Laporan Kasus Sna
Laporan Kasus Sna
Identitas Pasien
Nama Pasien
: An. R
Usia
: 6 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Alamat
: Cikalong
A.
Keluhan Utama
Bengkak Seluruh Tubuh
lalu. Penderita tidak mengeluh ada nya luka di kulit sebelumnya. Keluhan tidak
disertai panas badan, sakit kepala, penglihatan menjadi kabur, batuk, mual muntah,
kejang, pucat, lemah, lesu atau kehilangan nafsu makan. Penderita belum pernah
mengalami sakit kuning. BAB dalam batas normal.
Riwayat Pengobatan :
2 hari SMRS pasien datang ke klinik dokter swasta dan diberi tablet warna hijau yang
diminum 3x2 tablet/hari tetapi baru diminum 1 kali karena tidak ada perbaikan
langsung datang ke RSUD Cianjur.
Riwayat Kehamilan:
Ibu Penderita tidak pernah memeriksakan kandungan ke petugas medis
Riwayat Kelahiran:
Penderita adalah anak ke-2, lahir melalui proses spontan di Bidan, cukup bulan (38
minggu), langsung menangis, tidak ada kelainan bawaan. Berat Badan penderita saat
lahir 3400 gram, Panjang Badan lahir penderita adalah 49 cm.
Riwayat Makanan :
Menurut ibu penderita, penderita diberi ASI sampai sekarang (1 tahun 8 bulan), tidak
diberikan tambahan susu formula. penderita diberi makanan tambahan (MPASI) sejak
usia 6 bulan yaitu bubur serelak. Dan makan nasi seperti biasa sejak umur 9 bulan.
Riwayat Imunisasi :
a. BCG
:-
b. Hepatitis
:-
c. DPT
:-
d. Polio
:-
e. Campak
:-
Kesan
Riwayat Alergi :
Menurut Ibu, penderita tidak memiliki riwayat alergi obat, udara, makanan, ataupun
susu.
Riwayat Psikososial:
Anak aktif dilingkungan bermainnya.
B. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
: Composmentis
Tanda Vital
Suhu : 36,7oC
TD
: 150/100 mmHG
Nadi
RR
: 32x/menit
Antropometri :
BB
PB
: 105 cm
Lingkar perut : 58 cm
Status Gizi
Kepala
Mata
: ikterik (-)/(-)
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Dada :
Inspeksi
Auskultasi
wheezing (-/-)
-
Jantung :
Inspeksi
Palpasi
midclavicularis sinistra
Perkusi
: Tidak dilakukan
Abdomen :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Asites
: (+)
Lingkar perut
: 58 cm
Ekstremitas Atas :
Akral
: Hangat
Edema
: (+)/(+)
RCT
: 1 detik
Turgor kulit
: kembali cepat
Ekstremitas Bawah
Akral
:
: Hangat
Edema
: (+)/(+)
RCT
: 1 detik
Inguinal
Genitalia
C. Hasil Lab
Hasil Lab UGD RSUD Cianjur
Pemeriksaan Darah Rutin, 12 Juni 2012
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
Hemoglobin
11,8
Hematokrit
37
37-52 %
Leukosit
17.200
4800 10.800
Trombosit
penuh
leukosit
2-3
Sel. epitel
4-5
Protein
++++
Resume
Pasien 6 tahun status gizi baik datang ke RS dengan keluhan bengkak seluruh tubuh
1 hari SMRS. Bengkak diawali pada kelopak mata terutama pagi sejak 1 minggu
SMRS. Bengkak kemudian menjalar keseluruh tubuh. Penderita mengeluh oliguri,
keluhan bengkak tidak disertai sesak napas, air kencing nya menjadi keruh atau
seperti coca cola. Keluhan didahului batuk pilek sejak 2 minggu SMRS.dua hari
SMRS mendapat obat prednison namun tidak sembuh. Pada pemeriksaan fisik
tekanan darah 150/90 mmHg, puffy face, udem palpebra, asites, udem skrotum dan
pitting udem pada pretibial dan dorsal pedis. Pemeriksaan Laboratorium didapatkan
eritrosit urin penuh, proteinuria.
D. Assesstment
Sindrom Nefrirtis Akut
Penatalaksanaan :
diet rendah garam
Captopril 2 x 6.25 mg
Furosemid 1x20 mg
Ampisilin 4x500 mg
F. Follow - Up
Tanggal 13 juni 2012, pukul 06.00 pagi
S
: bengkak (+), Sesak (-), Batuk (-), Pilek (-), Napas grok-grok, Demam (-),
: TTV S: 36oC RR: 30 x/menit N:100 x/menit, ronki (-), wheezing (-),
kelainan neurologis (-), abdomen (BU normal) cembung, asites(+) akral (hangat,
RCT <2, nadi kuat angkat) lingkar perut 56 cm, pitting udem (+)
A
: SNA
: D 5%=(21x80)/96 gtt/menit
furosemid 1x20 mg
captopril 2x6.25 mg
ampisilin 4x500 mg
diet rendah garam
px/ ureum kreatinin dan kolesterol total
10
: bengkak (+), Sesak (-), Batuk (-), Pilek (-), Napas grok-grok, Demam (-),
: TTV S: 36oC RR: 30 x/menit N:100 x/menit, ronki (-), wheezing (-),
kelainan neurologis (-), abdomen (BU normal) cembung, asites(+) akral hangat, RCT
<2, nadi kuat angkat) lingkar perut 54 cm, pitting udem (+)
ureum 65.7 (10-50 mg%)
Kreatinin 1.1 (0.5-1.0 mg%)
Kolesterol total 173 (<200 mg%)
A
: SNA
: D 5%=(21x80)/96 gtt/menit
furosemid 1x20 mg
captopril 2x6.25 mg
ampisilin 4x500 mg
diet rendah garam
11
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
sindrom nefritik merupakan sindrom (kumpulan gejala) yang terjadi akibat berbagai
penyakit yang mempengaruhi ginjal yang menyebabkan:
Proteinuria
mempengaruhi usia 18 bulan sampai 4 tahun, dan serangan lebih pada pria muda.
Sindrom nefritik akut (SNA) merupakan penyakit pada glomerulus yang
ditandai oleh edema, hematuria, hipertensi dan insufisiensi ginjal. Penyebab tersering
sindrom nefritik akut di Indonesia adalah infeksi streptokokus b hemolitikus grup A.
Tidak semua penderita sindrom nefritik akut menunjukkan hematuria makroskopik.
Nefritis Glomerulus atau Radang Ginjal adalah radang yang terjadi karena
adanya kerusakan nefron, khususnya pada bagian glomerulus ginjal akibat infeksi
kuman umumnya bakteri streptococus. Akibat nefritis ini seseorang akan menderita
uremia atau edema. Uremia adalah masuknya kembali urine (C5H4N4O3) dan urea ke
dalam pembuluh darah sedangkan edema adalah penimbunan air di jaringan karena
terganggunya reabsorpsi air.
ETIOLOGI
Sindroma nefritik akut bisa timbul setelah suatu infeksi oleh streptokokus,
misalnya strep throat. Kasus seperti ini disebut glomerulonefritis pasca streptokokus.
Glomeruli mengalami kerusakan akibat penimbunan antigen dari kumpalan bakteri
12
Nefritis timbul dalam waktu 1-6 minggu (rata-rata 2 minggu) setelah infeksi
dan bakteri streptokokus telah mati, sehingga pemberian antibiotik akan efektif.
Glomerulonefritis pasca streptokokus paling sering terjadi pada anak-anak di atas 3
tahun dan dewasa muda. Sekitar 50% kasus terjadi pada usia diatas 50 tahun.
Sebagian besar (75%) glomerulonefritis akut paska streptokokus timbul setelah
infeksi saluran pernapasan bagian atas, yang disebabkan oleh kuman Streptokokus
beta hemolitikus grup A tipe 1, 3, 4, 12, 18, 25, 49. Sedang tipe 2, 49, 55, 56, 57 dan
60 menyebabkan infeksi kulit 8-14 hari setelah infeksi streptokokus, timbul gejalagejala klinis. Infeksi kuman streptokokus beta hemolitikus ini mempunyai resiko
terjadinya glomerulonefritis akut paska streptokokus berkisar 10-15%.
Streptococcus ini dikemukakan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan
alasan bahwa:
1. Timbulnya GNA setelah infeksi skarlatina
2. Diisolasinya kuman Streptococcus beta hemolyticus golongan A
3. Meningkatnya titer anti-streptolisin pada serum penderita.
Mungkin faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor alergi mempengaruhi
terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman Streptococcuss. Ada beberapa
penyebab glomerulonefritis akut, tetapi yang paling sering ditemukan disebabkan
karena infeksi dari streptokokus, penyebab lain diantaranya:
1. Bakteri :
Gonococcus,
Mycoplasma
Pneumoniae,
Staphylococcus
albus,
parotitis epidemika dl
3. Parasit
13
Streptokokus
Sterptokokus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara khas
membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya. Merupakan golongan
bakteri yang heterogen. Lebih dari 90% infeksi streptokkus pada manusia disebabkan
oleh Streptococcus hemolisis kumpulan A. Kumpulan ini diberi spesies nama S.
pyogenes
S. pyogenes -hemolitik golongan A mengeluarkan dua hemolisin, yaitu:
Sterptolisin O
adalah suatu protein (BM 60.000) yang aktif menghemolisis dalam keadaan tereduksi
(mempunyai gugus-SH) tetapi cepat menjadi tidak aktif bila ada oksigen. Sterptolisin
O bertanggung jawab untuk beberapa hemolisis yang terlihat ketika pertumbuhan
dipotong cukup dalam dan dimasukkan dalam biakan pada lempeng agar darah.
Sterptolisisn O bergabung dengan antisterptolisin O, suatu antibody yang timbul pada
manusia setelah infeksi oleh setiap sterptokokus yang menghasilkan sterptolisin O.
antibody ini menghambat hemolisis oleh sterptolisin O. fenomena ini merupakan
dasar tes kuantitatif untuk antibody. Titer serum antisterptolisin O (ASO) yang
melebihi 160-200 unit dianggap abnormal dan menunjukkan adanya infeksi
sterptokokus yang baru saja terjadi atau adanya kadar antibodi yang tetap tinggi
setelah serangan infeksi pada orang yang hipersensitifitas.
Sterptolisin S
Adalah zat penyebab timbulnya zone hemolitik disekitar koloni sterptokokus yang
tumbuh pada permukaan lempeng agar darah. Sterptolisin S bukan antigen, tetapi zat
ini dapat dihambat oleh penghambat non spesifik yang sering ada dalam serum
manusia dan hewan dan tidak bergantung pada pengalaman masa lalu dengan
sterptokokus.
Bakteri ini hidup pada manusia di tenggorokan dan juga kulit. Penyakit yang sering
disebabkan diantaranya adalah faringitis, demam rematik dan glomerulonefritis.
14
MANIFESTASI KLINIS
Sekitar 50% penderita tidak menunjukkan gejala. Gejala yang muncul sekitar
1-2 minggu setelah infeksi faringeal oleh streptokokus ataupun 4-6 minggu setelah
pioderma karena streptokokus. Jika ada gejala, yang pertama kali muncul adalah
penimbunan cairan disertai pembengkakan jaringan (edema), berkurangnya volume
air kemih dan air kemih berwarna gelap karena mengandung darah. Edema muncul
dari retensi garam dan air dan nefrotik sindrom bisa muncul pada 10-20% kasus.
Edeme subglotis akut dan membahayakan jalan napas juga telah dilaporkan.
Pada awalnya edema timbul sebagai pembengkakan di wajah dan kelopak mata,
tetapi selanjutnya lebih dominan di tungkai dan bisa menjadi hebat. Tekanan darah
tinggi dan pembengkakan otak bisa menimbulkan sakit kepala, gangguan penglihatan
dan gangguan fungsi hati yang lebih serius.
Gejala spesifik seperti malaise, letargi, nyeri abdomen, dan demam kadang
muncul. Abnormalitas akut secara general akan selesai pada 2-3 minggu; C3
komplemen dapat normal pada 3 hari awal atau paling lambat 30 hari setelah onset.
Walaupun mikroskopik hematuri dapat muncul selama setahun, kebanyakan anak
sembuh sempurna. Keadaan ginjal yang memburuk secara persisten, abnormalitas
urin selama 18 bulan, Hipokomplementemia persisten, dan sindrom nefrotik adalah
tanda berbahaya. Jika salah satu muncul, maka merupakan indikasi untuk biopsi
renal. Sekitar 50% penderita tidak menunjukkan gejala. Jika ada gejala, yang pertama
kali muncul adalah penimbunan cairan disertai pembengkakan jaringan (edema),
berkurangnya volume air kemih dan air kemih berwarna gelap karena mengandung
darah.
Sindrom nefritik akut mengikuti infeksi saluran pernapasan atau infeksi pada
kulit yang disebabkan oleh strain nefritogenik dari streptokokus -hemolitikus
group A. Faktor yang menyebabkan hanya strain nefritogenik dari streptokokus hemolitikus group A ini belum diketahui secara pasti. Sindrom nefritik akut biasnaya
mengikuti streptokokus faringeal, selama musim hujan dan infeksi streptokokus pada
kulit atau pioderma selama musim panas. Walaupun epidemik dari nefritis telah
15
dijelaskan dalam hubungannya dengan infeksi tenggorokan (serotipe 12) dan infeksi
kulit (serotipe 49), pneyakit ini secara umum bersifat sporadis.
PATOFISILOGI
Sebenarnya bukan sterptokokus yang menyebabkan kerusakan pada ginjal.
Diduga terdapat suatu antibodi yang ditujukan terhadap suatu antigen khsus yang
merupakan unsur membran plasma sterptokokal spesifik. Terbentuk kompleks
antigen-antibodi didalam darah dan bersirkulasi kedalam glomerulus tempat
kompleks tersebut secara mekanis terperangkap dalam membran basalis.selanjutnya
komplomen akan terfiksasi mengakibatkan lesi dan peradangan yang menarik
leukosit polimorfonuklear (PMN) dan trombosit menuju tempat lesi. Fagositosis dan
pelepasan enzim lisosom juga merusak endothel dan membran basalis glomerulus
(IGBM). Sebagai respon terhadap lesi yang terjadi, timbu proliferasi sel-sel endotel
yang diikuti sel-sel mesangium dan selanjutnya sel-sel epitel. Semakin meningkatnya
kebocoran kapiler gromelurus menyebabkan protein dan sel darah merah dapat keluar
ke dalam urine yang sedang dibentuk oleh ginjal, mengakibatkan proteinuria dan
hematuria. Agaknya kompleks komplomen antigen-antibodi inilah yang terlihat
sebagai nodul-nodul subepitel pada mikroskop elektron dan sebagai bentuk granular
dan berbungkah-bungkah pada mikroskop imunofluoresensi, pada pemeriksaan
cahaya glomerulus tampak membengkak dan hiperseluler disertai invasi PMN.
Menurut penelitian yang dilakukan penyebab infeksi pada glomerulus akibat
dari reaksi hipersensivitas tipe III. Kompleks imun (antigen-antibodi yang timbul dari
infeksi) mengendap di membran basalis glomerulus. Aktivasi kpmplomen yang
menyebabkan destruksi pada membran basalis glomerulus.
Kompleks-kompleks ini mengakibatkan kompelen yang dianggap merupakan
mediator utama pada cedera. Saat sirkulasi melalui glomerulus, kompleks-kompleks
ini dapat tersebar dalam mesangium, dilokalisir pada subendotel membran basalis
glomerulus sendiri, atau menembus membran basalis dan terperangkap pada sisi
epitel. Baik antigen atau antibodi dalam kompleks ini tidak mempunyai hubungan
imunologis dengan komponen glomerulus. Pada pemeriksaan mikroskop elektron
16
merubah
IgG
menjadi
autoantigenic.
Akibatnya,
terbentuk
17
18
PENATALAKSANAAN
19
1. Pengobatan tergantung kepada penyebab penyakit serta jenis dan beratnya gejala.
Tujuan utama dari pengobatan adalah untuk mengendalikan gejala-gejalanya.
Untuk mengendalikan tekanan darah tinggi diberikan obat anti-hipertensi dan
pembatasan asupan garam, cairan serta protein.Untuk mengatasi gagal ginjal dan
memperpanjang harapan hidup penderita, dilakukan dialisa atau pencangkokan ginjal.
2. Jika hasil biopsi menunjukkan bahwa penyakitnya berat, maka segera dimulai
pemberian obat.Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan secara intravena
selama 1 minggu dan selanjutnya diberikan per-oral (ditelan).
3. Bisa juga diberikan siklofosfamid atau azathioprine (obat untuk menekan aktivitas
sistem kekebalan).
4. Selain itu, bisa dilakukan tindakan plasmaferesis, yaitu suatu prosedur untuk
membuang antibodi dari darah penderita.
5. Jika penyakit berkembang lebih lanjut, maka satu-satunya pengobatan yang efektif
adalah dialisa.
6. Pilihan lainnya adalah pencangkokan ginjal
PROGNOSIS
Prognosis tergantung kepada beratnya gejala. Jika tidak menjalani dialisa,
penderita yang mengalami gagal ginjal akan meninggal dalam waktu beberapa
minggu. Prognosis juga tergantung kepada penyebab dan usia penderita. Jika
penyebabnya adalah penyakit autoimun (tubuh membentuk antibodi untuk menyerang
sel-selnya sendiri), maka biasanya pengobatan akan mampu memperbaiki keadaan
penderita.Jika penyebabnya tidak diketahui atau usia penderita telah lanjut maka
prognosisnya lebih buruk. Sebagian besar penderita yang tidak menjalani pengobatan
akan menderita gagal ginjal dalam waktu 2 tahun.
20
Komplikasi
1. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagia
akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal
akut dengan uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia. Walau
aliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, namun bila hal ini
terjadi maka dialisis peritoneum kadang-kadang di perlukan.
2. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi.
Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejangkejang. Ini disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan
edema otak.
3. Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan spasme pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh
bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi gagal
jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
4. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis
eritropoetik yang menurun.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Price, Sylvia A, 1995 Patofisiologi :konsep klinis proses-proses penyakit, ed 4, EGC,
Jakarta.
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985, Glomerulonefritis akut, 835-839,
Infomedika, Jakarta.
3. Ilmu Kesehatan Nelson, 2000, vol 3, ed Wahab, A. Samik, Ed 15, Glomerulonefritis
akut pasca streptokokus,1813-1814, EGC, Jakarta.
4. markum. M.S, Wiguno .P, Siregar.P,1990, Glomerulonefritis, Ilmu Penyakit Dalam
II, 274-281, Balai Penerbit FKUI,Jakarta.