainlainan.
Hukum Alam sebagai substansi atau isi berisikan norma-norma. Peraturan-peraturan dapat diciptakan dari
asas yang mutlak yang lazim dikenali dengan peraturan hak azasi manusia. Ciri Hukum Alam seperti ini merupakan
ciri dari abad ke 17 dan ke 18 untuk kemudian pada abad berikutnya digantikan oleh positivisme hukum.
Positivisme hukum sendiri ternyata kemudian tidak mampu untuk mengikuti rasa keadilan yang tumbuh
didalam masyarakat karena hukum yang sifatnya tertulis tidak dapat berubah-ubah setiap saat. Rasa keadilan yang
tercermin dalam suatu kitab undang-undang misalnya, mungkn hanya selaras dengan keadilan dalam masyarakat
pada waktu di berlakukannya kitab undang-undang itu. Mayarakat yang terus berubah membawa serta perubahan
pada keadilan yang hidup pada masyarakat itu. Karena dirasakan ketentuan yang ada tidak atau kurang
mencerminkan rasa keadilan yang dikehendaki, maka orang berusaha mencari keadilan yang dikehendaki, maka
orang berusaha mencari keadilan lain, dan ini berarti orang berpegang kembali pada ajaran Hukum Alam. Inilah
yang disebut masa kebangkitan kembali hukum alam.
Dalam memahami ajaran Hukum Alam maka terlebih dahulu harus dibedakan antara pemikiran Hukum Alam
yang tumbuh di Yunani dan pemikiran Hukum Alam yang tumbuh di Romawi. Dan yang perlu diketahui adalah
bahwa tidak ada teori yang tunggal tentang Hukum Alam, masing-masing filsuf yang menganut ajaran ini cenderung
mempunyai pandangan khas masing-masing.
Perbedaan pokok antara pemikiran Yunani dan pemikiran Romawi tentang Hukum lebih bersifat teroitis dan
filosofis, sedangkan pemikiran Romawi lebih menitikberatkan pada hal-hal yang praktis dan dikaitkan pada hukum
positif.
Perkembangan ajaran Hukum Alam tidak terlepas dari pendapat para tokoh dan pakar Hukum Alam, yang
menjadi pelopor sekaligus melakukan pengembangan ajaran Hukum Alam itu sendiri. Adapun tokoh dan pakar itu
menurut zamannya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Tokoh-tokoh Hukum Alam Yunani antara lain: socrates, plato, Aristotle
2. Tokoh-tokoh Hukum Alam Romawi antara lain:Cicero, Gaius
3. Tokoh-tokoh Hukum Alam di abad pertengahan antara lain: Auguste, Isidor, Thomas Aguinas dan Wiliam
Occam
4. Tokoh-tokoh Hukum Alam di abad ke enam belas sampai ke delapan belas antara lain :Bodin, Grotius, Thomas
Hobbes, Spinoza, John Lock, Montesquieu dan JJ Rousseau
5. Tokoh-tokoh idealisme transedental antara lain: Imanuel Kant dan Hegel.
6. Tokoh-tokoh kebangkitan kembali Hukum Alam antara lain : Kohler, Stamler,Leon Duguit,Gustav Radbruch,
Del Vecchio
Walaupun pengungkapan mengenai hukum alam terus berlanjut namun sampai saat ini bukanlah merupakan
suatu konsep yang tunggal, tetap dan statis. Hukum Alam telah memiliki banyak pengertian yang berbeda-beda dan
telah digunakan pada berbagai kegunaan yang berbeda pula tergantung pada kebutuhan dan tujuannya. Banyak
dokrtin/ajaran yang berbeda-beda mengenai Hukum Alam yang diungkapan oleh para tokoh/ahli yang hidup di
zaman yang berbeda-beda, dan cenderung mempunyai pandangan khas masing-masing mengenai hukum alam dari
sudut pandangnya masing-masing, namun pada intinya pemikiran Hukum Alam yang khas adalah tidak
dipisahkannya secara tegas antara hukum dan moral ( nilai-nilai moral, keadilan).
Asumsi dasar/ideologi aliran Hukum alam adalah:
Hukum positif tergantung/berdasarkan tertib yang lebih tinggi/supranatural, yaitu dipengaruhi oleh:
1. Pengaruh ajaran Tuhan;
2. Alasan yang suci;
3. Kodrat manusia (misalnya pikiran manusia dimanapun, kapanpun adalah sama).
Jadi hukum dimana saja, kapan saja, bagi siapa saja berlaku sama (universal). Penguasa yang tidak
mensejahterakan warganya dianggap tidak adil dan dianggap tidak mencerminkan hukum yang baik. Hukum

dipengaruhi/tidak terpisah dari moral (sebagai landasan dari keadilan). Hukum Kodrat dipengaruhi juga oleh ajaran
Filsafat, Etika dan Agama.
Mengapa orang tunduk pada hukum ?
Menurut aristoteles :
- hukum berlaku karena penetapan Negara
- hukum alam sebagai hukum yang asli berlaku dimana saja tidak tergantung waktu dan tempat , orang-orang yang
berfikiran sehat merasakan hokum alam selaras dengan kodrat manusia.
- hukum tidak tergantung pada pandangan manusia tentang baik buruknya
Menurut Thomas Aquino : segala kejadian dalam ini di perintah dan dikendalikan oleh suatu UU abadi (lex eterna)
yang menjadi dasar kekuasaan dari semua peraturan lainnya . lex aterna = kehendak pikiran tuhan yang menciptakan
dunia ini.
Menurut Thomas Aquino pula hukum alam memuat dua azas yaitu :
1. azas umum (principia prima) : azas yang dengan sendirinya dimiliki manusia sejak lahir dan mutlak diterima
(contoh :berbuat baik) .
2. azas diturunkan dari azas umum ( principia secundaria) : azas yang merupakan
tapsiran dari principia prima yang dilakukan manusia
Menurut Justinian, lembaga-lembaga hukum alam dapat dibedakan dalam:
- hukum sipil (civil law) dan
- hukum universal (universal law).
Hukum sipil merupakan hukum yang sifatnya khusus yang tiap-tiap manusia atau bangsa membuatnya sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
Sedangkan hukum universal merupakan hukum dimana ketentuan tersebut digunakan /berlaku bagi seluruh
ciptaan Tuhan.
Hukum alam (universal law) melihat semua manusia mempunyai kedudukan yang sama, kesamaan sebagai
ciptaan Tuhan. Manusia yang berkulit hitam tidak berarti lebih rendah dari manusia yang lebih putih, karena itu
bukan kehendak manusia tapi hukum alam yang berlaku. Maka perbudakan dalam bentuk dan jenis yang
mengatasnamakan warna kulit tidak dapat dibenarkan menurut teori hukum alam. Sedangkan hukum sipil (civil law)
yang merupakan kehendak dan kesepakatan masyarakat setiap waktu dapat diubah oleh masyarakatnya secara diamdiam atau diganti dengan peraturan yang baru sesuai dengan kebutuhan.
Kontribusi terbesar ajaran atau mazhab hukum alam bagi hukum internasional adalah bahwa ia memberikan
dasar-dasar bagi pembentukan hukum yang ideal. Dalam hal ini, dengan menjelaskan bahwa konsep hidup
bermasyarakat internasional merupakan keharusan yang diperintahkan oleh akal budi (rasio) manusia, mazhab
hukum alam sesungguhnya telah meletakkan dasar rasionalitas bagi pentingnya hidup berdampingan secara tertib
dan damai antarbangsa-bangsa di dunia ini walaupun mereka memiliki asal-usul keturunan, pandangan hidup, dan
nilai-nilai yang berbeda-beda.
Kelebihan aliran hukum alam : mengembangkan dan membangkitkan kembali orang untuk berfilsafat hukum
dalam mencari keadilan, mengembangkan perlindungan terhadap HAM, mengembangkan hukum internasional.
Meskipun demikian, ia juga mengandung kelemahan yang cukup mendasar yaitu tidak jelasnya apa yang
dimaksud dengan hukum alam itu. Akibatnya, pengertian tentang hukum alam itu menjadi sangat subjektif,
bergantung pada penafsiran masing-masing orang atau ahli yang menganjurkannya.
C. CONTOH KASUS PENERAPAN HUKUM ALAM DALAM PUTUSAN PENGADILAN
Hukum Alam dan Hak Milik Intelektual, PT. Tancho Indonesia Co. Ltd. V. Wong A Kiong, No. 521/1971 G
(1972).
Dalam sengketa merek yang cukup menarik dan telah menjadi yurisprodensi, yaitu meniru merek sama
secara keseluruhan, untuk jenis barang yang sama. Dalam PT. Tancho Indonesia, Co. Ltd., adalah pemilik merek
Tancho yang sah dan berkedudukan di Osaka Jepang. Menurut Penggugat, Tergugat (Wong A Kiong) telah
meniru merek Penggugat sama secara keseluruhan untuk jenis barang yang sama (kosmetik).
Dalam gugatannya, Penggugat menyatakan bahwa dagang Tancho terdiri dari dua huruf kanji dan
gambar burung bangau terbang dalam lingkaran untuk barang-barang kosmetik dan telah didaftarkan sejak tahun
1961 di Philipina, Singapure dan Hong Kong, serta pada tahun itu juga barang-barang keluaran Tancho tersebut
telah dikenal di Indonesia. Untuk melancarkan perdagangan di Indonesia, Tancho, Co. Ltd. Mengadakan Joint
Venturre dengan N.V. The City Factory, sehingga terbentuklah PT. Tancho Indonesia, Co. Ltd. (Penggugat).
Kemudian Penggugat mendaftarkan mereknya di Indonesia, tetapi secara lisan ditolak oleh Kantor Merek.
Rupanya Tergugat, Wong A Kiong telah meniru merek Penggugat sama secara keseluruhan untuk jenis
barang yang sama (kosmetik), bahkan tergugat menyatakan sebagai pemakai merek Tancho pertama di Indonesia,
dan telah mendaftarkannya di Kantor Merek. Selain dari itu, Tergugat mencantumkan dalam label merek, seolaholah produksi barang buatan luar negeri, padahal buatan dalam negeri.
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam putusannya menyatakan, bahwa Tergugat Wong A Kiong adalah
satu-satunya yang berhak di wilayah Indonesia karena pendaftar pertama. Atas putusan itu PT. Tancho Indonesia
naik kasasi ke Mahkamah Agung. Mahkamah Agung berpendapat, antara lain, sesuai dengan maksud UndangUndang Merek 1961 yang mengutamakan perlindungan terhadap khalayak ramai, maka perkataan pemakai pertama
di Indonesia harus ditafsirkan sebagai pemakai pertama di Indonesia yang jujur dan beritikad baik, sesuai dengan
azas hukum bahwa perlindungan diberikan kepada orang yang beritikad baik dan tidak kepada orang yang beritikad
buruk. Mahkamah Agung kemudian membatalkan putusan Pengadilan Negeri dan menyatakan Penggugat adalah
pemilik dan pemakai pertama merek dagang Tancho di Indonesia.

Putusan perkara Tancho tersebut merupakan terobosan Mahkamah Agung yang mengikuti Hukum Alam,
yaitu orang harus beritikad baik dan tidak boleh mencuri milik orang lain. Putusan Mahkamah Agung itu diikuti
pembuat Undang-Undang dalam pembaharuan Undang-Undang Merek selanjutnya. (disadur dari tulisan Erman
Rajagukguk, Filsafat Hukum Ekonomi).

D. KESIMPULAN
Mazhab Hukum Alam :
. Ciri utamanya adalah universal dan abadi;
. Bersifat otonom yang validitasnya bersumber pada nilainya sendiri;
. Hukum alam menjadi kekuasaan tertinggi atau rasional tertinggi dan sekaligus pembatasan tertinggi bagi
kekuasaan hukum, sosial, dan politik;
. Diperoleh dari berpikir deduktif inferential, dari prinsipprinsip self evidens atau presuposisi yang dianggap
benar secara universal;
. Hukum alam telah banyak mempengaruhi perkembangan pemikiran dan praktik berhukum. Sebaliknya belum
ada kesatuan pendapat mengenai definisinya
Landasan landasan pembatasan terhadap hukum yang dibuat manusia harus dibatasi dengan tiang hukum alam
sebagai mana dikemukan oleh Grotius yakni: semua prinsip kupunya dan kau punya. Milik orang lain harus dijaga;
prinsip kesetiaan pada janji; prinsip ganti rugi dan prinsip perlunya hukuman karena pelanggaran atas hukum alam.
Dengan demikian hukum akan ditaati karena hukum akan memberikan suatu keadilan sesuai dengan porsinya.
Adapun tokoh dan pakar menurut zamannya dikelompokkan sebagai berikut:
1. Tokoh-tokoh Hukum Alam Yunani antara lain: socrates, plato, Aristotle
2. Tokoh-tokoh Hukum Alam Romawi antara lain:Cicero, Gaius
3. Tokoh-tokoh Hukum Alam di abad pertengahan antara lain: Auguste, Isidor, Thomas Aguinas dan Wiliam
Occam
4. Tokoh-tokoh Hukum Alam di abad ke enam belas sampai ke delapan belas antara lain :Bodin, Grotius, Thomas
Hobbes, Spinoza, John Lock, Montesquieu dan JJ Rousseau
5. Tokoh-tokoh idealisme transedental antara lain: Imanuel Kant dan Hegel.
6. Tokoh-tokoh kebangkitan kembali Hukum Alam antara lain : Kohler, Stamler,Leon Duguit,Gustav Radbruch,
Del Vecchio
Kelebihan aliran hukum alam : mengembangkan dan membangkitkan kembali orang untuk berfilsafat
hukum dalam mencari keadilan, mengembangkan perlindungan terhadap HAM, mengembangkan hukum
internasional.
Kekurangan aliran hukum alam : karena tidak jelasnya apa yang dimaksud dengan hukum alam itu.
Akibatnya, pengertian tentang hukum alam itu menjadi sangat subjektif, bergantung pada penafsiran masing-masing
orang atau ahli yang menganjurkannya.

Anda mungkin juga menyukai