NIM
: 030.07.348
Dokter Pembimbing
Identitas
Nama
: Ny. St. N
Umur
: 30 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat rumah
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Status pernikahan
: Menikah
Pekerjaan
I. Anamnesis
Keluhan utama:
Tangan kesemutan
Keluhan Tambahan:
Berat badan berkurang, dada berdebar-debar, benjolan di leher
Riwayat penyakit sekarang
Seorang wanita, 30 tahun, sudah menikah, datang ke Poli Kandungan RSUD dr.Soeselo
Slawi kiriman dari Klinik Ananda, G2P1A0 dengan keluhan mimisan, tangan kesemutan, dan
benjolan di leher yang diakui pasien terasa membesar sejak hamil. Selain itu dada kadang
berdebar-debar dan terasa sesak, tidak ada kenaikan berat badan selama kehamilan bahkan
cenderung turun dari 54Kg menjadi 50Kg dalam 2 bulan terakhir. Tidak ada demam, batuk, atau
nyeri dada, BAK lancer, BAB seperti biasa. Pasien kemudian disarankan untuk dirawat dengan
diagnosis kehamilan gemelli dengan IUGR dan suspect Hipertiroid. Pasien mengakui belum ada
1
rasa kencang-kencang pada perut bagian bawah, belum ada keluar lendir atau darah dari vagina.
gerak janin aktif. HPHT tanggal 7 Januari 2014.
Status Obstetri :
G2P1A0
No
1.
Tempat
Jenis
Bersalin
Persalinan
Bidan
Partus
Spontan
Penyulit
Anak
Seks
BB
KU
Perempuan 2900 gr
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Kesan sakit
: Sakit Ringan
: Kooperatif
B.
Tanda vital
: 84x/menit
Suhu
: 36,50 C
Pernafasan
: 18 x/menit
C.
Kulit
Kulit berwarna seperti sawo matang, tidak terlihat pucat, tidak ikterik, dan tidak
ada efluoresensi yang bermakna.
D.
Kepala
Tampak normocephali, rambut hitam, distribusi rata, tidak mudah dicabut.
E.
Wajah
Normal dan simetris
F.
Mata
Alis : hitam, distribusi normal, tidak mudah rontok
Kelopak : tidak terdapat edema
Konjungtiva : terlihat pucat -/Sklera : tampak kuning -/Lensa : jernih
Iris kripta tidak melebar
G.
Hidung
Bentuk Simetris, tanpa deformitas, tidak ada deviasi septum, mukosa
tampak hiperemis, konka normal, tidak ada sekret.
H.
Telinga
Normotia, sekret -/-, serumen -/-, tidak ada nyeri tekan, liang telinga
lapang, membran timpani intak
I.
Mulut
Bibir : berwarna merah gelap, tidak pucat, dan tidak kering
Gusi dan mukosa : tidak hiperemis, tidak ada perdarahan spontan, tidak
pucat, tidak sianosis
Gigi geligi : lengkap, tidak ada karies, tidak berlubang
Lidah : tidak ada papil atrofi
Uvula : simetris, letak tengah, tidak hiperemis
J.
Tenggorokan
-
Tonsil : T1-T1 tenang, tidak ada detritus, tidak ada kripta melebar
K.
Leher :
JVP 5 + 3 cmH2O
Tiroid : teraba benjolan di leher kanan, soliter, konsistensi padat, berbatas
tegas, dan bergerak saat gerakan menelan, tidak terasa nyeri saat perabaan.
L.
M.
Thorax
Inspeksi:
Bentuk : Simetris statis dinamis.
Kulit : seperti sawo matang,, tidak terdapat spider nevi, tidak terdapat efluoresensi
yang bermakna
Iga : tidak ada retraksi sela iga, sela iga tidak melebar
Ictus cordis : tidak teraba pulsasi
Palpasi
Gerak nafas kanan-kiri simetris antara dua hemithorax
Vocal fremitus teraba sama kuat kanan dan kiri
Thrill : tidak teraba thrill pada ke-4 katub jantung
Ictus cordis teraba pada 1 cm medial garis midclavicula kiri
Perkusi Paru : Di dapatkan suara sonor pada hemithorax kanan dan kiri
Auskultasi Paru
Suara nafas vesikuler, tidak terdengar wheezing atau ronchi di kedua lapang paru
Auskultasi Jantung
S1 - S2 Reguler, systolic murmur (+) terutama di ICS II para sternalis Sinistra,
gallop (-), bunyi jantung tambahan (-)
N. Abdomen
Inspeksi
4
Auskultasi
Bising usus (+) meningkat 4 6 x / m
Palpasi
Supel, nyeri tekan (-), TFU 32 cm
Perkusi
Tidak dilakukan
O.
Ekstremitas
Inspeksi : Simetris, tidak ada deformitas, kulit berwarna sawo matang,
tidak ikterik, tidak sianosis.
Palpasi : Akral teraba hangat pada keempat ekstermitas, terdapat pretibial
pitting oedem pada kedua kaki
III.
P.
Q.
R.
Tanggal
11/09/14
Kenceng-kenceng
TSS, CM
G2P1A0
07.00
jarang.
TD : 120/80
Rembesan lendir (-
N: 78x/m
36
RR : 22x/m
gemelli
Tangan
kesemutan
kanan S : 360C
30 Konsul
P
Penyakit
minggu
dengan
Suspect
5
Thorax : DBN
Abdomen
Hipertiroid
:
supel, BU +
Extremitas
oedem : - pada 4
extremitas
hangat : seluruh
extremitas
hangat
DJJ: 142x/m &
142x/m
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
Leukosit
8700 u/l
3.600-11.000 u/l
Eritrosit
4 juta /ul
3.80-3.20 juta/ul
Hemoglobin
9.8 g/dL
11,7-16,6 g/dL
Hematokrit
30 %
35-47%
Trombosit
346.000
150.000-450.000
Eosinofil
0,80
3,00-4,00
Basofil
0.0
0-1
Neutrofil
56.80
60-70
Limfosit
34.70
33-40
Monosit
7.70
2-8
APTT
48.6
25.5-42.1
PT
11.9
9.7-13.1
Ureum
24.4
17.1-42.8
Creatinin
0.56
0.4-1
Diff Count
SGOT
18
13-33
SGPT
12
6-30
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
Urin
Warna
Kuning
3.600-11.000 u/l
Kejernihan
Jernih
3.80-3.20 juta/ul
6.0
11,7-16,6 g/dL
1.015
35-47%
Protein Urine
+1
Negative
Glukosa Urine
Negative
Negative
Bilirubin Urine
Negative
Negative
Urobilin
Negative
Negative
Keton
Negative
Negative
PH
Berat Jenis
Lekosit Urine
2-3
Eritrosit Urine
0-2
Epitel
1-2
5-15
Kristal
Negative
Negative
Bakteri
Negative
Negative
Lain-lain
Negative
Negative
12/09/14
Dada
07.00
sesak (+)
terasa TSR, CM
A
G2P1A0
P
30 Konsul
TD : 130/80
N: 83x/m
minggu
RR : 24x/m
gemelli dengan
S : 36,50C
IUGR, Suspect
Hipertiroid
dalam
tegas,
bergerak
saat
menelan,
tidak
dan
gerakan
terasa
seluruh
extremitas hangat
DJJ: 142x/m & 142x/m
Hasil
Nilai Rujukan
T4
320
66.0-181.0
TSH
0.46
0.27-4.2
FT4
626.3
12.3-20.2
13/09/14
Dada
07.00
sesak (+)
TD : 120/70
Kaki bengkak
N: 96x/m
minggu
RR : 20x/m
gemelli dengan
S : 36,2C
IUGR, Suspect
Hipertiroid
terasa TSR, CM
A
G2P1A0
P
30 Konsul
dalam
tegas,
bergerak
saat
menelan,
tidak
dan
gerakan
terasa
seluruh
extremitas hangat
DJJ: 142x/m & 142x/m
14/09/14
Dada
07.00
sesak (+)
terasa TSR, CM
G2P1A0
P
30 Konsul
TD : 130/80
N: 90x/m
minggu
RR : 24x/m
gemelli dengan
S : 36,20C
IUGR,
Hipertiroid
dalam
tegas,
bergerak
saat
menelan,
tidak
dan
gerakan
terasa
seluruh
extremitas hangat
DJJ: 142x/m & 142x/m
terasa TSR, CM
G2P1A0
15/09/14
Dada
07.00
sesak (+)
TD : 130/70
Pusing (+)
N: 88x/m
minggu
RR : 20x/m
gemelli dengan
30 Konsul
dalam
S : 36,8 C
IUGR,
Hipertiroid
tegas,
bergerak
saat
menelan,
tidak
dan
gerakan
terasa
seluruh
extremitas hangat
DJJ: 142x/m & 142x/m
Tanggal
16/09/14
S
Dada
terasa TSR, CM
A
G2P1A0
P
30 Lapor DPJP
10
07.00
sesak (+)
TD : 130/80
Pusing (+)
N: 80x/m
minggu
RR : 20x/m
S : 36,90C
IUGR,
Hipertiroid
setelah USG
tegas,
bergerak
saat
menelan,
tidak
dan
gerakan
terasa
hangat
Tungkai
:
(+)
seluruh
extremitas hangat
DJJ: 142x/m & 142x/m
Tanggal
terasa TSR, CM
G2P1A0
17/09/14
Dada
07.00
sesak (+)
TD : 130/90
tahun Hamil 36
Pusing (+)
N: 84 x/m
minggu
RR : 20 x/m
gemelli dengan
S : 36,7 0C
IUGR,
Hipertiroid
tegas,
dan
11
bergerak
saat
menelan,
tidak
gerakan
terasa
Tungkai
:
(+)
seluruh
extremitas hangat
DJJ: 142x/m & 142x/m
IV.
Diagnosis Kerja
G2P1A0 30 tahun Hamil 36 minggu gemelli dengan IUGR, Hipertiroid Prognosis
V.
VI.
Prognosis
Ad vitam
: ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
Ad functionam
: ad bonam
Resume
Seorang wanita, 30 tahun, datang ke Poli Kandungan RSUD dr.Soeselo Slawi pada
tanggal 10 september 2014 kiriman dari klinik ananda, dengan keluhan tangan kesemutan,
mimisan, dan benjolan pada leher yang diakui pasien terasa semakin besar sejak hamil. Selain itu
dada kadang berdebar-debar, terasa sesak. Tidak ada demam, batuk, atau nyeri dada. Pasien
kemudian disarankan untuk dirawat dengan kehamilan gemelli dan IUGR dan suspect
Hipiertiroid. Pasien mengakui belum ada rasa kencang-kencang pada perut bagian bawah, gerak
janin aktif. HPHT tanggal 7 Januari 2014, HPL tanggal 14 Oktober 2014, umur kehamilan
36minggu lewat 2 hari.
Pasien dirawat di ruang nusa indah, dikonsulkan ke penyakit dalam dan mendapat terapi
PTU, pasien menolak untuk dipasang IV line dan injeksi dexamethasone. Pada tanggal 17
september 2014 pasien pulang atas kehendak sendiri.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit tiroid biasanya ditemukan pada wanita dengan usia reproduktif. kejadian
tiroiditis, tirotoksikkosis, dan hipotiroid pada populasi umum masing-masing 1%. kejadian dari
goiter non toksik secara keseluruhan 5%. kurang lebih 0.2% kehamilan disertai dengan penyakit
tiroid. hubungan antara fungsi tiroid dan kehamilan cukup kompleks.
pembesaran dengan ukuran sedang dari kelenjar tiroid muncul dari peningkatan vaskular
dan hiperplasia glandula. namun pada kehamilan normal tiromegali atau nodular tidak muncul.
jika pasien datang dengan nodul tiroid atau goiter, maka dianggap patologis dan harus dievaluasi
lebih lanjut.
Definisi
Hipertiroidisme terjadi pada sekitar 1 dari 2.000 kehamilan. Hipertiroidisme yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan pre-eklampsia, thyroid storm, atau CHF untuk ibu, dan persalinan
prematur, IUGR, dan lahir mati bagi janin. Penyakit Graves adalah penyebab utama
tirotoksikosis pada kehamilan (90% sampai 95%). Penyakit autoimun, Graves mengakibatkan
produksi thyroid-stimulating antibodi (TSA), yang meniru TSH dan menstimulasi fungsi tiroid
dan meningkatkan ukuran kelenjar. Penyebab yang lebih jarang dari hipertiroid termasuk
adenoma toksik, gondok multinodular toksik, tiroiditis subakut, TSH hipofisis yang diproduksi
tumor, karsinoma sel folikel metastatik, dan tiroiditis limfositik.
Penyebab terkait kehamilan hipertiroid termasuk hiperemesis gravidarum, penyakit
trofoblas gestasional (GTD), dan struma ovarii. Tes Diagnostik menunjukkan hasil tes untuk
kehamilan normal dan hipertiroidisme. Dalam kondisi tirotoksikosis, mempertahankan
keseimbangan metabolik sangat penting bagi janin dan ibu. Tanda dan gejala pada ibu meliputi
resting tachycardi, exophtalmus, tyromegali, onycholysis, dan kegagalan kenaikan berat badan
pada pasien non obese. Hasil uji laboratorium yang abnormal meliputi peningkatan T4 serum dan
kenaikan Free T4.
13
Fisiologis
Hormon tiroid diproduksi pada glandula tiroidea yang terletak di bawah kartilago
thyroidea. Hormon ini awalnya diregulasi oleh Tiroid Releasing Hormone (TRH) yang
diproduksi oleh hipotalamus, kemudian melalui portal hipofiseal menuju pituitary anterior yang
kemudian melepaskan Tiroid Stimulating Hormone (TSH) ke peredaran darah. TSH inilah yang
kemudian merangsang produksi dari hormon tiroid pada glandula tiroidea.
Untuk produksi tiroid, dibutuhkan iodide, yang kemudian diubah menjadi iodine oleh
enzim peroksidase menjadi iodine, dimana iodine ini kemudian bergabung dengan tyrosine.
Tyrosine dapat berfusi dengan satu atau dua molekul iodine, yang kemudian disebut dengan
monoiodine tyrosine (MIT) atau diiodine tyrosine (DIT) dalam koloid glandula thyroid.
Kemudian DIT dan MIT berfusi untuk menjadi T4(Tiroksin) atau T3(Triiodine).
T4
ataupun
T3
membutuhkan
oleh
jaringan,
namun
T3
tiroid
akan
memacu
tingkat
14
bersama
dengan
kadar
hCG,yang kemudian
kembali
normal.
Kenaikan
triiodothyronine (T3) total lebih terlihat pada minggu ke 18, dan setelah itu menetap. Kadar
Tiroid Stimulating Hormon (TRH) tidak meningkat selama kehamilan normal, namun
neurotransmitter ini melewati plasenta dan dapat berfungsi untuk merangsang hipofisis janin
untuk mensekresikan thyrotropin / TSH (Thorpe-Beeston dan rekan, 1991).
15
Perubahan relatif pada fungsi tiroid ibu selama kehamilan. Perubahan maternal meliputi
ditandai dengan peningkatan produksi hepatik tiroksin-binding globulin (TBG) dan produksi plasenta
chorionic gonadotropin (hCG). Peningkatan thyroxine-binding globulin meningkatkan konsentrasi serum
tiroksin (T4), dan chorionic gonadotropin memiliki aktivitas seperti thyrotropin/TSH dan merangsang
sekresi T4 ibu. Peningkatan hCG menginduksi penghambatan TSH maternal. Terjadi sedikit peningkatan
kadar T4 bebas ketika hCG mencapai puncak, tingkat ini pada dasarnya tidak berubah. (T3 =
triiodothyronine.) (Dimodifikasi dari Burrow dan rekan, 1994)
Menariknya, sekresi T4 dan T3 tidak sama untuk semua wanita hamil (Glinoer dan rekan,
1990). Sekitar sepertiga dari wanita mengalami hypothyroxinemia relatif, sekresi T3
preferensial, dan lebih tinggi, meskipun kadar thyrotropin serum normal. Dengan demikian,
mungkin ada variabilitas yang cukup besar dalam penyesuaian thyroidal selama kehamilan
normal.
Human Chorionic Gonadotropin (hCG), dengan 2 subunits dari dua glikoprotein adalah
identik, sedangkan subunits , meskipun sama, berbeda dalam susunan asam aminonya. Sebagai
akibat dari kemiripan struktur ini, hCG memiliki aktivitas thyrotropic intrinsik, dan dengan
demikian, kadar dalam darah yang tinggi menyebabkan stimulasi tiroid. Memang, terjadi
penurunan tingkat thyrotropin lebih dari 80 persen wanita hamil,sedangkan sisanya tetap dalam
kisaran normal untuk wanita hamil.
16
Kehamilan tunggal diwakili dengan garis biru tegas solid dan kehamilan kembar dengan
garis putus-putus. Nilai referensi hamil dari 4,0 dan 0,4 mU / L direpresentasikan sebagai garis
hitam tegas. Daerah yang diarsir Atas mewakili 28 persen dari kehamilan tunggal dengan nilai
TSH di atas ambang persentil 97,5 yang tidak akan diidentifikasi sebagai abnormal berdasarkan
nilai referensi uji dari 4,0 mU / L. Daerah yang diarsir lebih rendah merupakan kehamilan
tunggal yang pasti (palsu) diidentifikasi memiliki penurunan TSH berdasarkan nilai referensi uji
dari 0,4 mU / L. (Dari Dashe dan rekan, 2005, dengan izin.)
Kehamilan
Tak ada perubahan
Meningkat
Meningkat
Tak ada perubahan
Meningkat
Tak ada perubahan
Menurun
Meningkat
Hipertiroid
Menurun
Tak ada peningkatan
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
mengakibatkan peningkatan TBG yang beredar. Keakuratan thyroid hormone binding ratio
THBR rendah selama kehamilan dalam kondisi tinggi TBG. Oleh karena itu, status tiroid
seorang wanita hamil harus dinilai dengan pengukuran dari TSH serum dan Free T4 dan T3
diukur dengan keseimbangan dialisis. Meskipun terjadi peningkatan hormon tiroid terikat protein
selama kehamilan, free T4 dan T3 yang aktif tetap normal pada pasien eutiroid. Status eutiroid
pasien ini tercermin oleh tingkat serum TSH normal. Namun, seperti dibahas sebelumnya hatihati harus menggunakan TSH yang terdeteksi rendah selama trimester pertama kehamilan.
Ada fluktuasi normal pada konsentrasi T4 bebas, T3, dan TSH
peningkatan T4 bebas, yang biasanya tetap dalam kisaran normal dengan penurunan TSH, dan
diyakini terjadi akibat peningkatan human chorionic gonadotropin (hCG), yang memiliki
aktifitas thyrotropic lemah. Hingga 13% dari perempuan selama trimester pertama memiliki
tingkat TSH terukur (<0,1 U / mL) dan secara klinis eutiroid. Tingkat TSH dapat ditekan pada
trimester pertama karena TSH "reseptor cross-over" terstimulasi oleh hCG, yang puncaknya
kira-kira pada akhir trimester pertama dan kemudian menjadi lebih rendah pada trimester kedua
dan ketiga. Setelah puncak hCG, TSH biasanya kembali ke tingkat normal pada trimester kedua
18
dan ketiga pada individu eutiroid. Oleh karena itu, pasien pada trimester pertama dengan TSH
rendah dan normal atau tingkat T4 bebas dan T3 bebas yang sedikit tinggi tidak harus diterapi
untuk hipertiroidisme. Pengujian tiroid harus diulang di 4 minggu untuk mengkonfirmasi
normalisasi TSH tersebut. Jika T4 bebas atau T3 bebas meningkat, pasien thyrotoxic dan harus
memiliki perawatan yang tepat (lihat bagian tentang Kehamilan dan Hipertiroidisme). Jika TSH
yang tetap ditekan setelah trimester pertama kehamilan, pasien harus dievaluasi oleh seorang
ahli endokrinologi untuk mengkonfirmasi hipertiroid. Pencitraan radionuklida dengan isotop
apapun merupakan kontraindikasi pada kehamilan
Perubahan kompleks regulasi tiroid tidak akan mengubah status tiroid ibu yang diukur
dengan studi metabolik. Meskipun terjadi peningkatan metabolisme basal secara progresif
selama kehamilan normal sebanyak 25 persen, sebagian besar berupa konsumsi oksigen dapat
dikaitkan dengan aktivitas metabolik janin. Jika luas permukaan tubuh janin dianggap bersama
dengan ibu, tingkat metabolisme basal yang diprediksikan dan yang diamati adalah sama dengan
yang pada wanita hamil.
subkutan menyebabkan tubuh kurus dan kecil di luar proporsi dengan kepala Kemungkinan ini
adalah mekanisme pelindung yang mungkin telah berevolusi untuk mempertahankan
perkembangan otak. Dalam kasus ini, embrio / janin telah berkembang secara normal untuk dua
trimester pertama tetapi akan mengalami kesulitan pada trisemester ketiga. Gejala lain dari
disproporsi ini termasuk mengelupas kulit dan tali pusat terlalu tipis. Bayi berisiko peningkatan
hipoksia dan hipoglikemia. Jenis IUGR ini paling sering disebabkan oleh faktor ekstrinsik yang
mempengaruhi janin pada usia kehamilan nanti.
Penyebab spesifik termasuk:
Gizi buruk
terhambatnya pertumbuhan secara umum, dan menunjukkan bahwa janin telah berkembang
dengan lambat selama kehamilan dan dengan demikian dipengaruhi dari tahap yang sangat awal.
Lingkar kepala bayi yang baru lahir sama kecilnya dengan proporsi tubuh. Karena sebagian besar
neuron dikembangkan oleh minggu ke-18 kehamilan, janin dengan IUGR simetris lebih
cenderung memiliki sequela neurologis permanen.
Penyebab umum termasuk:
Kelainan kromosom
Anemia
Malformasi kongenital
Kromosom aneuploidy
Infeksi
Obat-obatan teratogenic
20
Penyakit vascular
Kelainan plasenta
Pregestational diabetes
Riwayat infertile
Penyakit ginjal
Kehamilan ekstrauterine
Anemia
Genetik
Kronik hipoksia
Kehamilan ganda
Pada grafik di atas ditunjukan bahwa rendahnya berat janin selama intra uterine
berbanding terbalik dengan jumlah janin dalam Rahim. (NB: ukuran ini menggunakan acuan
Negara barat. Dengan 1 lb = 0.45 Kg)
Asfiksia Neonatorum
21
Hipoglikemia
Hipokalsemia
Aspirasi meconium
Ultrasonografi
Biasanya, pemeriksaan rutin Ultrasonografi dilakukan pada umur kehamilan 16 sampai
20 minggu untuk menentukan usia kehamilan dan mengidentifikasi anomali. Pemeriksaan ini
diulangi pada umur kehamilan 32 sampai 34 minggu untuk mengevaluasi pertumbuhan janin,
namun Gardosi dan Geirsson (1998) menemukan bahwa akurasi pada pemeriksaan awal
menghasilkan tingkat diagnosis yang rendah untuk pertumbuhan janin terhambat. Dalam sebuah
studi 8.313 kehamilan, Verburg dan rekan (2008) menemukan bahwa Ultrasonografi sampai usia
kehamilan 24 minggu terutama pada 10 sampai 12 minggu memberikan prediksi yang lebih baik
untuk penentuan usia kehamilan dibanding metode periode menstruasi terakhir.
Dengan Ultrasonografi, metode yang paling umum untuk menegakkan diagnosis
pertumbuhan janin yang terhambat pengukuran estimasi berat janin menggunakan beberapa
pengukuran biometrik. Menggabungkan dimensi kepala, perut, dan femur telah terbukti untuk
mengoptimalkan akurasi dengan sedikit penyesuaian dengan penambahan pengukuran biometrik
lainnya (Platz dan Newman, 2008). secara terpisah:
1. Panjang femur (FL) pengukuran secara teknis yang paling mudah
2. Biparietal Diameter (BPD) dan Head Circumflexes (HC) pengukurannya tergantung pada
bagian permukaan dan juga dapat dipengaruhi oleh tekanan deformatif pada tengkorak
3. Abdominal Circumflexes (AC) pengukuran lebih bervariasi, tetapi yang paling sering
abnormal pada kasus IUGR karena sebagian besar jaringan lunak yang terlibat.
22
Korelasi
estimasi
ultrasonografi
berat
janin
menggunakan
dengan
abdominal
Hubungan antara IUGR Dan oligohidramnion telah lama diketahui Seperti ditunjukkan
dalam Gambar 38-7, semakin kecil saku cairan amnion, semakin besar angka kematian perinatal.
Satu penjelasan yang mungkin adalah berkurangnya produksi urin janin yang disebabkan oleh
hipoksia dan aliran darah ginjal berkurang (Nicolaides dan rekan, 1990).
23
Grafik di atas menunjukan korelasi antara besarnya kantung ketuban dengan tingkat mortalitas
janin, dimana terjadi peningkatan drastis mortalitas pada diameter vertical kurang dari 2cm.
Diagnosis
Darah rutin
Fugsi Tiroid
Urin lengkap
EKG
USG Janin
USG Tiroid
Tatalaksana
24
Medika Mentosa
Manajemen medis meliputi administrasi propylthiouracil (PTU) atau methimazole dan
beta-blocker. Tujuannya adalah untuk menggunakan jumlah minimal PTU untuk mencapai
kontrol metabolik, saat melintasi plasenta dan dapat berpotensi menyebabkan hipotiroidisme
janin dan gondok.
PTU adalah obat utama yang digunakan (methimazole telah dikaitkan dengan aplasia
kutis, gangguan kulit kepala janin). Dosisnya sebagai berikut: 300-450 mg setiap hari, dengan
dosis ditingkatkan sampai gejala berkurang dan kadar serum T4 turun ke nilai normal. Pengaruh
PTU menjadi jelas 3 sampai 4 minggu setelah memulai pengobatan.
Beta-blocker digunakan dalam pengobatan tirotoksikosis untuk mengurangi gejala ibu
hipertiroidisme. Propranolol hidroklorida adalah yang paling banyak digunakan beta-blocker
untuk tujuan ini. Onset aksi jauh lebih cepat dibandingkan dengan PTU, karena efeknya terjadi
perifer dalam mengurangi respon hormon tiroid. Pasien harus dipantau untuk efek samping.
Beta-blocker dapat menyebabkan penurunan fungsi ventrikel, mengakibatkan edema paru.
Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi denyut jantung ibu sampai 100 denyut per menit.
Manajemen Bedah. Tiroidektomi subtotal dapat dilakukan setiap saat selama kehamilan jika
manajemen medis telah gagal. Mempertahankan kontrol farmakologis sebelum operasi
memberikan hasil terbaik.
Setelah pasien diduga IUGR, harus dilakukan upaya untuk mengkonfirmasi diagnosis,
menilai kondisi janin, dan mengevaluasi kelainan lainnya. IUGR pada saat hamper Aterm lebih
mudah untuk dikelola tapi sering terlewat. Seperti dinyatakan oleh Miller dan rekan (2008),
meskipun IUGR sebelum 34 minggu mudah diketahui, namun hal tersebut menyajikan suatu
tantangan manajemen. Cordocentesis memungkinkan karyotyping cepat untuk deteksi aneuploidi
mematikan, yang dapat mempermudah manajemen. The American College of Obstetricians dan
Gynecologists (2000) telah menyimpulkan bahwa tidak ada data yang cukup untuk menjamin
rutin pengambilan sampel darah tali dalam situasi ini. Waktu pengiriman sangat penting, dan
risiko kematian janin versus bahaya kelahiran prematur harus dinilai seperti yang dilaporkan
dalam Sidang Pertumbuhan Pembatasan Intervensi (GRIT) oleh Thornton dan rekan (2004).
Asupan gizi harus sesuai dengan kodisi ibu hamil, dimana asupan gizi seharusnya
meningkat 300-500kkal dari kebutuhan gizi harian sebelum hamil. Tentunya asupan gizi
seimbang ini meliputi karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral terutama zat besi.
Kesimpulan
Banyak tanda dan gejala hipertiroidisme terjadi pada kehamilan normal. Oleh karena itu,
pemeriksaan klinis diperlukan untuk mendiagnosis hipertiroidisme selama kehamilan. Sebuah
pencarian gejala yang lebih spesifik terhadap hipertiroidisme dibutuhkan, seperti kegagalan ibu
atau janin untuk meningkatkan berat badan, takikardia saat istirahat, kelenjar tiroid membesar,
exophthalmos, kelemahan otot, diare, atau tremor. Penyebab paling umum adalah penyakit
Graves, yang sering memiliki eksaserbasi klinis selama trimester pertama kehamilan. Diagnosis
hipertiroidisme selama kehamilan dibuat dengan menunjukkan menurunnya TSH dengan T4
bebas yang tinggi atau T3 bebas dengan keseimbangan
mungkin tidak akurat karena tingkat TBG yang tinggi selama kehamilan. Pengukuran TSH saja
tidak dapat digunakan untuk mendiagnosa disfungsi tiroid pada kehamilan awal karena stimulasi
cross-over dari tiroid oleh kadar hCG yang tinggi.
Tes radionuklida merupakan kontraindikasi selama kehamilan. Obat antitiroid yang lebih
disukai adalah propiltiourasil (PTU), karena sangat terikat protein dan kurang mampu melintasi
plasenta dibandingkan methimazole. Umumnya, PTU diberikan dengan dosis total <200 mg per
hari untuk mempertahankan kadar hormon tiroid bebas tepat di atas kisaran normal untuk
mengurangi.
Pemaparan dari PTU ke janin. Seringkali, dosis PTU dapat dikurangi dan dihentikan
selama kehamilan berlanjut, karena Graves 'tirotoksikosis dan kondisi autoimun lainnya biasanya
membaik pada trimester kedua dan ketiga. hiperemesis gravidarum dikaitkan dengan TSH
rendah tanpa kadar hormon tiroid yang tinggi. Tanpa hormon tiroid yang tinggi, tidak dianjurkan
untuk mengobati dengan obat antitiroid. Diagnosis dan manajemen hipertiroidisme selama
kehamilan terbaik dikelola oleh ahli obstetric bersama dengan endokrinologi.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham; Leveno; Bloom et all. Maternal Physiology. Williams Obstetric 23rd
Edition. McGraw & Hill. USA. 2010: Chapter 5
2. Cunningham; Leveno; Bloom et all. Fetal Growth Disorder. Williams Obstetric 23rd
Edition. McGraw & Hill. USA. 2010: Chapter 38
3. Cunningham; Leveno; Bloom et all. Thyroid and Other Endocrine disorder. Williams
Obstetric 23rd Edition. McGraw & Hill. USA. 2010: Chapter 53
4. Ruchi Garg, Rober L. Giuntoli II. The jhon Hopkins manual of obstetric and gynecology.
Baltimore Maryland. Lippincot Williams & Wilkins. 2007. :161-179
5. Janet E. Hall MD , Lynnette K. Nieman MD. Thyroid Function. Handbook of Diagnostic
Endocrinology. Humana Press.inc. New Jersey. USA. 2003. Chapter 6
6. R. Djokomuljanto. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, dan Hipertiroidisme. Ilmu Penyakit
Dalam Universitas Indonesia. ECG. Jakarta. Indonesia. 2010. H-1955
7. Intra Uterine Growth retardation. Acceseed on 17th September 2014 11.32 WIB.
http://idmgarut.wordpress.com/2009/01/26/intra-uterine-growth-retardation-iugr/
27