Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL

TEORI MARXISME

Mifta Giyanti
Yosi Lerian (2012230043)
Abdurrahman Siregar (2012230105)
Tri Wahyudi (2012230085)

Institut Ilmu Sosial & Ilmu Politik Jakarta 2014

BAB I
PENDAHULUAN
Banyak perspektif-perspektif dalam disiplin ilmu hubungan internasional antara lain realisme,
liberalisme, neorealisme dan neoliberalisme. setelah mengetahui asumsi dasar dari perspektifperspektif dalam hubungan internasional tersebut dan perdebatan yang mewarnai didalamnya, kini
muncul lagi perspektif marxisme yang menambah daftar banyaknya perspektif dalam hubungan
internasional. Perspektif ini dianggap mampu menyelesaikan permasalahan dalam kancah
internasional. Marxisme lahir bukan dari studi ilmu hubungan internasional seperti realisme atau
liberalisme, melainkan lebih dekat pada studi sosiologi. Perspektif ini muncul karena adanya
fenomena stratifikasi sosial yang ada di masyarakat. Meskipun perspektif ini munculnya bukan dari
disiplin ilmu hubungan internasional. Namun dampak yang ditimbulkan marxisme, mengaharuskan
studi ilmu hubungan internasional mengangkat perspektif ini ikut berperan didalamnya.
Studi Hubungan Internasional selalu berkembang secara dinamis. Meski pada awalnya, Hubungan
Internasional didominasi oleh realisme dan liberalisme, namun perkembangan teori-teori dalam
Hubungan Internasional terus berjalan dan memunculkan teori alternatif. Marxisme misalnya, teori ini
tidak lahir dari ilmu Hubungan Internasional, melainkan diadopsi dari Sosiologi (Wardhani, 2014).
Hal tersebut dikarenakan ada beberapa poin yang dianggap relevan dalam menjelaskan suatu
fenomena internasional.

Marxisme merupakan teori yang dikemukakan oleh Karl Marx, seorang filsuf yang berasal dari
Jerman. Marxisme muncul sebagai kritik atas kapitalisme yang bersifat eksploitatif. Sebagai teori
alternatif, Marxisme cenderung berbeda bila dibandingkan dengan realisme atau liberalisme.
Perbedaan paling utama adalah Marxisme sangat menekankan pada bidang ekonomi dari pada bidang
politik (Jackson dan Sorensen, 2009). Karena menekankan pada ekonomi, Marxisme memandang
masyarakat terbagi menjadi dua kelas sosial, yakni: kaum borjuis dan kaum proletar (Hobden dan
Jones, 2001). Kaum borjuis adalah kaum yang memiliki alat-alat dan faktor-faktor produksi.
Sebaliknya, kaum proletar adalah kaum yang tidak memiliki alat-alat atau faktor-faktor produksi.
Karena kaum proletar tidak memiliki alat-alat produksi, maka untuk memenuhi kebutuhannya, kaum
proletar mau tidak mau harus menjual tenaganya untuk bekerja kepada kaum borjuis (Jackson dan
Sorensen, 2009). Hal ini berakibat kaum borjuis senantiasa mengeksploitasi tenaga kaum proletar
untuk memperoleh keuntungan yang besar. Sementara kaum proletar tidak bisa melakukan apa-apa
dan akhirnya pasrah. Akibatnya, timbul kesenjangan atau ketimpangan antara kaum proletar dan
kaum borjuis. Menurut Marxisme, ketimpangan-ketimpangan yang terjadi akan menimbulkan revolusi

proletar terhadap kaum borjuis yang berakhir dengan adanya penghapusan kelas-kelas sosial
(Wardhani, 2014)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah asal mula munculnya paradigma Marxisme ?
2. Bagaimanakah Dogmatis paradigma Marxisme?
4.Bagaimana perspektif Marxisme dalam tatanan masyarakat internasional?
5. Bagaimana Perspektif Marxisme dalam Ekonomi Politik Internasional ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui asal mula munculnya Paradigma Marxsisme
2. Memahami dan menjelaskan Paradigma Marxisme
3. Mampu memberikan contoh dari penjelasan Paradigma Marxisme

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan proses lahirnya marxisme


Marxisme adalah paham yang mengikuti pandangan-pandangan Karl Marx. Karl Marx adalah seorang
filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia. Walaupun Marx menulis tentang
banyak hal semasa hidupnya, ia paling terkenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai
pertentangan kelas, yang dapat diringkas sebagai sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini
pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas, sebagaimana yang tertulis dalam kalimat
pembuka dari Manifesto Komunis. Ideology Marxisme muncul dari kreativitas pemikir Karl Marx,
yang sangat setia menjembatani teori materialis dialektis
Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum
kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Kondisi kaum proletar sangat
menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum sementara hasil keringat
mereka dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran
dan kumuh. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya kepemilikan pribadi dan
penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya. Untuk mensejahterakan kaum proletar,
Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus
dibiarkan, menurut Marx kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan. Itulah dasar dari
marxisme.(daddang supardan, 2008:334)
.Bila kita melihat latar belakang Marx, disitu kita bisa menyimpulkan bahwa pemikiran Marx sangat
dipengaruhi oleh filsafat Hegel. Ini berawal ketika Marx hijrah ke Berlin dan mulai menekuni
pendidikan filsafat. Filsafat di Berlin kala itu sangat dipengaruhi oleh filsafat Hegel, Hegel menjadi
Profesor di Berlin pada tahun 1818 dan meninggal pada tahun 1831 M. Dalam filsafat Hegel, Marx
menemukan arah pemikirannya yang menjadi senjata intelektualitasnya.
Karl Marx, lahir di Trier Jerman, 5 Mei 1818 dan meninggal di London, 14 Maret 1883. Karl Marx
lahir dalam keluarga Yahudi progresif di Trier, Prusia, (sekarang di Jerman). Ayahnya bernama
Herschel, keturunan para rabi, meskipun cenderung seorang deis, yang kemudian meninggalkan
agama Yahudi dan beralih ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang relatif liberal, untuk
menjadi pengacara. Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich. Keluarga Marx amat liberal
dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis masa-masa awal Karl.

Marx menjalani sekolah di rumah sampai ia berumur 13 tahun. Setelah lulus dari Gymnasium Trier,
Marx melanjutkan pendidikan nya di Universitas Bonn jurusan hukum pada tahun 1835 pada usia nya
yang ke-17, dimana ia bergabung dengan klub minuman keras Trier Tavern yang mengakibatkan ia
mendapat nilai yang buruk. Marx tertarik untuk belajar kesustraan dan filosofi, namun ayahnya tidak
menyetujuinya karena ia tak percaya bahwa anaknya akan berhasil memotivasi dirinya sendiri untuk
mendapatkan gelar sarjana. Pada tahun berikutnya, ayahnya memaksa Karl Marx untuk pindah ke
universitas yang lebih baik, yaitu Friedrich-Wilhelms-Universitt di Berlin. Di Berlin, minat Marx
beralih ke filsafat, dan bergabung ke lingkaran mahasiswa dan dosen muda yang dikenal sebagai
Pemuda Hegelian. Sebagian dari mereka, yang disebut juga sebagai Hegelian-kiri, menggunakan
metode dialektika Hegel, yang dipisahkan dari isi teologisnya, sebagai alat yang ampuh untuk
melakukan kritik terhadap politik dan agama mapan saat itu.
Pada tahun 1841, Marx dipromosikan menjadi Doktor bidang filsafat oleh Universitas Jena
berdasarkan sebuah disertasi tentang Demokrasi dan Epikuros. Meski pemikiran Marx sangat
dipengaruhi dan terkesan dengan filsafat Hegel, namun ia juga sangat terganggu ketika melihat
realitas kehidupan masyarakat Prusia yang sangat jauh dari kehidupan rasional sebagaimana yang
dipikirkan oleh Hegel. Marx berkesimpulan bahwa Hegel hanya memberikan rumusan pemikran yang
bersifat teoritis tanpa merealisasikan dalam kehidupan masyarakat. Disinilah Marx mengambil peran
dalam merealisasikan teoritis menjadi praktis. Untuk merealisasikan hal tersebut, Marx beranggapan
bahwa filsafat harus menjadi kekuatan praktis-revolusioner, dan ini menjadi kenyataan ketika Marx
mendalami filsafat Feuerbach dan mengkalaborasikan dengan filsafat Hegel dan kemudian
direalisasikan dalam kehidupan masyarakat. Hal ini terus dilakukan Marx untuk mencari solusi dalam
mengemansipasi manusia dan pemikirannya semakin tercerahkan ketika ia hijrah ke Paris dan
berjumpa dengan para tokoh-tokoh sosialis seperti Proudhon dan Friedrich Engels yang menjadi
sahabat karibnya. Akan tetapi perjalanan intelektualnya sudah dimulai jauh sebelum ke Paris, yaitu di
Jerman setelah beberapa tahun lulus dari sekolah Gymnasium.
Di Paris, untuk pertama kalinya Marx berhadapan dengan kaum buruh industry dan disana pula ia
menjadi seorang sosialisme, artinya ia menerima anggapan sosialisme bahwa segala masalah social
terletak pada lembaga hak milik pribadi. Dan disinilah pertama kali paham Marxisme muncul.
2.2 Dogmatisasi Ideologi Marxisme
Istilah Marxisme adalah sebutan bagi pembakuan ajaran resmi Karl Marx, terutama yang dilakukann
oleh temannya Friedik Engels (1820-18938) dan oleh tokoh teori marxis Karl Kautsky (1854-1938).
Dalam pembakuan ini, ajaran Marx yang sebenarnya sangat ruet dan sulit dimengerti disederhanakan

agar cocok sebagai ideology perjuangan kaum buruh. Georg lukacs menegaskan bahwa Marxisme
klasik adukan Engels dan Kautsky itu menyimpan apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh Marx.
Marxisme merupakan aliran yang ditujukan bagi penganut ajaran Karl Marx atau lebih spesifiknya
lagi adalah sebuah aliran filsafat yang ditujukan kepada ajaran-ajaran Karl Marx, dan para
penganutnya disebut dengan marxis. Aliran atau paham marxisme ini lahir berawal dari suatu
pertemuan dari tempat-tempat Karl Marx dalam sejarah perjuangan kelas-kelas, yaitu kelahiran
gerakan buruh.

Lahirnya marxisme merupakan bentuk awal dari penolakan marx terhadap sistem kapitalis, dimana
saat itu marx melihat telah terjadi kesenjangan social yang dipraktekkan oleh masyarakat Eropa yang
mana kaum-kaum yang berasal dari bangsawan (borjuis) telah menguasai kawum bawahan (buruh).
Saat itu kaum buruh (proletar) dipaksakan untuk bekerja hanya demi segelintir kaum bangsawan.
Dengan kata lain, lahirnya Marxisme adalah beranjak dari konteks masyarakat industri Eropa abad ke19, dengan semua ketidakadilan, eksploitasi manusia khususnya kelas bawah / kelas buruh. Menurut
pandangan Marx, kondisi-kondisi dan kemungkinan-kemungkinan teknis sudah berkembang dan
merubah proses produksi industrial, tetapi struktur organisasi proses produksi dan struktur masyarakat
masih bertahan pada tingkat lama yang ditentukan oleh kepentingan-kepentingan kelas atas. Jadi,
banyak orang yang dibutuhkan untuk bekerja, tetapi hanya sedikit yang mengemudikan proses
produksi dan mendapat keuntungan. Karena maksud kerja manusia yang sebenarnya adalah
menguasai alam sendiri dan merealisasikan cita-cita dirinya sendiri, sehingga terjadi keterasingan
manusia dari harkatnya dan dari buah/hasil kerjanya. Karena keterasingan manusia dari hasi kerjanya
terjadi dalam jumlah besar maka untuk memecahkannya juga harus bersifat kolektif dan global.
Marxisme, dalam batas-batas tertentu bisa dipandang sebagai jembatan antara revolusi Prancis dan
revolusi Bolshevik di Rusia pada tahun 1917. Untuk memahami Marxisme sebagai satu ajaran filsafat
dan doktrin revolusioner, serta kaitannya dengan gerakan komunisme di Uni Soviet maupun di bagian
belahan dunia lainnya, barangkali perlu mengetahui terlebih dahulu kerangka histories Marxisme itu
sendiri.
Berbicara masalah Marxisme, memang tidak bisa lepas dari nama-nama tokoh seperti Karl Marx
(1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895). Kedua tokoh inilah yang mulai mengembangkan
akar-akar komunisme dalam pengertiannya yang sekarang ini. Transisi dari kondisi masyarakat
agraris ke arah industrialisasi menjadi landasan kedua tokoh diatas dalam mengembangkan
pemikirannya. Dimana eropa barat telah menjadai pusat ekonomi dunia, dan adanya kenyataan di
mana Inggris Raya berhasil menciptakan model perkembangan ekonomi dan demokrasi politik.

Ada tiga hal yang bisa menjadi komponen dasar dari Marxisme, yaitu:
1. Ajaran filsafat Marx yang disebut dengan materialism dialektika dan materialism historis
2. Sikap terhadap masyarakat kapitalis yang bertumpu pada teori nilai tenaga kerja

dari David

Ricardo (1772) dan Adam Smith (1723-1790)


3. menyangkut teori negara dan teori revolusi yang dikembangkan atas dasar konsep perjuangan
kelas. Konsep ini dipandang mampu membawa masyarakat ke arah komunitas kelas.

Untuk poen pertama yang disebut sebagai materialisme dialektik, dan materialisme historis. Disebut
sebagi materialism dialektik karena peristiwa kehidupan yang didominasi oleh keadaan ekonomis
yang materil itu berjalan melalui proses dialektik. Menurut metode tersebut, perubahan-perubahan
dalam pemikiran, sifat dan bahkan perubahan masyarakat itu sendiri berlangsung melalui tiga tahap,
yaitu tesis (affirmation), antitesis (negation), dan sintesisis (unification). Mula-mula manusia hidup
dalam keadaan komunistis aslis tanpa pertentangan kelas, dimana alat-alat produksi menjadi milik
bersama (tesis), kemudian timbul milik pribadi yang menyebabkan adanya kelas pemilik (kaum
kapitalis) dan kelas tanpa milik (kaum proletar) yang selalu bertentangan (anti tesis). Jurang
perbedaan antara kaum kaya (kapitalis) dan kaum miskin (proletar) semakin dalam, maka timbullah
krisis yang besar. Akhirnya kaum proletar bersatu mengadakan revolusi perebutan kekuasaan, maka
timbullah dictator proletariat dan terwujudlah masyarakat tanpa kelas dimana alat-alat produksi
menjadi milik masyarakat atau Negara (sintesis).

2.3 Teori kelas Karl Marx


Teori Kelas Marx adalah perpaduan dari berbagai konsep sosial yang berhubungan dengan studi
Marxisme. Hal ini menegaskan bahwa posisi individu dalam hirarki kelas ditentukan oleh perannya
dalam proses produksi, dan berpendapat bahwa kesadaran politik dan ideologi ditentukan oleh posisi
kelas (Parkin).
Tentang istilah teori kelas, sebenarnya Marx tidak memberikan sebuah perincian yang riil, akan tetapi
ia lebih kepada menyelaraskan konsep kelas social terhadap emansipasi manusia yang individual. Bisa
jadi Marx menganggap bahwa istilah itu mudah dipahami dan jelas dengan melihat istilahnya.
Pengertian yang sering dijadikan acuan dalam mendefinisikan kelas social adalah definisi dari lenin.
Lenin mendefinisi kelas sebagai golongan sosial dalam sebuah tatanan masyarakat yag ditentukan
oleh posisi tertentu dalam proses produksi. Akan tetapi, Marx menguraikan kelas-kelas tersebut yang
bisa dianggap sebagai kelas yang sebenarnya apabila kelas itu bukan hanya sebagai objektif

merupakan golongan social dengan kepentingannya sendiri, melainkan juga secara objektif menyadari
dirinya sebagai kelas, sebagai golongan khusus dalam masyarakat yang mempunyai kepentingankepentingan spesifik dan mau memperjuangkannya. Kesadarn subjektif tersebut akan tampak ketika
kesenjangan antar kelas semakin besar, sehingga hanya ada dua kelas yang saling berhadapan dan
bermusuhan, yaitu kelas borjuis dan proletar, setelah tersingkirnya kelas menengah yang tergusur
masuk kelas bawah tempat kaum buruh dan petani upah (proletar) berada.
Pemikiran Marx tentang teori kelas ini sebenarnya adalah adopsi dari pemikiran Hegel, atau
setidaknya dipengaruhi oleh Hegelianisme ketika berada di Berlin. Pada saat Marx duduk di bangku
kuliah, dia mempelajari tentang kemanusiaan serta filsafat dan hukum-Hegelianisme yang sedang
Berjaya kala itu. Salah satu pandangan Hegel yang mempengaruhi Marx adalah konsep tentang
bangsa/negara. Pandangan Marx tentang kelas juga berasal dari serangkaian kepentingan pribadi yang
berkaitan dengan alienasi sosial dan perjuangan manusia, dimana pembentukan struktur kelas
berkaitan dengan kesadaran sejarah akut. Masalah Politik-ekonomi juga memberikan kontribusi
terhadap teori Marx ini, berpusat di sekitar konsep asal laba di mana masyarakat dibagi menjadi tiga
sub-kelompok, yaitu rente (para tuan tanah), Kapitalis (pemilik modal), dan Pekerja (buruh).
2.4 Pandangan Marx Tentang Negara
Marxisme bukan merupakan suatu filsafat baru (menurut Marx, filsafat hanya sibuk menginterpretasi
sejarah dan kenyataan), tetapi bermaksud menganti filsafat (dengan tujuan mengubah sejarah dan
kenyataan). Friedrich Engels dan Karl Marx pada Tahun 1847 mendeklarasikan suatu manifesto
Komunis di mana sistem kapitalisme dilawan tanpa kompromis. Kaum tertindas, terutama proletariat
(kaum buruh) harus diperdayakan, dan mereka yang harus menjadi subjek sejarah secara revolusioner
untuk mengubah sistem masyarakat menjadi suatu masyarakat yang adil, tanpa kelas (classless
society), bahkan tanpa negara (sosialisme/komunisme). Kekayaan dan sarana-sarana produksi harus
dimiliki bukan oleh suatu minoritas / kelas atas secara pribadi, tetapi oleh bangsa secara kolektif.
Setiap individu disini memperoleh bagiannya tidak lagi berdasarkan status sosialnya, kapitalnya atau
jasanya, tetapi berdasarkan kebutuhannya.
Pada awalnya, Marx menginginkan bahwa suatu pemerintahan harus dijalankan oleh rakyat dan untuk
rakyat, dan tidak boleh dibiarkan berada ditangan birokrasi yang posisinya lebih tinggi dari
masyarakat. Namun ia segera meninggalkan pendirian ini dan mulai berpendapat bahwa Negara dan
birokrasinya tidaklah benar-benar berada diatas masyarakat. Dalam masyarakat berkelas, Negara
dalam pandangan Marx adalah alat dari kelas yang berkuasa, kendati terkesan bahwa Negara sebagai
semacam penengah yang netral diantara berbagai kepentingan yang saling bersaing. Pandangan Marx
ini berasumsi dari masyarakat kapitalis yang mengfungsikan Negara sebagai alat kelas pemilik modal.

Dalam krisis tertentu yang diciptakan oleh masyarakat kapitalis, dimasa mendatang, situasinya akan
semakin parah sehingga kaum buruh akan mampu memenuhi kebutuhannya dengan cara
menghancurkan Negara kapitalis itu sendiri yang intinya akan mewujudkan masyarakat tanpa kelas,
dengan kata lain Negara kapitalis akan diganti dengan Negara komunis.

2.4 Marxsisme Dalam Tatanan Masyarakat Internasional

Ekonom dan filusuf ekonomi politk jerman abad kesepuluh dalam banyak hal mewakili kritik
mendasar liberalisme ekonomi. Kami melihat pandangan kaum ekonomi liberal memandang
prekonomian sebagai positive sum game dengan keuntungan bagi semua. Marx menolak pandangan
tersebut. Malahan ia melihat perekeonomian sebagai tempat eksploitasi manusia dan perbedaan kelas.
Marx dengan demikian mengambil pendapat zero sum dari merkantilisme dan memakainya pada
hubungan kelas selain hubungan negara. Kaum marxis sepakat dengan kaum merkantilisme bahwa
politik

dan

ekonomi

sangat

berkaitan:

keduanya

menolak

pandangan

kaum

liberal

tentang bidang ekonomi yang berjalan dengan hukumnya sendiri. Tetapi, sementara kaum
merkantilism melihat ekonomi sebagai alat politik, kaum Marxis menempatkan ekonomi yang
pertama dan politik kedua. Bagi kaum Marxis, prekonomian kapitalis didasarkan pada dua kelas sosial
yang bertentangan: salah satu kelas, kaum borjuis, memiliki alat alat produksi; kelas lain, kaum
proleter, hanya memiliki kekuatan kerjanya saja , yang harus dijual pada borjuis. Tetapi buruh jauh
lebih banyak bekerja dibanding yang ia dapat kembali, terdapat nilai tambah yang diambil kaum
borjuis .

Hal itu merupakan keuntungan kapitalis, dan keuntungan itu berasal dari eksploitasi tenaga kerja.
Meskipun perekonomian kapitalis dikendalikan oleh kaum borjuis bersifat eksploitatif terhadap buruh,
Marx tidakmelihat pertumbuhan kapitalisme sebagai peristiwa negatif atau kemunduran. Sebaliknya,
kapitalisme berarti kemajuan bagi Marx, dalam dua hal. Pertama, kapitalisme menghancurkan
hubungan produksi sebelumnya, seperti feodalime, suatu hubungan produksi yang bahkan lebih
eksploitatif, dengan para buruh dan petani dalam kondisi yang menyerupai perbudakan. Kapitalisme
merupakan langkah maju dalam hal bahwa buruh bebas menjual kekuatan kerjanya dan memperoleh
imbalan yang terbaik . kedua, dan yang paling penting bagi Marx, kapitalisme membuka jalan bagi
revolusi sosial di mana alat alat produksi akan ditempatkan dalam kontrol sosial bagi keuntungan
kaum proleter, yang merupakan mayoritas terbesar. Hal itu merupakan tujuan revolusioner yang
disasar pemikiran ekonomi Marxis.

Pandangan kaum Marxis tersebut disebut matealirisme . Hal ini didasarkan pada pernyataan bahwa
aktivitas inti dalam masyarakat mana pun hirau dengan cara cara bagaimana manusia menghasilkan
alat alat eksistensinya. Produksi ekonomi adalah dasar bagi semua aktivitas manusia lainnya,
termasuk politik. Dasar ekonomi terdiri, di satu sisi, kekuatan kekuatan produksi, yaitu tingkatan
teknis aktivitas ekonomi (contoh mesin mesn industri vs kerajinan tangan pengrajin). Di sisi lain,
terdiri dari hubungan produksi, yaitu sistemkepemilikan sosial yang menentukan kendali sebenarnya
kekuatan produksi (contoh kepemilikan swasta dan kolektif). Bila digabungkan, kekuatan produksi
dan hubungan produksi membentuk suatu mode produksi tertentu, sebagai contoh kapitalisme, yang
didasarkan pada mesin industri dan kepemilika swasta (Holiday 1994: 60). Kaum borjuis yag
mendominasi perekonomian kapitalis melalui kendali alat produksi juga akan cendrung mendominasi
dalam bidang politik.

Hal ini membawa kita pada kerangka kaum borjuis Marxis bagi study EPI. Pertama, negara tidak
otonom; mereka digerakkan oleh kepentingan kaum borjuisnya. Hal itu berarti bahwa perjuangan
antarnegara, termasuk peperangan seharusnya dilihat dalam konteks persaingan ekonomi diantara
kelas kapitalis dari negara yang berbeda. Bagi kaum Marxis, konflik kelas lebih mendasar dibanding
konflik antarnegara. kedua, setelah sebagai suatu sistem ekonomi, kapitalisme bersifat ekspansif,
selalu mencari pasar baru dan lebih menguntungkan. Disebabkan kelas kelas lintas batas negara
konflik tidak terbatas pada negara-negara; malahan, meluas ke seluruh dunia dalam gelombang
kapitalisme. Perluasan tersebut pertama kali mengambil bentuk imperealisme dan kolonislme tetapi
berlanjut setelah koloni koloni diberikan kemerdekaan. Sekarang perluasan tersebut mengambil
bentuk globalisasi ekonomi yang dipimpin oleh perusahaan transnasional raksasa. Sejarah epi dengan
demikian dapat dilihat oleh kaum Marxis sebagai sejarah perluasan kapitalis keseluruh dunia.

Lenin, pemimpin komunis pada revolusi Rusia 1917, menganalisis proses ini. Sekitar Perang Dunia
Pertama Lenin berpendapat bahwa perluasan kapitalis pasti selalu tidak sama atau tidak seimbang,
antar negara, industri dan perusahaan. Sebagai contoh,Inggris mendahului Jerman dalam sebagian
besar abad kedelapanbelas dan kesembilanbelas. Akibatnya, Inggris mengamankan bagi dirinya
kekuatan kolonialnya yang luas sedangkan Jerman sedikit. Dipermulaan abad ini, Jerman mengejar
secara ekonomis dan inggris sedang menurun. Oleh karena itu , kata Lenin, Jerman menginginkan
pembagian kembali wilayah pengaruh Internasional, menurut kekuatan relatif baru dari negara negara
tersebut. Tuntuta tersebut mengakibatkan perang antar jerman dan inggris. Perbedaan dan konflik
tersebut akan selalu berkembang dalam kondisi kapitalis. Demikian pendapat Lenin. Hal itu
merupakan hukum pembangunan tidak seimbang.

Pemikiran pembangunan tidak seimbang menunjuk pada perlunya analisi sejarah tentang perluasan
kapitalis . Analisis kaum Marxis oleh karena itu juga harus jelas tentang sejarah.

Kejadian kejadian harus selalu dianalisi dalam konteks sejarah spesifiknya. Sebagai contoh, terdapat
interdepedensi ekonomi yang tinggi antar banyak negara sekitar Perang Dunia Pertama; juga terdapat
interdepedensi antar negara yang banyak saat ini. Tetapi kita perlu melihat pada sifat yang tepat pada
interdepedensi tersebut dalam konteks sejarahnya agar dapat memahami proses yang berlangsung dan
signifikansinya bagi hubungan internasional: interdependesi skitar perang dunia pertama seringkali
terdiri dari hubungan impor ekspor senjata antara perusahaan perusahaan mandiri. Sekarang
interdependesi sering kali terdiri dari produksi ragkaian terpadu produksi antar anak perusahaan dari
perusahaan transasional yang sama; mobil Ford, misalnya mengadung bagian bagian yng diproduksi
dibanyak negara yang berbeda. Jaringan global produksi seperti itu membuat tipe integrasi ekonomi
yang bebeda dari erat dari pada impor eksportradisional antar perusahaan berbeda.

2.5 Strukturalis Marxisme / Neo-Marxism


Strukturalisme atau yang juga dikenal dengan nama Neo-Marxisme, Marxisme Struktural, dan
Marxisme Ilmiah dalam Ilmu Hubungan Internasional merupakan suatu ajaran yang percaya akan
bahwa struktur sistem internasional sangat ditentukan oleh tingkah laku individu antar negara dan
ditujukan sebagai batasan atas pembuatan berbagai keputusan sebelum diputuskan oleh pemerintahan
suatu negara. Di dalam pandangan ini terdapat aktor lain selain negara. Dalam hal pengambilan
keputusan didasarkan pada isu-isu yang memiliki pengaruh lebih besar atau lebih kecil terhadap
struktur. Strukturalisme secara akademisi dimulai dari pendekatan ilmu budaya dan sosial yang
berusaha untuk membuka pola-pola dan struktur yang tertutup dari elemen-elemen penting terhadap
pola-pola tersebut yang telah dibangun.
Strukturalisme berakar pada pemikiran Karl Marx akhir atau Neo-Klasik yang banyak bernaung pada
organisasi dibawah gerakan Kiri Baru (New Left). Terdapat dua unsur dalam pemikiran Marx yang
sangat berpengaruh terhadap pendekatan ini. Pertama, ramalannya mengenai runtuhnya kapitalisme
yang tidak terelakan. Kedua, etika humanis yang meyakini bahwa manusia pada hakikatnya baik, dan
dalam keadaan tertentu yang menguntungkan akan dapat membebaskan diri dari lembaga-lembaga
yang menindas, menghina dan menyesatkan.
Strukturalisme lahir dari pemikiran Marx dengan menempatkan keterkaitan antara ekonomi dengan
politik sebagai elemen terpenting dalam melihat segala hal dalam hubungannya untuk mempengaruhi
kehidupan sosial, budaya, dan politik itu sendiri dengan harapan untuk menciptakan keadilan bagi
seluruh kelas. Terdapat tiga pokok dari ajaran Marx mengenai stukturalisme yaitu mengenai kelaskelas sosial yang terbagi antara kaum borjuis (kaum pemilik modal) dan kaum proletar (kaum
tertindas:buruh dan petani), mengenai model produksi (pengaturan perekonomian dan hubungan
ekonomi) yang dimana membentuk dasar materi bagi masyarakat yang didasarkan pada produksi

barang dan jasa manufaktur secara besar-besar sebagai prinsip utama Kapitalisme, dan teori nilai
pekerja yang mengatakan bahwa upah buruh tidak sesuai dengan nilai barang yang diproduksi
(menurut Marx nilai barang terbentuk oleh nilai guna, nilai tukar, dan nilai tambah).
Strukturalisme dianggap sebagai kritikan terhadap realisme dan liberalisme dengan tujuan untuk
menciptakan dunia yang lebih adil karena kelahiran kapitalisme telah menciptakan tatapan yang tidak
adil, dan hubungan ekonomi global yang sekarang ini merupakan rancangan sedemikian rupa untuk
menguntungkan kelas-kelas sosial tertentu sehingga menciptakan kelas-kelas sosial yang dimana
dalam perspektif strukturalisme hal ini harus dihapuskan. Walaupun Strukturalisme dianggap sebagai
kritikan terhadap realisme dan liberalisme, ketiga perspektif ini memiliki berbagai persamaan seperti
kesamaan antara strukturalisme dengan realisme yaitu terdapatnya konflik, namun letak konfliknya
berbeda dimana dalam realisme konflik diciptakan karena conventional state to state (bentrokan
kepentingan antar negara), sedangkan dalam strukturalisme konflik diciptakan karena adanya
perebutan sumber daya alam. Strukturalisme memiliki persamaan dengan liberalisme karena samasama mengakui adanya aktor non-negara, namun strukturalisme memandangan institusi internasional
sebagai kaki-tangan kapitalisme

Teori EPI saat ini yang berdasarkan pada kerangka Marxisme adalah analisa Immanuel Wellerstein
tetang perkembangan sejarah prekonomian dunia kapitalis (Wellerstein 1979: 1991). Wellerstein
memberikan banyaktekanan pada perekonomian dunia dan cendrung mengabaikan politik
internasional. Ia mempercayai perekonomian dunia sebagai pembangunan yang tidak seimbang yang
telah menghasilkan hirarki dan wilayah core, semi periphery, dan periphery. Yang kaya dari wilayah
core (Eropa barat, Amerika Utara, Jepang) digerakkan atas penderitaan wilayah periphery (Dunia
Ketiga). Wellerstein melihat akhir perang dingin dan kehancuran blok Soviet sebagai dari akibat dari
perkembangan perekonomian dunia kapitalis. Meskipun demikian, prospek jangka panjang adalah
kehancuran sistem kapitalis, sebab kontradiksi dari sistem tersebut sekarang dibiarkan pada skala
dunia. Keberhasilan bukan kegagalan, merupakan ancaman nyata bagi kapitalisme global; ketika
kemungkinan perluasan semuaya digunakan, upaya tanpa akhir dalam mencari keuntungan akan
mengakibatkan pada krisis baru dalam perekonomian kapitalis dunia yang cepat atau lambat, akan
menengarai kematiannya.

Kontribusi kaum Marxis lainnya baru baru ini, oleh Robert Cox, kurang ekonomistis meskipun titik
awalnya sama: analisis sejarah tentang fase fase utama perkembangan kapitalis global (Cox 1994;
1996; lihat juga Gill 1994). Menurut Cox, kita berada dalam proses perubaha jauh dari tatanan dunia
pasca 1945 yang dipimpin Amerika Serikat. Transformasi mendasar berlangsung dalam tiga bidang
utama. Pertama, terdapat globalisasi ekonomi yang menghubungkan apa yang bisa menjadi

perekonomian nasional bersama dalam jaringan global yang padat. Perekonomian dunia semakin
global, tetapi juga semakin hirarkis, sebab kekuatan ekonomi dikonsentrasikan di wilayah core.
Kedua, negara negara berkurang arti pentingnya dibanding kekuatan ekonomi politik,non-teritorial,
seperti perusahaan transnasonal. Hal itu mungkin menyababkan berakhirnya sistem negara bangsa
Westhalia; penting tidak, kepemerintahan internasional oleh negara tertantang dan mungkin
berkurang oleh semakin otonomnya kekuatan kekuatan pasar. Ketiga, tatanan yang lebih sama dan
demokratis adalah memungkinkan, menegaskan bahwa pemerintah yang didukung oleh mayoritas
umumnya dapat memperoleh kembali kendali atas perekonomian bagi manfaat tujuan kesejahteraan.
Dapat diringkas juga dalam pendekatan kaum Marxis, perekonomian adalah tempat eksploitasi dan
perbedaan antarkelas sosial, khususnya kaum borjuis dan kaum proleter. Politik, sebagian besar,
ditentukan oleh konteks sosial ekonomi. Kelas ekonomi yang dominan juga dominan secara politik.
Hal itu berarti bahwa dalam perekonomian kapitalis kaum borjuis akan menjadi kelas berkuasa.
Pembangunan kapitalis globalbersifat tidak seimbang bahkan menghasilkan krisis dan kontradiksi,
baik antar negara maupun kelas sosial. EPI Marxis selanjutnya hirau pada sejarah tentang tentang
perluasan kapitalis global, perjangan antar kelas dan negara yang telah memberikan kebangkitan di
seluruhh dunia, dan bagaimana transformasi yang revolusioner dari dunia tersebut mungkin akan
muncul.

BAB III
Kesimpulan
Marxisme merupakan suatu paham yang mengikuti pandangan-pandangan Karl Marx. Karl Marx
adalah seorang filsuf besar berkebangsaan Prusia (sekarang Jerman). Ia merupakan salah seorang
pakar dalam bidang saejarah,filsafat, sosial-politik dan ekonomi. Semasa hayatnya, Marx telah banyak
menulis dan menghasilkan karangan-karangan yang spektakuler separti Manifesto Komunis yang
telah mampu mempengaruhi hampir sepertiga umat manusia. Ia sangat terkenal atas analisisnya
terhadap sejarah dan social-politik terutama mengenai pertentangan kelas, disini namanya telah
mencuak bagaikan seorang pahlawan yang telah membawa perubahan bagi para kaum tertindas
(buruh).
Pemikiran Marx dan usahanya dalam mengembalikan jati diri kaum buruh (proletar) dikenal dengan
Marxisme. Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap
bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Kondisi kaum
proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja dengan upah yang sangat minim, sementara hasil
keringat mereka dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah
pinggiran dengan serba kekurangan. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya
kepemilikan pribadi dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya. Untuk
mensejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme harus diganti dengan
paham komunisme.
Dasar-dasar dari Marxisme itu sendiri adalah pemberontakan dari kaum proletar dalam menuntut
keadilan demi persamaan, dan Karl Marx adalah juru kunci yang menjadi pahlawan bagi kaum
proletar. Marxisme dirintis pada pertengahan abad ke-19 oleh dua tokoh filsuf Jerman yaitu Karl
Marx dan Friedrich Engels. Marxisme mencakup teori ekonomi Marxis, teori social dan politik.
Ajaran marxisme ini telah mampu mempengaruhi gerakan sosial-politik di seluruh dunia.
Mengambil gagasan bahwa perubahan sosial terjadi karena perjuangan antara berbagai kelas-kelas
dalam masyarakat yang berada di bawah kontradiksi satu terhadap yang lain, para analisis Marxis
mengambil sebuah kesimpulan bahwa kapitalisme mengarah ke penindasan terhadap kaum proletar
dan hasilnya tak terelakkan menjadi revolusi proletar atau revolusi sosial.
Marxisme memandang munculnya sistem sosialis sebagai sebuah keniscayaan historis yang timbul
dari kapitalisme yang memungkinkan lahirnya sebuah revolusi sosial, dimana milik pribadi dalam
sarana produksi akan digantikan oleh operasi kepemilikan bersama.

Daftar pustaka
Franz Magnis-Suseno, Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis Ke Perselisihan Revisionisme
(Jakarta, PT Gremedia Pratama, Cetakan keenam 2003)
Jackson, Robert &. Sorensen, Georg. 1999. Introduction to International Relations, Oxford University
Press.

Bruchill, Scott & Linklater, Andrew. 2009. Teori-Teori Hubungan Internasional. Bandung. Nusa
Media
Jill Steans dan Lloyd Pettiford, Strukturalisme dalam Hubungan Internasional: Perspektif dan
Tema, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 151.
David Weigall, Structural Determinist dalam International Relations: A Concise Companion, (New
York: Oxford University Press Inc., 2002), hal. 214.
Stephen P. Elliott dan Alan Isaacs, Structuralism dalam New Websters Universal Encyclopedia,
(New York: Bonanza Books, 1987), hal. 940.
Miriam Budiardjo, Berbagai Pendekatan dalam Ilmu Politik dalam Dasar-Dasar Ilmu Politik,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal. 85. Untuk bacaan lebih lanjut mengenai Kiri
Baru lihat Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008,
hal. 363-381.

Anda mungkin juga menyukai