Anda di halaman 1dari 3

PERANAN PHYLUM MOLLUSCA KELAS PALECHYPODA BERDASARKAN ILMU

GEOLOGI DALAM BIDANG MAKROPALEONTOLOGI


Fianza Panji Fahmi Pradita1
21100112170002
Email : fianzapanji.fahmipradita@yahoo.com
1
Teknik Geologi Universitas Diponegoro Semarang
ABSTRACK
Makropaleontologi adalah cabang ilmu yang mempelajari obyek-obyek fosil dengan ukuran relatif besar
dan tidak memerlukan alat bantu mikroskop, misalnya vertebrata phylum molusca kelas palechypoda. Latar
belakang pembuatan karya ilmiah ini adalah karena jumlah penyebaran kerang kelas gastropoda hampir
meluas adanya secara geografis dan mudah dikenali. Tujuannya adalah untuk mengetahui peranan phylum
mollusca kelas bivalvia dalam geologi seperti dalam fosil index,geological time scale dan penentuan
lingkungan hidup. Dalam melakukan analisa dan pembahasan dalam pembuatan paper, metodologi yang
digunakan adalah berdasarkan literatur-literatur yang telah ada dan sumber-sumber dari website, blog-blog
yang bersifat akurat sebagai yang digunakan sebagai sumber referensi, dan ilmu dari pratikum
makropaleontologi acara pendahuluan. Berdasarkan jumlah penyebaran hidup fosil kelas bilvavia yang luas
dan mudah dikenali, fosil dapat digunakan sebagai penciri zaman dan sebagai fosil index. Dengan
mempelajari penyebaran kehidupan serta struktur tubuh dari bilvavia ini dapat digunakan sebagai sebagai
penciri zaman, dan perubaham iklim yang terjadi pada masa hidup bilvavia tertentu.
Keywords : makropaleontologi, mollusca, , fosil index
Pendahuluan
Pada kelas bilvalvia termasuk kerang, tiram,
kerang mutiara, dan sebangsanya. Mereka biasanya
simetri bilateral, mempunyai cangkang setangkup dan
sebuah mantel yang berupa dua daun telinga atau
cuping. Tiram, kerang, dan sebangsanya mempunyai
dua cangkang di kedua sisi tubuh hewan.
cangkangnya terbagi dalam dua belahan yang diikat
oleh ligamen sebagai pengikat yang kuat dan elastis
Karena cangkang ini disebut tangkup. Latar belakang
pembuatan karya ilmiah ini adalah karena jumlah
penyebaran kerang kelas bivalvia hampir adanya
secara geografis dan mudah dikenali. Tujuan adalah
untuk mengetahui peranan phylum mollusca kelas
bivalvia dalam geologi seperti dalam penciri jaman
fosil index dan penentuan lingkungan hidup.
Tinjauan Pustaka
Paleontologi merupakan ilmu yang mempelajari
tentang masa lampau. Paleontologi ini kemudian
dibagi menjadi dua bagian makropeleontologi dan
mikropaleontologi berdasarkan objek kajiannya.
Makropaleontologi
sendiri berbicara mengenai
fosil /obyek-obyek dengan ukuran relatif besar dan

tidak memerlukan alat bantu mikroskop sebagai alat


untuk mengidentifikasinya , misalnya vertebrate
Fossil maupun invertebrate fossil.
Kita telah
mengetahui bahwa Fosil adalah sisa atau jejak
tumbuhan atau hewan (organik) yang terawetkan
secara alamiah dan berumur lebih tua dari Holosen
(10.000-11.000 tahun yang lalu) bahkan lebih dari itu.
Sehingga
metoda
metoda/aspek
mempelajari
makropaleontologi berarti mempelajari sisa atau jejak
organisme hidup di masa lalu yang berukuran makro.
Mollusca merupakan kelompok Inverterbrata
yang diwakili oleh lebih dari 150000 makhluk
hidup,dan ribuan yang telah menjadi fosil. Moluska
merupakan filum terbesar kedua dalam kerajaan
binatang setelah filum Arthropoda. Saat ini
diperkirakan ada 75 ribu jenis, ditambah 35 ribu jenis
dalam bentuk fosil. Moluska hidup di laut, air tawar,
payau, dan darat. Dari palung benua di laut sampai
pegunungan yang tinggi, bahkan mudah saja
ditemukan di sekitar rumah kita. Moluska (filum
Mollusca, dari bahasa Latin: molluscus = lunak)
merupakan hewan triploblastik selomata yang
bertubuh lunak. Ke dalamnya termasuk semua hewan
lunak dengan maupun tanpa cangkang, seperti
berbagai jenis siput, kiton, kerang-kerangan, serta
cumi-cumi dan kerabatnya.Merupakan jenis Kingdom
Animalia yang paling sintas sepanjang waktu

geologi,sehingga banyak digunakan sebagai fosil


indeks.
Molusca Kelas Bivalvia termasuk kerang, tiram,
tiram Meleagrina margaritivera (kerang mutiara).,
dan sebangsanya. kenampakkan biasanya simetri
bilateral, mempunyai cangkang setangkup dan sebuah
mantel yang berupa dua daun telinga atau cuping.
Tiram, kerang, dan sebagainya mempunyai dua
cangkang di kedua sisi tubuh hewan. Karena
cangkang ini disebut tangkup (valve) dan dua buah
jumlahnya maka kelas ini dinamakan Bivalvia.
Bentuk
cangkangnya
digunakan
untuk
identifikasi.Sebagian besar hidup di laut, hanya
sedikit yang hidup di darat.
Menurut Kastoro (1988) ditinjau dari cara
hidupnya, jenis-jenis Bivalvia mempunyai habitat
yang berlainan walaupun mereka termasuk dalam satu
suku dan hidup dalam satu ekosistem. Bivalvia pada
umumnya hidup membenamkan dirinya dalam pasir
atau pasir berlumpur dan beberapa jenis diantaranya
ada yang menempel pada benda-benda keras
dengansemacam serabut yang dinamakan byssal
threads. Demikian pula Nontji(1987), bivalvia hidup
menetap di dasar laut dengan cara membenamkan
diridi dalam pasir atau lumpur bahkan pada karangkarang batu. Akan tetapi pada beberapa spesies
bivalvia seperti Mytillus edulis dapat hidup di
daerahintertidal karena mampu menutup rapat
cangkangnya untuk mencegah kehilangan air
(Nybakken, 1992).
Metodologi
Dalam pembuatan paper ini, data-data yang
diperoleh diambil dengan cara studi pustaka untuk
mencari referensi. Referensi yang dicari didapat
melalui website dan buku tentang geologi.
Studi pustaka untuk mencari referensi supaya
dapat mendiskripsikan serta mengambil kesimpulan
menurut pandangan ilmu geologi. Studi pustaka
pertama dilakukan dengan mencari referensi dari
internet yang mendukung penelitian. Dan studi
pustaka yang kedua dengan mencari referensi dari
buku tentang geologi untuk memperjelas teori-teori
yang akan digunakan.

Deskripsi
Pada pengamatan praktikum makropaleontologi
yang dilaksanakan pada hari Jumat 3 Oktober 2014,
penulis mendeskripsikan gigi stegodon dengan nomor
peraga GS 01. Terdapat beberapa hal penting yang
perlu diketahui peranan pyilum molusca kelas
bilvavia, karena jumlahnya yang sangat banyak dan
persebaran secara regional dapat digunakan sebagai
fosil index, sebagai berperan dalam proses
dekomposisi serasah dan mineralisasi materi organik
yang bersifat herbivor dan detrivor di sekitar hutan
mangrove seperti contoh Circomphalus strigillinus
Pembahasan
Bagi orang awam dikarenakan bentuk cangkang
bilvavia yang indah, cangkang bilvavia ini
dimanfaatkan untuk membuat hiasan dinding,
perhiasan wanita, atau dibuat kancing. Ada pula yang
suka mengumpulkan berbagaimacam cangkang
pelecypoda untuk koleksi atau perhiasan. Tetapi
cangakang ini tidak hanya bisa digunakan untuk itu.
Dalam ilmu geologi, bilvavia ini dapat digunakan
dalam berbagai bidang, yaitu dapat digunakan
mengenai perubahan iklim yang terjadi dalam seluruh
rentang sejarah bumi.
Fosil yang dapat dipergunakan sebagai penghuni
kawasan hutan mangrove memiliki peranan yang
besar dalam kaitannya dengan rantai makanan di
kawasan hutan mangrove, karena disamping sebagai
pemangsa detritus, pelecypoda berperan dalam proses
dekomposisi serasah dan mineralisasi materi organik
yang bersifat herbivor dan detrivor.Daun mangrove
yang jatuh dan masuk ke dalam air. Setelah mencapai
dasar teruraikan oleh mikroorganisme (bakteri dan
jamur). Hasil penguraian ini merupakan makanan bagi
larva dan hewan kecil air yang pada gilirannya
menjadi mangsa pelecypoda di samping sebagai
pemangsa detritus. Akar pohon mangrove memberi
zat makanan dan menjadi daerah nursery bagi ikan
dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan
udang yang ditangkap di laut dan di daerah terumbu
karang sebelum dewasa memerlukan perlindungan
dari predator dan suplai nutrisi yang cukup di daerah
mangrove. Berbagai jenis hewan darat berlindung
atau singgah bertengger dan mencari makan di habitat
mangrove (Irwanto, 2006).
Pelecypoda juga mempunyai kemampuan untuk
mengontrol jumlah racun dalam tubuh mereka melalui
proses pengeluaran, sementara organisme lain tidak
dapat melakukan hal ini. Organisme yang tidak dapat
mengontrol jumlah kandungan racun akan

mengakumulasi polutan dan jaringan mereka


menunjukkan adanya polutan. Pelecypoda sangat baik
mengakumulasi polutan sehingga digunakkan sebagai
biomonitor
polusi
(Philips
dalam
Sitorus,
2008).Pelecypoda juga dapat dijadikan indeks fosil
untuk menentukan berbagai indikator yang terdapat
dalam kegunaan-kegunaan fosil.
Kegunaan fosil yang dimaksud adalah
Circomphalus strigillinus adalah permineralisasi dan
juga internal mold. Permineralisasi adalah proses
dimana mineral sebagian masuk menggantikan
mineral yang ada atau berada di organisme, biasanya
seperti mineral silica (SiO2), kalsium karbonat
(CaCO3), besi oksida (FeO atau Fe2O3). Pelecypoda
mulai ada adalah fosil indeks yang baik untuk zaman
paleozoikum tapi ada beberapa yang tidak baik
digunakan, karena ada beberapa orde yang masih ada
hingga sekarang. Leptaena rhomboidalis merupakan
fosil indeks yang baik untuk rentang masa dari
ordovisium sampai jurrasic atau lebih tepanya pada
upper silurian.

Lampiran

Gambar 1. Mollusca (Pelechypoda)

Kesimpulan
Seleksi alam tidak memberi kesempatan mahkluk
hidup untuk menyesuaikan anggota tubuhnya sesuai
kondisi alam yang ada, namun seleksi alam langsung
membunuhnya, menyisakan mahkluk hidup yang
sesuai dengan kondisi yang ada.
Dengan mempelajari fosil bilvavia ini dapat
digunakan sebagai penciri lingkungan hidup, penciri
umur geologi seperti pada fosil Leptaena
rhomboidalis dan Circomphalus strigillinus sehingga
dapat digunakan sebagai fosil indexs.
Dengan membaca paper ini diharapkan dapat
member informasi lebih mengenai kegunaan fosil
phylum mollusca kelas bilvavia dalam peranan
geologi pada ilmu makropaleontologi
Referensi
[1] Aryulina, Diah. 2007. Biologi 3. Penerbit Esis,
Jakarta.
[2]http://www.christiyoda.blogspot.com/2010/10/pale
ontologi.html
[3]Mohan Hilman Et All, 2009. Paleontologi ;
Bivalvia. Fakultas Teknik Geologi.Universitas
Padjadjaran

Gambar 2. Kenampakan fosil mollusca

Anda mungkin juga menyukai